BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Investasi pada pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Tingginya investasi di pasar modal menunjukkan tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Menurut data World Economic Forum dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tahun 2014, penanaman modal dalam negeri tumbuh sebesar 21,6% sedangkan penanaman modal asing tumbuh sebesar 14,6% (http://www.cnnindonesia.com). Pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Sunariyah, 2011:8). Fungsi ekonomi, sebagai intermediasi antara investor dengan pihak yang memerlukan dana. Fungsi keuangan, sebagai penyedia dana bagi para pelaku pasar modal untuk berinvestasi. Saham merupakan sebagai salah satu alternatif investasi yang paling disukai investor. Rasionalitas menyebabkan investor sadar akan keputusannya untuk berinvestasi di saham tertentu sehingga pendapatan yang diharapkan (expected return) dan risiko akan menjadi dua hal yang dipertimbangkan investor (Rakasetya, dkk; 2013). Bila dibandingkan dengan jenis investasi yang lainnya, berinvestasi pada saham memiliki tingkat risiko yang lebih besar. Investor yang berinvestasi pada saham akan memiliki pendapatan yang tidak pasti. Pendapatan pada investasi saham berbentuk dividen dan capital gain (Suharli, 2007). Dividen
diperoleh investor dengan membagi hasil laba bersih perusahaan berdasarkan saham yang dimiliki sedangkan capital gain diperoleh akibat adanya fluktuasi harga saham. Harga saham yang terbentuk di pasar modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham (Jogiyanto, 2011:8). Harga saham cenderung bergerak naik bila semakin banyak permintaan dari investor sebaliknya harga saham cenderung bergerak turun bila makin banyak penawaran dari investor. Penelitian Pavlou dan Blanas (2007) menemukan bahwa kinerja saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran dari preferensi investor. Pemahaman pasar terhadap kondisi perusahaan turut mempengaruhi permintaan dan penawaran harga saham. Investor juga menginginkan saham dengan kinerja yang baik dalam berinvestasi sehingga tinggi rendahnya harga saham ditentukan oleh kinerja perusahaan. Analisis kondisi perusahaan sangat diperlukan investor sebelum membeli saham agar mendapatkan return (Husnan, 2010:307). Return saham merupakan tingkat pengembalian saham atas investasi saham atau beberapa kelompok saham dalam portofolio. Motivasi investor dalam berinvestasi adalah untuk memaksimalkan return yang diperolehnya, karena return saham dapat dijadikan dasar bagi para investor untuk melakukan keputusan investasi, seperti pembelian, penjualan atau menahan investasinya. Keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya menyebabkan investor akan mendapatkan imbalan berupa return (Tandelilin, 2010:102). Terdapat dua jenis return yang diperoleh investor di pasar modal, yaitu current income dan capital gain (loss). Keuntungan yang diterima melalui pembayaran
periodik seperti dividen disebut current income sedangkan capital gain (loss) adalah selisih dari harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya. Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital gain (loss). Return yang diperoleh investor juga ditentukan oleh perusahaan yang menjadi tempat alokasi dana investor. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang menarik bagi investor untuk mendapatkan return. Bila dilihat dari peran perbankan menurut UU No.10 Tahun 1998, maka baik individu maupun perusahaan akan selalu membutuhkan jasa perbankan. UU No. 10 Tahun 1998 menjelaskan bahwa sektor perbankan memiliki peran yang sangat penting bagi negara karena sektor ini memiliki dua sifat khusus. Pertama, bank memiliki sifat sebagai jantung perekonomian negara sehingga menjadi salah satu indikator kestabilan perekonomian negara. Kedua, sektor perbankan juga bertumpu pada kepercayaan masyarakat. Selain itu peran industri perbankan masih mendominasi sistem keuangan di Indonesia dengan pangsa sekitar 77,9 persen dari total aset lembaga keuangan (Bank Indonesia, 2013). Sifat khusus perbankan ini menyebabkan pengelolaan perbankan diawasi dan diatur oleh pemerintah, maka keberadaan bank akan dijamin oleh pemerintah sehingga investor cenderung memilih saham sektor perbankan. Investor sebelum berinvestasi pada perusahaan tertentu harus memastikan investasinya tersebut mampu memberikan return yang diharapkan atau tidak sehingga investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap kinerja bank yang akan menjadi tempat kegiatan investasinya. Kinerja bank yang baik dapat memberikan dan menaikkan keuntungan atau return saham yang merupakan
