BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sangat penting peranannya dalam kegiatan ekonomi. Tak terkecuali industri perbankan syariah. Dalam menghadapi persaingan yang makin ketat, kinerja yang baik merupakan salah satu kunci sukses untuk mendorong pertumbuhan perbankan. Berbagai pihak yang terkait dengan industri perbankan syariah, baik itu investor, pemerintah maupun masyarakat tentunya membutuhkan gambaran kinerja perbankan tersebut, maka analisis kinerja perbankan perlu dilakukan. Salah satu sumber yang dapat digunakan dalam menganalisis kinerja perbankan adalah dengan menganalisis data dari laporan keuangan bank (Kaligis, 2013). Yang dimaksud dengan analisa laporan keuangan adalah penilaian atas posisi keuangan suatu perusahaan pada masa lalu dan masa sekarang dengan mempelajari angka-angka atau data-data yang ada pada laporan keuangan guna memprediksi posisi keuangan pada masa mendatang (Henry, 2007). Penilaian kinerja perbankan melalui laporan keuangan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengukur tingkat profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan sebuah perusahaan untuk meningkatkan laba yang dimilikinya (Hughes dan Mester, 2008). Pengukuran profitabilitas ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur 1
2
keberhasilan perusahaan seperti aktiva perusahaan, penjualan dan investasi pada laporan keuangannya, sehingga diketahui efektivitas pengelolaan keuangan dan aktiva perusahaan tersebut (Hughes dan Mester, 2008). Salah satu cara untuk melihat tingkat profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melihat rasio ROA perusahaan tersebut. Pada Tabel 1.1, terlihat dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2012, rasio ROA Bank Umum Syariah di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini menandakan bahwa semakin besar persentase ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik dan menguntungkan (Brigham dan Houston , 2006). Tabel 1.1 Perkembangan Rasio ROA Bank Umum Syariah di Indonesia 2010
2011
2012
2013
2014
1,67%
1,79%
2,14%
2,00%
0,80%
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Otoritas Jasa Keuangan, 2015 Namun, pada tahun 2013 ROA Bank Umum Syariah di Indonesia mulai mengalami penurunan hingga 2,00%, bahkan semakin menurun pada tahun 2014 menjadi 0,80%. Hal ini menandakan bahwa semakin rendah persentase ROA menunjukkan adanya masalah pada kinerja perusahaan yang akan berpengaruh pada menurunnya/melambatnya pertumbuhan laba (Brigham dan Houston, 2006). Jika mengacu pada standar ROA dari Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 sebesar 1,5%, maka ROA Bank Umum Syariah tahun 2014 termasuk yang kurang ideal. Apabila dibandingkan dengan perbankan konvensional pada tahun 2013 yang memiliki ROA 3,1%, tingkat profitabilitas perbankan syariah cenderung
3
lebih rendah. Hal tersebut didasarkan pada kemampuan BUS dalam menghasilkan pendapatan di luar kegiatan penyaluran dana masih relatif terbatas. Selain itu, bank konvensional lebih efektif dalam mengelola asetnya daripada bank syariah (Otoritas Jasa Keuangan, 2014). Selain diukur dengan tingkat profitabilitasnya, kinerja perbankan juga diukur melalui tingkat efisiensinya. Efisiensi keuangan merupakan hal penting, karena meningkatkan stabilitas keuangan (Hughes dan Mester, 2008). Mereka juga menekankan pentingnya studi efisiensi perbankan untuk meningkatkan kinerja manajerial dengan mengidentifikasi praktik terbaik dan terburuk. Oleh karena itu, entitas perbankan dan lembaga pembuat kebijakan perlu menyelidiki aspek efisiensi perusahaan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia. Salah satu cara untuk mengukur tingkat efisiensi bank adalah dengan melihat rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Pada tahun 2010 hingga 2012, secara statistik terlihat pada Tabel 1.2 rasio BOPO BUS di Indonesia menurun dari 80,54% hingga 74,97%. Hal tersebut menunjukkan terjadinya efisiensi pada BUS dikarenakan jumlah biaya yang dikeluarkan bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya (Kaligis, 2013). Tabel 1.2 Perkembangan Rasio BOPO Bank Umum Syariah di Indonesia 2010
2011
2012
2013
2014
80,54% 78,41% 74,97% 78,21% 79,28% Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Otoritas Jasa Keuangan, 2015
4
