1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu tidaklah heran apabila Negara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam arti, pendidikan adalah sebuah proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa (guru atau orang tua) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal. Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun. Upaya perbaikan dibidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk selalu dilaksanakan agar suatu bangsa dapat maju dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa upaya dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan kompetensi guru melalui penataranpenataran, perbaikan sarana-sarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya manusia Indonesia seutuhnya. Secara fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu commit to user maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia. Namun saat ini dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan mayarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan lebih berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik , sosial, dan budaya. Menurut Asri Budiningsih (2005:62) kegitan pembelajaran selama ini berlangsung, yang berpijak pada teori behavioristik, banyak didominasi oleh guru. guru menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, diceramahkan. Dalam pembelajaran, guru banyak menggantungkan pada buku teks. Diharapkan siswa memiliki pandangan yang sama dengan guru atau atau sama dengan buku teks tersebut. Kualitas lulusan pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 (Sisdiknas, pasal 3), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini harus dibarengi dengan pengingkatan mutu tenaga pendidik dan pendidikan dalam segi rekruitmen, kompetensi dan manejemen pengembangan sumber daya manusianya. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat cita-cita pendidikan bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan itu, harkat dan martabat seluruh warga negara akan dapat terwujud. Sekolah dan sistem sekolah sebagai suatu lembaga sosial dan pendidikan dipilih dan ditempatkan di antara sistem kelembagaan yang telah ada. Fungsi utama sekolah pada awalnya adalah pengajaran, setidak-tidaknya dalam terminologi, namun dalam perkembangannya sekolah berfungsi majemuk dengan pendidikan sebagai intinya. Persoalan jumlah dan siapa yang perlu memperoleh pendidikan kiranya cukup jelas, yaitu semua rakyat pembentuk bangsa kita, sedangkan yang perlu dipikirkan dan di usahakan adalah kualifikasi dan mutu atau mutu, kecerdasannya, dan jalan serta cara mencapainya merupakan implikasi pesan utama cita-cita yang diletakkan oleh bapak-bapak pendiri Republik Indonesia dan pengisian pesan tersebut perlu dicari, dikaji, dan terus dikembangkan. Melihat masalah mutu pendidikan yang rupanya sudah sangat menggelitik dunia pendidikan dewasa ini, bukan saja bagi para professional, juga bagi masyarakat luas pun terdapat suatu gerakan yang menginginkan adanya perubahan sekarang juga dalam hal usaha peningkatan mutu atau mutu pendidikan. Menurut Suyata (1998:5-6) bahwa rendahnya mutu atau mutu pendidikan di samping commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disebabkan oleh karena pemberian peranan yang kurang proporsional terhadap sekolah, kurang memadainya perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan sistem kurikulum, dan penggunaan prestasi hasil belajar secara kognitif sebagai satusatunya indikator keberhasilan pendidikan, juga disebabkan karena sistem evaluasi tidak secara berencana didudukkan sebagai alat pendidikan dan bagian terpadu dari sistem kurikulum. Saat ini, dalam segi kurikulum salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Guru merupakan faktor yang paling penting. Secanggih apapun suatu kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan, tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak akan optimal. Kompetensi yang harus dimiliki guru, selain menguasai materi dan dapat mengolah program belajar mengajar, ia juga dituntut dapat melaksanakan evaluasi dan pengadministrasiannya. Kemampuan guru dalam melakukan evaluasi merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Evaluasi dipandang sebagai masukan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu proses belajar mengajar. Guru harus mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai oleh siswa dari setiap proses pembelajaran atau setelah beberapa unit pelajaran, sehingga guru dapat menentukan keputusan atau perlakuan terhadap siswa tersebut. Apakah perlu diadakannya perbaikan atau penguatan, serta menentukan rencana pembelajaran berikutnya baik dari segi materi maupun rencana strateginya. Oleh karena itu, guru setidaknya mampu menyusun instrumen tes maupun non tes, mampu membuat keputusan bagi posisi siswa-siswanya, apakah telah dicapai harapan penguasaannya secara optimal atau belum. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yang kemudian menjadi suatu kegiatan rutin yaitu membuat tes, melakukan pengukuran, dan mengevaluasi dari kompetensi siswasiswanya sehingga mampu menetapkan kebijakan pembelajaran selanjutnya. Demikian halnya dalam pembelajaran sejarah siswa belum sepenuhnya memahami esensi yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut. Siswa hanya sekedar menghafalkan tanpa memahami makna apalagi mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Harapan tentang pemehaman esensi pembelajaran sejarah tersebut masih jauh dari titik tujuan. Hal ini disebabkan bukan sematamata kesalahan murid, namun pihak pengajar terutama guru belum cukup kreatif untuk menggali keadaan di lingkungan sekitar untuk dijadikan media pembelajaran yang menarik siswa dan membuka pemahaman lebih dalam tentang keadaan disekitarnya. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berbicara mengenai kehidupan sosial tentu saja tidak bisa lepas dari kebudayaan masyarakat. Hal inilah yang seharusnya digunakan oleh guru untuk memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Dengan demikian pembelajaran dengan memanfaatkan nilai-nilai budaya masyarakat dapat menjadi salah satu solusi. Karena itu pendidikan tidak boleh terlepas dari nilai-nilai kebudayaan. Proses pendidikan merupakan proses pembudayaan, yaitu proses pengenalan dan pemilihan nilai-nilai kebudayaan, baik yang berakar dari masyarakat yang ada maupun perkembangan
nilai-nilai
budaya sesuai dengan prinsip-prinsip
kontinuitas, serta konsentritas dan tiga sentra kebudayaan. Namun, dewasa ini, nilai-nilai kebudayaan terasing dari pendidikan nasional, oleh karena itu tidak mengherankan jika pendidikan nasional saat ini bukan lagi menghasilkan manusia-manusia yang berbudaya dan beradab, tetapi manusia-manusia yang tidak mengenal nilai-nilai luhur dalam kebudayaan Indonesia (Tilaar, 2012: 855856). Seperti di wilayah Gunungkidul terdapat sebuah tradisi budaya bersih desa sering disebut sebagai rasulan. Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun dan hampir semua desa di Kabupaten Gunungkidul menyelenggarakannya. Dalam tradisi ini banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Tetapi selama ini nilai-nilai yang terkandung didalam tradisi rasulan tersebut belum ada guru yang secara serius menggali dan memanfaatkan dalam pembelajaran. Tradisi rasulan tersebut dianggap hanya sekedar ritual yang diselenggarakan warga, yang tidak ada nilai pendidikannya.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagi guru, momen pelaksanaan tradisi rasulan ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk pembelajaran sejarah khususnya. Hampir semua siswa mengetahui tradisi ini karena di lingkungan dan keluarga mereka menyelenggarakan tradisi ini setiap tahun. Pemanfaatannya dapat melalui pengintegrasian nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam tradisi rasulan tersebut. Cara pembelajaran konvensional ternyata justru tidak terlalu memberikan hasil yang maksimal. Siswa merasa jenuh dan tidak tertarik dengan pembelajaran sejarah yang mengakibatkan nilai belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Selain nilai yang belum mencapai KKM, dari segi afektif siswa tidak tersentuh sama sekali oleh nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran sejarah. Dari kenyataan tersebut maka perlu dikaji lebih jauh nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi rasulan untuk kemudian diintegrasikan
kedalam
pembelajaran Sejarah. Dalam penelitian ini diterapkan model Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal. Model ini akan diterapkan pada siswa SMK N 2 Wonosari, Gunungkidul Kelas X Otomotif
C (X OC) Semester 1 Tahun Pelajaran
2013/2014.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah tersebut dapat didentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Belum adanya media yang menarik minat siswa dalam pembelajaran Sejarah. 3. Kompetensi belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah masih rendah. 4. Orientasi pembelajaran masih pada aspek kognitif. 5. Adanya sebuah tradisi budaya yang masih eksis di lingkungan siswa yang mengandung nilai-nilai kearifan yang tinggi sehingga diharapkan siswa mampu memahami dan mengambil intisari nilai tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah model pembelajaran Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan dapat meningkatkan kompetensi belajar Sejarah siswa? 2. Apakah model pembelajaran Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal?
D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah didasarkan pada rumusan masalah, yaitu: 1. Mengetahui peningkatan kompetensi belajar Sejarah dengan menerapkan model Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan. 2. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa terhadap budaya lokal tradisi rasulan. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dunia pendidikan secara umum. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Think-Pairs- Square bermedia tradisi rasulan dalam pembelajaran Sejarah untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa. b. Mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Think-Pairs- Square bermedia tradisi rasulan dalam pembelajaran Sejarah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi rasulan. c. Memberikan gambaran tentang penggunaan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan penanganan masalah dalam proses pembelajaran yang dikaitkan dengan budaya lokal setempat. d. Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan acuan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Mengatasi kesulitan pembelajaran Sejarah yang memiliki materi pembelajaran yang luas. b. Memanfaatkan fenomena yang ada di lingkungan siswa sebagai bahan pembelajaran. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti “cara” (perbuatan) mengajar atau mengajarkan (Purwadarminta, 1976: 22). Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau belajar yaitu peserta didik. Dengan demikian, pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh peserta didik), mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer sedangkan kegiatan mengajar adalah sekunder dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian kegiatan belajarmengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen yaitu: peserta didik, guru, tujuan, isi, pelajaran, metode, media, dan evaluasi. Pembelajaran adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, memahami, sesuatu yang dipelajari. Perubahan tingkah laku sebagai hasil proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
individu (intern) seperti perhatian, minat, motivasi, kebiasaan, usaha dan sebagainya, serta faktor dari luar diri individu (ekstern) seperti faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Rochman Nata Wijaya (1992:23) memberikan batasan mengajar, sebagai upaya guru untuk membangkitkan yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (peserta didik) untuk belajar. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen yaitu: (1) Peserta didik adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. (2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. (3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif. (4) Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. (5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. (7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi adalah dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
2. Ciri-ciri Pembelajaran Dalam menentukan ciri-ciri pembelajaran ditekankan pada unsurunsur dinamis dalam proses belajar peserta didik. Ciri-ciri pembelajaran adalah tanda-tanda adanya upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran sehingga dapat mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun ciri-ciri pembelajaran yang terletak pada unsur-unsur dinamis adalah: a) Motivasi Belajar Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Dorongan itu dapat timbul dari dalam diri subyek belajar yang bersumber dari kebutuhan tertentu atau timbul karena rangsangan dari luar sehingga subyek melakukan proses belajar. Dalam pembelajaran apabila ada peserta didik tidak dapat berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki dan dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong peserta didik itu mau melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan apabila seseorang tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang itu. Jadi motivasi dapat commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh dari dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan menimbulkan
daya
penggerak
kegiatan
belajar
didalam yang
diri
seseorang/siswa
menjalin
kelangsungan
yang dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat terjadi. b) Bahan Belajar Bahan ajar atau materi belajar yaitu segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran, jadi bahan belajar harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai peserta didik dan memperhatikan karakteristik peserta didik agar bahan belajar tersebut diminati peserta didik sesuai pendapat Dadang Sulaiman (1988:29). Dengan bahan ajar, para peserta didik dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Karena itu, penentuan bahan ajar, mesti berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini adalah hasil-hasil yang diharapkan, misalnya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman lainnya. Maka dalam pembelajaran, pemilihan materi belajar yang dilakukan dengan teliti serta penggunaannya yang bijaksana, akan memberikan motivasi yang tinggi kepada para peserta didik untuk merespon terhadap pengajaran.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Alat Bantu Belajar Alat bantu belajar atau media belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat membantu peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat, maka pembelajaran akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil belajar menjadi lebih bermakna. Salah satu alat bantu belajar atau media belajar dapat berupa media cetak, media elektronik, maupun media lain yang dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman siswa pada proses pembelajaran. Media belajar sangat diperlukan dalam pembelajaran baik dari media yang sederhana sampai media yang menggunakan teknologi tinggi, semua bertujuan untuk mempermudah proses pembelajaran. d) Suasana Belajar Suasana dapat menimbulkan aktivitas atau kegairahan belajar peserta didik antara lain: (1) Adanya komunikasi dua arah antara guru - siswa, siswa – guru. Komunikasi yang hangat akan menciptakan suasana yang gembira dan bebas tak terkekang sehingga akan memperlancar jalannya proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. (2) Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar yang dapat meningkatkan kegairahan dan kegembiraan belajar akan terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesesuaian commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan karakter untuk peserta didik. (3) Adanya kemaksimalan keaktifan peserta didik yang belajar (Moedjiono, Moh. Dimyati, 2006:23). Agar pembelajaran berjalan dengan baik, maka guru dan siswa senantiasa dituntut untuk menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini dikarenakan suasana belajar yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana belajar yang kacau, ramai, tidak tenang dan banyak gangguan sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif. Suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan dan keberhasilan belajar peserta didik. e) Kondisi Siswa yang Belajar Gambaran mengenai kondisi siswa yang belajar dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Peserta didik memiliki sifat yang unik artinya antara anak yang satu dengan anak yang lain memiliki karakteristik yang berbeda. (2) Setiap anak memiliki potensi yang perlu diaktualisasi melalui pembelajaran. Peserta didik yang merupakan subyek dapat belajar secara efisien dan efektif apabila berbadan sehat, memiliki inteligensi yang memadai, siap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus dan pegalaman yang bertalian dengan pelajaran, serta memiliki minat untuk belajar. Sebaliknya peserta didik yang sakit/kurang sehat, inteligensi rendah, belum siap belajar, tidak berbakat untuk mempelajari sesuatu dan tidak memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
pengalaman appersepsi yang memadai, akan berpengaruh kepada kegiatan dan mutu belajarnya (Moedjiono, Moh. Dimyati, 2006:53). Dengan kondisi peserta didik yang demikian akan berpengaruh pada partisipasi peserta didik dalam proses belajar. Kondisi peserta didik dapat dipengaruhioleh faktor dari dalam dan dari luar. Untuk itu, kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi peserta didik bukan peran guru yang dominan, tetapi guru lebih berperan sebagai fasilitator (memberi kemudahan pada peserta didik untuk belajar), motivator (memberi dorongan pada peserta didik untuk belajar) dan sebagai pembimbing (memberi bimbingan kepada peserta didik yang memerlukan). 3. Masalah-masalah Dalam Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan hal yang kompleks. Peserta didiklah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kadang-kadang peserta didik menghadapi masalah-masalah yang berasal dari dalam dirinya sendiri atau masalah intern serta masalahmasalah yang berasal dari luar diri peserta didik tersebut atau masalah ekstern. Masalah intern yang dapat berpengaruh pada suatu proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Sikap terhadap belajar Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penialaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Motivasi belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri peserta didik dapat menjadi lemah dan akan mempengaruhi kegiatan belajar. Selanjutnya jika motivasi belajar lemah maka mutu hasil belajar menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri peserta didik perlu untuk selalu dipupuk dan dijaga agar tidak mengalami penurunan. c) Konsentrasi belajar Konsentrasi
belajar
merupakan
kemampuan
memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam model pembelajaran dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. d) Mengolah bahan ajar Mengolah bahan ajar merupakan kemampuan peserta didik untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi peserta didik. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa cara-cara belajar sesuatu, seperti bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma atau rumusrumus matematika. Kemampuan menerima isi dan cara pemerolehan commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai macam mata pelajaran. e) Menyimpan perolehan hasil belajar Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara peroleh pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Keampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki peserta didik. f) Menggali hasil belajar yang tersimpan Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka peserta didik akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka peserta didik akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pegalaman lama untuk suatu unjuk belajar. g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini peserta didik membuktikan keberhasilan belajar. Peserta didik menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan
tugas-tugas
atau
mentransfer
hasil
belajar.
Dari
pengalaman sehari-hari disekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pengolahan, penyimpanan serta pemanggilan untuk membangkitkan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka peserta didik dapat berprestasi kurang atau juga berprestasi. h) Rasa percaya diri peserta didik Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui
bahwa
unjuk
prestsi
merupakan
tahap
pembuktian
“perwujudan diri” yang diakui oleh gurudan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelasaikan tugas, maka semakin meperoleh pengakuan umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal yang sebaliknya dapat terjadi, kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. i) Inteligensi dan keberhasilan belajar Inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien (Wechsler, 1999: 245). Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Inteligensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan belajar. Inteligensi normal bila nialai IQ (Inteligency Quotion) menunjukkan angka 85-115. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j) Kebiasaan belajar Dalam kehidupan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan-kebiasan itu misalnya belajar hanya pada akhir semester saja, belajar tidak teratur, mensia-siakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, dan datang terlambat kesekolah. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat ditemukan hampir diseluruh wilayah, tidak hanya dikota-kota besar, kota kecil bahkan pelosok daerah
pun
dapat
ditemui
kebiasaan-kebiasaan
ini.
