BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa (Aminudin, 1991:3). Pernyataan di atas mengandung makna bahwa manusia menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan, pengalaman, pemikiran dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembacanya. Pembaca dapat dengan bebas melarutkan diri bersama karya itu, dan mendapatkan kepuasan oleh karenanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu karya bisa dijadikan media dakwah. Menurut Aristoteles karya sastra dapat digolongkan dalam beberapa kriteria. Ada tiga kriteria dipandang dari segi perwujudannya, diantara ketiga kriteria tersebut adalah teks naratik (epik) yaitu novel, roman dan cerpen. Dalam sebuah novel yang merupakan salah satu bentuk karya sastra, terdapat unsur intrinstik dan ektrinstik yang selalu melingkupi jalan ceritanya. Dalam unsur ektrinstik terdapat unsur budaya. Unsur budaya pada hakikatnya adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan. Salah satu karya sastra yang umumnya mengandung unsur budaya adalah novel. Novel adalah karangan fiksi, fiksi semata-mata adalah apa yang ada dalam angan-angan pengarang. Berarti sangat jelas bahwa karya sastra adalah kreatifitas manusia.
Berdasarkan paparan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan Judul “Analisis Sistem Kemasyarakatan dalam Novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “sistem kemasyarakatan apa sajakah yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi?
1.3 Batasan Masalah Banyaknya unsur budaya yang telah dijelaskan berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti hanya mengambil satu dari tujuh unsur budaya menurut Koentjaraningar (1992:87-88) yaitu tentang sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. Untuk itu peneliti hanya meneliti unsur budaya tentang sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang mencakup persoalan yaitu: (a) kekerabatan, (b) asosiasi dan perkumpulan, (c) sistem kenegaraan.
1.4 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi yang terdiri. (a) kekerabatan, (b) asosiasi dan perkumpulan, (c) sistem kenegaraan.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya kajian tentang unsur budaya. 1.5.2 Manfaat Praktis 1) Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang unsur budaya tentang sistem kemasyarakatan yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi Sebagai media meningkatkan apresiasi sastra di kalangan pelajar dan masyarakat 2) Membantu pembaca dalam memahami isi yang terkandung dalam karya sastra terutama menangkap unsur budaya. 3) Dapat dijadikan bahan ajar bagi para calon atau Guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam melaksanakan proses belajar mengajar bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. 4) Bermanfaat untuk pengetahuan dunia sastra, terutama sastra tulis sejenis novel/roman. 5) Bermanfaat untuk membawa kususnya Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia terhadap unsur budaya yang lebih baik.
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Novel Kata novel berasal dan kata latin novellas yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru. “Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis sastra lain seperti puisi, drama, maka jenis novel ini muncul kemudian” (Suyitno, 2009: 35). Novel menurut Yandianto (2003:388) “karanagan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dan menonjolkan sifat dan watak setiap pelaku”.
Menurut Semi (1981:30) novel adalah suatu kronil penghidupan merenungkan dan melukiskan dalam bentuk tertentu, pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran atau tercapainya gerakgerik manusia. Menurut H.B.Jassin (pada buku tifa penyair dan daerahnya) Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita dan yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang luar yang mengalihkan tujuan nasib mereka. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel merupakan kabar/pemberitahuan, namun menurut istilah adalah bentuk prosa yang ringkas isinya, lebih terbatas dari pada roman dan lebih panjang dari pada cerpen, sedangkan sifat-sifat dan perbuatan pelaku-pelaku dalam noveltidak diuraikan secara panjang lebar seprti roman. Koentjaraningar (1992:87-88) menerangkan bahwa terdapat unsur-unsur kebudaya seperti berikut: 1. Sistem Upacara Keagamaan Setiap kebudayaan terdapat kepercayaan yang dianut. Kepercayaan yang dianut di Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Dari kelima agama tersebut terdapat upacara keagamaan yang berbeda-beda. Akan tetapi untuk masyarakat yang tinggal dikota upacara keagamaan sepertinya sudah tidak dilaksanakan lagi kecuali dalam hal-hal tertentu saja. Sedangkan masyarakat yang tinggal didesa masih banyak yang melaksanakan upacara keagamaan tersebut. 2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial Kebudayaan di Indonesia beragam sangat banyak. Terdapat masyarakat Jawa, Sunda, Batak, Bugis dsb. Dari macam-macam kebudayaan tersebut, perlu ditanamkan nilai-nilai kemanusiaan yaitu membiasakan bergaul dengan kebudayaan yang lain. Dan saling berinteraksi dengan rukun. Di Indonesia banyak terdapat kebudayaan yang harus dilestarikan bersama.
