BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat mendorong penyediaan berbagai sarana dan
prasarana perekonomian penting yang dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi (RPJP Nasional 2005-2025). Menurut Arsyad (1999:108) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Sedangkan menurut (Sukirno,1985), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur, sikap hidup dan kelembagaan. Tujuan dari pembangunan
ekonomi
adalah
untuk
meningkatkan
pendapatan
riel
juga
meningkatkan produkstifitas. Selain itu pembangunan ekonomi diharapkan dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar wilayah, dan memberantas kemiskinan. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan yang pada awal perkembangannya berorientasi pada masalah pertumbuhannya, namun dalam perkembangan selanjutnya tujuan utama pembangunan selain untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi diupayakan pula agar dapat mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan pendapatan dan tingkat pengangguran serta menciptakan upaya kesempatan kerja bagi penduduk (Todaro, 1997: 7 – 14). Kinerja ekonomi di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kemajuan yang baik dengan laju pertumbuhan ekonomi mencapai 4,21 persen selama 2005 hingga 2010. laju pertumbuhan ekonomi juga diikuti dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan laju pertumbuhan 4,13 persen per tahun yaitu dari Rp3,9 juta pada 2005 naik menjadi Rp4,6 juta pada 2009. Indikator kemajuan ekonomi tersebut, belum dapat dinikmati oleh penduduk secara merata 1
yang ditunjukkan dengan tingginya angka kemiskinan. Sampai dengan 2009, dengan menggunakan kemiskinan absolut, tingkat kemiskinan mencapai 24,65 persen yang jauh tinggi dibandingkan dengan tingkat kemiskinan DIY sebesar 17,23 persen dan nasional sebesar 14,15 persen.(Beritadaerah, 31 Desember 2011). Dalam melaksanakan pembangunan, ada tiga tujuan yang harus dicapai oleh pemerintah yaitu pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan (Todaro, 2000). Kenyataannya dalam pencapaian ketiga tujuan pembangunan masih jauh dari harapan.
Di
negara
berkembang,
demi
mencapai
pertumbuhan
terkadang
mengesampingkan pemerataan dan keberlanjutan. Proses pembangunan ekonomi melalui peningkatan pertumbuhan, hanya akan menambah tingkat kesenjangan antar wilayah, karena pembangunan ekonomi berjalan dengan sangat lambat. Semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, maka semakin tinggi pula resiko munculnya kesenjangan antar wilayah. Menurut Kuncoro (2002:1) dalam irmansyah (2008) ciri paling menonjol dari aktivitas ekonomi secara geografis adalah konsentrasi dan kesenjangan. Hal ini berhubungan dengan tidak meratanya distribusi sumberdaya dari masing-masing wilayah. Menurut Anwar (2005), beberapa hal yang menyebabkan terjadinya disparitas adalah 1) Perbedaan karakteristik limpahan sumberdaya alam (resource endowment);
2) Perbedaan demografi; 3) Perbedaan kemampuan sumberdaya
manusia (human capital); 4) Perbedaan potensi lokasi; 5) Perbedaan dari aspek aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan; dan 6) Perbedaan dari aspek potensi pasar. Kabupaten Kulon Progo memiliki bentang lahan yang khas, yakni terdiri dari dataran tinggi, perbukitan, dataran dan pesisir. Perbedaan bentang lahan tersebut sangat berpengaruh dalam jenis, kuantitas serta kualitas dari sumberaya yang dimiliki. Kondisi ekonomi wilayah antar kecamatan sangat beragam, serta potensi sektoral sangat penting untuk dikaji apabila dikaitkan dengan kegiatan ekonomi, serta perubahan struktur perekonomian yang semula bersifat agraris ke non agraris. Hal ini sesuai dengan konsep perubahan struktur ekonomi menurut Djojohadikusumo (1994) 2
berupa peralihan dan pergeseran dari kegiatan sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Mengingat latar belakang tersebut , maka penelitian ini menfokuskan pada kondisi perekonomian dan kondisi sektoral wilayah dengan judul : “VARIASI TINGKAT PEREKONOMIAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO”
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada penelitian ini berusaha untuk
menjawab pertanyaan mengenai 1. Bagaimana tingkat perekonomian wilayah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo ? 2. Bagaimana variasi tingkat perekonomian wilayah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan tipe wilayah ? 3. Bagaimana variasi potensi ekonomi sektoral di Kabupaten Kulon Progo ?