Untuk
menanggulangi dan mengantisipasi kebiasaan ini maka pembinaan disiplin harus selalu ditegakkan. k) Cita-cita peserta didik Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi ada kalanya gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya siswa hanya berperilaku ikut-ikutan. Citacita sebagai motivasi intrinsik perlu dipupuk untuk memotivasi siswa agar selalu memiliki semangat untuk belajar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi siswa. Perlunya pemupukan dan didikan dalam pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan, minat, bakat yang dimiliki oleh siswa. 4. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah apa yang ingin dicapai oleh anak setelah mereka mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kongruen (sesuai/cocok) dan menunjang tercapainya tujuan belajar. Hal ini berarti, apabila apa yang dicapai anak didik setelah mengikuti suatu kegiatan pemebelajaran sesuai dengan apa yang diinginkan guru dari siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat terjadi bilamana baik siswa maupun guru memiliki motivasi, kemauan dan kemampuan serta usaha untuk meraih tujuan pembelajaran tersebut. b. Pembelajaran Sejarah di Sekolah Pembelajaran sejarah adalah dua konsep yang sama-sama memiliki arti masing-masing. Istilah sejarah bagi para ahli diartikan berbeda-beda. Dalam Sjamsuddin, (2007:9) perbedaan dalam literatur tentang istilah sejarah akhir-akhir ini pada dasrnya ada dua konsep, yaitu sejarah sebagai peristiwa masa lalu (past even, res gestae); dan sejarah peristiwa sebagaimana diceritakan (historia rerum gestarum). Sejarah dalam arti pertama, sebagaimana dikemukan
oleh Taufik
Abdullah, diceritakan atau tidak, peristiwa itu terjadi. Menurut Kuntowijoyo (1999:19), sejarah seperti itu sebagai peristiwa masa lalu yang terjadi diluar pengetahuan manusia, disebut sejarah objektif. Sejarah sebagaimana diceritakan adalah peristiwa masa lalu yang diceritakan, memiliki pengertian yang sama sebagai peristiwa yang terjadi atas sepengetahuan manusia, disebut oleh Kuntowijoyo sebagai sejarah subyektif. Sejarah subyektif
adalah sejarah
sebagaimana pelaksanaan riset yang dilakukan oleh sejarawan, menghasilkan pernyataan-pernyataan peristiwa-peristiwa masa lalu. Sejarah dalam arti subyektif adalah terminologi sejarah sebagai disiplin ilmiah. Beberapa ahli, sejarawan, dan filsuf mengartikan sejarah secara beragam. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ada yang mengatakan sejarah sebagai kisah atau narasi seperti yang dikemukakan oleh Voltaire sebagaimana dikutip oleh Kochhar (2008:2) sejarah adalah narasi fakta-fakta yang diterima sebagai sesuatu yang benar. Sejarah juga diartikan sebagai catatan sebagaimana arti sejarah yang dikemukakan oleh Burckhardt menyatakan bahwa sejarah merupakan catatan tentang suatu masa yang ditemukan dan dipandang oleh generasi dari jaman yang lain (Kochhar, 2008:2). Sejarah juga diartikan sebagai ilmu. Sebagai ilmu, sejarah memiliki metodologi penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti dikemukakan oleh Richard E. Evans yang dikutip Sjamsuddin bahwa “sejarah adalah batang tubuh pengetahuan yang terorganisasi yang diperoleh melalui penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan metode-metode yang disepakati umum, dipresentasikan dalam laporanlaporan yang dipublikasikan dan menjadi pokok yang direvisi oleh pakar mitra (Helius Sjamsuddin, 2007:9). Dari pendapat para ahli tentang definisi sejarah dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah peristiwa masa lalu tentang manusia baik individu maupun masyarakat yang dihadirkan pada masa kini baik diceritakan maupun hasil dari penelitian sejarawan. Kenyataan menunjukkan bahwa sejarah terus diteliti dan ditulis orang serta dipelajari membuktikan bahwa sejarh itu memiliki kegunaan (Kuntowijoyo, 1999:19). Selanjutnya Kuntowijoyo menjelaskan lebih detail, sejarah berguna secara intrinsik dan ekstrinsik. Secara ekstrinsik sejarah berguna sebagai sarana pendidikan. Menurut Sjamsuddin, guna ekstrinsik sejarah sebagai sarana pendidikan berpangkal dari kebutuhan kehidupan modern dari masyarakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
industrialis akan pendidikan non teknis untuk kembali ke pengetahuan tradisional agar dapat menuntut pada masyarakat yang demokratis. Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asalusul dan perkembangan serta peranan masyarakat dimasa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu (Sapriya, 2009: 208-209). Terkait dengan pendidikan sejarah di sekolah dasar hingga menengah, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa. Sasaran umum pembelajaran sejarah menurut S.K. Kochhar (2008: 27-37) adalah: a. Mengembangkan tentang diri sendiri. b. Memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang, dan masyarakat. c. Membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya. d. Mengajarkan toleransi. e. Menanamkan sikap intelektual. f. Memperluas cakrawala intelektualitas. g. Mengajarkan prinsip-prinsip intelektualitas. h. Mengajarkan prinsip-prinsip moral. i. Menanamkan orientasi kemasa depan. j. Memberikan pelatihan mental. k. Melatih siswa menangani isu-isu kontroversial. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
l. Membantu mencarikan jalan keluar bagi bernagai masalah sosial dan perorangan. m. Memperkokoh nilai nasionalisme. n. Mengembangkan pemahaman nilai intenasional. o. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berguna. Fokus utama mata pelajaran sejarah ditingkat sekolah menengah adalah tahaptahap kelahiran peradaban manusia, evolusi sistem sosial, dan perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan (Kochhar, 2008: 50). Lebih lanjut Kochhar (2008) menjelaskan sasaran utama pembelajaran sejarah di sekolah menengah adalah: 1) Meningkatkan pemahaman terhadap proses perubahan dan perkembangan yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan yang sekarang ini. Peradaban modern yang dicapai saat ini merupakan hasil proses perkembangan yang panjang. Sejarah merupakan satu-satunya mata pelajaran yang mampu menguraikan proses tersebut. 2) Meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan penghargaan terhadap kesatuan dasar manusia. Semua peradaban besar dunia memiliki akar yang sama. Disamping berbagai karakteristik lokal, kebanyakan adalah unsurunsur yang menunjukkan kesatuan dasar manusia. Salah satu sasaran utama sejarah pada sisi ini adalah menekankan dasar tersebut. 3) Menghargai berbagai sumbangan yang telah diberikan oleh semua kebudayaan dan peradaban manusia secara keseluruhan. Kebudayaan setiap bangsa telah commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyumbangkan dengan berbagai cara tehadap peradaban secara keseluruhan. Mata pelajaran sejarah membawa pengetahuan ini kepada para siswa. 4) Memperkokoh pemahaman bahwa interaksi saling menguntungkan antar berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan manusia. 5) Memberikan kemudahan kepada siswa yang berminat mempelajari sejarah suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia secara keseluruhan. Sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilainilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia pada masa lampau hingga kini (Isjoni, 2007:71). Orientasi pembelajaran sejarah di tingkat SMA/SMK bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman ilmu dan memupuk pemikiran historis dan pemahaman sejarah. Pemahaman ilmu membawa pemerolehan fakta dan penguasaan ide-ide dan kaedah sejarah (Isjoni, 2007:71; Hassan, 1998:113). Sebagai saran pendidikan, pengajaran sejarah termasuk pengajaran normatif, karena tujuan dan sasarannya lebih ditujukan kepada segi-segi normatif yaitu segi nilai dan makna yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri (Alfian, 2007:1). Melalui pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
menemukan dan menumbuhkan jatidiri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang (Depdiknas, 2003 dalam Isjoni, 2007:72). Tujuan instruksional pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas menurut S.K. Kochhar (2008) adalah mengembangkan (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) pemikiran kritis, (4) keterampilan praktis, (5) minat, dan (6) perilaku. Sedangkan menurut Sapriya (2009:209-210) mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1) Membangun kesadaran peserta didik tentang petingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. 2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metode keilmuan. 3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia dimasa lampau. 4) Menumbuhkan pemehaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. 5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
implementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. Peran guru dalam pembelajaran sejarah menempati posisi yang menentukan terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang pengajar harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang dialogis, sehingga dapat memberi peluang untuk terjadinya atau terselenggaranya proses belajar yang aktif. Pemahaman guru terhadap filsafat sejarah sangat berguna ketika merencanakan, mengelola dan menilai pembelajaran sejarah sesuai dengan hakikat sejarah. Dengan kata lain guru harus mampu menjadi fasilitator, mitra belajar peserta didik (Syaiful Bahri Djamarah, 2005:31). Adapun peranan guru dalam pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut: a) Inspirator, sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham bagi kemajuan siswa. Dalam pembelajaran sejarah guru harus dapat memberikan cara belajar yang baik dengan cara memberikan teknik dalam pembelajaran sejarah yaitu dengan cara membuat peta konsep, membuat rangkuman serta teknik untuk memahami dalam pembelajaran sejarah, sehingga peserta didik dapat nyaman dalam mempelajari sejarah. b) Organisator, sebagai organisator, adalah isi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam pembelajaran sejarah guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran sejarah, daftar nilai, daftar hadir, program perbaikan serta pengayaan sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
c) Informator, peran sebagai informator merupakan hal yang sangat esensial karena sejarah merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari pengetahuan masa lampau, maka seorang guru berperan sebagai sumber informasi yang baik dan efektif. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahan yang akan diberikan kepada siswa harus sudah dikuasai oleh guru. d) Motivator, sejarah merupakan mata pelajaran yang dalam materinya memerlukan pemahaman kronologis maka diperlukan motivasi agar anak tidak malas karena merasa bosan dengan materi pembelajaran sejarah. Motivasi yang tepat juga diperlukan agar siswa tidak terjebak dalam model belajar hafalan seperti stigma konvensional bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang membosankan karena hanya berupa hafalan-hafalan. Dalam upaya memberikan motivasi kepada siswa, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi siswa menjadi bosan dan malas sehingga mengakibatkan menurunnya prestasi dalam pembelajaran sejarah. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan meperhatikan kebutuhan siswa. Peran guru sejarah sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi profesi mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performa dalam personalisasi dan sosialisasi diri. e) Inisiator, dalam peranannya sebagai inisiator guru sejarah harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan sejarah dan pengajarannya. Proses interksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pendidikan sejarah. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada pembelajarn sejarah guru harus bisa mencipatakan suatu inovasi pembelajaran yang dapat membuat peserta didik senang serta menarik dalam pembelajaran sehingga akan membuat siswa termotivasi dan bersemangat dalam pembelajaran. f) Mediator, dalam pembelajarn sejarah, peranan guru sebagai mediator sangat diperlukan
dalam
menciptakan
pembelajaran
yang
menarik
dan
menyenangkan. Guru hendakanya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik non-material maupun material. Media ini berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif. 2.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pairs Square a. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif (Lie, 2010). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Selain model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008). Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemapuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor rnembutuhkan pemikiran lebih dalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu strategi belajar mengajar adalah suatu cara mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok. Pembelajaran kooperatif berimplikasi pada terjadinya cognitive elaboration, peer collaboration (berupa tutorial teman sebaya), dan peer copying model, yang pada akhirnya mengarah kepada peningkatan prestasi akademik dan penghargaan diri, perbaikan sikap siswa (kecintaannya) terhadap teman sebaya, sekolahnya, serta mata pelajarannya, gurunya, dan lebih terdorong untuk belajar dan berpikir. Disamping itu, penerapan pembelajaran kooperatif dapat mempercepat perolehan beberapa keterampilan inti, seperti: keterampilan kognitif, keterampilan afektif, berpikir kritis, dan berdampak pada pengukuran prestasi dan sikap, pada tingkat pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Dengan landasan kerja student lead discussion, khusus bagi siswa yang prestasinya rendah, kebermanfaatan pembelajaran commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kooperatif dapat meningkatkan motivasinya, prestasi akademiknya, dan nilai-nilai sosial seperti kepekaan dan toleransi. Untuk mencapai hasil maksimal, ada lima unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu (Wena, 2009:190): 1) Saling ketergantungan positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif , pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Guru menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling dibutuhkan. 2) Tanggung jawab perseorangan Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanankan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. 3) Tatap muka Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. 4) Komunikasi antar anggota Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
5) Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan efektif. Penggunaan model pembelajaran kooperatif untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerjasama dengan teman lain dalam mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.(dalam Sumarliyah, 2010),yaitu: (a) Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar, di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. (b) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja deagan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. (c) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak pekerjaan orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif.
Keterampilan
kooperatif
ini
bertujuan
untuk
melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan-keunggulan yaitu: (1) Menggunakan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penelitian mengenai suatu masalah. (3) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
(4) Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan sebagai individu serta kebutuhannya dalam belajar. (5) siswa lebih aktif bergabung dengan teman mereka dalam pelajaran, mereka lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi. (6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa, dimana mereka telah saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Selain keunggulan-keunggulan yang dimiliki dalam penerapan pembelajaran kooperatif juga terdapat kelemahan-kelemahan yaitu: (1) Kerja sama kelompok seringkali hanya melibatkan siswa yang mampu, sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan kepada mereka yang kurang mampu. (2) Strategi ini kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula. (3) keberhasilan strategi kelompok ini bergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri. b. Pembelajaran Think-Pairs-Square Faktor yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan, salah satunya adalah adanya iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar siswa. Dengan demikian, seorang guru harus dapat memilih pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat untuk mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Suyanto (2009:16) pembelajaran kooperatif membuat siswa yang bekerja dalam kelompok akan belajar lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang kelasnya dikelola secara tradisional. Model pembelajaran
kooperatif tipe
think-pairs-square merupakan
modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe think-pairs-share dan dikembangkan oleh Spencer Kangan pada tahun 1933. Think-Pairs-Square memberikan kesempatan kepada siswa mendiskusikan ide-ide mereka dan memberikan suatu pengertian bagi mereka untuk melihat cara lain dalam menyelesaikan masalah. Jika sepasang siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka sepasang siswa yang lain dapat menjelaskan cara menjawabnya. Akhirnya, jika permasalahan yang diajukan tidak memiliki suatu jawaban benar, maka dua pasang dapat mengkombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang lebih menyeluruh. Kesempatan yang diberikan dalam pembelajaran Think-Pairs-Square merupakan pemberian waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban mereka masing-masing,
kemudian
memasangkan
dengan
seorang teman
untuk
commitsiswa to user mendiskusikannya. Akhirnya meminta bergabung dengan kelompok lain.