Jangan kita saling bersaing untuk kepentingan pribadi dengan kebudayaan lain, karena itu sama saja kita memecahbelahkan kebudayaan yang sudah ditanam oleh leluhur sebelumnya. 3. Bahasa Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada bahasa yang dipakainya. Contohnya bahasa Inggris, Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dsb. Dari banyak bahasa tersebut kita dapat mempelajarinya untuk pengetahuan yang lebih luas. Tidakhanya bahasa yang dipelajari berasal dari bahas luar negri saja, tetapi bahasadari negri Indonesiapun perlu kita pelajari untuk melestarikan kebudayaan yangada di Indonesia. 4. Sistem Pengetahuan Ada banyak sistem pengetahuan misalnya pertanian, perbintangan, perdagangan/bisnis, hukum dan perundang-undangan, pemerintahaan/politik dsb. Hal tersebut juga bagian dari kebudayaan. Kita wajib mempelajarinya karena dengan adanya sistem pengetahuan kita menjadi tahu dunia luar dansangat bermanfaat untuk kehidupan karena berpengaruh pada pekerjaan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak perlu semua kita pelajari cukup beberapa saja kita kuasai, maka akan banyak informasi yang kita dapat. 5. Kesenian Salah satu ciri khas dari kebudayaan adalah kesenian. Banyak hal yang bisa kitapelajari mengenai kesenian. Misalnya seni sastra, lukis, musik, tari, drama, kriadan lain sebagainya. Hal tersebut bagian dari khas yang dimiliki setiap daerah maupun setiap negara. Misalnya untuk kesenian musik. Kita bisa mengetahui dan mencari musik yang khas dari setiap daerah maupun negara. Contohnya lagu-lagu daerah ampar-ampar pisang yang berasal dari Kalimantan Selatan yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. 6. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap masyarakat karena bermanfaat untuk memenuhi kehidupan manusia. Misalnya kaumpegawai/karyawan, kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya. Hal tersebut merupakan mata pencaharian yang harus kita tekuni. Contohnya masyarakat yang hidup dipesisir pantai lebih banyak bermata pencaharian sebagai nelayan atau masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak bermata pencaharian sebagai pegawai kantoran. 7. Sistem Teknologi dan Peralatan Teknologi semakin lama semakin luas. Karena makin banyaknya masyarakat yang hidup modern. Teknologi sangat diperlukan akan tetapi tidak untuk melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma yang berlaku. Berdasarkan ketujuh unsur budaya menurut Koentjaraningar (1992:87) peneliti hanya mengambil satu unsur budaya untuk dijadikan bahan penelitian yaitu unsur budaya sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: a)
kekerabatan
b)
asosiasi atau perkumpulan
c)
sistem kenegaraan b. 2.3.1 Kekerabatan c. Sistem-sistem kekerabatan merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan dan pokokpokok dalam masyarakat yang disebut dengan Etnografi. Etnografi adalah bagian dari deskriftif dari antropologi yang didalamnya terdapat beberapa pokok-pokok yang diuraikan dari beberapa unsur kebudayaan yang biasa dibahas dalam etnografi dan kesenian, sistem teknologi nasional, sistem mata pencarian tradisional, sistem-sistem kekerabatan dan lain-lain. (Http://id.Wikipedia.Org/wiki/hubungan_kekerabata
d. n.selasa,01,November,2011) e. Dalam teori orang barat, yang nantinya kita akan memulai mempersoalkan beberapa hal dalam masyarakat. Mula-mula masyarakat belum ada keluarga apalagi kekerabatan, karena mereka hanya berkelompok-kelompok seperti hewan yang hidup berkelompok. Lalu kepada keluarga yang diluar dari keluaga inti tersebut, seperti perilaku seseorang terhadap keluarga intinya dan sebagainya. f. Banyak hal yang perlu dipelajari dalam meneliti sistem-sistem kekerabatan, mulai dari definisi sistem-sistem kekerabatannya, pengertiannya, ruang lingkupnya, persoalanpersoalan pemikiran tentang asal mulanya, serta perkembangan keluarga inti dan luar inti. Berikut akan kita bahas dan memecahkan persoalan-pesoalan yang tersebut di atas yang terkait dalam hal sistem-sietem kekerabatan. g. Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Setiap suku
di
Indonesia
memilki
sistem
kekerabatan
yang
berbeda-beda.
