BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah setingkat provinsi di pulau Jawa yang memiliki wilayah terkecil ke dua setelah Jakarta. Walaupun mempunyai wilayah yang kecil, Yogyakarta menjadi sebuah provinsi yang terkenal di tingkat nasional maupun internasional. Bahkan Yogyakarta sudah lebih dulu berdaulat sebelum kemerdekaan Indonesia. Oleh karena adanya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, maka Pemerintah pusat mensahkan Undang-Undang Keistimewaan untuk Yogyakarta. Yogyakarta yang lebih sering diidentikkan dengan kota Yogyakarta terkenal dengan banyak sebutan. Beberapa sebutan yang terkenal yaitu kota pelajar, kota budaya, dan kota wisata. Sebutan kota pelajar berasal dari lahirnya Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Dari Taman Siswa ini pula menjadi awal munculnya pendidikan di Indonesia. Sebutan tersebut menjadikan Yogyakarta didatangi oleh pelajar dari berbagai penjuru Indonesia, bahkan dari luar negeri untuk belajar. Sebutan kedua yaitu Yogyakarta kota budaya. Terdapat potensi budaya yang sangat beragam, baik yang fisik atau dapat dilihat maupun non fisik atau budaya yang dapat dirasakan. Yogyakarta memiliki bangunan, kawasan serta benda-benda cagar budaya yang hingga kini masih dijaga dengan baik seperti misalnya candi-candi dan Keraton Yogyakarta yang masih berdiri kokoh dan menjadi pusat kebudayaan di
1
Yogyakarta. Sedangkan untuk budaya yang dapat dirasakan, terlihat dari cara berprilaku masyarakat yang ramah terhadap pendatang dan sangat menjunjung tinggi budayanya. Faktor lain yang menjadikan Yogyakarta sebagai kota budaya adalah banyak seniman terkenal yang berasal dari Yogyakarta. Selain kedua sebutan tersebut, Yogyakarta juga dikenal sebagai kota wisata atau destinasi wisata yang terkenal di Indonesia. Yogyakarta sebagai sebuah destinasi wisata menawarkan berbagai daya tarik wisata yang menarik mulai dari wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata minat khusus, wisata kuliner, MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) dll. Potensi wisata yang ada juga terus dikembangkan menjadi lebih beragam misalnya kabupaten Gunung Kidul yang memiliki deretan pantai selatan yang terkenal cantik dengan pasir putihnya. Deretan pantai tersebut awalnya hanya pantai biasa dan tidak ada yang mengunjungi. Namun, kini deretan pantai tersebut dijadikan tempat wisata dilengkapi fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, warung makan, dll. Hingga saat ini Yogyakarta tetap menjadi daerah yang mendatangkan wisatawan dengan jumlah yang cukup banyak baik wisatawan asing maupun domestik. Perkembangan industri pariwisata di Yogyakarta pun terbilang pesat. Banyak investor yang menanamkan modalnya dalam industri perhotelan. Hal tersebut terbukti dengan pembangunan hotel-hotel dalam jumlah banyak di Yogyakarta. Selain hotel, industri lain yang berkembang
2
cukup pesat adalah biro perjalanan wisata atau yang lebih sering disebut tour and travel. Tour and travel menyediakan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan. Mulai dari tiket pesawat, voucher hotel, ada pula paket wisata yang menyediakan serangkaian jasa dari tiket pesawat, voucher hotel, tiket masuk tempat wisata dalam satu paket. Banyak tour and travel yang berdiri dan berusaha menarik minat wisatawan untuk menggunakan jasanya. Hal ini menyebabkan munculnya tingkat persaingan yang cukup tinggi antar perusahaan tour and travel. Para pengusaha di bidang tour and travel harus pintar dalam membuat strategi untuk menarik pelanggan. Kecerdasan pemasaran oleh perusahaan tour and travel sangat menentukan keberlangsungan kegiatan usaha perusahaan tersebut. Fun Holiday Tour and Travel yang selanjutnya disebut sebagai Fun Holiday adalah salah satu perusahaan tour and travel di Yogyakarta yang sedang berkembang. Perusahaan ini juga memiliki kantor representative di Jakarta. Fun Holiday adalah perusahaan yang melakukan rebranding yang awalnya bernama Smartrip Adventure menjadi Fun Holiday sejak akhir tahun 2013. Dengan dilakukan rebranding dan konsep yang lebih baik diharapkan semakin banyak konsumen yang menggunakan jasa Fun Holiday. Perusahaan ini sangat memperhatikan tingkat penjualan pasca rebranding karena dari tingkat penjualan produk tersebut dapat dilihat berhasil atau tidaknya rebranding yang telah dilakukan. Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti efektivitas rebranding terhadap tingkat penjualan produk di Fun Holiday.