1.3.
Tujuan Berdasarkan pertimbangan dari latar belakang dan rumusan masalah yang ada,
maka tujuan penelitian ini adalah 1. Mengetahui tingkat perekonomian wilayah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. 2. Mengetahui variasi tingkat perekonomian wilayah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan tipe wilayah. 3. Mengetahui variasi potensi ekonomi sektoral di Kabupaten Kulon Progo. 4. Memberi arahan untuk pengembangan perekonomian Kabupaten Kulon Progo berdasarkan variasi tingkat perekonomian serta potensi sektoral wilayah.
3
1.4.
Kegunaan dan Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut dalam aspek yang sama maupun aspek yang berhubungan 2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan pembangunan daerah untuk menyusun rencana pembangunan dimasa yang akan datang dalam rangka mengatasi ketimpangan yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo. 3. Bagi penulis sendiri, untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan penulis selama kuliah.
1.5.
Keaslian Penelitian Sebagai perbandingan dan rujukan penelitian ini menggunakan beberapa skripsi dan jurnal dari beberapa multidisiplin ilmu. Secara umum penelitian ini mengambil tema mengenai kondisi perekonomian Kabupaten Kulon Progo berdasarkan tipe wilayahnya. Terdapat beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yakni perbedaan lokasi penelitian yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Selain itu metode penelitian yang digunakan merupakan gabungan dari penelitianpenelitian
sebelumnya,
sehingga
hasil
penelitian
diharapkan
dapat
memberikan gambaran kondisi perekonomian yang lebih representatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data terbaru sehingga dapat digunakan sebagai referensi dalam keilmuan ekonomi regional.
4
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul 1
Peneliti/Tahun
Tujuan
Analisis Disparitas Cholif Prasetio Pendapatan Antar Wicaksono (2010) Kabupaten/Kota dan Pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 - 2007
2
Variasi Spasial Fakhrie Wahyudin Tingkat (2004) Perkembangan Ekonomi Wilayah Propinsi Kalimantan Timur
Untuk mengetahui sektor-sektor berpotensi di kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah Untuk mengklasifikasi kabupaten/kota berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita di Propinsi Jawa Tengah Untuk menganalisis ketimpingan pendapatan antar kabupaten/kota di Popinsi Jawa Tengah Mengetahui dan membandingkan tingkat perkembangan ekonomi wilayah antar Kabupaten /Kota di Propinsi Kalimantan Timur Mengetahui faktor-faktor yang mengetahui tingkat perkembangan ekonomi wilayah di Propinsi Kalimantan Timur. Mengetahui dan menemukan basis pengembangan wilayah Kabupaten /Kota di Propinsi Kalimantan Timur
Metode
Hasil
LQ, analisis Shift Share, Tipologi Klassen, Indeks Williamson, indeks Entropy Theil
Tipologi Klassen, analisis Distribusi, Indeks Williamson, LQ, shift Share
Sektor pertanian merupakan sektor unggulan, dimana 24 kabupaten di Propinsi Jawa Tengah menjadikan sector pertanian sebagai sektor basis Sektor industry merupakan penyumbang terbesar PDRB Propinsi Jawa Tengah Sebanyak 14 kabupaten masuk kedalam klasifikasi daerah relatif tertinggal. Ketimpangan antar wilayah di Propinsi Jawa Tengah masih tergolong tinggi
Tingkat perkembangan ekonomi wilayah di daerah penelitian bervariasi sebelum dan sesudah pemekaran Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan perekonomian wilayah meliputi aspek sumberdaya ekonmi, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia Secara umum sektor unggulan tinggi ag menjadi basis pengembangan wilayah di Kabupaten adalah pertanian dan pertambangan, sedangkan di daerah perkotaan adalah jasa.