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inilah yang merupakan letak perbedaan Think-Pairs-Square dengan pendekatan Think-Pair-Share yaitu proses pengelompokannya pada Think-Pairs-Share adalah proses pengelompokannnya terjadi satu kali sedangkan pada Think-Pairs-Square proses pengelompokannya terjadi dua kali yaitu adanya penggabungan dua kelompok menjadi satu kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe ThinkPairs-Square
digunakan
untuk
meningkatkan
kemampuan
berpikir,
berkomunikasi, dan mendorong siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think-Pairs-Square membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen yang terdiri dari empat orang. Model
pembelajaran
kooperatif
Think-Pairs-Square
ini
memiliki
keunggulan-keunggulan, yaitu: (1) Optimalisasi partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada siswa lain. (2) Siswa dapat meningkatkan motivasi dan mendapatkan rancangan untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menguji ide dan pemahamannya sendiri. (3) Siswa akan lebih banyak berdiskusi, baik pada saat berpasangan dalam kelompok berempat amupun dalam diskusi kelas, sehingga akan lebih banyak ide yang dikeluarkan siswa dan akan lebih mudah dalam merekonstruksi pengetahuannya. (4) Setiap siswa mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa yang lebih pintar ataupun dengan siswa yang lemah. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(5) Dalam kelompok berempat, guru lebih mudah membagi siswa untuk berpasangan. (6) Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk berusaha mengerjakan tugas dengan baik. Selain keunggulan tersebut, model pembelajar Think Pairs Square ini juga memiliki kelemahan-kelemahan yaitu: (1) Guru harus pandai mengatur waktu sehingga setiap tahapan dapat dilalui. (2) Guru harus dapat mensosialisasikan setiap tahapan berlangsung lebih baik. (3) Memungkinkan terjadinya kesulitan pengambilan kesimpulan saat siswa berdiskusi mengenai suatu pokok materi. Menurut Lie (2010) pembelajaran kooperatif tipe Think Pairs Square memiliki empat tahapan yang merupakan ciri dari pembelajaran kooperatif ini, yaitu sebagai berikut: (1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberi tugas kepada semua kelompok. (2) Setiap siswa memikirkan dan mengarjakan tugas tersebut sendiri. (3) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. (4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk membagi hasil kerja kepada kelompok berempat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
3. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Media adalah bentuk jamak dari perantara, merupakan sarana komunikasi. Berasal dari bahasa Latin medium (“antara”), istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan penerima (Sharon E. Smaldino, dkk. 2012: 7). Hal senada diungkapkan oleh Anitah (2008: 1) yang menyatakan bahwa media dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya karya seorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa (Anderson cit. Sukiman 2012:28). Sedangkan menurut Brigs (dikutip dalam Sadiman, 2002: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan segala bentuk atau jenis apapun yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim dan penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian penerima pesan sehingga proses belajar terjadi. Lebih lanjut Latuheru (dikutip dalam Hamdani, 2005:13) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. Ahmad Rohani (1997: 4) menyebut media dengan istilah media instruksional edukatif, maksudnya ialah media yang digunakan dalam proses commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
instruksional yang lebih efektif dan mendidik. Seringkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi (Hamalik, 1986: 23) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Gagne dan Briggs yang dikutip dalam Azhar Arsyad (1997:3) secara implisit mengatakan bahwa media pelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, seperti buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Media menjadi salah satu komponen sumber belajar (wahana fisik) yang mengandung materi instruksi di lingkungan peserta didik dapat merangsang peserta didik untuk belajar (Darwanto, 2007: 110). Pemakaian kata media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, sering digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang-mendengar, bahan pengajaran (instructional material), pendidikan alat peraga pandang (visual technology), alat peraga dan penjelas. Gagne yang dikutip Kosasih (2007: 10) mengartikan bahwa media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Dari berbagai batasan diatas dapat dirumuskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran pada diri peserta didik. Selain itu media secara medasar berpotensi memberikan peluang bagi peserta didik untuk mengembangkan kepribadian. Bermacam peralatan dapat digunakan guru untuk menyampaikan pesan sehingga dapat menghindari verbalisme proses pembelajaran. Media sebagai alat bantu pengajaran telah disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Penggunaan alat audio visual dan media elektronik sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Setiap pembelajaran harus direncanakan secara sistematis berdasarkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik serta diarahkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, maka pengertian dan ciri-ciri umum media pembelajaran menurut Darwanto (2007: 109) adalah: (1) Media memiliki pengertian fisik yang dikenal sebagai hardware (perangkat keras), suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera. Media yang bersifat non-fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik. (2) Tekanan utama terletak pada benda atau sesuatu yang dapat dilihat secara visual dan audio sebagai alat bantu dan proses pengajaran guru dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas. (3) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi). (4) Aspek yang terkandung dalam media menjadikan sebuah alat dan teknik yang berkaitan dengan metode mengajar serta berbagai proses interaksi peserta didik dengan guru dalam proses pendidikan dan pengajaran. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran mengandung beberapa aspek. Komponen sumber belajar dapat dijadikan media untuk merangsang proses pembelajaran berjalan dengan baik. Media mempunyai fungsi untuk melihat kegiatan belajar mengajar yang mempunyai potensi kemampuan merangsang terjadinya proses belajar mengajar. Media pembelajaran sebagai alat bantu memiliki peranan penting sebagian bagian dari integral dari keseluruhan proses pembelajaran baik masalah software maupun hardware-nya. Media sebagai salah satu sarana komunikasi dan memberi pesan kepada peserta didik dapat berlangsung dengan baik melalui interaksi dan proses pembelajaran itu sendiri. b. Jenis-jenis Media Pembelajaran Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan taraf berpikir manusia dari berpikir konkrit menuju ke berpikir abstrak, dari berpikir sederhana ke kompleks. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu peserta didik mengkonkritkan hal-hal yang abstrak dan menyederhanakan hal-hal yang kompleks. Media pembelajaran berkembang mengikuti kemajuan teknologi, sehingga makin berkembang teknologi makin berkembang pula jenis-jenis media pembelajaran. Menurut Azhar Arsyad (2002: 29), jenis media pembelajaran dapat dikelompokkan dalam menjadi: (1) Media hasil teknologi cetak. (2) Media hasil teknologi audio-visual. (3) Media hasil teknologi yang berdasarka komputer. (4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Media
teknologi
cetak
adalah
cara
untuk
menghasilkan
atau
menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proses percetakan mekanik atau fotografis. Misalnya: buku teks, grafik, dan foto. Teknologi cetak memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang. (b) baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif. (c) Teks dan visual ditampilkan statis (diam). (d) Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan persepsi visual. (e) Baik teks maupun visual berorientasi pada peserta didik. (f) Informasi dapat diatur kembali atau ditata ulang oleh pemakai (Azhar Arsyad, 2007: 30-33). Teknologi audio visual merupakan media/cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual sekarang ini akan lebih mudah, karena adanya teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber yang berbasis
mikro-prosesor.
Pada
dasarnya
teknologi
berbasis
komputer
menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada peserta didik. Beberapa ciri media yang dihasilkan teknologi berbasis komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak)adalah sebagai berikut: (a) Mereka dapat digunakan secara acak atau secara linier. (b) Mereka dapat digunakan berdasarkan
keinginan
peserta
didik
atau
berdasarkan
keinginan
perancang/pengembang sebagaimana direncanakannya. (c) Biasanya gagasancommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
gagasannya disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol, dan grafik. (d) Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini. (e) Pembelajaran dapat berorientasi peserta didik dan melibatkan interaktivitas peserta didik yang tinggi. Sedangkan untuk pengelompokan berbagai jenis media menurut Leshin, Pullock & Reigeluth (1992: 45) ada lima kelompok media, yaitu: (1) Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, fieldtrip. (2) Media berbasis cetak (buku penuntun, buku latihan (workbook), alat bantu kerja, dan lembaran lepas. (3) Media berbasis visual (buku, alat bantu, kerja, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide). (4) Media berbasis audiovisual (video, film, program slide-tape, televisi). (5) Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext). c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi akan sangat membantu keefektifan dalam proses pembelajaran dan penyampaian peran serta isi pelajaran pada saat itu. Selain itu, pembelajaran menggunakan media dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran serta memadatkan informasi. Proses pemilihan media pembelajaran tidak sama dengan pemilihan buku pegangan dalam pembelajaran. Pemilihan buku pegangan perlu memperhatikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
kebutuhan dan kemampuan peserta didik yang akan diajar. Menurut Wilkinson yang dikutip dari Kosasih (2007: 15-15) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, yaitu: (1) Tujuan media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini merupakan media yang paling pokok, sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan kelengkapan kriteria utama ini. (2) Ketepatgunaan : jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila yang dipelajari adalah aspek yang menyangkut gerak, maka media film atau video akan lebih tepat. (3) Keadaan peserta didik : media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda interindividual antara peserta didik. Misalnya kalau peserta didik tergolong auditif/visual maka peserta didik yang tergolong auditif dapat belajar dengan media visual dan peserta didik yang tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif. (4) Ketersediaan : walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. (5) Biaya: biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai. d. Fungsi dan Peran Media Pendidikan dalam Pembelajaran Secara umum media pendidikan mempunyai beberapa fungsi, yaitu: (1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas. (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. (3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, seperti commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya (Arief, 1986:12). Strategi mengajar menurut Muhibbin Syah (2002), didefinisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Strategi mengajar ini mencakup beberapa tahapan, seperti: (1) Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar mengajar yang berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran proses pembelajaran. (2) Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langkah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan. (3) Strategi pelaksanaan proses belajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran, karena pada dasrnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi peserta didik (Djamarah, 2002). Media pembelajaran ini secara tidak langsung dijadikan sebagai skenario yang mengarahkan jalannya proses pembelajaran sebagaiman yang telah direncanakan.
Pembelajaran
di
sekolah
menengah
umumnya
masih
menggunakan media pembelajaran yang bersifat pendengaran (audio). Melalui media ini, diharapkan peserta didik akan menjadi lebih aktif dan berpartisipasi commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam proses pembelajaran, misalnya menggunakan rekaman. Demikian pula jika guru menggunakan media penglihatan (visual), maka peserta didik akan belajar lebih efektif sebab hal-hal yang telah dilihat akan memberikan kesan penglihatan yang lebih jelas, mudah mengingatnya dan dipahami (Kosasih, 2007: 16-17). Manfaat yang diperoleh guru bila menggunakan media audio visual dalam pembelajaran adalah mendorong pembelajaran lebih menarik perhatian pesrta didik, sehingga akan menumbuhkan motivasi belajar. Dengan media pembelajaran audio visual akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, serta metode mengajar akan lebih bervariasi tidak sematamata komunikasi verbal. Selanjutnya peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uaraian guru, namun juga beraktifitas lain seperti mengamati, melakukan demonstrasi, memerankan (Sudjana dan Rivai, 992:2). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa media pembelajaran
berperan
besar
dalam
pembelajaran.
Penggunaan
media
pembelajaran sangat penting untuk mempertinggi kualitas pembelajaran dan akhirnya akan meningkatkan hasil belajar yang dicapai peserta didik. Ada dua alasan pokok, mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses pembelajaran. Pertama, berhubungan dengan manfaat media dalam proses belajar peserta didik, antara lain: (1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. (2) Bahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga akan lebih dapat dipahami oleh peserta didik, dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran lebih baik. (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan atau guru kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar setiap jam pelajaran. (4) peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga mendemonstrasikan atau menunjukkan hal- hal lain yang sesuai dengan pengalaman mereka. Pernyataan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran adalah berhubungan dengan taraf berpikir peserta didik. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir abstrak menuju berpikir konkrit, dimulai dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut, sebab melaluimedia, hal-hal yang abstrak dapat dikonkritkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. e. Prinsip-prinsip dan Kriteria Penggunaan Media Media pembelajaran banyak membantu guru dalam proses pembelajaran, maka media pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam mengajar. Penggunaan media pembelajaran harus berpusat pada peserta didi, sebab media berfungsi membantu peserta didik dalam belajar sehingga lebih berhasil (Oemar Hamalik, 2001: 201). Azhar Arsyad (2002: 72-73) mengemukakan pendapat yang sama tentang kriteria pemilihan media pembelajaran. Lebih lanjut dia menekankan kriteria commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
pemilihan media pada keterampilan guru menggunakan media merupakan salah satu kriteria utama, karena nilai dan manfaat media sangat ditentukan oleh guru yang menggunakannya. Media dengan teknologi canggih tidak akan mencapai arti apa-apa jika guru belum dapat menggunakan media tersebut dalam proses pembelajaran. Demikian pula penggunaan
media juga memperhatikan
kemudahan dalam memperolehnya. Hasil penelitian Levie dan Levie (1975) yang dikutip Azhar Arsyad (2002:9) tentang belajar melalui stimulus gambar dan kata/visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan berurut-urutan. Belajar dengan menggunakan indera ganda, pandang, dan dengar berdasarkan konsep yang telah disebutkan akan memberikan keuntungan bagi peserta didik. Peserta didik akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Para ahli memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. 4. Media Audio-Visual a. Pengertian Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebihbaik karena meliputi commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
suara dan gambar (Syaiful dan Aswan, 2002: 141). Media audio visual merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media audio-visual terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan
pembelajaran
melalui
pendengaran,
sedangkan
unsur
visual
memungkinkan menciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi (Amir Hamzah, 1985: 11). Menurut Ronal Anderson (1994: 99), media audio-visual adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang dituangkan melalui pita video (video tape). Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau video player. b. Jenis-jenis Media Audio Visual (1). Media audio-visual gerak Media audio visual gerak adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) karena meliputi penglihatan, pendengaran, dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar yang bergerak. Jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah televisi, video tape, dan film bergerak (Nana Sudjana, 1978: 173). Ada beberapa macam media audio-visual gerak yaitu: (a). Film, merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan visual yang kontinu. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Film jenis media ini pada umumnya digunakan pendidikan. menjelaskan
Film
untuk
dapat
tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi,
menyajikan
konsep-konsep
yang
informasi,
rumit,
memaparkan
mengajarkan
dan
proses,
keterampilan,
menyingakat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Azhar Arsyad, 2003:48). (b). Video, sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyrakat kita. Pesan yang disajikan dapat bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita), maupun fiktif bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional. Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video, namun tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film. (c). Televisi, adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar. Televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekedar menghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2). Media audia-visual diam Media audio-visal diam yaitu media yang unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002:141). Macam-macam media yang termasuk dalam golongan ini adalah: (1). Sound slide (film bingkai suara), yaitu slide atau film yang ditambah dengan suara bukan alat audio-visual lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau filmstripe termasuk media audio-visual saja atau media audio-visual diam plus suara. Gabungan slide (film bingkai) dengan tape audio adalah jenis sistem multimedia yang aling mudah diproduksi (Azhar Arsyad, 2003). Media pembelajaran gabungan slide dan tape dapat digunakan pada berbagai lokasi dan untuk berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna menginformasikan atau mendorong lahirnya respon emosional. Slide bersuara merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan efektif membantu siswa dalam memahami konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit. Dengan menggunakan slide bersuara sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak indera yang terlibat (visual, audio). Dengan semakin banyaknya indera yang terlibat maka siswa semakin mudah memahami sutu konsep. Slide bersuara dapat dibuat dengan menggunakan gabungan dari berbagai aplikasi komputer seperti: power point, camtasia, dan windows movie maker (M. Basyirudin Usman dan Asnawir, 2002: 97-98). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
c. Karakteristik Media Audio-Visual Teknologi audio-visual cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi yaitu dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar mengajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Karakteristik atau ciri-ciri utama media audio-visual adalah sebagai berikut: (1) bersifat linier, (2) menyajikan visual yang dinamis, (3) digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya, (4) merupakan representasi fisik dari gagasan riil ataupun gagasan abstrak, (5) dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif, (6) berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah, (7) mampu menghadirkan informasi atau pesan dalam wujud gambar visual secara nyata, (8) lebih mengutamakan visual daripada suara, meskipun tidak bisa lepas dengan suara yang berperan melengkapi informasi atau pesan visual (Azhar Arsyad, 2003: 30-31). d. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio-Visual Media Audio-Visual Gerak 1) Film. Adapun kelebihan yang dimilii film adalah: (a). Film dapat menggambarkan suatu proses pembuatan suatu keterampilan tangan dan sebagainya. (b). Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu. (c). Penggamabrannya bersifat 3 dimensional. (d). Suara yang dihasilkan dapat commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni. (e). Dapat menyampaikan suara seorang ahli sekaligus melihat penampilannya. (f). Jika fil atau video berwarna,maka akan menambah realita obyek yang ditampilkan. Sedangkan kekuarangan film, adalah: (a). Film bersuara tidak dapat diselingi dengan ketaerangan-keterangan yang diuacapkan sewaktu film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu konsentrasi audien. (b). Audien tidak akan dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu cepat. (c). Adegan yang telah lewat sulit untuk diualang, kecuali memutar kembali secara keseluruhan. (d). Biaya pembuatannya cukup tinggi. (Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, 2002: 83). 2) Video. Kelebihan media audio-visual video: (a). Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan lainnya. (b). Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari para ahli. (c). Demonstrasi yang sulitbisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga dalam waktu mengajar guru dapat memusatkan perhatian dan penyajiannya. (d). Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang. (e). Keras dan lemah suara dapat disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar. (f). Guru dapat mengatur dimana akan menghentikan gerakan gambar tersebut, artinya kontrol sepenuhnya berada ditangan guru. (g). Ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
Kekurangan video adalah: (a). Penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan. (b) Sifat komunikasi satua arah harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain. (c)
Kurang mampu
menampilkan detail dari obyek yang yang disajikan. (d) Memerlukan peralatan yang mahal dan komplek. (Arif Sadiman, 1996: 76-77). 3) Televisi. Kelebihan-kelebihan televisi adalah: (a) Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya. (b) Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai negara. (c) Dapat menciptakan kembali masa lampau. (d) Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam. (e) Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat. (f) Menarik minat anak. (g) Dapat melatih guru, baik dalam preservice maupun dalam intervice training. (h) Masyarakat diajak dalam partisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian mereka terhadap sekolah. (Arif sadiman, 1996: 76-77). Sedangkan kekurangan yang dimiliki televisi, adalah: (a) Televisi hanya menyajikan komunikasi satu arah. (b) Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesepatan untuk memahami pesan-pesan yang disampaikan tergantung kemampuan individual siswa. (c) Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi tayangan televisi sebelum ditayangkan. (d) Layar pesawat televisi tidak mampu menjangau kelas besar sehingga sulit bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan. (e) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
guru, dan siswa menjadi bersifat pasif selama penayangan. (Azhar Arsyad, 2003: 52). Media Audio Visual Diam 1) Film Bingkai Kelebihan film bingkai sebagai media pendidikan, adalah: (a) Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan keseluruh siswa secara serentak. (b) Perhatian anak dapat dipusatkan pada satu butir tertentu. (c) Fungsi berpikir penonton dirangsang dan dikembangkan secara bebas. (d) Film bingkai berada dibawah kontrol guru. (e) Dapat dilakukan secara klasikal ataupun individu.
(f)
penyimpanannya
mudah/praktis.