3
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bagian Latar Belakang, maka penelitian fokus pada efektivitas rebranding terhadap tingkat penjualan produk yang dilakukan oleh Fun Holiday tour and travel di Yogyakarta. Adapun rumusan masalah penelitian dapat diuraikan sebagai berikut ini: 1. Bagaimana strategi branding yang dilakukan Fun Holiday pasca rebranding? 2. Bagaimana strategi pemasaran Fun Holiday pasca rebranding? 3. Apakah rebranding efektif untuk meningkatkan penjualan produk? C. Ruang Lingkup Tugas Akhir ini memfokuskan pembahasannya mengenai profil Fun Holiday dan efektivitas rebranding Smartrip Adventure menjadi Fun Holiday terhadap tingkat penjualan produk. D. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui strategi branding yang dilakukan Fun Holiday pasca rebranding. 2. Untuk mengetahui strategi pemasaran Fun Holiday pasca rebranding. 3. Untuk mengetahui efektivitas rebranding terhadap tingkat penjualan produk.
4
E. Manfaat 1. Manfaat Praktis Manfaat praktis bagi Fun Holiday yaitu dengan dapat dianalisisnya strategi branding dan pemasaran
yang dapat mempengaruhi
peningkatan jumlah penjualan produk. Sehingga mempunyai manfaat yang sangat penting bagi tour and travel sebagai masukan demi kemajuan perusahaan maupun operasional kerja di Fun Holiday, yang dapat berdampak maksimalnya pendapatan sesuai dengan target. 2. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yaitu sebagai bahan pembelajaran dan menambah ilmu pengetahuan dari hasil praktik kerja lapangan di Fun Holiday yang selama ini belum didapat secara maksimal selama perkuliahan, khususnya ilmu tentang pemasaran. F. Tinjauan Pustaka Penulis telah membaca empat penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian-penelitian menjadi bahan pembelajaran dan bahan rujukan bagi penulis untuk penelitian ini. Berikut ini empat penelitian yang telah dibaca peneliti : 1. Skripsi Hariyono dkk dari Universitas Kristen Petra Surabaya tahun 2005 yang berjudul “Analisa pengaruh brand model Panasonic terhadap brand awareness dan kesesuaian karakter brand model Panasonic dengan brand personality produk televisi Panasonic Dian Series”. P.T National Panasonic Gobel merupakan perusahaan yang
5
memasarkan produk-produk elektronik dengan merek Panasonic maupun merek National. Perusahaan tersebut melakukan strategi pemasaran perubahan merek National menjadi satu dengan merek Panasonic karena persaingan bisnis yang semakin ketat. Pemasaran yang dilakukan yaitu dengan menggunakan iklan di berbagai media dan memilih Duta Panasonic sebagai usaha untuk mengenalkan perubahan merek. Pemilihan tersebut dilakukan dengan memilih seorang public figure yang dijadikan Brand Model perusahaan. Hariyono dkk meneliti tentang pengaruh Brand Model Panasonic terhadap brand awareness dan kesesuaian karakter brand model Panasonic dengan brand personality pada produk televisi Panasonic Dian Series. Dari penelitian tersebut didapat brand model yang telah dipilih memberikan pengaruh yang cukup besar bagi brand awareness masyarakat di Surabaya serta ada kesesuaian antara brand model Panasonic dengan brand personality televisi merek Panasonic Dian series. 2. Skripsi Effendi dkk dari Universitas Kristen Petra Surabaya tahun 2007 yang berjudul “Analisa strategi pemasaran pasca rebranding Bali Hilton International Hotel menjadi Ayodya Resort Bali: dampak terhadap brand awareness konsumen”. Pada tahun 2006 Bali Hilton International Hotel melakukan rebranding menjadi Ayodya Resort Bali karena berakhirnya kontrak franchise. Strategi pemasaran yang dilakukan pasca rebranding lebih difokuskan pada peningkatan
6