5
No Judul Peneliti/Tahun Tujuan 3 Variasi tingkat Ika Prayuni Mengetahui tingkat perekonomian Perekonomian (2009) wilayah Kabupaten Kota yang ada di Wilayah Pulau Sumatra Kabupaten/Kota Mendeskripsikan variasi tingkat di Pulau perekonomian wilayah Kabupaten/ Kota Sumatra di Pulau Sumatra terkait tipologi wilayah dan orientasi geografisnya Mengetahui variasi potensi ekonomi sektoral Kabupaten /kota yang ada di Pulau Sumatra
4
Variasi Tingkat Imanda Nico K Perekonomian (2014) Antar Kecamatan Di Kabupaten Kulon Progo
Metode Hasil Klassen Typology, Variasi tingkat perekonomian di Pulau Crosstab, Sumatra sebagian besar merupakan tipe Chisquere Test berkembang dan tertinggal Indenpendensi, Variasi tingkat perekonomian dengan tipe I LQ, Analisis Peta (relatif datar)memiliki perekonomian tinggi dan tumbuh cepat, sedangkan tipe II dan tipe III (berbukit hingga pegunungan) berkembang, tertekan, dan tertinggal tersebar di seluruh wilayah, meskipun tidak ada perbedaan antara tingkat perekonomian dan tipe wilayahnya. Variasi tingkat perekonomian berdasarkan orientasi wilayah Kabupaten/ Kota di sisi barat berkembang, sedangkan di sisi timur hampir merata baik berkembang, tertekan, dan tertinggal Mengetahui tingkat perekonomian Tipologi Klassen, Variasi tingkat perekonomian wilayah di wilayah kecamatan di Kabupaten LQ, shift Share Kabupaten Kulon Progo berdasarkan tipe
Kulon Progo. Mengetahui variasi tingkat perekonomian wilayah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan tipe wilayah. Mengetahui variasi potensi ekonomi sektoral di Kabupaten Kulon Progo. Mengetahui implikasi yang ditimbulkan dari variasi tingkat perekonomian serta potensi sektoral wilayah yang ada di Kabupaten Kulon Progo bagi pembangunan wilayah.
wilayah menunjukan bahwa, tingkat perekonomian wilayah tersebar di seluruh tipe wilayah baik tahun 2000 maupun 2009. Potensi sektoral Kabupaten Kulon Progo didominasi oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Serta sektor pertanian untuk wilayah tipe III, hal ini terjadi akibat pertanian lahan pasir yang terus berkembang. Terdapat keterkaitan antara sektor ekonomi unggulan dengan tingkat perekonomian wilayah
6
1.6.
Tinjauan Pustaka 1.6.1
Konsep Geografi Geografi merupakan disiplin ilmu yang dapat diterapkan dalam proses
analisis dan memperlajari permasalahan pembangunan wilayah. Hal ini berkaitan dengan studi geografi yang dibedakan menjadi obyek formal dan obyek material. Obyek geografi meurut Bintarto (1988) adalah gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dipermukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, yang dapat dipelajari melalui 3 macam pendekatan yaitu pendekatan keruangan, ekologi dan komplek wilayah. 1. Analisis Keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan kepada tiga unsur geografi, yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement) (Bintarto, 1979). 2. Analisis Ekologi mengkaji mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan . Organisme hidup meliputi : manusia, hewan, dan tumbuhan, sedagkan aspek lingkungan meliputi : hidrosfer, pedosfer, litosfer dan atmosfer (Bintarto dan Surastopo,1979) 3. Analisis komplek wilayah merupakan kombinasi antara analisis antara analisis keruangan dan analisis ekologi. Dalam pendekatan ini wilayah-wilayah didekati dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain, oleh karena terdapat permintaan atau penawaran antar wilayah tersebut (Bintarto dan surastopo,1979). Pendekatan analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah analisis keruangan. Pendekatan keruangan atau analisis spasial banyak diaplikasikan dalam program pembangunan yang berkaitan dengan 3 unsur penting dalam geografi menurut Bintarto (1988) yaitu :
7