Meyer
Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Meyer Fortes (William, 1991:132) mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. h. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar. i. 1.
Kelompok kekerabatan
j. Kelompok kekerabatan adalah yang meliputi orang- orang yang mempunyai kakek bersama, atau yang percaya bahwa mereka adalah keturunan dari seorang kakek bersama menurut perhitungan garis patrilineal (kebapaan). k. Suatu kelompok adalah kesatuan individu yang diikat oleh sekurang- kurangnnya 6 unsur, yaitu: l. a) m. b)
Sisitem norma- norma yang mengatur tingkah laku warga kelompok, Rasa kepribadian kelompok yang disadari semua warganya.
n. c)
Interaksi yang itensif antarwarga kelompok,
o. d)
Sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antarwarga kelompok,
p. e)
Pemimpin yang mengatur kegiatan- kegiatan kelompok, dan
q. f)
Sistem hak dan kewajiban terhadap harta produktif, harta konsumtif, atau harta
pusaka tertentu. Dengan demikian hubungan kekerabatan merupakan unsur pengikat bagi suatu kelompok kekerabatan. (Havilan, 1985:59). r. Biasanya tidak semua kelompok kekerabatan mempunyai 6 unsur tersebut. Mudrok membedakan antara 3 kategori kelompok kekerabatan berdasarkan fungsi- fungsi sosialnya menurut Koentjaraningrat (2005:132), yaitu: s. a) Kelompok kekerabatan berkorporasi, biasanya mempunyai ke- 6 unsur tersebut.istilah “berkorporasi” umumnya menyangkut unsur 6 tersebut yaitu adanya hak bersama atas sejumlah harta. t. b) Kelompok kekerabatan kadangkala, yang sering kali tidak memiliki unsur 6 tersebut, terdiri dari banyak anggota, sehingga interaksi yang terus- menerus dan itensif tidak mungkin lagi, tetapi hanya berkumpul kadang- kadang saja.
u. c) Kelompok kekerabatan menurut adat, biasanya ridak memiliki unsur pada yang ke 4,5 dan 6 bahkan 3. Kelompok- kelompok ini bentuknya sudah sedemikian besar, sehingga warganya seringkali sudah tidak mengenal. Rasa kebribadian sering kali juga di tentukan oleh tanda- tanda adat tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (Tendri, 2004:48-49) yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Mempunyai latar alami sebagai sumber data langsung, dan yang diperoleh dan diteliti akan dipaparkan apa adanya yaitu unsur budaya terutanama sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, b. Peneliti sebagai instrumen utama, c. Bersifat deskriptif, karena data yang dikumpulkan berbentuk uraian-uraian, bukan bentuk angka dan lebih mementingkan sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, d. Analisis data cendrung bersifat induktif, e. Makna merupakan masalah yang esensial, karena berpusat pada sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial dalam novel novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang terdiri. (a) kekerabatan, (b) asosiasi dan perkumpulan, (c) sistem kenegaraan. 3.2 Data dan Sumber Data 3.2.1 Data
Data penelitian ini adalah sistem kemasyarakatan berupa kalimat, paragraf cerita, paragraf dialog yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. 3.2.2 Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi, yang diterbitkan pada tahun 2009. Novel ini terdiri dari empat puluh lima bagian, jumlah halaman novel ini terdiri atas 403 halaman, yang diterbitkan oleh Gramedia. Pada halaman terakhir terdapat biografi singkat pengarang.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka yang difokuskan untuk menganalisis isi novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. Pengumpulan data sejalan dengan teori analisis isi yang dilakukan melalui penentuan satuan (unitisasi) dan pencatatan penentuan satuan (unitisasi merupakan kegiatan memindahkan data menjadi bagianbagian yang selanjutnya dapat dianalisis). Pengumpulan data dalam penelitian ini yang berisi ketentuan studi kepustakaan, tentang sistem kemasyarakatan dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. Dengan dilengkapi lembar lampiran identiflkasi data, maka diharapkan peneliti dapat melaksanakan studi kepustakaan secara terarah sesuai dengan keperluan peneliti. Studi kepustakaan dilaksanakan dengan ramburambu sebagai berikut: 1. Peneliti membaca sumber data dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi secara kritis, cermat dan teliti. Peneliti membaca sumber data secara berulang-ulang untuk memahami dan menghayati secara kritis, utuh dan menyeluruh terhadap seluruh sumber data. Dalam melakukan pembacaan sumber data, peneliti mendasarkan pada sikap kritis, cermat dan teliti sehingga dapat menghayati dan memahami arti secara mendalam memadai dan mencukupi.