kualitas customer service. Dari hasil penelitian diperoleh brand awareness Ayodya Resort Bali sudah cukup terkenal, dibuktikan dengan survei yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa responden dan menduduki peringkat ke tiga dalam daftar top of mind hotel brand Nusa Dua Bali. 3. Skripsi Adhisty Saccharina dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur tahun 2011 yang berjudul “Analisis strategi rebranding dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan dan profitabilitas di Mc. Donald’s Mayjen Sungkono Surabaya”. Mc. Donald’s merupakan usaha waralaba atau franchise rumah makan cepat saji yang terkenal. Namun, pada tahun 2005 muncul isu kesehatan yang membuat citra Mc. Donald’s menjadi buruk. Hal ini berdampak pada semua franchise Mc. Donald’s termasuk Mc. Donald’s Mayjen Sungkono Surabaya. Isu tersebut membuat Mc. Donald’s melakukan strategi rebranding untuk menggeser target pasar. Hasil penelitian menunjukkan McDonald’s Mayjen Sungkono dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan perubahan profitabilitas yang dicapai oleh penerapan strategi rebranding, namun masih ditemukan fakta bahwa Mc Donald’s belum fokus pada satu target pasar tertentu. 4. Jurnal Suryo Brahmantyo dari Universitas Mercu Buana Jakarta tahun 2012 yang berjudul “Strategi rebranding Holycow! Steakhouse oleh chef Afit”. Pada tahun 2010 di Jakarta telah dibuka restoran steak bernama Holycow! Steak yang dimilki oleh dua pasangan suami istri
7
Wanda–Winda dan Afit Dwi Purwanto–Lucy Wiryono. Namun pada tahun 2012 mereka memutuskan berpisah. Ada dua restoran yang telah dibuka, kini Restoran yang bertempat di Radio Dalam menjadi milik Wanda-Winda, sedangkan restoran di Senopati jatuh kepada pasangan Afit-Lucy. Outlet yang bertempat di Jalan Bhakti, Senopati, Jakarta Selatan pun berubah nama menjadi “Holycow! Steakhouse by Chef Afit”, di bawah kepemilikan Afit Dwi Purwanto dan Lucy Wiryono dengan nama resmi PT. Holycow! Danadipa Indonesia. Sejumlah perubahan telah dilakukan untuk menyatakan kepada publik bahwa sudah terjadi perubahan terhadap restoran steak ini. Mulai dari status kepemilikan, pembaharuan nama, seragam karyawan, akun-akun media sosial, berikut inovasi-inovasi baru yang berkenaan dengan promosi “Holycow! Steakhouse by Chef Afit”. Strategi rebranding dilakukan secara bertahap dan sangat mengandalkan sosial media baik melalui akun pribadi pemilik maupun akun Holycow! Steakhouse by Chef Afit. Dari keempat penelitian yang menjadi rujukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa rebranding dapat menjadi pilihan yang tepat bagi sebuah perusahaan untuk meningkatkan kualitas perusahaan dan pendapatan perusahaan dengan dibarengi strategi pemasaran yang tepat juga. Mengerucut dari bahasan diatas, Tugas Akhir ini menjadi penelitian pertama yang berkaitan dengan analisa efektivitas rebranding
8
terhadap tingkat penjualan produk di Fun Holiday Tour and Travel di Yogyakarta dan belum pernah ada sebelumnya. G. Landasan Teori 1. Pemasaran (Marketing) Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh sebuah perusahaan baik itu perusahaan yang memproduksi barang maupun
penyedia
jasa
dalam
tujuan
untuk
mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan yang secara langsung berhubungan dengan konsumen. Philip Kotler dan Paul N. Bloom dalam bukunya berjudul Teknik dan Strategi Memasarkan Jasa Profesional menyebutkan
definisi
pemasaran
adalah
analisis,
perencanaan,
implementasi, dan pengendalian atas program yang dirancang dengan cermat untuk menciptakan pertukaran nilai yang dilakukan secara sukarela dengan pasar sasaran demi tercapainya tujuan-tujuan organisasi. Pemasaran itu sangat mengandalkan pada perancangan penawaran organisasi dilihat dari segi kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, dan pada penggunaan penetapan harga, komunikasi, serta distribusi yang efektif untuk menginformasikan, memotivasi dan melayani pasar tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemasaran merupakan kunci kesuksesan dari suatu perusahaan. Beberapa hal yang perlu dicatat sehubungan dengan definisi pemasaran :
9
1.