(g)
dapat
mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan indera. (h) Mudah direvisi/dierbaiki, baik visual maupun audionya. (i) program dibuat dalam waktu singkat. Kekurangan film bingkai adalah: (a) Program film bingkai yang terdiri dari gambar-gambar lepas mudah hilang da tertukar apabila penyimpanannya kurang baik. (b) Hanya mampu menyajikan objek-objek secara diam/still. (c0 Penggunaan program slide suara memerlukan ruangan yang gelap, apabila tidak gelap maka gambar yang ditampilkan kurang jelas. (4) Dibandingkan dengan gambar, foto, bagan atau papan flanel, pembuatan film bingkai jauh lebih mahal biayanya. (Arif S. Sadiman, 1996: 61). 2) Film Rangkai Kelebihan film rangkai adalah: (a) Kecepatan film rangkai bisa diatur. (b) Film rangkai dapat mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda dalam suatu rangkai. (c) Ukuran gambar sudah pasti. (d) commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penyimpanan mudah. (e) Reproduksinya dalam jumlah besar relatif lebih mudah. (f) Dapat digunakan untuk belajar kelompok maupun individual. Kelemahan film rangkai jika dibandingkan dengan film bingkai adalah bahwa film rangkai sulit diedit atau direvisi karena sudah merupakan satu rangkaian, sukar dibuat sendiri secara lokal dan memerlukan peralatan laboratorium yang dapat mengubah film bingkai ke film rangkai. (Arif S. Sadiman, 1996: 62-63). e. Cara Pemakaian Media Audio Visual dalam Pembelajaran Dalam pengaplikasian media audio visual ada hal-hal yang harus dipersiapkan misalnya: guru harus mampu mengoperasikan media tersebut, guru harus mengetahui konten alat bantu yang akan digunakan, dan yang pasti harus sesuai dengan indikator pencapaian yang akan dicapai. Berikut beberapa saran dalam pengguanaan media audio visual dalam pembelajaran agar berfungsi secara optimal: (1) Bahan yang disajikan harus mengarah langsung pada masalah yang dibicarakan oleh kelompok, dalam arti harus terarah. (2) Bahan sebaiknya hanya disajikan dalam waktu yang tepat sehingga tidak menyebabkan terputusnya keterlangsungan berpikir. (3) Partisipasi pelajar sangat diharapkan adalm situasi ketika alat bantu audio visual diguanakan. (4) Rencana mutlak diperlukan agar dalam penyajian bahan menggunakan alat bantu lebih efektif. (5) Media audio visual sebaiknya digunakan secara hati-hati dan disimpan dengan baik.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Kearifan Lokal Kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata yaitu, kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Indonesia-Inggris John M. Echols dan Hassan Shadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom berarti kearifan, sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kaerifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup, pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Kearifan lokal merupakan proses yang sangat lama dan kemudian menjadi sebuah acuan filosofis dan pegangan hidup masyarakat. Namun bukan berarti itu adalah sebuah dogma yang tidak bisa berubah, karena tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Kearifan lokal perlu dilihat sebagai “nilai luhur” (lofty value), tidak hanya memandangnya sebagai masalah benar atau salah, namun jauh lebih penting adalah melihat kebaikan
(not the truth but what’s the good).
Menurut Zaenul Fitri (2012) kearifan lokal merupakan proses yang sangat lama kemudian menjadi sebuah acuan filosofis dan pegangan hidup masyarakat, namun bukan berarti itu adalah dogma yang tidak bisa berubah. Jika dilihat saat ini masih banyak kebudayaan yang masih mengakar dalam keseharian kehidupan masyarakat namun kebudayaan-kebudayaan itu diseleraskan dengan jaman yang mereka lalui. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus menerus dijadikan pegangan hidup. Meski bernilai lokal namun nilai yang terkandung di dalamnya sangat universal. Kearifan lokal masyarakat sudah ada di dalam kehidupan masyarakat sejak jaman dahulu sejak jaman prasejarah hingga saat ini, kearifan lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Muslimin Machmud dalam Global Journal of Human Social Science, ia berpendapat bahwa: “Indonesian community local wisdom is often described as a way to find the solution of various problems that arise in society. Therefore, local wisdom generally interpreted as a way to solve environmental problem in society in their own way, so if compared to the modern society may be comparable to the term negoitation or exchange tought. In this regard, the fundamental quetion is how the Indonesian people especially in rural areas can meet their need for various kind of information.........” Kearifan lokal dapat digunakan sebagai upaya untuk memecahkan masalahmasalah sosial. Selain itu juga dapat mengubah cara berpikir masyarakat tanpa harus melalui ketegangan antar sesama. Kearifan lokal dapat dijadikan sebagai aturan baku masyarakat yang tidak tertulis namun dapat dipatuhi oleh masyarakat dengan penuh kesadaran tanpa adanya keterpaksaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
Untuk meminimalisasi dan memperkecil, bahkan menghilangkan krisis multidimensional, terutama perilaku yang tak bermoral meluas di masyarakat, kita perlu menata konsep dan implementasi pendidikan nasional. Dalam menjamin pendidikan nasional yang mantap perlu menata dijaga konsistensi pendidikan karakter sejak dari landasan filosofis, sistem pendidikan, sampai dengan praktik pendidikan. Tujuan pendidikan tidak hanya menjadikan insan berakal, insan kompeten dan berguna, insan well-adaptive, insan agent of change, dan insan bertaqwa, melainkan insan yang utuh (Wahab, 2010). Dalam membangun dan menanamkan karakter budaya bangsa kepada peserta didik, pendidik da teaga kependidikan menjadi agen perubahan. Guru tidak hanya kompeten tetapi menjadi teladan (sikap, pikiran, dan perilaku). Dalam pembentukan karakter, perlu diperhatikan bentuk-bentuk budaya bangsa pemahaman tentang pengenalan diri, tujuan hidup dan interaksi dengan lingkungan (Imam Suyitno, 2012). Kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan masyarakat dalam satu lokalitas tertentu. Widja dalam Koentjaraningrat (1986) mengatakan bahwa awal pembentukan kearifan lokal dalam suatu masyarakat umumnya tidak diketahui se cara pasti kapan kearifan lokal tersebut muncul. Pada umumnya terbentuk mulai sejak masyarakat belum mengenal tulisan (praaksara). Tradisi praaksara ini yang kemudian melahirkan tradisi lisan. Secara historis tradisi lisan banyak menjelaskan tentang masa lalu suatu masyarakat atau asal-usul suatu komunitas. Perkembangan tradisi lisan ini dapat berkembang menjadi kepercayaan atau keyakinan masyarakat. Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan, terdapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
upaya untuk mengabadikan pengalaman masa lalunya melalui cerita yang disampaikan secara lisan dan terus menerus diwariskan dari generasi ke generasi. Pewarisan ini dilakukan dengan tujuan masyarakat yang menjadi generasi berikutnya memiliki rasa kepemilikan atau mencintai cerita masa lalunya. Tradisi lisan merupakan cara mewariskan sejarah kepada masyarakat yang belum mengenal tulisan, dalam bentuk pesan verbal yang berupa pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup sebelum generasi yang sekarang. Kearifan lokal akan abadi jika kearifan lokal terimplementasikan dalam kehidupan konkrit sehari-hari sehingga mampu merespon dan menjawab arus jaman yang telah berubah. Kearifan lokal juga harus terimplementasikan dalam kebijakan negara, misal dengan menerapkan kebijakan ekonomi yang berasaskan gotong royong dan kekeluargaan sebagai salah satu wujud kearifan lokal kita. Untuk mencapai itu, perlu implementasi ideologi negara (Pancasila) dalam berbagai kebijakan negara. Dengan demikian kearifan lokal akan efektif sebagai senjata tidak sekedar pusaka yang membekali masyarakatnya dalam merespon dan menjawab tantangan jaman. Membangun pendidikan karakter di sekolah melalui kearifan lokal mengandung nilai-nilai yang relevan dan berguna bagi pendidikan. Oleh karena itu pendidikan karakter berbasis kaeraifan lokal dapat dilakukan dengan merevitalisasi budaya lokal. Untuk mewujudkan pendidikan karakter di sekolah berbasis kearifan lokal memerlukan adanya pengertian, pemahaman, kesadaran, kerjasama, dan partisipasi seluruh elemen warga belajar (L.R. Retno Susanti, 2011). Selanjutnya menurut Sartini (2004) kearifan lokal adalah merupakan ciri commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
khas suatu daerah atau wilayah tertentu yang memiliki nilai kebudayaan, berkembang dalam lingkup lokal dari generasi ke generasi berikutnya. Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal merupakan sebuah pola kehidupan masyarakat yang seimbang dengan alam sekitar. Kearifan lokal ini bisa mengandung dua hal yang bersifat nyata dan tidak nyata. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mungmachon (2012:176) yaitu: “Local wisdom is basic knowledge gained from living in balance with nature. It is related to culture in the community which is accumulated and passed on. This wisdom can be both abstract and concrete, but the experiences integrates the body, the spirit and the environment.” Kearifan lokal merujuk kepada pengetahuan yang dialami oleh suatu masyarakat secara bersama-sama, dan kearifan lokal ini akhirnya dapat terinternalisasi dalam diri, masyarakat, dan lingkungan sosial. Sehingga kearifan lokal dapat ditemukan dimana saja dalam lingkup kehidupan suatu masyarakat karena digunakan dalam kegiatan sehari-hari seperti hubungan dengan saudara, tetangga, dan masyarakat dalam suatu desa. Pendapat Kongprasertamorn menyatakan, yaitu: “Local wisdom refers to knowledge that comes from community’s experiences and the accumulation of local knowledge. Local wisdom is found in societies, communities, and individuals. This knowledge is used as a guideline for people’s daily activities in relation with their family, their neighbors, and other people in tehe village...” commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kearifan lokal merupakan faktor yang menentukan dalam mempengaruhi perilaku warga dalam kehidupan masyarakat. perilaku ini khususnya berhubungan dengan lingkungan. Bahwa masyarakat yang memiliki sikap kearifan lokal yang tinggi akan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap lingkungan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2011:98) yaitu: “...local wisdom, locus of control and the farmer’s motivation in farming are important determinants of their responsible environtmental behaviour may therefore be minimized by improved knowledge of the environment, local wisdom, locus of control and farming motivation” Lebih jauh dalam penelitian Zulfan dan Arlizon (2011) bahwa kearifan lokal adalah kearifan menurut kelompok tertentu yang sifatnya lokal sehingga kearifan tersebut tidak universal. Perbuatan atau tindak tanduk masyarakat lokal dalam bertingkah laku misalnya dalam memelihara lingkungan tetapi memiliki unsur kepiawaian lokal (local expertice). Menurutnya, kearifan lokal juga tidak diturunkan atau diajarkan kepada generasi penerus mereka melalui pendidikan formal ataupun non formal, tetapi melalui tradisi lokal. Kearifan lokal juga dapat digunakan sebagai fondasi atau dasar untuk membangun integritas. Hal ini akan berdampak pada terbentuknya suatu pemerintahan yang bebas korupsi. Ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Valentina dan Eka Putera (2013) , yaitu: “...it is to moderate to suggest that the practice of democracy is reflected in socio-political lives and elements of local-based integrity value in the fundamental society of West Sumatera.....speaking of custom, culture, and independent development autonomy based on characteristic of local values that are respected and acknowledge by the central goverment.” commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian-penelitian yang merujuk kepada pengertian kearifan lokal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kearifan lokal adalah sebuah tata cara kehidupan suatu masyarakat yang dilakukan sehari-hari atau aktivitas keseharian masyarakat yang dilakukan secara turun temurun sehingga menjadi sebuah identitas. Dikatakan kearifan karena memang dalam aktifitas masyarakat tersebut mengandung nilai-nilai luhur yang tidak bertentangan dengan kehidupan manusia dan alam sekitar. Kearifan lokal justru member keseimbangan, keselarasan dan keharmonisan hidup antara manusia dengan alam sekitar. Pewarisan kearifan lokal kepada generasi penerus ini biasanya tidak dilakukan melalui pendidikan formal melainkan memang sudah terinternalisasi dalam diri masing-masing individu suatu masyarakat. Sejak manusia itu lahir, hidup dan berkembang dalam lingkungan yang telah terbentuk dari sebuah kearifan lokal. Sehingga tanpa melalui cara yang formal untuk dapat mewariskan suatu tradisi ataupun nilai dalam suatu masyarakat. Kearifan lokal juga dapat digunakan sebagai aturan yang dapat dijadikan patokan dalam berperilaku dan bertingkah laku dalam hubungan manusia di masyarakat. kearifan lokal ini memang pada dasarnya adalah suatu nilai yang dapat menjaga hak-hak dan mengatur kewajiban warga masyarakat dalam komunitas tertentu. Sehingga perlu adanya upaya untuk selalu menjaga dan mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal yang nantinya akan menjadi sebuah karakter suatu bangsa.
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian Relevan 1. Tesis berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPairs-Square (TPSq) dengan Metode Talking Stick” oleh Rini Dwi Astuti (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran Think Pairs Square dengan metode Talking Stick dengan pembagian materi yang berbeda untuk satu kelompoknya yang diselesaikan dengan berpikir individu, diskusi kelompok, serta presentasi hasil diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII D SMP Muhammadiyah 2 Kalasan pada pembelajaran matematika. Keaktifan siswa pada siklus I sebesar 67,96% dengan kualifikasi sedang dan mengalami peningkatan sebesar 5,64% sehingga presentase keberhasilan pada siklus II mencapai 73,60% dengan kualifikasi tinggi. Peningkatan keaktifan tersebut ditunjukkan dengan siswa mampu bekerja sendiri dan bekerjasama dalam kelompoknya, saling berdiskusi, saling menyampaikan ide dan pendapat serta mengomentari jawaban dari temannya. 2. Tesis berjudul “Eksplorasi Nilai Budaya dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi dan Ancangan Revitalisasinya melalui Implementasi Kurikulum 2013 dan Program Agrowisata” oleh Bayu Dwi Nurwicaksono (2013). Penilitian ini dilakukan di Kampung Made, Kota Surabaya dengan fokus penelitian pada keaarifan lokal, pengetahuan tradisional dan sistem kognitif lainnya yang didapatkan dari data penelitian berupa tradisi lisan cerita rakyat. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa kearifan lokal tradisi lisan Rupa Bumi mencakup nilai budaya dan pendidikan commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karakter yang dapat dikristalisasi dalam ancangan pendidikan akademik dan masyarakat. 3. Penelitian berjudul “Pengembangan CD Pembelajaran Berbasisi Kearifan Lokal Tema Getaran dan Gelombang untuk Siswa SMP Kelas VIII” dalam Jurnal Unnes Science Education Journal 2 (2) 2013, oleh
Christian
Damayanti, Novi Ratna Dewi, dan Isa Akhlis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan CD pembelajaran berbasis kearifan lokal diperoleh simpulan bahwa CD pembelajaran berbasisi kearifan lokal tema getaran dan gelombang untuk siswa SMP kelas VIII layak digunakan pada proses pembelajaran, serta pembelajaran menggunakan CD pembelajaran berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan kecintaan terhadap budaya lokal yang ada di lingkungan sekitar. 4. Tesis berjudul “Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Kebijakan Pemerintah Daerah untuk Pengembangan Lahan Perumahan di Kabupaten Sleman” oleh Patricia Adhisti Ekarani (2012). Bahwa nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dapat digunakan oleh pemerintah untuk menentukan kebijakan, salah satunya adalah aturan dalam pengembangan lahan perumahan.
Sehingga dalam
pelaksanaannya peraturan daerah tersebut tidak bertentangan dengan pola kehidupan masyarakat di Kabupaten Sleman.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Skema alur atau kerangka berpikir penelitian ini. GURU KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Pembelajaran Sejarah secara konvensional.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model T-P-Sq bermedia tradisi rasulan. Diduga dengan menerapkan pembelajaran Sejarah menggunakan model T-P-Sq bermedia tradisi rasulan dapat meningkatkan kompetensi dan pemahaman siswa terhadap budaya lokal.
SISWA Siswa kurang berminat dengan pembelajaran
Siklus I Implementasi sintak dengan melakukan diskusi kelompok dan presentasi.
Siklus berdaur ulang sampai tercapai hasil belajar diatas KKM dan siswa dapat terlatih dalam belajar.
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir , maka hipotesis dalam penelitian ini antara lain: 1.
Penerapan pembelajaran Sejarah menggunakan model Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan
dapat meningkatkan kompetensi siswa SMK
Negeri 2 Wonosari, yaitu apabila nilai hasil post test siswa mencapai nilai minimal 75. 2.
Penerapan pembelajaran Sejarah menggunakan model Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal yaitu apabila nilai hasil post test siswa mencapai nilai minimal 75.