2. Peneliti membaca, menandai dan mencatat, bagian-bagian dalam novel yang diangkat menjadi data dan dianalisis lebih lanjut. Langkah ini dipandu oleh rumusan masalah dan tujuan penelitian, yakni tentang sistem kemasyarakatan yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi Mencari konflik yang ditampilkan tokoh cerita kemudian mengindentifikasi dengan acuan unsur budaya. 3. Membaca kembali dengan menandai dan menyusun data berupa nilai budaya yang terkandung dalam novel tersebut. 4. Mengidentifikasi nilai budaya tentang sistem kemasyarakatan yang terkandung dalam novel tersebut.
3.4 Analisis Data Menurut Endraswara (2008:162) langkah-langkah pengadaan data karya sastra, dilakukan melalui: 1. Unit-unit itu selanjutnya ditulis kembali ke dalam kartu data dan dipersiapkan terjemahannya. 2. Sehingga terjemahan ini akan peneliti klasifikasikan sesuai dengan sistem kemasyarakatan yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. 3. Membuat kesimpulan dan 4. Membuat laporan
3.5 Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan data temuan penelitian, sejalan dengan rancangan, agar diperoleh kemantapan, kebenaran, dan kesimpulan yang meyakinkan, maka diusahakan peningkatan validitas data. Peningkatan validitas data penelitian ini ditempuh dengan memakai triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang kahir di luar data yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 330). Untuk memperoleh kemantapan dan kebenaran data sehingga diperoleh kesimpulan yang mantap pula, diusahakan peningkatan palidasi data. Yakni (1) triangulasi, yang meliputi triangulasi, peneliti, metode, dan teori; (2) reviu informan; dan (3) memberi cek, Supoto (Sudaryono, 2002: 148). Dalam penelitian ini peneliti cukup menggunakan triangulasi data. Peningkatan validitas penelitian ini ditempuh dengan memakai triangulasi dan reviu informan. Triangulasi yang digunakan berupa triangulasi data, peneliti, dan teoti. Triangulasi data dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis dari sumber data yang tersedia. Triangulasi peneliti dilakukan dengan meminta bantuan Pembimbing 1 (Dr. Maizar Karim, M.Hum) dan Pembimbing 2 (Dr. Kamarudin, M,Pd ) untuk memeriksa hal ihwal penelitian ini. Triangulasi teori yaitu dengan membaca teori-teori yang relevan sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Reviu informan dilakukan untuk meningkatkan validitas dengan cara memberi kesempatan pada pihak lain (teman sejawat) untuk memeriksa laporan sehingga dapat diketahui apakah yang tertulis oleh peneliti dapat disetujui benar tidaknya. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV berisi hasil penelitian dan pembahasan objek penelitian ini di satukan dalam satu pemaparan. Secara berturut-turut dalam uraian berikut ini yang disajikan sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi yang mencakup persoalan yaitu: (a) kekerabatan, (b) asosiasi dan perkumpulan, (c) sistem kenegaraan. Unsur budaya sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi ini terfokus pada tokoh utama, tetapi bukan berarti meninggalkan tokoh-tokoh lain yang
mendukung cerita. Tokoh utama dalam cerita novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi ini adalah Alif atau Aku. Novel ini bercerita tentang kehidupan 6 santri dari 6 daerah yang berbeda menuntut ilmu di Pondok Madani (PM) Ponorogo Jawa Timur yang jauh dari rumah dan berhasil mewujudkan mimpi menggapai jendela dunia. Mereka adalah: (1) Alif Fikri Chaniago dari Maninjau, (2) Raja Lubis dari Medan, (3) Said Jufri dari Surabaya, (4) Dulmajid dari Sumenep, (5) Atang dari Bandung, (6) Baso Salahuddin dari Gowa. Mereka sekolah, belajar dan bersama dari kelas 1 sampai kelas 6. Kian hari mereka semakin akrab dan memiliki kegemaran yang sama yaitu duduk dibawah menara Pondok Madani. Dari kegemaran yang sama mereka menyebut diri mereka sebagai Sahibul Menara.