1. Integrasi dari fenomena dipermukaan bumi (integration of phenomena on the surface of the earth). Dalam hal ini akan dipelajari unit keruangan seperti region atau area. Selain itu juga menganalisa ruang dilihat dari luas dan sifat wilayah , interaksi antar wilayah , kandungan sumberdaya alam, fungsi ruang dan sebagainya 2. Distribusi atau asosiasi dari berbagai elemen diatas permukaan bumi (distribution or asociation of element on the surface of earth). Dalam hal ini akan dideteksi mana daerah yang berpotensi atau tidak berpotensi untuk dijadikan pusat-pusat wilayah, kemudian akan dibahas keterkaitan antar gejala-gejala dalam suatu ruang yang membentuk fenomena dan fungsi ruang untuk satu kegunaan tertentu. 3. Organisasi dari fenomena dipermukaaan bumi ( the organization of phenomena on the surface of the earth). Pembahasannya ditekankan pada organisasi atau struktur keruangan (tata ruang) proses perubahannya dilihat dari segi hirarki. Geografi sebagai ilmu mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer harus dapat menjawab pertanyaan 5 W dan 1 H yaitu “what, where, when, who, why, dan how” suatu fenomena tertentu dalam suatu konteks keruangan. Fenomena tersebut tidak akan lepas dari interaksi, interelasi dan interdependensi dari mahkluk hidup yang ada dimuka bumi ini beserta lingkungan yang berada disekitarnya. Interaksi antar mahkluk hidup sering disebut interaksi keruangan yang merupakan suatu sifat atau gejala yang terdapat didalam ruang yang mendorong diperolehnnya jawaban atas pertanyaan mengapa ada disitu atau mengapa ada disana (Daldjoeni,1997). Jadi interaksi keruangan merupakan suatu permulaan dari usaha untuk menerangkan lokasi dari gejala-gejala distribusinya (pembagian sebaran dalam ruang) dan difusinya (perpecaran, perluasan).
8
1.6.2
Wilayah Untuk Kebutuhan Perencanaan/Pembangunan Ruang menurut Blaunt (1961) dalam Alfandi (2001) dibedakan
menjadi ruang absolut, ruang relatif dan ruang relasional. Ruang absolut adalah ruang yang merupakan wadah yang berisfat khas. Fisik dan empiris yang ditentukan berdasarkan ukuran geometri, berdimensi tiga yakni panjang, lebar, dan tinggi. Ruang relatif adalah ruang yang daerahnya berlangsung suatu relasi kegiatan yang terkait pada ruang dan waktu. Ruang relasional adalah ruang yang berisi dan mencerminkan dirinya sendiri yang berupa hubungan dengan obyek lain. Bintaro (1991) dalam Alfandi (2001) membedakan ruang menjadi ruang fisik yaitu wadah dari berbagai sistem kehidupan dan komponen alam dan non alam. Kedua adalah ruang sosial, yaitu suatu sintesis dari dimensi persepsi dan dimensi objektif terhadap ruang yang membentuk ragam ruang sosial. Ruang meliputi bentang fisik (pegunungan, gurun, pesisir) bentang sosial (nelayan, masyarakat nomadi), bentang budaya (perdesaan, perkotaan). Beberapa pengertain wilayah berdasarkan konsep klasifikasi yang berbeda menurut Bintaro & Surastopo (1979) antara lain: 1. Wilayah
berdasarkan
keseragaman
atau
kesamaan
dalam
karakteristik tertentu atau disebut dengan uniform region. 2. Wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling dihubungkan dengan garis melingkar atau biasa disebut dengan nodal region 3. Klasifikasi wilayah yang yang terutama menekankan pada jenisnya disebut generic region, dalam hal ini fungsi wilayah kurang diperhatikan, contoh wilayah iklim, wilayah vegetasi, dan wilayah fisiografi.
Dalam
hal
ini
yang
ditekankan
adalah
jenis
pewilayahannya saja. 4. Klasifikasi wilayah menurut kekhususannya merupakan daerah tunggal, mempunyai ciri-ciri geografi yang khas. 9
5. Wilayah yang dalam klasifikasinya menggunakan metode statistik deskriptif, dan metode statistik analisis seperti faktor analisis. Pewilayahan seperti ini masih dalam perkembangan. Menurut Glasson (1997) pada mulanya kriteria yang digunakan yang bersifat fisik kemudian terjadi peralihan kepada penggunaan kriteria ekonomi. Kriteria ekonomi yang digunakan biasanya adalah tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, dan laju pertumbuhan ekonomi.
