BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Di negara beriklim tropis, penyakit akibat parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang (Sasmita dkk, 1988). Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat menular dari hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Toksoplasmosis adalah salah satu penyakit zoonosis yang paling penting yang ditransfer dari daging mentah atau setengah matang. (Beaver, 2000). Infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii tersebar di seluruh dunia pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif (WHO, 1979). Sebagai parasit, Toxoplasma gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat (Remington dan Desmonts, 1983). Menurut Hendri (2008) dalam Yaudza (2010), diperkirakan 30-60% penduduk dunia terinfeksi oleh Toxoplasma gondii. Di Amerika Serikat diperkirakan 60 juta penduduk terinfeksi Toxoplasma gondii (CDC, 2013). Sedangkan di Asia Tenggara, prevalensi Toksoplasmosis baik pada manusia maupun hewan diperkirakan dari 2% hingga 70% (Nissapatorn, 2007).
1
2 Menurut Nurcahyo (2011) tingkat prevalensi Toxoplasma gondii di Indonesia berkisar antara 2-63% pada manusia. Di Provinsi Bali juga pernah dilakukan beberapa penelitian mengenai Toksoplasmosis terkait seroprevalensi Toksoplasmosis pada ibu hamil (Dewi 2010). Pada tahun 1997 telah dilakukan penelitian terhadap 100 orang ibu hamil yang datang control ke RSUP Sanglah, diketahui 21% ibu hamil menderita Toksoplasmosis (Karkata, 2006). Pata tahun 2009, diteliti 330 sampel serum wanita hamil di Kabupaten Badung, diketahui 10,9% serum positif Toksoplasmosis (Dwinata, 2009). Penemuan terkini menyebutkan bahwa telah terdapat infeksi Toxoplasma gondii pada satwa laut (berang-berang laut), yang menunjukkan bahwa parasit ini telah mengontaminasi air laut yang berasal dari tanah (Dubey, 2008). Menurut Bowie, 1997 dalam Hanafiah, 2010 menyebutkan bahwa salah satu media penularan infeksi Toksoplasmosis adalah melalui air minum. Di Greater Victoria Canada pada bulan Maret 1995 terjadi outbreaks Toksoplasmosisis yang diperkirakan disebabkan oleh air minum yang tercemar. Setelah dilakukan uji PCR terhadap sumber air minum ternyata ditemukan ookista Toxoplasma gondii (Isaac-Renton et al., 1998 dalam Hanafiah, 2010). Di Bali khususnya Kabupaten Badung prevalensi dari infeksi ini dikatagorikan cukup tinggi sebesar 41,3% (Sukaryawati, 2011), penelitian yang dilakukan Setyoningsih (2004) di Denpasar, menemukan infeksi protozoa sebesar 33,3% dari 33 kucing yang diperiksa. Prevalensi penyakit ini akan semakin meningkat tergantung dari pola konsumsi dan sanitasi lingkungan terkait daging. Penularan penyakit Toksoplasmosis dapat terjadi pada tempat-tempat dengan sanitasi lingkungan yang kurang bersih seperti dari tanah maupun sampah atau feses kucing yang mengandung ookista Toxoplasma gondii (Frenkel, 2002 dalam Cruz & Janeiro, 2009). Manusia dapat menderita Toksoplasmosis dengan cara memakan
3 daging yang terinfeksi atau menelan oosista yang infektif. Mengingat infeksi yang sering terjadi adalah per oral atau melalui mulut, maka hal tersebut dijadikan sebagai dasar utama pencegahan masuknya bentuk infektif ke dalam tubuh hospes definitif atau hospes perantara. Kebiasaan masyarakat yang suka makan daging sate terutama daging kambing serta meminum air yang belum direbus secara matang yang dapat menjadi sumber infeksi yang potensial. Sumber air seperti sungai, laut, danau, PDAM, air sumur, dll yang terkontaminasi
ookista
Toxoplasma
gondii
menjadi
factor
risiko
dari
toksoplasmosis. Untuk daerah Bali sumber air yang biasanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah air sumur, air danau, air PDAM, sedangkan daerahdaerah dataran tinggi yang jauh dari laut seperti Bangli dan Tabanan perbukitan sering kontak dengan air danau untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air yang tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu (Jorgensen and Vollenweiden, 1989). Sementara itu, menurut Ruttner (1977) dan Satari (2001) danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau yang lain serta mempunyai produktivitas biologi yang tinggi. Menurut Jorgensen (1989) perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi, selanjutnya Wulandari mengatakan danau adalah badan air yang dikelilingi daratan dan dikelompokkan sebagai salah sata jenis lahan basah. Umumnya perairan danau selalu menerima masukan air dari daerah tangkapan air di sekitar danau, sehingga perairan danau cenderung menerima bahan-bahan terlarut yang terangkut bersamaan dengan air yang masuk. Oleh karena itu konsentrasi zat-zat yang terdapat di danau merupakan resultante dari zat-zat yang berasal dari aliran air diatasnya.