4.1 Hasil Penelitian Adapun sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial dalam novel Negeri 5 Menara 31
karya A. yang mencakup persoalan yaitu: (a) kekerabatan, (b) asosiasi dan perkumpulan, (c) sistem kenegaraan. 4.1.1 Kekerabatan Banyak hal yang perlu dipelajari dalam meneliti sistem-sistem kekerabatan, mulai dari definisi sistem-sistem kekerabatannya, pengertiannya, ruang lingkupnya, persoalan-persoalan pemikiran tentang asal mulanya, serta perkembangan keluarga inti dan luar inti. Berikut akan kita bahas dan memecahkan persoalan-pesoalan yang tersebut di atas yang terkait dalam hal sistem-sietem kekerabatan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak,
menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut: (1)“Tentang sekolah waang4, Lif...” “Iya,Mak, besok ambo mendaftar tes ke SMA. Insya Allah, engan doa amak dan ayah, bisa lulus...” “Bukan itu maksud Amak...” (halaman 6). Berdasarkan kutipan di atas bahwa Alif memiliki kekerabatan antara ia dengan ibunya. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Kekerabatan yang begitu akraf yang ditunjukan oleh ibunya kepada Alif, dengan tujuan untuk mengetahui tentang sekolah Alif yang sudah mau selesai atau lulus. Dengan begitu ibunya ingin Alif meneruskan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dunia sekarang yang sudah hampir menghilangkan budaya ketimuran. Dengan begitu Alif disarankan ibunya untuk melanjutkan pendidikan di pondok Pesantren yang lebih mementingkan dunia dan akhirat kelak.
(2)“Amak mau bercerita dulu, coba dengarkan...” Lalu diam sejenak dengan muka rusuh. Aku menjadi ikut kalut melihatnya. (halaman 7). Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa kekerabatan antara Alif dengan ibunnya yang begitu dekat membuat mereka dekat antara anak dan ibu. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Emak Alib bercerita tentang alasan mengapa meminta Alif untuk meneruskan pendidikan di pondok Pesanteren bukan di SMA karena ibunya terlahir di keluarga yang memiliki latar belakang Agama yang kuat. Dengan begitu Alif harus memenuhi permintaan ibunya untuk melanjutkan ke pondok supaya ajaran agama yang ia dapat bermanfaat untuk ia sendiri dan orang banyak yang membutuhkan kedamaian dunia dan akhirat.
(3)“Buyuang5, sejak waang masih di kandungan, Amak selalu punya cita-cita,” (halaman 8). Berdasarkan kutipan di atas bahwa ibu Alif sudah bercita-cita sejak Alif masih dalam kandungan denga tujuan supaya Alif tetap masuk Pesantren. Kekerabatan yang mereka miliki antara anak dan ibu tidak akan ada badai sekuat apapun yang akan memisahkan kekerabatan antara mereka. Apa lagi permintaan yang begitu mendasar yang dilontarkan ibunya untuk melanjutkan pendidikan ke pondok walaupun keinginan yang dimiliki Alif tidak sejalan dengan apa yang diinnginkan ibunya. Alif menginginkan meneruskan pendidikan di SMA karena itu semua impian ia sejak dari dulu, tetapi dengan adanya permintaan ibunya seperti itu mau tidak mau ia harus meneruskan pendidikan di pondok Pesantren. (4)“Amak ingin anak laki-lakiku menjadi seorang pemimpin agama yang hebat dengan pengetahuan yang luas. Seperti Buya Hamka yang sekampung dengan kita itu. Melakukan amar ma’ruf nahi munkar, mengajak orang kepada kebaikan dan meninggalkan kemungkaran,” kata amak pelan-pelan. (halaman 8) Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa emak Alif menginginkan anak lakilakinya menjadi seorang pemimpin agama yang hebat dengan pengetahuan yang luas seperti Budaya Hamka yang sekampung dengan mereka. Budaya Hamka tersebut selalu melakukan amar ma’ruf nahi munkar, mengajak orang kepada kebaikan dan meninggalkan kemungkaran,”. Kekerabatan antara anak dan ibu yang ditunjukan Alif dengan emaknya membuat mereka semakin dekat dan akrap untuk menjalankan kehidupan serta mengarahkan ia untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik dan berguna bagi masyarkat umum seperti Budaya Hamka.