Pemasaran
berlangsung
sebelum
penjualan
dilakukan
dan
mencakup pengembangan rencana serta program yang dirumuskan secara cermat. 2.
Pemasar berusaha merumuskan seperangkat manfaat yang cukup menarik bagi pasar sasaran untuk mendapatkan pertukaran secara sukarela.
3.
Pemasaran berarti pemilihan suatu pasar sasaran dan bukan suatu usaha serampangan untuk melayani semua pasar dan semua kebutuhan.
4.
Tujuan pemasaran adalah membantu organisasi untuk dapat menjadi kelanggengan hidupnya dan tetap sehat melalui pelayanan kepada pasarnya secara lebih efektif. Perencanaan pemasaran yang efektif menghendaki agar sebuah organisasi haruslah benar-benar spesifik dalam sasaran-sasarannya.
5.
Pemasaran yang efektif berorientasi pada pemakai, dan bukan berorientasi pada penjual.
6.
Pemasaran menggunakan dan meramu seperangkat sarana yang disebut ramuan atau bauran pemasaran (marketing mix) – yakni rancangan penawaran, penetapan harga, komunikasi, dan distribusi. Seringkali masyarakat menyamakan pemasaran dengan salah satu dari sarana pemasaran itu saja, misalnya periklanan. Padahal pemasaran diarahkan pada pencapaian hasil-hasil dan hal ini
10
menuntut konsepsi yang sangat luas dari semua faktor yang mempengaruhi perilaku beli klien. Sedangkan menurut Stanton (2001), definisi pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan,
menentukan
harga,
mempromosikan
dan
mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dari definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan usaha terpadu untuk menggabungkan rencanarencana strategis yang diarahkan kepada usaha pemuas kebutuhan dan keinginan konsumen untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan melalui proses pertukaran atau transaksi. Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen bila ingin mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen. Perusahaan harus secara penuh tanggung jawab tentang kepuasan produk yang ditawarkan tersebut. Dengan demikian, maka segala aktivitas perusahaan, harusnya diarahkan untuk dapat memuaskan konsumen yang pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh laba. 2. Merek (Brand) Banyak pengertian terkait merek dari beberapa ahli dalam bidang pemasaran. Selama ini masyarakat awam mengenal merek adalah nama atau logo dari sebuah produk. Padahal merek mempunyai makna lebih dari sekedar nama dan logo produk. American Marketing Association
11
pada tahun 1960 memberikan pengertian-pengertian pokok merek berikut ini: a. Merek (Brand) Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain atau gabungan
semua
unsur-unsur
tersebut
yang
diharapkan
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk-produk lain. b. Nama Merek (Brand Name) Nama Merek adalah sebagian dari nama merek yang dapat diucapkan. c. Tanda Merek (Brand Mark) Tanda Merek adalah sebagian dari merek yang dapat dikenali, namun tidak dapat diucapkan seperti misalnya lambang, desain huruf atau warna khusus. d. Tanda Merek Dagang (Trademark) Tanda Merek Dagang adalah merek atau sebagian dari merek yang dilindungi oleh hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda merek dagang ini melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek dan atau tanda merek.