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Wonosari, Jl. K.H. Agus Salim, Ledoksari, Kepek, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Penelitian ini akan diterapkan pada siswa kelas X Otomotif C semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014. Peneliti memilih sekolah tersebut sebagai obyek penelitian karena beberapa pertimbangan: a). Peneliti merupakan guru mata pelajaran Sejarah di sekolah tersebut sehingga mengetahui langsung adanya permasalahan di lapangan b). Kompetensi belajar siswa terhadap pelajaran Sejarah masih rendah c). Model pembelajaran yang akan diterapkan peneliti belum pernah digunakan pada sekolah tersebut d). Lingkungan sekolah berada di daerah yang memiliki tradisi yang masih tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sehingga diharapkan siswa dapat memahami, mengembangkan nilai, norma, serta memiliki sikap kearifan lokal. B. Jadwal Penelitian Tabel 3.1. Jadwal Penelitian No
Bulan
Kegiatan penelitian (I) Mei
1
Penyusunan proposal:
Minggu I
(II) Juni
(III) Juli
commit to user
(IV) Agust
(V) Sept
(VI) Okt
(VII) Nop
(VIII) Des
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
3
Persiapan (media, instrumen, observasi awal dll) Pengumpulan data
4
Pelaksanaan siklus 1 Pelaksanaan siklus 2 Pelaksanaan siklus 3 Analisis data
5
Penyusunan laporan
6
Seminar tesis
2
tindakan
tindakan
tindakan
C. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksiskan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah 2010:9). Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang kearah kondisi yang diharapkan (improvement oriented). Pengertian lain dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan...”, yang dilakukan dalam rangkaian guna memecahkan masalah. (Wijaya Kusumah, 2012: 9) Berikut ini beberapa hal yang perlu dipahami tentang Penelitian Tindakan Kelas: PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. 1. PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri. 2. PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; spiral of cycles of planning, acting, observing, reflecting, the re-planning. 3. PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktis pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan. 4. PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan kolaborasi dalam seluruh tahapan PTK. 5. PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. 6. PTK dilakukan orang untuk membangun teori tentang praktik mereka (guru). 7. PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya.
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. PTK memungkinkan kita untuk memberikan
justifikasi rasional tentang
pekerjaan kita terhadap orang lain membuat orang menjadi kritis dalam analisis (Suharsimi, 2002: 105). Pada kajian ini jenis penelitian tindakan yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan dengan menerapkan model pembelajaran tipe Think-PairsSquare bermedia tradisi Rasulan. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan sikap kearifan lokal siswa.
D. Rencana Tindakan Sebelum mengadakan tindakan pada penelitian ini, maka peneliti mengadakan observasi cara mengajar dalam kelas serta mencari data kemampuan awal siswa dengan melakukan pre test. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus namun bila dari dua siklus yang direncanaan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan maka dapat dilanjutkan dengan siklus selanjutnya. 1. Rencana Tindakan Siklus I a. Perencanaan (planning) Siklus I 1) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berkaitan dengan materi sejarah yang akan dipelajari, Standar Kompetensi (SK): Memahami kehidupan masa sejarah lisan. Kompetensi Dasar (KD): Mendeskripsikan tradisi Rasulan dalam masyarakat Gunungkidul. Indikator: Mengidentifikasi jejak sejarah lisan di dalam folklore, (menganalisis tradisi Rasulan yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal). commit to user RPP ini untuk 1 siklus (2x45 menit).
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
2) Mempersiapkan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pada setiap pertemuan. 3) Menyiapkan tugas untuk evaluasi pertemuan yang bersangkutan. 4) Merancang dan menyiapkan alat evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan. b. Pelaksanaan (action) Siklus I Pada tahap pelaksanaan meliputi: Pendahuluan Apersepsi 1) Guru membuka kelas dengan absensi dan motivasi. 2) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas. 3) Guru menjelaskan metode dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran sejarah melalui tradisi Rasulan. 4) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Kegiatan Inti Eksplorasi 1) Guru melibatkan peserta didik untuk mencari informasi tentang materi arti sejarah dan sejarah sebagai peristiwa yang akan dipelajari. 2) Guru memberikan sub materi Kearifan Budaya Lokal Tradisi Rasulan dengan menampilkan media audio visual. 3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami nilai budaya yang terdapat dalam tradisi Rasulan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
Elaborasi 1) Guru menjadi fasilitator untuk terjadinya interaksi antar peserta didik dan guru.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir dan
menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. 3) Guru memberikan motivasi agar siswa lebih aktif. Konfirmasi 1) Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi
dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Guru menjadi narasumber dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Penutup 1) Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman atau simpulan bersama-sama. 2) Pada akhir pertemuan selanjutnya diadakan post test pada lembar kerja. 3) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. c. Pengamatan (observasi) Siklus I 1) Peneliti mengamati proses pembelajaran dengan Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan Tradisi Sejarah dalam Masyarakat Pra aksara dan Masa Aksara. 2) Peneliti mengamati sikap dan tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung dikelas (baik tanya jawab maupun aktivitas siswa). 3) Pada tahap ini dilakukan observasi tindakan yang berupa pelaksanaan program pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
telah direncanakan dan disediakan, pelaksanaan pengambilan dan pengumpulan data hasil angket, lembar observasi, LKS dan post test. d. Refleksi Siklus I Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan, hal apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan berikutnya. Siklus ini diakhiri dengan uji soal siklus I dan pemberian angket diluar jam pelajaran. 2. Rencana Tindakan Siklus II a. Perencanaan (planning) Siklus II 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi: Menganilisis Nilai-nilai Kearifan Lokal yang Terdapat dalam Tradisi Rasulan (2 x 45 menit) 2) Mempersiapkan alat-alat atau media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pada setiap pertemuan. 3) Merancang dan menyiapkan alat evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. b. Pelaksanaan (action) Siklus II Pendahuluan Apersepsi 1) Guru membuka kelas dengan motivasi dan absensi. 2) Guru menjelaskan tentang tujuan, prosedur pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. 3) Guru mempertegas materi tradisi mengenai sejarah lisan. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan Inti Eksplorasi 1) Guru menayangkan video tradisi Rasulan dan memberikan tugas kepada setiap individu agar didiskusikan dengan pasangan dalam kelompoknya untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat didalam tradisi Rasulan. 2) Guru meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 3) Setiap kelompok menanggapi apa yang telah dipresentasikan oleh kelompok lain. Elaborasi 1) Guru menjadi fasilitator untuk terjadinya interaksi antar peserta didik dan guru. 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. 3) Guru memberikan motivasi dan umpan balik yang positif serta penguatan terhadap siswa secara individu maupun kelompok. Konfirmasi 1) Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Guru menjadi narasumber dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Penutup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
1) Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman atau simpulan bersama-sama. 2) Pada akhir pertemuan selanjutnya diadakan post test pada lembar kerja. 3) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. c. Pengamatan (observasi) Siklus II 1) Peneliti mengamati proses pembelajaran melalui instrumen. 2) Peneliti mengamati diskusi kelompok melalui instrumen. 3) Peneliti menganalisis semua aktifitas siswa di kelas. d. Evaluasi/Refleksi Siklus II Tahap ini dilakukan untuk menganalisis hasil observasi dan hasil evaluasi pada siklus I, apakah terdapat peningkatan prestasi belajar dan sikap kearifan lokal siswa. Siklus ini diakhiri dengan ujian soal siklus II serta pemberian angket di luar jam pembelajaran. 3. Siklus III a. Perencanaan (Planing) Siklus III 1) Membuat RPP tentang materi jejak sejarah lisan, (menganalisis dan mempresentasikan mengenai tradisi rasulan yang mengandung nilainilai kearifan lokal). 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat kelompok siswa dengan menyebarkan siswa yang menguasai materi awal yang telah disampaikan pada siklus 2. 3) Merancang dan menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan (Action) Siklus III commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
Pendahuluan Apersepsi 1) Guru membuka kelas dengan doa bersama. 2) Guru menjelaskan tentang tujuan, prosedur pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. 3) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas. 4) Guru menjelaskan metode dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Kegiatan Inti Eksplorasi 1) Guru melibatkan peserta didik untuk mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari. 2) Guru memberikan materi kegunaan sejarah serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan tradisi Rasulan yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal. 3) Kelompok yang telah menguasai pada materi awal di siklus 2 diminta untuk memimpin pembahasan bahan ajar yang diberikan peneliti. Bahan ajar yang diberikan berisi tugas memecahkan masalah tindak lanjut dari siklus 2. 4) Guru meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang belum dipahami untuk ditanyakan kepada guru pada akhir diskusi. Elaborasi 1) Guru menjadi fasilitator untuk terjadinya interaksi antar peserta didik commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan guru. 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. 3) Guru memberikan motivasi agar siswa lebih aktif. Konfirmasi 1) Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Guru menjadi narasumber dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Penutup 1) Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman atau simpulan bersama-sama. 2) Pada akhir pertemuan selanjutnya diadakan post test pada lembar kerja 3) Guru
menyampaikan
rencana
pembelajaran
pada
pertemuan
berikutnya. c. Pengamatan (Observasi) Siklus III 1) Peneliti mengamati proses pembelajaran melalui instrument. 2) Peneliti mengamati diskusi kelompok melalui instrument. 3) Peneliti menganalisis semua aktifitas siswa di kelas melalui lembar keaktifan siswa melalui instrumen pelaksanaan siklus III . d. Evaluasi/Refleksi Siklus III Setelah dilakukan pengkajian dari hasil penelitian telah mencapai target commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang diharapkan maka penelitian dapat dihentikan. Tidak beda dengan siklus I dan siklus II, siklus III pun diberikan angket kepada peserta didik untuk mengetahui peningkatan sikap peserta didik.
E. Fokus Penelitian Penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah penerapan model Think-Pairs-Square dalam pembelajaran sejarah dengan media tradisi rasulan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap kearifan lokal pada siswa kelas X Otomotif C di SMK Negeri 2 Wonosari pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 yang meliputi: 1. Perencanaan dan implementasi sintaks pembelajaran kooperatif bermuatan kearifan lokal. Langkah-langkah perencanaan pembelajaran bermuatan kearifan lokal: a. Persiapan guru 1) Membuat perencanaan pengajaran. 2) Mempersiapkan bahan yang akan diajarkan. 3) Model pembelajaran yang akan digunakan. b. Tugas-tugas terstruktur 1) Melakukan pengamatan di lapangan. 2) Menyusun laporan pengamatan di lapangan.
c. Proses dalam pembelajaran, meliputi: 1) Cara guru mengajar.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Cara guru menyampaikan materi. 2. Pengaruh Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar. a) Keseriusan dan kejujuran siswa dalam mengerjakan soal post test. b) Peningkatan hasil atau nilai akhir. 3. Pengaruh Pembelajaran Terhadap Pemahaman siswa terhadap nilai Kearifan Lokal: Peningkatan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal. F. Tolok Ukur Keberhasilan Yang menjadi tolok ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: a. Perencanaan dan implementasi sintak pembelajaran Sejarah dengan model pembelajaran Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan. 1) Kemampuan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara
lengkap
dan
operasional
sesuai
dengan
standar
proses
(Permendiknas No. 41 Tahun 2007). 2) Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran Sejarah bermedia tradisi rasulan. 3) Meningkatnya prestasi siswa. 4) Pada setiap siklus terjadi peningkatan pemahaman siswa kearifan lokal. b. Meningkatnya hasil belajar siswa sampai melebihi batas ketuntasan minimal (KKM : 75) dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 85 %. c. Meningkatnya pemahaman siswa terhadap kearifan lokal dalam setiap siklus pembelajaran yang ditandai dengan perubahan pada sikap dan karakter pada diri siswa.
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Sumber Data Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:125) “Ada dua sumber data yang biasa dipakai dalam PTK, yaitu sumber data primer dan sekunder”. Sumber data primer adalah siswa, guru, guru BP, orang tua dan Kepala Sekolah. Sumber data sekunder adalah sumber data yang berasal dari pihak yang masih berkaitan dengan siswa tetapi tidak secara langsung misalnya pengawas sekolah, dewan pendidikan, komite sekolah dan pejabat dinas pendidikan. Data primer yang dihasilkan PTK antara lain berasal dari hasil wawancara dengan sumber data, nilai prestasi setelah dilaksanakan PTK. Sedangkan data sekunder yang dihasilkan PTK antara lain berupa nilai sebelum dilakukan PTK, foto-foto, data pribadi siswa, laporan pengamatan serta hasil wawancara dengan sumber data sekunder. Umpan balik dari siswa merupakan sumber data yang paling baik, karena dengan umpan balik siswa kita dapat mengetahui apakah tindakan yang kita berikan dapat diterima atau tidak, jika dapat diterima maka akan ditingkatkan, sampai benar-benar tindakan yang kita berikan efektif, jika tindakan yang kita berikan ditolak maka kita harus memperbaiki tindakan yang kita berikan. Sumber data yang diperlukan dan yang digali dalam penelitian ini bersumber: 1.
Data yang digunakan. a) Silabus Mata Pelajaran Sejarah di SMK Negeri 2 Wonosari b) RPP Mata Pelajaran Sejarah di SMK Negeri 2 Wonosari commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Lembar observasi. d) Hasil diskusi kelompok e) Buku sumber yang digunakan guru dalam pembelajaran sejarah, baik itu LKS maupun buku paket. Adapun beberapa jenis data yang dikumpulkan adalah: a) Data nilai tentang peningkatan ketahanan budaya lokal siswa bisa di ukur dengan melihat silabus mata pelajaran sejarah dengan KD: Tradisi Sejarah dalam Masyarakat Indonesia Masa Pra-aksara dan Masa Aksara. b) Data tentang gambaran penerapan model pembelajaran Think-PairsSquare bermedia tradisi rasulan dengan cara melakukan wawancara dan observasi (pengamatan). c) Data
tentang
efektifitas
model
pembelajaran
Think-Pairs-Square
bermedia tradisi rasulan dengan menggunaan media audio visual dapat diukur dengan cara wawancara, observasi dan analisis data. 2. Sumber data yang digunakan. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah: informan (Kepala Sekolah, guru, bagian kurikulum, karyawan dan siswa kelas X OC) yang diperoleh melalui wawancara. 1) Wawancara
terhadap
siswa
tentang
pandapatnya
perihal
proses
pembelajaran Sejarah di kelas X OC dan tanggapan siswa tentang cara guru mata pelajaran melakukan pembelajaran Sejarah di kelas. 2) Wawancara terhadap guru tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran Sejarah di kelas X OC. commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Kegiatan pembelajaran, metode yang diterapkan oleh guru, sumber belajar, sikap guru, sikap siswa ketika proses pembelajaran dengan menerapkan model Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. 4) Dokumen dan arsip-arsip yang berasal dari analisis data, silabus, RPP, VCD, buku sumber yang di gunakan guru sejarah, LKS, administrasi guru mata pelajaran sejarah berupa hasil evaluasi (tugas individu, tugas kelompok, hasil ulangan harian). Dokumen dan arsip sekolah untuk menggali informasi tentang kinerja guru, data hasil belajar siswa, kurikulum sekolah, program sekolah, sejarah berdirinya SMK Negeri 2 Wonosari dan prasarana lainnya.
H. Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2011:308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Lebih lanjut, Sutopo (2006:66) menyebutkan berbagai strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengumpulan data yang bersifat interaktif dan non interaktif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data bersifat interaktif karena adanya saling mempengaruhi antara peneliti dengan sumber datanya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
adalah mencakup tiga aspek, yaitu : (1) Observasi, (2) Tes Prestasi, (3) Skala Sikap. 1. Observasi Observasi merupakan usaha menghimpun data penelitian melalui pengamatan. Sedangkan menurut Syahirman Yusi (2009:106) pengumpulan data melalui teknik observasi adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang merupakan tingkah laku nonverbal dari responden, dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan dan atau menjawab permasalahan penelitian. Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar. Data yang dihimpun melalui pengamatan pembelajaran adalah sebagai berikut : foto-foto proses belajar mengajar, perangkat mengajar (Silabus, RPP), dan hasil tes siswa. Dengan pengamatan dapat diketahui permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sejarah terutama pemahaman siswa terhadap kearifan lokal. Fokus observasi penelitian ini adalah : a) Langkah-langkah pembelajaran Sejarah. b) Cara guru mengajar dalam pembelajaran Sejarah. c) Penugasan yang diberikan guru. d) Model yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran Sejarah. e) Peningkatan prestasi siswa. Adanya fokus observasi ini bertujuan agar tidak dalam penelitian nantinya tidak terlalu keluar dari garis besar dari apa yang akan diteliti. commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aktivitas pembelajaran yang akan diamati dapat dilihat pada tabel di bawah ini dan hasil observasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2. Aktivitas Pembelajaran No A
Skor
Indikator Yang Diamati 1
Aktivitas Awal Guru 1. Menyiapkan peserta didik. 2. Melakukan apersepsi dan menyampaikan cakupan materi. 3. Menjelaskan pembelajaran.