(5) “Jadi Amak minta dengan sangat waang tidak masuk SMA. Bukan karena uang tapi supaya ada bibit unggul yang masuk madrasah aliyah.” (halaman 8).
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa emak Alif memohon kepada Alif supaya tidak masuk SMA. Bukan karena uang tapi supaya ada bibit unggul yang masuk madrasah aliyah, dengan begitu ajaran agama Islam tidak terputus ajarannya. Begitu dekatnya hubungan Kekerabatan antara anak dan ibu yang ditunjukan Alif dengan emaknya membuat mereka semakin dekat dan akrap untuk menjalankan kehidupan serta mengarahkan ia untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Setiap suku di Indonesia memilki sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Meyer Fortes (William, 1991:132) mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.
(6)“Tapi aku tidak mau.” “Amak ingin memberikan anak yang terbaik untuk kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat.” (halaman 9) Berdasarkan kutipan di atas begitu dekatnya kekerabatan yang ditunjukan oleh anak sama emak seperti tergambar pada kutipan di atas. Melalui pendekatan yang begitu sempurna yang dimiliki oleh seorang ibu untuk meyakinkan anaknya supaya menjadi orang yang berguna kelak. Emak Alib bercerita tentang alasan mengapa meminta Alif untuk meneruskan pendidikan di
pondok Pesanteren bukan di SMA karena ibunya terlahir di keluarga yang memiliki latar belakang Agama yang kuat. Dengan begitu Alif harus memenuhi permintaan ibunya untuk melanjutkan ke pondok supaya ajaran agama yang ia dapat bermanfaat untuk ia sendiri dan orang banyak yang membutuhkan kedamaian dunia dan akhirat. (7)“Amak, kalau memang harus sekolah agama, ambo ingin masuk pondok saja di Jawa. Tidak amu di Bukittinggi atau Padang,” kataku dimulut pintu. (halaman 12) Berdasarkkan kutipan di atas dapat tergambar bahwa emak Alif berhasil membujuk Alif untuk melanjutkan pendidikan yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kedua orang tuanya. Dengan begitu Alif meminta kepada ibunya kalau memang harus sekolah agama, ia ingin masuk pondok saja di Jawa, tidak mau di Bukittinggi atau Padang. Kekerabatan mereka telah menjadikan suasana menjadi lebih harmonis dan bahagia.
(8) “Sudah waang pikir masak-masak?” tanya ayahku dengan mata gurunya yang menyelidik. Ayahku jarang bicara, tapi sekali berbicara adalah sabda dan perintah. (halaman 13) Berdasarkan kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa ayah Alif
memberi pertanyaan
tentang keputusan yang telah diambil Alif untuk mengikuti permintaan ibunya untuk melanjutkan sekolah ke podok. Ayahnya bertanya seperti itu dengan tujuan jangan ada penyesalan dikemudian hari. Apa lagi yang miminta melanjutkan sekolah ke pondok adalah ibunya. Dengan begitu kekerabatan anak dengan ayah yang begitu dekat terutama saat-saat permasalahan seperti yang dialami Alif. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
(9) “Sudah Yah,” suara aku coba tegas-tegaskan. “Pikirkanlah lagi baik-baik,” kata Amak dengan tidak berkedip. “Sudah Mak,” kataku mengulangi jawaban yang sama. Ayah dan Amak mengangguk dan mereka kembali berdiskusi dengan suara rendah. Setelah beberapa saat, Ayah akhirnya angkat bicara. (halaman 13). Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Kekerabatan anak, ibu dan ayah yang tergambar pada kutipan di atas sangat jelas bahwa mereka adalah keluarga yang sangat saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lain. Dengan pernyataan Alif yang sudah yakin untuk melanjutkan pendidikan di pondok Madani yang berlokasikan di pulau Jawa. Sistem-sistem kekerabatan merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan dan pokok-pokok dalam masyarakat yang disebut dengan Etnografi. Etnografi adalah bagian dari deskriftif dari antropologi yang didalamnya terdapat beberapa pokok-pokok yang diuraikan dari beberapa unsur kebudayaan yang biasa dibahas dalam etnografi dan kesenian, sistem teknologi nasional, sistem mata pencarian tradisional, sistem-sistem kekerabatan dan lain-lain. Di Pondok Madani selalu diadakan kompetisi sepak bola yang ketat dan diadakan sepanjang tahun. Semua pertandingan bahkan selalu dilengkapi komentator langsung yang menggunakan bahasa Inggris dan Arab. Dengan banyaknya kegiatan dan kompetensi yang selalu diadakan di Pondok Madani menjadikan pondok tersebut tidak membosankan. Banyaknya kegiatan kelompok yang selalu diadakan di Pondok Madani menjadikan interaksi antar kelompok atau sosial banyak terjallin di Pondok Madani. Pendidikan di Podok Madani sangat kompoten karena selama 24 jam siswa selalu ada kegiatan yang mendukung tercapainnya pelaksaaan pendidikan di Pondok Madani. Setiap murid bebas mau mengembangkan bakatnya, dengan begitu interaksi antar kelompok tidak terbatas