1.6.3. Struktur ekonomi wilayah Ferguson (1965) dalam Tarigan (2006) mengungkapkan bahwa tujuan utama dari kebijakan ekonomi adalah menciptakan full employment atau setidak-tidaknya, tingkat pengangguran yang ada semakin rendah. Adanya pertumbuhan ekonomi dan terciptanya kesetabilan harga untuk menciptakan rasa aman/tentram dalam masyarakat. Menurut Wheeler (1986) terdapat empat elemen umum yang terkait dalam pengembangan ekonomi yakni karakteristik populasi, teknologi, kebudayaan, sumber energi dan sumberdaya. Menurut Randinelli dan Jones (1985) bahwa faktor sumberdaya merupakan salah satu faktor penting dalam melihat wilayah sebagai produksi dan interaksi ekonomi. Randinelli dan Jones berpendapat bahwa perkembangan wilayah terutama terjadi melalui interaksi dan investasi internal, sumberdaya dan kegiatannya. Hal tersebut dapat meningkatkan
pendapatan
bruto
wilayah
serta
kemampuan
dalam
memecahkan masalah-masalah yang ada. PDRB memberikan gambaran mengenai keadaan perekonomian, pendapatan perkapita, dan struktur perekonomian suatu daerah (Bendavid (1991) dalam Prayuni (2009). Prof. Simon Kuznetls dalam Jhingan (2007) menunjukan salah satu ciri dari pertumbuhan ekonomi modern adalah meningkatnya produk perkapita serta adanya laju pertumbuhan struktural yang tinggi. Perubahan
10
struktural dalam pertumbuhan ekonomi modern mencakup perubahan dari kegiatan pertanian ke non pertanian, dari pertanian ke jasa, perubahan skala dari unit-unit produktif, dan perubahan dari perusahaan perseorangan menjadi perusahaan berbadan hukum serta pembuatan status kerja buruh.
1.6.4. Variasi keruangan dalam pembangunan Kajian keruangan sebagai salah satu kajian geografi dengan penekanan batasan pada lokasi relatif, ukuran aksesibilitas, trend struktur, aglomerasi, interaksi dan relasi. Menurut Alfandi, 2001 meliputi substansi sebagai berikut 1. Lokasi absolut dan relatif, ukuran, morfologi bentang alam fisik. 2. Aksesibilitas (keterjangkauan), distribusi (pembagian sebaran dalam ruang), kepadatan dan pertumbuhan pola gerakan orang, ide dan aglomerasi pangan, hirarki pusat pelayanan dan potensi sumberdaya
di
permukaan
bumi
(konsep
hubungan
dan
sumberdaya). 3. Kecenderungan (trend), struktur (pengelompokan dan penyebaran), fungsi
(produk
mekanisme
interelasi
gejala),
dan
proses
(perkembangan gejala dari waktu ke waktu), perkembangan objek di permukaan bumi. 4. Relasi, interelasi, interaksi, integrasi ( gerakan, hubungan, sebabakibat) gejala hubungan antar mahluk hidup dengan lingkungannya (konsep hubungan dan ketergantungan). 5. Bentuk aplikasinya antara lain : perencanaan pembangunan DAS, perencanaan kota dan penataan ruang. Interaksi keruangan merupakan suatu sifat atau gejala yang terdapat di dalam ruang yang mendorong diperolehnya jawaban atas mengapa ada di situ atau mengapa ada di sana (Daldjoeni, 1997). Myrdal (1952) dalam Muta’ali (1999) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah
11
tertentu akan bergantung pada lokasi dari sumberdaya alam dan keuntungankeuntungan lokasi lainnya.
1.6.5.