B
KD
dan
tujuan
Penyajian Pembelajaran 4. Melibatkan siswa dalam mencari informasi dan belajar dari aneka sumber. 5. Membentuk kelompok-kelompok kecil. 6. Menggunakan berbagai model pembelajaran, model pembelajaran dan sumber belajar lainnya. 7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. 8. Memfasilitasi siswa dalam belajar kooperatif. 9. Mengelola interaksi kelas.
commit to user
2
3
4
5
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10. Mendorong siswa untuk membuat analisis dan elaborasi terhadap masalah-masalah konvensional yang dihadapinya. 11. Bersikap terbuka, luwes dan fleksibel. 12. Memberikan tugas kepada siswa untuk mengembangkan dan menganalisis terhadap peristiwa-peristiwa sejarah yang dipelajari. 13. Membantu menyelesaikan masalah siswa dalam melakukan pengecekan hasil eksplorasi. 14. Meluruskan konsep dan pengetahuan siswa. 15. Melaksanakan evaluasi (post tes) 16. Menutup pembelajaran C
Aktivitas Siswa 17. Aktif bertanya 18. Memberikan tanggapan pada saat diskusi. 19. Mencari dan mengelola informasi. 20. Menjawab pertanyaan-pertanyaaan yang diajukan. 21. Menganalisis permasalahan dan pemecahannya 22. Mengeksplorasi pengalaman belajar. 23. Mengaplikasikan pengalaman belajar. 24. Bertukar pikiran tentang materi dengan teman sejawat 25. Membuat kesimpulan
Keterangan skor: 1. Sangat Kurang Baik 2. Kurang Baik 3. Cukup Baik
4. Baik 5. Sangat commit to user
Baik
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tes Prestasi dan Tes Sikap. Untuk memperoleh data tentang prestasi belajar dan sikap pada mata pelajaran Sejarah lokal yang terintegrasi dalam Sejarah nasional dengan Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan tradisi rasulan pada masyarakat Gunungkidul. Penulis berusaha agar butir soal post tes yang dibuat dapat dijadikan sebagai data untuk melihat peningkatan prestasi belajar atau peningkatan pemahaman pada setiap kali pertemuan baik dalam siklus satu dan dalam siklus refleksi dapat mengukur keseluruhan isi bahan pelajaran yang akan diukur, oleh karena itu peneliti membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu sehingga peneliti dapat melihat penyebaran materi yang akan diujikan kepada siswa kelas X OC di SMK Negeri 2 Wonosari. 3. Angket Angket ini diberikan setelah semua tindakan pembelajaran selesai. Dari angket ini akan diperoleh data mengenai tanggapan siswa terhadap bagaimana penerapan
model
Think-Pairs-Square
terhadap
pembelajaran
Sejarah
bermedia tradisi rasulan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal. Angket ini sebelumnya sudah dipersiapkan dan dirancang juga untuk mengetahui peningkatan kemampuan belajar Sejarah dan peningkatan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal pada siswa kelas X OC sekaligus mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran Sejarah melalui PTK dengan pilihan jawaban: SS, S, R, TS dan STS. Penelitian ini digunakan skor positif dan skor negatif, sebagai berikut: Tabel 3.3. Tabel Penskoran Skala Sikap commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SKOR ITEM PERNYATAAN SKOR POSITIF
SKOR NEGATIF
1. Sangat Setuju (SS)
5
1
2. Setuju (S)
4
2
3. Ragu-ragu (R)
3
3
4. Tidak Setuju (TS)
2
4
1
5
5. Sangat (STS)
Tidak
Setuju
I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk menjamin kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian maka perlu dilakukan validitas data dengan cara Triangulasi sumber yakni dengan pengecekan melalui informasi lain. Secara teknis Triangulasi dilakukan dengan tiga cara yakni 1) cek silang dengan kepala sekolah, 2) dengan guru mata pelajaran, 3) dengan orang tua siswa dan siswa kelas X OC SMK Negeri 2 Wonosari. J. Teknik Analisis Data Data penelitian ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif sehingga teknik yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. 1. Teknik Analisis Data Deskriptif Kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesei di lapangan. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama commit to user proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis sebelum
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilapangan analisis ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Anallisis selama di lapangan hal ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan memfokuskan sekaligus memilah-milah data pembelajaran meningkatkan kemampuan menulis laporan pada tahap persiapan menulis, tahap penulisan dan tahap finalisasi, baik yang berupa data proses maupun data hasil pembelajaran. Penyajian data dilakukan dengan cara memaparkan secara naratif
hasil reduksi data. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan cara menemukan rasionalisasi dan justifikasi hasil tindakan berdasarkan reduksi data dan penyajian data yang telah dirumuskan (Sugiyono: 336-345). Pada penelitian ini data yang dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif yaitu perencanaan dan penerapan model Think-Pairs-Square
bermedia
tradisi
rasulan
didalam
pelaksanaan
pembelajaran Sejarah. 2. Teknik Analisis Data Deskriptif Kuantitatif. Analisis
deskriptif
merupakan
analisis
yang
menggambarkan
karakteristik utama data dalam penelitian kuantitatif, seperti frekuensi, persen commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan rata. Langkah pertama bagi peneliti dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan adalah melihat kembali usulan penelitian guna memeriksa rencana penyajian data dalam pelaksanaan analisis – statistik yang telah ditetapkan
semula.
Sesudah
hal
ini
dilakukan,
peneliti
kemudian
mengembangkan srategi penyusunan data mentah dan melaksanakan penghitungan yang diperlukan. (Arif Furchan: 513). Pada penelitian ini data kuantitatif yang akan di analisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif yaitu data skala sikap dan data tes prestasi mengenai penerapan model pembelajaran Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan. Hasil akhir skala sikap dan tes prestasi akan disajikan dalam bentuk
tabel
dan
grafik
sehingga
memudahkan
peneliti
untuk
menganalisisnya.
K. Indikator Kinerja Indikator kerja berdasarkan Ketuntasan Minimal Sejarah kelas X berupa hasil belajar/tes dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut: Ketuntasan individual = Jumlah nilai
x 100%
Jumlah nilai maksimal Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa yang tuntas belajar
x 100%
Jumlah seluruh siswa Keterangan: Ketuntasan individual: jika siswa mencapai nilai ≥75. commit to user Ketuntasan klasikal: jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai nilai ≥75.
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
1. Respon siswa serta guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskripsif kualitatif. 2. Indikator kerja data kualitatif diperoleh dari penggunaan lembar observasi aktifitas siswa dalam pembelajaran sejarah. Indikator keberhasilan dalam penelitian adalah: a. Meningkatnya kemampuan belajar Sejarah siswa pada kompetensi dasar Mendeskripsikan tradisi Sejarah dalam masyarakat Indonesia Masa pra aksara dan masa aksara. b. Perhatian spontan siswa terhadap pembelajaran Sejarah. c. Meningkatnya kerjasama dan tanggung jawab siswa yang ditandai dengan keberhasilan secara individu maupun kelompok. d. Keinginan mencari pengetahuan dan pengalaman khususnya pada pelajaran Sejarah. e. Keantusiasan siswa dalam proses pembelajaran Sejarah. f. Respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberian oleh guru. g. Meningkatnya kualitas pembelajaran Sejarah kelas X OC SMK Negeri 2 Wonosari. h. Respon positif siswa terhadap penerapan model pembelajan Think-PairsSquare dalam pembelajaran Sejarah bermedia tradisi rasulan untuk meningkatkan sikap kearifan lokal siswa. i. Peningkatan 85% siswa yang telah menguasai materi Sejarah khusus kompetensi mendeskripskan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa aksara dan masa aksara dalam hal ini peneliti menerapkan model commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran Think-Pairs-Square, sehingga diharapkan siswa meningkat pemahamannya terhadap nilai kearifan lokal dan mampu mencapai prestasi belajar paling sedikit 85% siswa memperoleh nilai sebagai batas tuntas (KKM) yang ditetapkan sebesar 75.
L. Prosedur Penelitian Penelitian ini dirancang untuk upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai budaya lokal dan meningkatkan pula apresiasi siswa terhadap ketahanan budaya lokal yang ditandai adanya peningkatan pengamatan, penilaian dan penghargaan pada penerapan model pembelajaran Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan khususnya Kompetensi Dasar: Tradisi Sejarah dalam Masyarakat Indonesia Masa Pra-aksara dan Masa Aksara. Untuk itu, prosedur penelitian yang dinilai akurat dan memenuhi harapan menggunakan desain model alur dari Kemmis dan Taggart dengan langkah sebagai berikut: 1) Perencanaan, 2) Implementasi tindakan/pelaksanaan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi.
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil penelitian dan dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan perumusan masalah yaitu sebagai berikut: A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Profil Tempat Penelitian a. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Wonosari Berdirinya sebuah Sekolah Teknik Menengah (STM) merupakan harapan bagi masyrakat Gunungkidul, selain sekolah menengah atas lain yang telah berdiri sebelumnya. Hal ini karena berdasarkan kenyataan bahwa lulusan STM akan lebih cepat bekerja atau berwirausaha dibandingkan dengan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Karena memang STM adalah sekolah kejuruan yang menyiapkan lulusan siswanya agar dapat langsung terjun di dunia kerja. Pada
tahun
1968
Pemerintah
Daerah
Kabupaten
Gunungkidul
mengupayakan berdirinya STM swasta dengan jurusan Geologi Pertambangan yang dipimpin oleh R. Tjokrohandojo yang berlokasi di Kecamatan Patuk. STM ini pada akhirnya diijinkan menumpang di gedung transmigrasi Ledoksari, Wonosari. Selain itu, di Wonosari telah berdiri sebuah Sekolah Teknik (ST) I Jurusan Mesin, yang dipimpin oleh Gitomartono. ST I berlokasi di Desa Kepek, Wonosari. Ditempat lain, di Desa Bandung, Playen didirikan ST II dengan Jurusan Bangunan Air yang di pimpin oleh Masimin. Gedung yang ditempati commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah gedung milik Dinas Perindustrian. ST III didirikan dengan lokasi di Desa Kepek juga dengan Jurusan Geologi Pertambangan yang dipimpin oleh Pareng. Seiiring dengan re-grouping ST/STM di Yogyakarta, maka STM Negeri Percobaan I Jetis, Yogyakarta yang dipimpin oleh Muhammad Daldiri Atmanegara setelah diserahterimakan koordinator komplek ST di Wonosari dengan
Surat
Keputusan
(SK)
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
No.2438/0/1972 tanggal 12 Desember 1972 terhitung tanggal 1 Januari 1973. Selanjutnya, pemindahan itu dikuatkan lagi dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 020/0/1975 dengan perubahan nama dari STM Percobaan Yogyakarta di Wonosari menjadi STM Negeri Wonosari dengan jurusan Bangunan Gedung, Mesin, dan Listrik dengan Kepala Sekolah Subandi HK. Berkat usaha Mayor Sutedjo dan Bupati Kepala Daerah pada saat itu yaitu KRT Joyodiningrat, maka Ledoksari dapat didirikan bangunan yang pertama berbentuk huruf L yang dilaksanakan oleh pengusaha dermawan dari Bandung, Jawa Barat. Gedung ini kemudian direhab oleh pemborong Wirama Karya sebagai bantuan Proyek Rehab pada tahun 1973/1974 dengan Drs. M. Oemar sebagai pimpinan proyek. Pada tahun 1976, seluruh siswa ST sudah tamat, sehingga hanya siswa STM Negeri Wonosari saja yang menempati gedung Ledoksari. Hal ini didukung dengan banyaknya guru yang ditempatkan di STM Wonosari lulusan IKIP Yogyakarta. Beberapa tahun kemudian sejak tahun 1975/1976 berdasarkan Proyek Pelita, maka gedung STM Wonosari lama kelamaan semakin banyak didirikan, sehingga sekarang kita masih dapat melihatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
Pada tahun 1985/1986, STM Negeri Wonosari memiliki 3 jurusan, yaitu: Bangunan, Mesin, dan Listrik. Mulai tahun 1987 kepemimpinan STM Wonosari dipegang oleh Drs. Bamabang Samsudin. Pada tahun 1992/1993, STM Wonosari memiliki 4 jurusan yaitu Bangunan, Listrik, Teknik Pengerjaan Logam, dan Otomotif. Kemudian pada tahun 1997 STM Wonosari dipimpin oleh Drs. Mustangid. Tahun 2000 nama STM Wonosari berganti menjadi SMK Negeri 2 Wonosari. Pada tahun 2000/2001 ditunjuk oleh pemerintah untuk mengampu pendirian SMK Negeri 3 Wonosari dan menerima siswa 2 kelas dengan jurusan Informasi Komunikasi, yang menempati bekas gedung SMEA Wonosari Tawarsari sampai sekarang. Pada tahun 2000/2001 membuka jurusan baru yaitu Nautika Pelayaran sebanyak 2 kelas, sehingga pada tahuntersebut SMK N 2 Wonosari menerima siswa 14 kelas, masing-masing 36 siswa. Pada tahun 2001/2002 sekolah ini membuka lagi jurusan baru yaitu Teknik Informatika Komersial. Perbaikan dan peningkatan selalu dilakukan oleh SMK Negeri 2 Wonosari, sehingga akhirnya pada tanggal 12 Maret 2005 dapat memperoleh sertifikat ISO 9001 : 2000. Selain itu SMK N 2 Wonosari juga termasuk Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) meskipun karena kebijakan pemerintah status sekolah-sekolah RSBI dicabut. Akhirnya sampai saat ini (2012) SMKN 2 Wonosari memiliki 42 kelas dengan jumlah siswa 1344 orang. Semoga kedepannya sekolah ini semakin maju dalam berbagai kualitas dan prestasi. b. Kurikulum dan Proses Belajar Mengajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
Kurikulum yang berlaku di SMK Negeri 2 Wonosari sejak berdiri sampai sekarang menyesuaikan dengan kurikulum yang telah direkomendasikan oleh pemerintah yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan yang terakhir yaitu Kurikulum 2013. Proses pembelajaran di SMK Negeri 2 Wonosari saat ini disesuaikan dengan struktur kurikulum yang terdapat dalam Standar Isi (SI) yaitu Kurikulum 2013. Adapun karakteristik dari Kurikulum 2013 berdasarkan Permen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 70 Tahun 2013, adalah: 1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama, dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. 2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. 3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketersmpilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan di masyarakat. 4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 5) Kompetensi dinyatakan dalam benuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. 6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing element) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikembangkan
untuk
mencapai
kompetensi
yang
dinyatakan
dalam
kompetensi. 7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prnsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horisontal dan vertikal). Struktur kurikulum SMK dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan SMK/MAK pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat peserta didik saat memasuki pendidikan menengah. Oleh karena itu, struktur umum SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA, yakni ada tiga kelompok Mata Pelajaran: Kelompok A, B, dan C. Dalam penetapan penjurusan sesuai dengan bidang/program/paket keahlian mempertimbangkan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada SMK/MAK, mata pelajaran kelompok peminatan (C) terdiri atas: a. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1) b. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2) c. Kelompok Pelajaran Paket Keahlian (C3) Mata pelajaran serta Kompetensi Dasar (KD) pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan industri. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.1. : Struktur Mata Pelajaran Umum SMK
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
Mata Pelajaran
X
XI
XII
3
3
3
2
2
2
4 4 2 2
4 4 2 2
4 4 2 2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
24
24
24
24
24
24
48
48
48
Kelompok A (Wajib) 1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Pendidikan Pancasila dan 2. Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Sejarah Indonesia 6. Bahasa Inggris Kelompok B (Wajib) 7. Seni Budaya Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan 8. Kesehatan 9. Prakarya dan Kewirausahaan Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan Kelompok B per minggu Kelompok C (Peminatan) Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/MAK) JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU
2. Identifikasi Nilai-nilai Kearifan Lokal Tradisi Rasulan Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ibukota Wonosari. Secara geografis Kabupaten Gunungkidul terletak di antara 07º 16’ 30” - 07º 19’ 30” LS dan 110º 19’ 30” - 110º 25’ 30” BT dengan luas wilayah 1.485 km² atau kurang lebih 46% dari luas seluruh Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul merupakan kabupaten yang memiliki luas wilayah yang paling besar di Propinsi DIY.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
Gunungkidul memiliki kondisi alam dengan deretan pantai-pantai yang masih alami dan sangat eksotis. Pantai-pantai tersebut merupakan pantai Samudera Hindia yang terkenal dengan ombaknya yang ganas. Selain kawasan pantai, Gunungkidul merupakan daerah pegunungan karst yang terkesan tandus dan kering. Karena kondisi alam yang demikian maka Gunungkidul, terutama wilayah bagian selatan yang berbatasan dengan pantai seringkali kekurangan akan sediaan air bersih. Kondisi yang kering dan tandus karena merupakan deretan pegunungan karst tentu untuk lahan pertanian tidak begitu maksimal dari hasil yang harapkan. Kondisi daerah yang kering dan tandus yang menyebabkan produksi pertanian kurang maksimal ini, menyebabkan masyarakat Gunungkidul sebagian besar berada dibawah garis kemiskinan. Gambaran tersebut adalah kondisi pada jaman dahulu sebelum berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat sendiri untuk memperbaiki sarana dan prasarana guna menunjang produksi pertanian. Bagi masyarakat Gunungkidul pada jaman dahulu masa panen adalah saat yang ditunggu-tunggu karena dalam saat penantian masa panen tersebut masyarakat banyak yang mengalami kekurangan pangan karena hasil panen yang sebelumnya tidak mencukupi sampai pada masa panen berikutnya. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat Gunungkidul sangat mensyukuri apa yang didapat ketika masa panen tiba. Sebagai wujud rasa syukur yang sangat dalam kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rejeki berupa panen hasil pertanian ini maka masyarakat Gunungkidul menggelar sebuah upacara bersih desa atau yang dikenal sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
tradisi Rasulan. Disebut Rasulan karena mengambil kata Rasul yaitu Nabi Muhammad SAW yang merupakan panutan dalam kehidupan umat Islam. Sehingga tradisi Rasulan ini merupakan sebuah bentuk akulturasi budaya yaitu budaya Islam dan budaya Hindu Budha yang kemudian turun-temurun yang sarat dengan simbol-simbol yang mengandung makna kearifan. Tradisi rasulan diselenggarakan oleh setiap padukuhan atau dusun dengan waktu pelaksanaan yang berbeda-beda antara dusun satu dengan yang lainnya. Rangkaian kegiatan Rasulan ini diawali dengan membersihkan lingkungan secara bergotong royong atau kerja bakti oleh warga padukuhan. Dalam kegiatan kerja bhakti membersihkan lingkungan tersebut tempat-tempat yang wajib dibersihkan adalah sumber mata air atau oleh masyarakat Gunungkidul sering disebut resan. Resan berasal dari kata resa (baca: reso) artinya yang menghuni. Jadi menurut kepercayaan masyarakat bahwa sumber mata air yang biasanya ditumbuhi pohon yang besar dan sudah berumur sangat tua tersebut ada yang “menunggu” atau ada jin/roh halus yang menjaga sumber mata air tersebut. Namun makna dari mitos tersebut adalah agar warga tidak menebang pohon yang dapat menyebabkan matinya sumber air yang merupakan sumber kehidupan warga. Sehingga untuk menetapkan aturan tersebut maka ditanamkanlah mitos mistik yang akan ditaati warga karena jika melanggar akan menanggung akibat yang kadang manusia tidak bisa mengatasi karena yang memberi sanksi tersebut adalah m akhluk dari alam ghaib. Disekeliling pohon besar tersebut dibuat pagar dari bambu yang merupakan tanda bahwa tempat itu tempat yang dirawat dan dijaga oleh masyarakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
sehingga tidak ada seorangpun yang boleh merusaknya, apalagi menebang pohonnya. Kegiatan yang dilakukan warga selanjutnya adalah membersihkan jalanjalan kampung. Sementara para bapak atau laki-laki melaksanakan kerja bhakti, dirumah para ibu-ibu menyiapkan kebutuhan dapur yang diperlukan untuk membuat sajian di hari H Rasulan. Dalam menyiapkan hidangan pada upacara Rasulan, setiap tempat memiliki perbedaan menu. Namun yang sama adalah adanya ayam ingkung yang disajikan dalam setiap hidangan tersebut. Ayam ingkung adalah ayam yang dimasak utuh hanya dengan santan dan bumbu-bumbu dasar. Ayam ingkung memiliki makna kepasrahan sepenuhnya manusia sebagai makhluk ciptaan Sang Maha Kuasa. Sedangkan sajian pelengkap yang lain adalah peyek kacang atau peyek kedelai. Peyek adalah sejenis keripik yang terbuat dari adonan tepung beras dengan bumbu kemudian dicampur dengan kacang tanah atau kedelai. Cara memasaknya dengan digoreng. Peyek ini memiliki makna penyatuan, atau persatuan warga masyarakat dalam kerukunan di suatu kehidupan bermasyarakat. Puncak dari tradisi ini adalah dilaksanakannya kenduri yang biasanya pada malam hari di balai padukuhan. Dalam acara kenduri tersebut biasanya para kepala keluarga dan anak-anak kecil akan berkumpul dan membawa sajian yang telah disiapkan para ibu-ibu yaitu berupa nasi tumpeng dan ayam ingkung. Dalam acara kenduri tersebut diisi dengan sambutan dari kepala dukuh kemudian dilanjutkan dengan doa bersama, yang merupakan inti dari acara kenduri tersebut. Doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
adalah rasa syukur atas limpahan rejeki dan anugerah yang diberikan. Setelah berdoa bersama selesai, acara dilanjutkan dengan membagi-bagikan atau saling tukar makanan yang biasanya ayam ingkung ditukarkan dengan makanan yang dibawa oleh tetangga. Kemudian setelah semua mendapat bagian makanan, acara dilanjutkan dengan makan bersama. Riuhnya suara anak-anak menambah ramai dan gembira suasana. Setelah acara kenduri dilaksanakan pada malam hari, kadang dilanjutkan dengan acara pagelaran wayang kulit. Kegiatan-kegiatan hiburan tersebut tidak wajib dilaksanakan tergantung kemampuan tiap padukuhan masing-masing. Untuk acara hiburan ini ada yang menggelar wayang kulit, kemudian kirab keliling kampung dan acara pertunjukan kesenian reog, jathilan, dan lain sebagainya. Sudah menjadi tradisi dalam acara Rasulan tersebut banyak saudara-saudara yang diluar padukuhan datang bertamu kerumah sanak saudara hanya sekedar silaturahmi, dan tuan rumah pun telah menyediakan hidangan spesial. Terutama bagi anak-anak muda, mereka akan mengundang temantemannya untuk datang kerumah mereka. Demikian acara tradisi Rasulan ini masih dilaksanakan hampir diseluruh desa atau dusun di Kabupaten Gunungkidul. Nilai-nilai yang dapat diambil dari tradisi Rasulan ini yaitu, pertama bahwa adanya kesadaran rasa syukur masayarakat Kabupaten Gunungkidul atas nikmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai yang kedua adalah nilai kegotong royongan dari seluruh masayarakat dalam melakukan kerja bhakti. Nilai yang ketiga, yaitu melalui adanya berbagai pertunjukan kesenian commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tradisional merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya Indonesia yang sudah mulai terkikis oleh kemajuan jaman. Nilai yang selanjutnya adalah ketika para sanak saudara datang berkunjung akan mempererat tali persaudaraan. Anak-anak muda yang berkunjung kerumah temannya dan menikmati hidangan makanan akan menimbulkan rasa kebersamaan, sedangkan bagi temannya sebagai tuan rumah merupakan bentuk sedekah agar mereka belajar untuk berbagi rejeki kepada orang lain. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi Rasulan ini memiliki nilai karakter dan budaya bangsa, seperti pada tabel dibawah ini:
Identifikasi Nilai-Nilai Tradisi Rasulan Dan Relevansinya Dengan Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
No
1.
2.
3.
Nilai-nilai tradisi Rasulan Ungkapan rasa syukur terhadap Allah SWT atas panen yang melimpah Kejujuran
Toleransi antar umat beragama dan tetangga serta menghargai pendapat orang lain
4.
5.
Kerja keras, tekun dan ulet
Nilai Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Religius
Deskripsi
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang di anutnya.
Jujur
Perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dn pekerjaan.
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Disiplin
Indakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Kerja keras
commit to
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi user berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyelesaikan baiknya.
tugas
dengan
sebaik-
6.
-
Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
7.
-
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8.
Demokratis, sosial
Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9.
Pengetahuan tentang sejarah, terutama sejarah lokal dan budaya Mengambil keputusn bersama dengan bermusyawarah
Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui dari sesuatu yang dipelajarinya, di lihat dan di dengar
Semangat kebangsaan
Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dab Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.
Melestarikan budaya daerah
Cinta tanah air
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
12.
-
Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.
Gotong royong
Bersahabat/ berkomunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan berkerja sama dengan orang lain.
14.
Hidup rukun dengan tetangga
Cinta damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.
-
Gemar membaca
10.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya
commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
16.
Pelestarian lingkungan, kesadaran terhadap ekologi
Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam sekitar mengembangkan upaya-upaya memperbaiki kerusakan alam sudah terjadi.
selalu pada dan untuk yang
17.
Memberikan makanan kepada orang lain.
Peduli sosial
Selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
18.
Patuh
Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya) Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi Rasulan merupakan aset budaya yang harus dipertahankan, karena dengan jiwa kebersamaan dan semangat gotong-royong maka keharmonisan masyarakat dapat terwujud. Selain sebagai sarana untuk memupuk semangat kekeluargaan, tradisi ini juga sebagai wadah untuk melestarikan kebudayaan Gunungkidul. 3. Kondisi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanankan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Berikut beberapa hasil survey awal yang penulis jadikan sebagai masalah-masalah dalam pembelajaran yang harus dipecahkan, yaitu: a) Belum adanya media Pembelajaran Sejarah yang interaktif. commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses pembelajaran Sejarah di SMK Negeri 2 Wonosari, media yang digunakan dalam pembelajaran masih menggunakan media Power Point. Berdasarkan pengamatan penulis media ini kurang interaktif, karena media Power Point yang dibuat oleh guru hanya berupa tampilan-tampilan tulisan dan kadang beberapa gambar diam. Dengan media ini peserta didik merasa bosan, karena siswa masih harus mendengarkan penjelasan guru. b) Rendahnya minat terhadap pembelajaran sejarah yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam penyampaian materi Sejarah di kelas X Otomotif C (X OC) SMK Negeri 2 Wonosari, masih terdapat banyak kekurangan, antara lain guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga respon siswa kurang. Nilai hasil kompetensi belajar siswa berasal dari tes tertulis yang digunakan untuk mengetahui kondisi awal sebelum dimulai pembelajaran Sejarah dengan menerapkan model pembelajaran tipe Think-Pairs-Square bermedia tradisi rasulan. Hasil tes awal pada Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan Tradisi Sejarah dalam Masyarakat Indonesia Masa Pra-aksara dan Masa Aksara, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2. Frekuensi Nilai Tes Kompetensi Siswa Pra Siklus. No. 1 2
Nilai 55 – 59 60 – 64
Frekuensi 2 8 commit to user
Prosentase 6.25% 25%
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3 65 – 69 4 70 – 74 5 75 – 79 6 80 – 84 7 85 – 89 8 90 – 95 Jumlah Sumber: Data Primer
4 8 5 2 3 0 32
12.5% 25% 15.3% 6.25% 9.4% 0% 100%
Berdasarkan tes kompetensi belajar sejarah sebelum tindakan dapat digambarkan seperti pada grafik 4.1. berikut: 9 8 7
Frekuensi
6 5 4 3 2 1 0 Frekuensi
55-59 2
60-64 8
65-69 4
70-74 8
75-79 5
80-84 2
85-89 3
90-95 0
Gambar 4.1. Grafik Nilai Tes Kompetensi Siswa Pra Siklus. Berdasarkan data nilai diatas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan, siswa kelas X OC di SMK Negeri 2 Wonosari sebanyak 32 siswa hanya 10 siswa yang memperoleh nilai diatas batas nilai ketuntasan minimal. Ini berarti hanya 31.25% siswa yang melebihi batas minimal kelulusan, sehingga masih jauh dari target yaitu sebesar 85% kelulusan dari 32 siswa. Sebanyak 22 siswa memperoleh nilai dibawah batas nilai ketuntasan yaitu 75. commit to user Maka peneliti mengadakan konsultasi dengan guru Sejarah untuk melakukan
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tindakan agar kendala tersebut dapat diatasi. Diskusi dilakukan dengan guru pengampu mata pelajaran Sejarah dengan memikirkan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi agar pembelajaran semakin kondusif. Sedangkan pada tes pemahaman siswa mengenai nilai kearifan lokal dalam tradisi rasulan adalah sebagai berikut: Tabel 4.3. Frekuensi Nilai Tes Pemahaman Siswa Pra Siklus. No. Nilai Frekuensi Prosentase 1 55 – 59 0 0% 2 60 – 64 4 12.5 % 3 65 – 69 6 18.75 % 4 70 – 74 12 37.5% 5 75 – 79 5 15.3% 6 80 – 84 4 12.5% 7 85 – 89 1 3.1 % 8 90 – 95 0 0% Jumlah 32 100 % Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.3 nilai tes pemahaman siswa sebelum dilakukan tindakan maka dapat digambarkan pada grafik 4.2. seperti berikut:
12 10 8 6 4 2 0 55-59
60-64
65-69
70-74
75-79
80-84
85-89
90-94
Gambar 4.2. Grafik Nilai TestoPemahaman Siswa Pra Siklus. commit user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil tes awal tentang pemahaman siswa terhadap kearifan lokal dalam tradisi rasulan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum memahami makna yang terkandung dalam tradisi rasulan. Siswa belum memahami bahwa dalam budaya lokal yang tumbuh di lingkungan siswa terdapat nilai-nilai kearifan yang perlu dipahami maknanya agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelas X OC SMK Negeri 2 Wonosari. Untuk mata pelajaran Sejarah di kelas X diampu oleh guru mata pelajaran yaitu Ibu Ninik Sudaryanti, S.Pd dimana dalam penelitian ini dijadikan sebagai guru mitra. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu antara peneliti dan guru mitra mengadakan diskusi terlebih dahulu mengenai kelengkapan administrasi terutama RPP. Peneliti memperlihatkan RPP khusus pada materi tradisi lisan masyarakat Indonesia yang disusun sendiri pada guru mitra, kemudian di cocokkan dan dibandingkan dengan RPP pegangan guru mitra Ibu Ninik Sudaryanti S.Pd. Terdapat beberapa hal yang di luruskan oleh guru mitra, kemudian RPP tersebut disetujui dan akan dilaksanakan dalam penelitian nanti. Selain RPP juga peneliti melihat kelengkapan lain yang terdapat pada guru mitra seperti Silabus, buku presensi kehadiran siswa di kelas, program tahunan, program semester, daftar nilai, buku paket pegangan guru dan power point. Adapun bagan langkah-langkah yang akan digunakan pada pembelajaran yaitu sebagai berikut: commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Think-Pairs-Square (Lie, 2007). Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Tahap 1 Pendahuluan
Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Guru membagi kelompok yang terdiri dari 4 orang. Guru menentukan pasangan diskusi siswa. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa.
Tahap 2 Think
Tahap 3 Pairs
Siswa berdiskusi dengan pasangan mengenai jawaban tugas yang dikerjakan secara individu.
Tahap 4 Square
Tahap 5 Diskusi Kelas
Beberapa kelompok tampil didepan kelas untuk mempresentasikan jawaban dari lembar erja yang telah diberikan oleg guru.
Guru menggali pengetahuan awal siswa. Guru menayangkan video tradisi Rasulan. Guru memberikan lembar kerja kepada seluruh siswa. Siswa mengerjakan lembar kerja tersebut secara individu.
Kedua pasangan bertemu dalam satu kelompok untuk berdiskusi mengenai permasalahan yang sama.