selisih antara harga saham sekarang dengan harga sebelumnya (Brigham dan Houston, 2011:215). Hal ini akan mengakibatkan semakin banyak investor akan berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. Teori sinyal menyatakan bahwa pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham yang menyebabkan pasar akan bereaksi dan tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham (Sharpe, 1999:211). Analisis profitabilitas merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank (Kasmir, 2013:197). Profiabilitas bank merupakan kemampuan suatu bank untuk mendapat laba yang dinyatakan dalam persentase (Hasibuan, 2012:100). Profitabilitas digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba berdasarkan modalnya (Martono dan Harjito, 2010:53). Analisis profitabilitas juga dapat
digunakan sebagai
pembanding untuk menilai kondisi suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
(profitable). Profitabilitas diproksikan dengan Return on Assets
(ROA). ROA merupakan ukuran profitabilitas yang memiliki arti penting karena menunjukkan penggunaan total aset yang efektif dan efisien untuk menghasilkan laba untuk setiap unit investasi aset sehingga sering diperhatikan oleh perusahaan dan investor (Palepu et al., 2010). Kemampuan manajemen bank memperoleh laba secara keseluruhan juga diukur dengan ROA, semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat laba yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aktiva (Margaretha, 2009:61). ROA yang tinggi menunjukkan manajemen perusahaan dapat secara efektif mengelola total aset perusahaan yang dapat menghasilkan return yang tinggi bagi investor dan akan memberikan sinyal positif bagi investor yang mengakibatkan harga saham naik sehingga terjadi kenaikan return saham (Tandelilin, 1997). Penelitian Ambrose (2009) menemukan bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Hebble (2009) yang menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Keadaan makro ekonomi sangat menentukan prospek perusahaan sehingga beberapa variabel makro ekonomi yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba juga harus diperhitungkan oleh investor, seperti produk domestik bruto (PDB), tingkat pengangguran, inflasi, tingkat bunga, dan kurs rupiah (Tandelilin, 2010:338). Makro ekonomi dalam penelitian ini diproksikan dengan kurs rupiah terhadap dolar AS. Kurs rupiah terhadap dollas AS digunakan karena banyak negara ataupun perusahaan yang melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang dolar AS yang merupakan mata uang internasional dan terkuat di dunia. Selain itu, variabel kurs rupiah juga merupakan salah satu variabel yang dikendalikan oleh Bank Indonesia (BI) dalam kebijakan moneter (Bank Indonesia, 2004). Terjadinya perubahan pada kebijakan moneter BI paling banyak mendapat perhatian para pelaku pasar modal yang dapat berdampak pada volatilitas di pasar saham (Prastowo, 2008). Pergerakan
kurs
rupiah
terhadap
dolar
juga
berpotensi
untuk
meningkatkan atau menurunkan investasi di sektor riil dan berdampak pada