Namun, pada tahun 2013 nilai BOPO mulai meningkat menjadi 78,21%. Hal ini disebabkan oleh biaya operasional untuk pencadangan kerugian aset produktif yang meningkat sebagai antisipasi bank atas meningkatnya risiko pembiayaan, walaupun sempat terjadi efisiensi yang cukup baik di sisi biaya overhead (biaya tenaga kerja, sewa dan promosi) (Otoritas Jasa Keuangan, 2014). Pada tahun 2014, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) masih mengalami peningkatan menjadi 79,28%. Peningkatan biaya ini sulit dihindari, mengingat perbankan syariah kini tengah melakukan investasi untuk mendirikan kantor, infrastruktur, dan peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM). Selain itu, faktor eksternal seperti kondisi ekonomi global dan kondisi politik menjelang dan usai pemilu 2014 juga diyakini ikut mempengaruhi (Otoritas Jasa Keuangan, 2014). Jika mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 bahwa standar BOPO yang terbaik adalah dibawah 92%, maka BUS masih berada pada kondisi yang ideal. Berdasarkan data statistik Perbankan Syariah di atas, pihak-pihak yang terkait dengan industri perbankan syariah, tentunya memiliki keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya (persentase ROA yang meningkat) serta menekan biaya operasional menjadi sekecil mungkin (persentase BOPO menurun). Mereka berharap manajemen yang mengelola usahanya mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki bank tersebut agar dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya namun dengan cara yang efisien (Novado & Hartomo, 2014). Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut
5
tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ROA dan BOPO Bank Umum Syariah di Indonesia. Pada era globalisasi finansial sekarang ini, banyak pihak/investor asing yang mulai berinvestasi pada industri perbankan negara-negara berkembang (Micco et al., 2004 dan Bopkin, 2013). Sebagai salah negara yang sedang berkembang, industri perbankan syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari sasaran investasi pihak asing. Studi yang dilakukan oleh Alamsyah (2012) yang meneliti tiga sampel bank syariah dari Indonesia, Malaysia dan Kawasan Timur Tengah, menemukan bahwa bank syariah di Indonesia lebih menguntungkan, walaupun masih belum efisien kinerjanya. Hal tersebut terlihat dari tingginya indikator ROA dan ROE bank syariah Indonesia, dibandingkan dengan sampel bank syariah negara lainnya. Tidak hanya itu, Indonesia juga merupakan bagian dalam integrasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016 dan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar. Dengan berbagai faktor tersebut, tidak heran beberapa investor asing merasa tertarik untuk berinvestasi, mengakuisisi bahkan mendirikan bank syariah di Indonesia (Alamsyah, 2012).Tentunya hal ini akan menambah persaingan antara bank syariah kepemilikan domestik/nasional dengan kepemilikan asing. Dengan kepemilikan bank yang beragam ini, tentunya perlu dilihat lebih jauh lagi pengaruh investasi pihak asing terhadap kinerja suatu Bank Umum Syariah di Indonesia. Faktor makro ekonomi suatu negara diyakini mempunyai kontribusi terhadap profitabilitas perbankan, salah satunya adalah perubahan nilai tukar/kurs
6
mata uang (Rahmadhani, 2008). Perubahan ini bisa terjadi dalam bentuk pelemahan (depresiasi) maupun penguatan (apresiasi) nilai suatu mata uang. Jika melihat Tabel 1.3, dalam kurun waktu enam tahun terakhir, pelemahan nilai rupiah berlangsung sejak awal tahun 2012. Salah satu penyebab melemahnya nilai mata uang rupiah dari sisi domestik adalah meningkatnya impor terhadap berbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga semakin diperlukan banyak valuta asing untuk membayar transaksi impor tersebut, yang berakibat meningkatnya permintaan terhadap valuta asing (dollar AS) di pasar (Muchlas dan Alamsyah, 2015). Tabel 1.3 Kurs Tengah Tahunan USD – IDR Periode
Nilai dari USD 1 dalam Rupiah
2010
9.084,55
2011
8.779,49
2012
9.380,39
2013
10.451,37
2014
11.878,30
2015
13.388,65
Sumber : Bank Indonesia, 2015 Pada tahun 2015 nilai tukar rupiah sempat melemah cukup tajam, hingga akhirnya pada tanggal 27 Agustus 2015 menyentuh Rp 14.000 per Dolar AS. Angka tersebut merupakan yang terburuk pasca krisis 1998, dimana pada tahun tersebut rupiah melemah hingga Rp 17.000 per Dolar AS (Listio, 2015). Hal tersebut disebabkan faktor eksternal, yaitu dampak devaluasi Yuan oleh Bank Sentral
7