4 Danau mempunyai fungsi ekonomi yang sangat tinggi. Salah satu fungsi danau adalah perikanan, baik budidaya maupun perikanan tangkap. Danau juga penting dari sisi tata air (antara lain mencegah kekeringan dan banjir) dalam kaitannya dengan penyediaan air bersih, baik untuk minum, irigasi maupun industri. Dengan demikian danau mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan. Penjagaan kebersihan sumber-sumber air danau, danau itu sendiri dan saluransaluran keluarnya secara otomatis menjamin tersedianya air bersih di sepanjang alirannya. Namun saat ini perairan danau sudah banyak tercemar, baik pencemaran oleh zat kimia seperti limbah rumah tangga, limbah hotel dan pencemaran oleh mikrobiologi seperti bakteri, protozoa, dll. Perilaku masyarakat di sekitar danau yang sangat memungkinkan terjadinya pencemaran Toxoplasma gondii baik dari danau ke masyarakat maupun dari masyarakat ke danau, maka perlu adanya pengkajian mengenai prilaku berisiko masyarakat yang selalu kontak dengan danau seperti petani, nelayan, pedagang dll. Berbagai perilaku yang memungkinkan terinfeksi toxoplasma tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat sekitar seperti mencuci makanan di danau, memenuhi kehidupan sehari-hari menggunakan air danau, mandi dan sikat gigi di danau dll. Adanya kontak antara prilaku berisiko masyarakat dengan air danau yang terkontaminasi
ookista
Toxoplasma
gondii
memungkinkan
terjadinya
Tokxoplasmosis. Karena sedikit penelitian yang spesifik mengulas gambaran keberadaan Toxoplasma gondii pada air danau dan tingginya prevalensi Toksoplasmosis di Bali menyebabkan penulis tertarik meneliti tentang gambaran keberadaan Toxoplasma gondii pada air danau yang ada di bali tahun 2015 disertai prilaku masyarakat sekitar danau yang berisiko terinfeksi Toxoplasma gondii.
5 1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dijelaskan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana gambaran keberadaan Toxoplasma gondii pada air danau yang ada di Bali serta bagaimana gambaran prilaku berisiko Toksoplasmosis pada masyarakat yang ada di sekitar danau di Bali tahun 2015? Pertanyaan penelitian dalam hal ini adalah: 1. Bagaimana keberadaan Toxoplasma gondii pada air danau yang ada di Bali tahun 2015? 2. Bagaimana gambaran prilaku toksoplasmosis pada masyarakat yang ada di sekitar danau?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keberadaan Toxoplasma gondii pada air danau dan prilaku berisiko masyarakat sekitar danau di Bali tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran keberadaan Toxoplasma gondii pada air danau Batur, Beratan, Buyan, dan Tamblingan tahun 2015. 2. Mengetahui gambaran prilaku berisiko masyarakat di sekitar danau Batur, Beratan, Buyan, dan Tamblingan pada tahun 2015. 1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Menambah ilmu pengetahuan yang diteliti langsung dari lapangan yang disesuaikan dengan teori yang ada.
6 2. Sebagai informasi tambahan untuk menambah wawasan dari penelitian epidemiologi 3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitianpenelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Toksoplasmosis. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada semua pihak mengenai pencemaran air danau oleh Toxoplasma gondii. 2. Dari aspek kesehatan masyarakat, dapat dilakukan upaya pencegahan infeksi Toxoplasma gondii secara cepat dan tepat sesuai dengan kondisi di masyarakat sehingga mampu membantu menekan prevalensi Toksoplasmosis di masyarakat.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penulis melakukan penelitian epidemiologi mengenai penyakit infeksi akibat parasit pada air danau dan prilaku berisiko masyarakat di sekitar danau pada tahun 2015 dengan wawancara pada masyarakat yang ada di sekitar danau dan pengujian air danau untuk mengetahui keberadaan Toxoplasma gondii. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2015 di empat danau dan sekitarnya yang ada di bali.