perolehan return saham. Modal asing yang keluar dari Indonesia merupakan salah satu efek dari pergerakan kurs rupiah terhadap dolar. Investor akan lebih memilih menjual saham mereka karena takut terkena risiko nilai tukar rupiah yang cenderung tidak stabil sehingga investor asing mengalokasikan modalnya ke negara lain yang lebih menguntungkan. Demi mengejar keuntungan jangka pendek, investor menjual sahamnya dan beralih berinvestasi di pasar uang saat kurs rupiah terhadap dolar melemah dan kurs valas menguat (Madura, 2009:86). Tandelilin (2010:341) menjelaskan bahwa adanya perubahan ekonomi makro, seperti perubahan kurs rupiah terhadap dolar menyebabkan terjadinya reaksi pada kinerja pasar modal. Penelitian oleh Kandir (2008) menemukan bahwa kurs memiliki hubungan positif dengan return saham. Berbeda dengan Kewal (2012) yang menemukan bahwa kurs berpengaruh negatif terhadap return saham. Kondisi kinerja perusahaan akan melemah karena lesunya kondisi makro ekonomi sebagai akibat pergerakan kurs rupiah terhadap dolar. Terjadinya fluktuasi perubahan kurs rupiah menimbulkan risiko nilai tukar dimana semakin tinggi fluktuasinya semakin besar risiko yang muncul sehingga risiko nilai tukar uang akan menimbulkan laba dan rugi bagi perusahaan. Melemahnya nilai tukar rupiah menyebabkan bank – bank harus membayar utang valuta asing yang tinggi sehingga transaksi valuta asing terutama dolar AS menjadi salah satu sumber kerugian bank (Bank Indonesia, 2010). Penelitian Pujawati (2015) menemukan bahwa kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas sedangkan Simiyu (2015) menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap profitabilitas, tetapi Kiganda (2014) menemukan bahwa nilai tukar tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Fenomena yang terjadi justru tidak sesuai dengan teori, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. Ketika kurs rupiah terhadap dolar melemah di tahun 2010 sampai 2014, indeks saham sektor keuangan cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa rata-rata kinerja perusahaan bank yang ditunjukkan dengan variabel ROA mengalami peningkatan pada tahun 2010-2013, sementara indeks saham sektor keuangan dari tahun 20102013 juga mengalami peningkatan, tetapi ketika terjadi penurunan ROA tahun 2014, indeks saham sektor keuangan justru naik. Tabel 1.1 Makro Ekonomi, Kinerja Bank dan Indeks Saham Sektor Keuangan Periode 2010-2014 Makro Ekonomi Tahun dan Kinerja Bank 2010 2011 2012 2013 2014 Kurs rupiah 9084,65 8779,49 9380,39 10451,37 11878,3 terhadap dolar Rata-rata ROA 1,88 2,15 2,28 2,32 1,80 Indeks saham 466,669 491,776 550,097 540,334 731,64 sektor keuangan Sumber : www.bi.go.id dan www.idx.co.id Berdasarkan uraian latar belakang, fenomena dan masih adanya research gap antar variabel, maka tertarik dilakukan penelitian kembali mengenai pengaruh makro ekonomi terhadap return saham dengan intervening kinerja bank. Penelitian ini mereplikasi kerangka konsep penelitian Arvianto, dkk (2014) yang meneliti pengaruh fundamental makro dan mikro terhadap nilai perusahaan dengan objek penelitian sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Namun penelitian ini menggunakan objek penelitian yang berbeda, yaitu sektor perbankan dan
menyesuaikan variabel fundamental mikro dengan rasio yang digunakan pada bank. Selain itu, penelitian ini fokus pada return saham sedangkan Arvianto, dkk (2014) menggunakan closing price sebagai indikator nilai perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah makro ekonomi berpengaruh signifikan terhadap return saham? 2) Apakah makro ekonomi berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank? 3) Apakah kinerja bank berpengaruh signifikan terhadap return saham? 4) Apakah makro ekonomi berpengaruh signifikan terhadap return saham melalui kinerja bank?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh makro ekonomi terhadap return saham 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh makro ekonomi terhadap kinerja bank 3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kinerja bank terhadap return saham 4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh makro ekonomi terhadap return saham melalui kinerja bank
1.4 Manfaat Penelitian 1)
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bentuk empiris tentang pengaruh makro ekonomi terhadap return saham dengan kinerja bank sebagai variabel mediasi.
2)
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dalam sebagai dasar pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan dan variabel-variabel yang perlu diperhatikan apabila ingin berinvestasi di pasar modal. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan pemegang saham dan manajemen dalam membuat kebijakan perusahaan.