12
e. Hak Cipta (Copy Right) Hak cipta adalah hak istimewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis ataupun karya seni. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh M.Suyanto (2007) bahwa merek atau brand adalah kombinasi dari nama, kata, simbol, atau desain yang memberi identitas produk. Jadi saat seseorang atau sekelompok orang pemasar membuat sebuah nama, logo, atau simbol untuk sebuah produk yang mereka produksi, maka pemasar tersebut telah mencipatakan sebuah merek. Pendapat lain dari Prih Sarnianto (1996) sebuah brand bukan hanya sekedar nama, istilah (term), tanda (sign), symbol –atau kombinasinya- adalah untuk membedakan satu penjual atau pembuat dari yang lainnya. Lebih dari itu, merek pada dasarnya adalah ‘janji’ sang penjual atau pembuat untuk secara konsisten memberikan sebentuk tertentu features, benefits, dan services kepada para konsumen. Dan ‘janji’ inilah yang membuat masyarakat mengenal merek tersebut, lebih dari merek lainnya. Pemerintah Indonesia juga mengatur merek yang dituangkan dalam UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek sebagai berikut: a. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
13
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. b. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. c. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa -jasa sejenis lain nya. d. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya. Ali Hasan (2013) menyebutkan beberapa makna merek. Sebuah brand yang baik adalah mampu membedakan diri dari pesaing, dalam 6 makna: 1.
Atribut – merek mengingatkan atribut tertentu.
2.
Manfaat – atribut diubah menjadi manfaat emosional, sosial dan fungsional, pelanggan bukan membeli atribut – mereka membeli manfaat.
3.
Nilai – merek menyatakan sesuatu tentang nilai perusahaan (pembeda dari pesaing).
14
4.
Budaya (brand culture), merupakan pencerminan dari himpunan simbol, nilai, dan perilaku perusahaan tertentu. Secara internal, budaya merek menjadi penuntun semua perilaku dan tindakan karyawan (mitra internal) perusahaan harus cocok dengan budaya merek yang yang tercermin dari merek itu sendiri. Secara eksternal, budaya merek ini akan menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk membeli merek produk yang memiliki simbol, nilai-nilai, dan perilaku yang sesuai dengan budaya, nilai-nilai, dan perilaku mereka sendiri.
5.
Kepribadian – merek memproyeksikan kepribadian tertentu. Merek akan menarik orang-orang yang diinginkan sesuai dengan citra merek.
6.
Pemakai, merek memberi kesan mengenai jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk. Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
merek adalah kumpulan dari nama, lambang, simbol, kata yang menjadi penanda dari sebuah produk atau jasa. 3. Perubahan Merek (Rebranding) Rebranding merupakan gabungan dari kata re yang berarti kembali dan branding yang memiliki arti proses menciptakan atau menetapkan brand atau merek. Masyarakat awam sering menganggap bahwa rebranding adalah perubahan logo, namun rebranding bisa lebih dari sekedar mengubah logo. Seperti yang telah dituliskan oleh akun bernama Creasionbrand pada www.kompasiana.com rebranding berarti langkah
15
perubahan yang diambil oleh brand atau produk atau perusahaan untuk mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal maupun internal bisnis. Rebranding juga dapat dikatakan sebagai langkah perubahan visual yang mewakili perubahan strategi ataupun identitas brand atau perusahaan atau
produk
tersebut.