Kesenjangan Antar Wilayah Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun
tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antara berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antar daerah (Kuncoro, 2004). Kondisi suatu wilayah dan masyarakat selalu memiliki kondisi awal yang berbeda sehingga perkembangannya dimungkinkan akan berbeda-beda, dengan kata lain merata murni hampir mustahil ditemukan. Namun perkembangan antar waktu beserta intervensi kebijakan hendaknya dapat mengarah pada pemerataan (Muta’ali, 2005) dalam Prayuni (2009). Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris tahun 1973 (Lincolin Arsyad, 1997) menyatakan bahwa faktor penyebab ketimpangan pendapatan di Negara sedang berkembang adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan turunnya pendapatan perkapita. 2. Inflasi, imana penerimaan pendapatan yang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertumbuhan produksi barang-barang 3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah. 4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive). 5. Rendahnya mobilitas sosial. 6. Pelaksanaan kebijakan industri subtitusi impor yang menyebabkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi golongan kapitalis. 12
7. Memburuknya nilai tukar bagi mata uang negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara maju sebagai akibat ketidakelastisan barang-barang ekspor dari negara sedang berkembang. 8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga dan lain-lain. Tambunan (2001) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan ketimpangan wilayah antara lain : 1. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah. Semakin tinggi konsentrasi kegiatan ekonomi di wilayah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan pembangunan antar daerah. 2. Alokasi Investasi. Berdasarkan teori Harrod-Domar yang menerangkan adanya korelasi positif antara tingkat investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi, dengan kata lain bahwa kurangnya investasi disuatu wilayah akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat perkapita di wilayah tersebut rendah, karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif. 3. Tingkat Mobilitas dan faktor-faktor produksi yang rendah antar daerah. Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal bisa menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi regional. 4. Perbedaan Sumberdaya Alam antar daerah. Dasar pemikiran klasik mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumberdaya alamnya akan lebih cepat maju dibandingkan dengan daerah yang miskin sumberdaya alam. 5. Perbedaan kondisi demografis antar wilayah. Ketimpangan ekonomi regional juga disebabkan oleh perbedaan kondisi demografis, terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat dan etos kerja. Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi lewat sisi permintaan dan penawaran. 13
6. Kurang lancarnya perdagangan. Kurang lancarnya perdagangan antar daerah juga merupakan unsur-unsur yang turut menciptakan terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Ketidaklancaran tersebut lebih disebabkan oleh keterbatasan sarana transportasi dan komunikasi. Asmara (1970) dalam Prayuni (2009) mengungkapkan bahwa kesenjangan antar daerah merupakan akibat langsung dari pola persebaran sumberdaya alam yang tidak seimbang, dimana salah satu daerah memiliki sumberdaya alam yang hampir tidak terbatas, sementar daerah lain tidak diberkahi hal yang sama.
1.7.
Kerangka Pemikiran Setiap daerah memiliki karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda-beda
sesuai dengan kondisi dari daerah itu sendiri. Perbeadan tersebut terjadi karena potensi masing-masing wilayah berbeda satu sama lain tergantung kondisi wilayah itu sendiri. Kabupaten Kulon Progo memiliki kondisi wilayah yang beragam, mulai dari dataran tinggi, perbukitan, daratan, hingga pesisir. Keberagaman kondisi wilayah berpengaruh terhadap keadaan ekonomi Kabupaten Kulon Progo. Dalam melihat kondisi ekonomi, menggunakan analisis laju pertumbuhan ekonomi dan analisis PDRB per kapita, yang kemudian dibanidngkan dengan kondisi karakterisitik wilayah Kabupaten Kulon Progo melalui tipologi berdasarkan kesamaan kondisi fisik. Model pembangunan ekonomi daerah dapat dilakukan dengan pendekatan sektoral. Pembangunan ekonomi dengan pendekatan sektoral selalu dimulai dengan pertanyaan sektor apa yang harus dikembangkan. Dalam melihat spesialisasi dan keunggulan kompetitif digunakan analisis Shift Share dan untuk melihat keunggulan komparatif suatu sektor digunakan analisis Location Quotient (LQ).
14
Karakteristik Wilayah
Karakteristik Regional kecamatan
Karakteristik Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB per Kapita
Tipologi wilayah
Tipe I Tipe II Tipe III
Tingkat Perekonomian Wilayah
Variasi Tingkat Perekonomian Wilayah
Potensi Sektoral Wilayah
LQ
Shift Share
Tipologi Wilayah
Implikasi Terhadap Pembangunan Wilayah
Gambar 1.1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran.
15