Tiongkok serta kembali meningkatnya ketidakpastian mengenai rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed (Bank Indonesia, 2015). Kegagalan dalam mengelola perubahan nilai tukar, termasuk pelemahan nilai mata uang rupiah, dapat berdampak negatif pada kinerja keuangan dan membahayakan pencapaian pertumbuhan perbankan dan ekonomi suatu negara. Menurut pendapat Mutamimah dan Zaidah (2012), dampak rupiah yang melemah bagi perbankan syariah dapat meningkatkan rasio pembiayaan yang bermasalah (Non Performing Financing). Hal tersebut terkait pada kelancaran usaha nasabah yang dibiayai oleh bank. Jika nilai rupiah lebih rendah dibandingkan dengan valuta asing, ditambah usaha tersebut dijalankan menggunakan bahan impor, maka akan menghambat bisnis nasabah dan dapat meningkatkan pembiayaan yang bermasalah. Hal tersebut secara tidak langsung akan menghambat profitabilitas bank dan berpotensi mengalami kerugian. Oleh karena itu, pengaruh yang timbul dari perubahan nilai tukar mata uang terhadap kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia perlu diamati lebih lanjut. Pengeluaran zakat perusahaan diyakini mempunyai pengaruh pada kinerja perusahaan. Menurut pendapat Rahman (2015), bank syariah yang memiliki kinerja yang baik umumnya memiliki track record yang baik dalam pembayaran zakat perusahaannya. Bank Umum Syariah (BUS) sebagai lembaga keuangan yang beroperasi di bidang jasa keuangan khususnya syariah sudah seharusnya mengeluarkan zakat perusahaan yang sesuai dengan aturan islam dan aturan perundang-undangan sehingga tujuan kemaslahatan dan keberkahan dapat dicapai
8
(Firmansyah dan Rusydiana, 2013). Namun, dalam kenyataannya ada beberapa BUS di Indonesia yang tidak mengeluarkan dana zakatnya secara teratur (Atmahadi dan Dewi, 2013). Menurut Dzunurain (2014), belum semua Bank Umum Syariah di Indonesia mengeluarkan zakat perusahaannya, hanya lima BUS yang telah secara konsisten mengeluarkan zakat perusahaan dalam kurun waktu tahun 2010 sampai 2013. Kondisi tersebut dapat dimaklumi karena keberadaan mayoritas bank umum syariah di Indonesia saat ini masih baru sehingga operasional bank masih dalam tahap peningkatan pangsa pasar sehingga segala bentuk pengeluaran termasuk zakat masih menjadi pertimbangan manajemen (Firmansyah dan Rusydiana, 2013). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dari pengeluaran dana zakat perusahaan, dalam hal ini Bank Umum Syariah terhadap kinerja keuangannya. Dikarenakan bank syariah yang berbeda struktur kinerjanya dengan bank konvensional, maka perlu bagi bank syariah untuk memahami secara mendalam apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Hal ini penting, karena perbankan syariah beroperasi di bawah aturan syariat Islam serta memegang prinsip bagi hasil (profit loss sharing) dan mulai bersaing di tengahtengah perkembangan perbankan konvensional secara global. Diharapkan temuan penelitian ini dapat menjadi solusi tentang permasalahan yang berkaitan dengan kepemilikan saham asing, nilai tukar mata uang, dan pengeluaran zakat perusahaan terhadap kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia.
9
Lebih spesifik, penelitian ini hendak menguji pengaruh kepemilikan saham asing, nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS dan pengeluaran zakat perusahaan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) dan tingkat efisiensi (BOPO) Bank Umum Syariah Indonesia. Penelitian ini merupakan pengembangan dari hasil beberapa penelitan sebelumnya, antara lain : Novado dan Hartomo (2014), Bopkin (2013), Rahmadhani (2008), Kamau et al. (2015), Amirah dan Raharjo (2014), serta Artisa et al. (2014). Perbedaan hasil studi terdahulu menjadi dorongan dilakukannya penelitian ini, dengan mengembangkan variabel-variabel literatur terdahulu yang disesuaikan dengan pemilihan objek dan kurun waktu yang digunakan. Objek penelitian ini menggunakan sebelas Bank Umum Syariah di Indonesia. Kurun waktu penelitian ini antara tahun 2011 hingga tahun 2014, dengan menggunakan laporan keuangan masing-masing bank pada periode tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Kepemilikan Asing, Nilai Tukar dan Zakat pada Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia” B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah kepemilikan saham (domestik dan asing) berpengaruh pada profitabilitas dan efisiensi perbankan syariah? 2. Apakah nilai tukar mata uang dalam negeri pada asing berpengaruh pada profitabilitas dan efisiensi perbankan syariah?