jumlahnya. Semakin banyak kegiatan yang kita ikuti semakin banyak interaksi kelompok sosial yang kita hadapi setipa hari. Dengan banyaknya berkomunikasi antar kelompok menjadikan kita lebih mengenal budaya yang dimiliki oleh teman kita. Banyak sekali kegiatan yang terdapat dalam Pondok Madani mulai dari seni, pramuka, sampai olahraga. Banyak sekali interaksi kelompok yang menjadikan Pondok Madani tempat yang sangat tepat untuk Alif menemuh pendidikan di Pondok Madani. Dengan begitu ia tidak salah langkah untuk memilih melanjutkan pendidikan di Pondok Madani. Kompetisi-kompetisi yang diikuti selalu mendapatkan penghargaan dari berbagai kompetisi yang diikuti, maka dari itu Pondok Madani selalu menjadi dambaan setiap murid untuk menuntut ilmu di sana. Tapi tidak semudah itu untuk masuk dan menjadi salah satu bagian Pondok Madani
karena kita harus bersaing dengan dua ribu calon murid lain yang ingin
mengikuti ujian seleksi masuk Pondok Madani. Interaksi kelompok masyarakat yang sangat banyak sekali terdapat dalam lingkungan Pondok Madani. BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam novel Negeri 5 Menara karya A terdapat sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang ditemukan yaitu: (a) kekerabatan, kekerabatan yang bersifat genetik dan pertemanan, (b) perkumpulan, perkumpulan yang komunikasi genetik budaya (multikultural), (c) sistem kenegaraan, para tokoh menampil peran dalam bernegara dengan mengamalkan ilmu dan memberikan kontribusi untuk masyarakat di Negara Republik Indonesia.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan, yaitu: 1. Agar pembaca dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk meneladani sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
yang baik dan
meninggalkan sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang buruk. 2. Agar pembaca dapat mempergunakan penelitian ini untuk penelitian selanjutnya khususnya penelitian mengenai sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial.
DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 1991. Sekitar Masalah Sastra: Beberapa Prinsip dan Metode pengembangan . Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Gazalba. S. 1967. Kebudajaan Sebagai Ilmu, Kehidupan Sosial Kebudajaan: BersahajaPeralihan- Moderen Islam, Jakarta: Pustaka Antara. Goode. W. 1991. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara. Havilan. W. 1985. Antropologi-jilid II. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Http : File:///F:/ Kekerabatan_Sosial Koreain My World S ‘Blog. htm. Diakses 09 September 2014. Http : // id. Wikipedia. Org/wiki/hubungan_kekerabatan. diakses 01 Oktober 2014. Ihrono TO. 2006. Pokok- Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat. Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi II. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Lisna, Pitri. 2011. Unsur Budaya dalam Novel “Bait-Bait Cinta” Karya Geiddurahman Elmishry. Jambi: Skripsi UNJA.
Mawardi. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia. Munandar. S. 2006. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT Refika Aditma. Nurgiyantoro. B.1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada UP,. Print. Semi, M.A.1981. Anatomi Sastra. Padang: Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FPBS IKIP. Suyitno. 2009. Apresiasi Puisi dan Prosa. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetekan UNS (UNS Press). Web. 07 Nov. 2009.
."Pengertian Unsur Budaya -." Offers Review and Software Download Free. Idonbiu.com, 2009. Diakses 29 September 2014. Yandianto. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S.