(kompasiana,http://ekonomi.kompasiana.com/
marketing/2011/04/04/brand-dan-re-branding-352926.html. Diakses pada 17 Februari 2014 pukul 16.10 WIB). Sebuah perusahaan yang melakukan rebranding sudah pasti ada alasan dan motivasi yang mendasarinya. Perusahaan tersebut juga bertujuan agar menjadi lebih baik. Seperti yang telah dikutip Torentiose Effendi dkk dari Universitas Kristen Petra Surabaya dalam skripsinya yang berjudul “Analisa strategi pemasaran pasca rebranding Bali Hilton International Hotel menjadi Ayodya Resort Bali : dampak terhadap brand awareness konsumen” pada tahun 2007 Direct (2005) berpendapat dan mengemukakan tiga alasan dan motivasi perusahaan melakukan rebranding yaitu: 1. The company name doesn’t represent its services/capabilities Kondisi
saat
produk
atau
jasa
yang
dihasilkan
tidak
mempresentasikan nama dari perusahaan yang terkait. 2. The current perception about the company and its product/services is in stale Kondisi persepsi aktual akan produk atau jasa yang ditawarkan suatu perusahaan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.
16
3. The company/organization is implementing important, new initiatives. Hal ini mungkin dapat terjadi apabila struktur lama tidak cukup kuat untuk menahan konstruksi baru. Dalam artian bahwa saat bisnis mulai menghadapi tantangan baru atau bergerak menuju arah baru, rebranding dapat menjadi suatu batu loncatan dalam memulai perubahan. Rebranding mungkin diperlukan dalam situasi ini karena dapat memenuhi harapan penjualan dan usaha pemasaran yang memungkinkan promosi inisiatif baru pada prospek baru, para konsumen, dan bidang industri lainnya. Pendapat lain dari Muller (2004) alasan dan motivasi rebranding : 1.
Untuk restrukturisasi, membuat start baru, atau penyegaran.
2.
Pemulihan dari krisis atau skandal.
3.
Merger.
4.
Cost Control.
5.
Untuk menyatukan brand secara global.
6.
Untuk mendukung arah baru, budaya baru perusahaan.
7.
Membentuk produk baru. Keberhasilan rebranding dapat diukur. Menurut Ario Fajar dalam
majalah ekonomi online SWA pada tahun 2012, indikator keberhasilan rebranding bukan hanya dikenal oleh banyak publik, melainkan juga mampu mengangkat nilai merek sehingga mendorong bisnis perusahaan. (Majalah online SWA, http://swa.co.id/business-strategy/marketing/ceomenentukan-keberhasilan-re-branding.html. Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 07.00 WIB). Dengan kata lain hal pertama yang dilihat apabila
17
rebranding berhasil adalah brand awareness konsumen. Selanjutnya keberhasilan tersebut dapat dilihat dari nilai merek mampu terangkat atau tidak. Apabila kedua hal tersebut berhasil maka dapat mendorong bisnis perusahaan termasuk tingkat penjualan produk. 4. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif. Efektif merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu kata effective
yang berarti ampuh,
manjur, mempan, dan yang berhasil. Sedangkan menurut kamus kata-kata serapan asing dalam bahasa Indonesia, efektif mempunyai arti mempunyai efek atau pengaruh atau akibat, memberikan hasil yang memuaskan, dan berhasil. Untuk kata efektivitas, di dalam kamus diartikan
keefektifan.
Dari
pengertian-pengertian
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah sebuah ukuran yang menyatakan seberapa jauh efek atau pengaruh atau akibat yang didapatkan. 5. Biro Perjalanan Wisata Biro perjalanan wisata atau yang lebih sering disebut tour and travel merupakan penyedia jasa dalam bidang pariwisata. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian biro perjalanan wisata. Seperti yang telah dikutip oleh M.A Desky dalam bukunya berjudul Pengantar Bisnis Biro Perjalanan Wisata tahun 1999 , Oka A. Joeti mendefinisikan Biro Perjalanan Wisata (tour operator) adalah suatu perusahaan yang usaha dan kegiatannya merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan orangorang untuk tujuan pariwisata (tours) atas inisiatif dan resiko sendiri,
18
dengan tujuan mengambil keuntungan dari penyelenggaraan perjalanan tersebut. Pendapat lain dari Nyoman S. Pendit, tetap mengutip dari buku yang sama, menyebutkan bahwa travel bureau atau travel agency adalah perusahaan yang mempunyai tujuan menyiapkan suatu perjalanan, yang dalam bahasa asing disebut trip atau tour, bagi seseorang yang merencanakan untuk melakukan perjalanan. M.A Desky (1999) menyebutkan peran utama biro perjalanan wisata adalah sebagai penghubung anatara wisatawan dan perusahaan penyedia fasilitas perjalanan, yang diperlukan wisatawan untuk mencapai tujuan dari perjalanannya. Fungsi Perjalanan Wisata : 1.