10
3. Apakah pengeluaran zakat perusahaan berpengaruh pada profitabilitas dan efisiensi perbankan syariah ? C. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kinerja Bank Umum Syariah. Bank dituntut memilih rencana manajemen yang dapat meminimalkan biaya yang diberikan serta memaksimalkan keuntungan yang dihasilkan (Hughes dan Mester, 2008). Lebih rincinya, peneliti menggunakan faktor kepemilikan saham asing, nilai tukar mata uang dalam rupiah terhadap dollar AS, serta pengeluaran zakat perusahaan sebagai variabel independen. Untuk variabel dependennya, penelitian ini menggunakan profitabilitas (ROA) dan efisiensi (BOPO) sebagai pengukur kinerja perbankan syariah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian dari literatur penelitian,
terkait
dengan
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
profitabilitas dan efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia. Di samping itu, juga memberikan informasi serta sumber referensi bagi pihak akademisi untuk melakukan penelitian maupun pengembangan analisis selanjutnya. 2. Manfaat Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat membantu bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Bank Umum Syariah di Indonesia dalam
11
menentukan kebijakan manajemen terkait kinerja perusahaannya. Hal ini dimaksudkan untuk menjadi dasar pertimbangan untuk membuat kebijakan bagi pihak perbankan syariah, berdasarkan faktor kepemilikan saham baik domestik maupun asing, nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap asing, serta pengeluaran zakat perusahaan yang mempengaruhi profitabilitas dan efisiensi bisnisnya. E. Orisinalitas Penelitian Penelitian tentang analisis kinerja perbankan telah banyak dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu adanya pembeda/orisinalitas antara penelitian ini dengan literatur penelitian sebelumnya. Orisinalitas tersebut antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Novado dan Hartomo (2014), menguji kepemilikan saham asing (variabel dummy) terhadap kinerja profitabitas (ROA) bank go public yang terdaftar di BEI. Penelitian Sucianti dan Naomi (2009) menggunakan rasio BOPO untuk melihat perbedaan kinerja saham dan keuangan antara bank umum konvensional di Indonesia yang didominasi saham asing dengan bank yang sahamnya didominasi oleh pemerintah. Penelitian Bopkin (2013) yang meneliti 25 bank di Ghana menggunakan pengukuran
teknik efisiensi
Stochastic
Frontier
operasionalnya.
Analysis
Sedangkan
(SFA) penelitian
untuk ini
menggunakan variabel kepemilikan asing (jumlah persentase saham asing) untuk diujikan pengaruhnya pada ROA (profitabilitas) dan BOPO (efisiensi) yang diterapkan pada kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia.
12
2. Rahmadhani (2008) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh kepemilikan saham oleh institusional dan nilai tukar pada profitabilitas (ROA) perbankan domestik di Indonesia, dan hasilnya tidak berpengaruh. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel kepemilikan saham oleh asing dan perubahan nikai tukar/kurs untuk diujikan pengaruhnya pada ROA (profitabilitas) dan BOPO (efisiensi) yang diterapkan pada kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia. 3. Amirah dan Raharjo (2014) meneliti tentang pengaruh alokasi pembayaran zakat pada kinerja (CAMEL) perbankan syariah di Indonesia yang dimediasi dengan variabel Dana Pihak Ketiga (DPK). Penelitian lain yang dilakukan oleh Artisa et al. (2014) untuk menguji pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) pada biaya operasional (BOPO) dan profitabilitas
(ROE)perusahaan
manufaktur
di
Indonesia,
dengan
menggunakan metode Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI). Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel jumlah pengeluaran zakat perusahaan untuk diujikan pengaruhnya pada ROA (profitabilitas) dan efisiensi biaya (BOPO) Bank Umum Syariah di Indonesia.