Pusat Informasi Perjalanan
2.
Penasehat Perjalanan
3.
Perantara
4.
Sumber devisa Negara
5.
Promotor dalam pengenalan objek wisata
6. Produk Di dalam kegiatan penjualan, objek yang diperjualbelikan oleh pihak penjual dan pihak pembeli adalah sesuatu yang dinamakan dengan produk. Produk memiliki dua bentuk, yaitu produk dalam bentuk barang dan produk dalam bentuk jasa. (Sistaningrum, 2002:1)
19
H. Metode Penelitian 1. Waktu dan Tempat Kerja Praktik Lapangan Praktik kerja lapangan dilakukan selama 3 bulan terhitung mulai tanggal 20 Januari 2014 sampai dengan 20 April 2014 di Fun Holiday Tour and Travel. Alamat
: Jalan Alamanda CTX 11 A, Gejayan Yogyakarta
No. Telp & Fax
: (0274) 558 407
No HP
: 081 325 000 833
Email
:
[email protected]
Website
: www.funholiday.co
Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan: Senin-Jumat
: 09.00-17.00 WIB
Sabtu
: 09.00-12.30 WIB atau 13.00-16.30 WIB
2. Jenis Data a. Data Primer Data primer diperoleh dari pihak Fun Holiday untuk mendapatkan gambaran tentang strategi branding, strategi pemasaran pasca rebranding, informasi tentang faktor-faktor yang dibalik rebranding dan data tingkat penjualan produk selama 1 tahun terakhir. b. Data Sekunder Sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, literature penunjang dan artikel yang berkaitan dengan rebranding di perpustakaan pusat UGM, perpustakaan Kota Yogyakarta dan internet.
20
3. Cara Pengambilan Data Untuk
memperoleh
data
dalam
penelitian
ini,
penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Observasi Langsung Metode observasi langsung adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Penulis secara langsung melakukan pengamatan di Fun Holiday. b. Wawancara Metode wawancara adalah cara pengumpulan data dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data. Penulis melakukan wawancara dengan direktur dan karyawan Fun Holiday sebagai narasumber. c. Studi Pustaka Metode studi pustaka adalah cara pengumpulan data dengan mencari literarur yang relevan dengan topik penelitian di perpustakaan pusat UGM dan perpustakaan Kota Yogyakarta serta internet. 4. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada tugas akhir ini merujuk pada tujuan untuk mengetahui efektivitas rebranding terhadap tingkat penjualan produk di Fun Holiday Yogyakarta. Berdasarkan tujuan
21
penelitian tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan seluruh gambaran obyek. Dari hasil analisis dapat diketahui efektivitas rebranding terhadap tingkat penjualan produk di Fun Holiday Yogyakarta. I. Sistematika Penulisan Tugas Akhir Sistematika penulisan Tugas Akhir ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, ruang lingkup, tujuan, manfaat, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir. Bab II yaitu gambaran umum yang berisi sejarah singkat Fun Holiday, struktur organisasi, visi dan misi, produk yang ditawarkan, dan lokasi kantor. Bab III yaitu pembahasan yang berisi tentang strategi branding, strategi pemasaran yang dilakukan oleh Fun Holiday pasca rebranding, analisa efektivitas tingkat penjualan produk pasca rebranding, dan analisa hasil penelitian efektivitas rebranding terhadap tingkat penjualan produk. Bab IV yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran untuk Fun Holiday Tour and Travel.
22