Tahap 6 Siswa dinilai secara individu dan kelompok. Penghargaan Sumber : Anita Lie (2010). Penjabaran dari pelaksanaan tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Tahap Pendahuluan Awal pembelajaan dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahapan kegiatan. Kemudian guru membagi kelompok secara heterogen dan menentukan pasangan diskusi. commit to user 2) Think (berpikir secara individu)
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tahap think, guru menayangkan video tradisi rasulan kemudian guru membagikan lembar kerja dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini siswa menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga malalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Kelebihan ditahap ini adalah adanya waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri. 3) Pairs (berpasangan) Langkah selanjutnya adalah siswa berpasangan dengan teman yang sudah ditentukan oleh guru, sehingga dapat saling bertukar pikiran. Setiap siswa saling berdiskusi mengenai jawaban mereka sebelumnya, sehingga mereka menyepakati jawaban yang akan dijadikan bahan diskusi kelompok. 4) Square (Berbagi jawaban dengan pasangan lain dalam satu kelompok) Dalam tahap ini, setiap pasangan berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain dalam satu kelompok. Pasangan yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan dapat menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan pasangan lain dalam kelompoknya. 5) Diskusi Kelas
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa kelompok tampil didepan kelas untuk mempresentasikan hasil jawaban dari lembar kerja yang telah diberikan oleh guru. Saat inilah terjadi diskusi kelas. 6) Tahap Penghargaan Kelompok Penghargaan
kelompok diberikan melalui dua cara. Yang pertama,
diberikan disetiap pertemuan, yaitu diakhir pertemuan. Siswa dinilai secara individu dan kelompok. Penilaian dilihat melalui aktivitas selama pembelajaran kooperatif tipe Think-Pairs-Square. Cara kedua, penghargaan diberikan secara akumulasi pada pertemuan ketiga. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki nilai paling besar. Nilai kelompok diperoleh dari selisih nilai ketika siswa mengerjakan lembar kerja secara individual (fase Think) dan secara berdiskusi (fase Pairs dan fase Square). Cara kedua tersebut dipilih karena melalui selisih nilai lembar kerja pada tahap Think dengan tahap berdiskusi (Pairs dan Square) memerlukan waktu lama, sehingga penilaian tidak mungkin dilakukan selama proses pembelajaran maka penilaian dilakukan diluar jam pelajaran. Model pembelajaran Think-Pairs-Square dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dan berbagi ide dengan teman sebangku. Etelah siswa berdiskusi dengan sebangku kemudian siswa bergabung dengan teman satu kelompok yang terdiri dari 4 siswa. Hal ini akan semakin memperluas wawasan mereka, karena sebelumnya ide dan gagasan hanya berasal dari 2 siswa kemudian mendapat masukan ide lain dari teman yang lain dalam satu kelompok. Cara ini tentu saja akan semakin memperluas pengetahuan mereka. commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut adalah bagan sintaks pembelajaran sejarah dengan menggunakan media tradisi rasulan: SINTAKS PENERAPAN MODEL THINK-PAIRS-SQUARE BERMEDIA TRADISI RASULAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP NILAI KEARIFAN LOKAL
(studi penelitian tindakan kelas ) Diskusi kelompok Think-Pairs-Square
Guru
Menyampaikan informasi dan membagi siswa dalam kelompok
Memfasilitasi diskusi dan memberi kesempatan anggota kelompok menemukan gagasan
Konfirmasi hasil eksplorasi dan elaborasi
Menyimpulkan dan memberi penghargaan
Apersepsi penyampaian tujuan pembelajaran
Eksplorasi pemutaran video tradisi Rasulan
Siswa
Menyaksikan, memperhatikan, merespon dan membentuk kelompok
Elaborasi diskusi kelompok
Bertanggung jawab terhadap materi kelompok
Konfirmasi evaluasi dan refleksi
Melakukan evaluasi dan refleksi
Penutup dan kesimpulan commit to user
Merangkum perubahan peningkatan pemahaman terhadap nilai kearifan lokal
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.3 Bagan Sintaks Pembelajaran Sejarah Dari bagan diatas maka dapat dilihat tentang penjabaran pelaksanaan sintak pada lampiran nomor 2 dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I, siklus II dan siklus III pada lampiran nomor 3. Selain menyiapkan perangkat mengajar, peneliti dalam penelitiannya menambahkan video tradisi rasulan yang harus di tayangkan pada setiap kali pertemuan yang memberikan gambaran tentang tradisi dan budaya masyarakat Gunungkidul sebagai contoh pembelajaran tradisi lisan dan bagaimana cara pewarisannya tehadap generasi muda. Adapun rangkaian rencana yang telah disepakati oleh peneliti dan guru mitra diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan pelaksanaan penelitian dilakukan mulai pada bulan September 2013 setiap hari Rabu sesuai dengan jam mata pelajaran Sejarah di kelas X OC. 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan di diskusikan dengan guru mitra. Dengan SK: Memahami Kehidupan Masa Sejarah Lisan dan KD: Mendeskripsikan tradisi rasulan dalam kehidupan masyarakat Gunungkidul. 3. Menetapkan sumber pelajaran yaitu dengan menggunakan video tradisi rasulan. 4. Menetapkan tujuan yang ingin dicapai sebagai sebagai bahan penilaian, analisis dan refleksi: a) Mendeskripsikan dan menganalisis tradisi rasulan yang berkaitan dengan commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penguasaan pengetahuan siswa terhadap materi ajar yang akan dilakukan melalui pre tes dan post tes. b) Mendeskripsikan dan menganalisis nilai-nilai yang terkandung di dalam tradisi rasulan. c) Menentukan nilai, norma dan tradisi yang diwariskan terutama tradisi yang ada dilingkungan sekitar siswa sehingga dapat menerapkan nilainilai yang terkandung dan yang terdapat pada tradisi Rasulan dalam kehidupan sehari-hari mereka. 5. Membagi kelompok. 6. Menyusun format penilaian. Dalam penelitian ini berlangsung selama 3 siklus sebanyak 3 kali pertemuan, setiap siklus 1 kali pertemuan. Dimana disetiap siklusnya memiliki
tahapan
perencanaan
(planning),
pelaksanaan
(acting),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Pada setiap pertemuan menggunakan 2 x 45 menit atau dua jam pelajaran yang di laksanakan setiap hari Rabu. Pada siklus I pertemuan pertama guru sudah mulai mengenalkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif misalkan dengan diskusi kelompok. Pada hari Rabu tanggal 4 September 2013, peneliti bersama guru mitra (Ninik Sudaryanti, S.Pd) masuk ke kelas X OC untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Sebelumnya guru mitra sudah menginformasikan kepada peserta didik bahwa hari itu akan ada peneliti yang ikut masuk ke kelas. Kemudian guru mitra memulai pembelajaran sesuai dengan langkahcommit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
langkah yang terdapat di dalam RPP yang sudah di diskusikan sebelumnya. Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa dalam kegiatan pembelajaran pada materi pewarisan tradisi lisan masyarakat Indonesia akan dilakukan pemutaran video tradisi rasulan yang merupakan contoh dari tradisi masyarakat Gunungkidul. Dari pemutaran video tersebut, maka diharapkan peserta didik akan tahu dan terbuka wawasannya mengenai tradisi warga Gunungkidul yang terdapat di lingkungan mereka sehari-hari. 4. Deskripsi Siklus I a. Perencaan (Planning) Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, power point dan video tradisi rasulan lembar observasi, lembar penilaian dan menyiapkan tugas untuk evaluasi. Kegiatan pembelajaran di kelas X OC dilakukan oleh guru mitra dan didampingi oleh peneliti. b. Pelaksanaan (Action) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 4 September 2013 di kelas X OC SMK N 2 Wonosari yang berjumlah 32 siswa. Disini peneliti sebagai pengamat atau observer dan guru mitra sebagai model yang sebelumnya diarahkan oleh peneliti bahwa di dalam pembelajaran disertakan tradisi rasulan, dan yang menjadi model adalah Ibu Ninik Sudaryanti, S.Pd pada materi (SK): memahami kehidupan masa sejarah lisan dengan mengambil contoh tradisi rasulan. Adapun proses belajar commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan oleh peneliti dan guru mitra sebelumnya. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2013 yang merujuk pada materi memahami kehidupan masa sejarah lisan dan bagaimana masyarakat zaman dulu mewariskan masa lalunya dengan menggunakan infokus dan sudah mulai diarahkan pada kegiatan pembelajaran dengan model Think-Pairs-Square sebagai berikut: pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pendahuluan, pada kegiatan pembukaan guru mengucapkan salam, kemudian melakukan apresiasi yaitu memeriksa kehadiran siswa. Guru menjelaskan, bahwa pada pertemuan kali ini, pembelajaran akan dilaksanakn oleh guru mitra dan peneliti yang akan menitik beratkan pada materi memahami kehidupan masa sejarah lisan dan memasukan contoh tradisi lisan dalam pembelajaran tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu diharapkan siswa dapat mendeskripsikan
tradisi
rasulan,
menganalisis
tradisi
rasulan
mengidentifikasi jejak sejarah lisan dalam bentuk tradisi dengan menyaksikan video tradisi rasulan. Kegiatan pendahuluan dilakukan sekitar 10 menit. Kegiatan inti, guru memulai pembelajaran yang dilaksanakan sekitar 50 menit. Pada tahap eksplorasi, guru terlebih dahulu membagi peserta didik menjadi delapan kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Dari empat orang siswa tersebut dibagi lagi menjadi 2 pasang, namun masih dalam satu kelompok. Jadi dalam satu kelompok tersebut ada dua pasang siswa, yang tiap pasang ada 2 orang siswa. Pembentukan kelompok ini commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertujuan agar antar siswa dapat saling bertukar ide dan pendapat, sehingga memungkinkan terbukanya wawasan para siswa. Berikut adalah denah pembagian kelompok secara heterogen: Guru
Kelompok Presentasi
Kel 1 Ajeng Yusvi Bagus Etvin
Kel 2 Kel 4
Agus Irfan C Kurniawan Vandanu Kel 5
Kel 6
Kel 3
Alfian Sayid Vendi Andrean
Bowo Yulian Rizal Irfan A
Lintang Adit Wakhit Dimas Etvin
Rohmat Syahrizal Anang Ardi
Anwar Rizal Radit Syarif
Deni Rizki Adi Bayu
Kel 7
Kel 8
Gambar 4.4. Denah Kelompok Diskusi. Tahap eksplorasi, Kemudian guru menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yaitu setelah mereka melihat tayangan video tradisi Rasulan mereka harus mampu mendeskripsikan tradisi Rasulan menganalisis tradisi Rasulan mengidentifikasi jejak sejarah lisan dalam bentuk tradisi. Melalui penjelasan guru sekilas tentang tradisi Rasulan. Tahap elaborasi, guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menganalisis, setelah melihat tayangan video Rasulan sebagai salah satu contoh tradisi lisan masyarakat Indonesia. Dan memberikan kesempatan pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
peserta didik untuk berpendapat sesuai dengan opini dan analisis dari masingmasing siswa. Tahap konfirmasi, guru memberikan umpan balik yang positif baik pada siswa yang mampu menganalisis dan menjawab pertanyaan yaitu berupa pujian pada siswa dan juga guru memberikan motivasi pada siswa yang lain yang belum aktif menjawab untuk ikut andil dalam tanya jawab tersebut. Penutup, guru bersama peneliti memberikan kesimpulan pada materi ajar yang telah disampaikan, bahwa tradisi Rasulan merupakan salah satu contoh tradisi lisan yang diwariskan secara oral history oleh nenek moyang kita dan didalamnya mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang diharapkan para siswa juga memiliki sikap kearifan lokal seperti yang terkandung dalam tradisi rasulan. Kegiatan penutup dilakukan selama 5 menit. Guru menutup pelajaran dengan mengambil kesimpulan, bahwa belajar Sejarah akan bermakna bagi kehidupan kita sehari-hari apabila kita sebagai manusia yang berakal dapat mengambil nilai-nilai dari masa lalu. Selanjutnya dilakukan post test selama 15 menit dengan jumlah soal pilihan ganda 20 butir. c. Pengamatan (Observasi) Pada kegiatan ini, peneliti bersama guru mitra sama-sama melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar di kelas dengan mengisi lembar observasi untuk kegiatan pembelajaran. Pada siklus I ini, guru mendapat bantuan perangkat mengajar dari peneliti yaitu berupa RPP, video tradisi rasulan dan infokus berisikan materi sejarah lisan atau prasejarah dan pada proses pembelajaran meskipun masih terdapat beberapa siswa yang kurang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
serius mengikuti. Proses belajar mengajar dilakukan selama 50 menit diluar pembuka dan penutup serta post tes. Tes dilakukan dalam dua jenis tes yaitu tes kompetensi tentang materi Sejarah yang dan tes pemahaman siswa terhadap kearifan lokal tradisi rasulan. Tes dilakukan selama 20 menit dengan masing-masing jumlah soal sebanyak 20 butir. Guru sesekali mengarahkan siswa supaya memperhatikan, namun masih ada beberapa siswa yang asyik dengan kesibukannya sendiri berupa berbicara dengan temannya dan ada pula yang asyik memperhatikan ke luar kelas. Mayoritas jenis kelamin siswa adalah laki-laki maka kelas sering kali gaduh karena siswa sering membuat lelucon dan ditanggapi oleh teman-teman yang lain. Pada pertemuan ini sudah dibentuk kelompok dan masing-masing kelompok sudah mendapatkan materi yang harus di pelajari secara mendalam. Sebelum di laksanakan diskusi, maka terlebih dahulu di lakukan penayangan video tradisi rasulan. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I siswa tertarik dengan media yang disajikan, namun dalam menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi rasulan, masih banyak siswa yang menjawab dengan analisis yang kurang mendalam. Pada pelaksaan post test masih ada siswa yang belum percaya diri dan berusaha untuk meminta jawaban dari teman satu meja. Berdasarkan post test kompetensi belajar sejarah sebagai data siklus I, siswa sudah mulai menunjukkan perubahan dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan. Adapun tabel tes kompetensi belajar sejarah adalah sebagai berikut: commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4. Frekuensi Nilai Tes Kompetensi Siswa Siklus I No. Nilai Frekuensi Prosentase 1 56 – 60 0 0% 2 61 – 65 3 9.4 % 3 66 – 70 3 9.4 % 4 71 – 75 7 21.9% 5 76 – 80 8 25% 6 81 – 85 4 12.5% 7 86 –90 5 15.6 % 8 91 – 95 2 6.25% 9 96 – 100 0 0% Jumlah 32 100 %
Berdasar tabel 4.4 tersebut dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut: 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 56-60
61-65
66-70
71-75
76-80
81-85
86-90
91-95
96-100
Gambar 4.5 Grafik Nilai Tes Kompetensi Siswa Siklus I Dari data tersebut menyebutkan bahwa siswa yang mencapai nilai tuntas atau >75 adalah 19 anak atau 59.38%. Sedangkan siswa yang belum tuntas adalah sebanyak 13 anak atau 40.62%. Sedangkan data nilai pemahaman siswa ditunjukkan melalui tabel berikut ini: commit to user Tabel 4.5. Frekuensi Nilai Tes Pemahaman Siswa Siklus I
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No. Nilai 1 56 – 60 2 61 – 65 3 66 – 70 4 71 – 75 5 76 – 80 6 81 – 85 7 86 –90 8 91 – 95 9 96 – 100 Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 0 0 6 14 5 4 3 0 0 32
Prosentase 0% 0% 18.75 % 43.75 % 15.6 % 12.5 % 9.4 % 0% 0% 100 %
Atau dapat di gambarkan seperti pada grafik berikut: 16 14 12 10 8 6 4 2 0 56-60
61-65
66-70
71-75
76-80
81-85
86-90
91-95
96-100
Gambar 4.6 Grafik Hasil Nilai Pemahaman Siswa Siklus I. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anak yang mencapai nilai melebihi nilai minimal adalah 12 siswa atau 37.5% sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 20 siswa atau 62.5%. Sehingga masih sangat rendah sekali pemahaman siswa mengenai nilai-nilai kearifan lokal ada pada tradisi rasulan tersebut. d. Refleksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
124 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama, peneliti dan guru mitra berdiskusi kembali supaya untuk pertemuan selanjutnya yaitu pertemuan ke dua lebih baik dari pertemuan yang pertama. Dari pengamatan kegiatan pembelajaran, maka diperoleh informasi, diantaranya: 1) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga terdapat siswa yang kurang memperhatikan penjelasan dari guru maupun dari peneliti karena mereka asyik dengan kesibukannya sendiri. 2) Pada saat penayangan video, siswa banyak yang gaduh dengan mengomentari video tersebut sebagai bahan candaan dengan temannya. 3) Dalam pelaksanaan post test untuk siklus 1, terdapat beberapa siswa yang kurang percaya diri, untuk itu mereka selalu bertanya dan meminta jawaban kepada teman sebangku. Akan dilaksanakan siklus II pada minggu berikutnya yaitu Rabu, 11 September 2013.
5. Deskripsi Siklus II a.
Perencanaan (Planning) Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan perangkat
pembelajaran seperti silabus, RPP, video tradisi Rasulan, dan lembar observasi. b.
Pelaksanaan (Action) Siklus II dilakasanakan pada hari Rabu tanggal 11 September 2013.
Peneliti bersama guru mitra sebelumnya melakukan persiapan terlebih dahulu untuk diaplikasikan pada pertemuan kedua dalam bentuk RPP. Sebelum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
pembelajaran dimulai, guru terlebih dahulu memeriksa atau mengabsen siswa kelas X OC yang berjumlah 32 siswa. Kemudian setelah itu, guru menginstruksikan pada peserta didik untuk mempersiapkan kelompoknya. Dan tidak lupa guru mitra menjelaskan maksud dan tujuan dari pembentukan kelompok tersebut yaitu melalui diskusi diharapkan siswa dapat menerapkan nilai yang terkandung di dalam tradisi lisan masyarakat Indonesia, khususnya tradisi masyarakat dilingkungan mereka yaitu, masyarakat Gunungkidul. Kegiatan inti dilaksanakan sekitar 15 menit yaitu tahap eksplorasi, guru menggunakan media pembelajaran, sumber belajar untuk melakukan pendekatan dalam proses belajar mengajar yaitu dengan berkolaborasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Guru juga memfasilitasi interaksi antar peserta didik, dan melibatkan peserta didik dengan aktif dalam proses belajar mengajar. Tahap elaborasi, ketika kelompok sudah siap, maka diskusi dimulai dengan pertama-tama membagi materi pada setiap kelompok. Setiap anggota kelompok diberi tugas untuk menuliskan tradisi rasulan yang berada di tempat tinggal masing-masing siswa. Kemudian untuk tugas kelompok yaitu tiap kelompok mendeskripsikan dan menganalisis tradisi rasulan serta nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam simbol-simbol pada tradisi rasulan. Pertanyaan tersebut ditujukan ke seluruh kelompok dengan empat pertanyaan. Pertanyaan pertama (1) untuk kelompok 1 dan Kelompok 3 yaitu mengapa nasi tumpeng dan gunungan yang terdapat dalam upacara tradisi rasulan berbentuk seperti kerucut dengan ujung lancip berada diatas? commit to user
Apa makna yang
perpustakaan.uns.ac.id
126 digilib.uns.ac.id
terkandung dalam simbol tersebut? Pertanyaan kedua untuk kelompok 2 dan kelompok 4 yaitu mengapa tradisi Rasulan disebut bersih desa? Pertanyaan ketiga untuk kelompok 5 dan kelompok 7 yaitu, mengapa setiap menjelang hari rasulan, warga membersihkan tempat-tempat yang ditumbuhi pohon tua dan besar atau resan? Pertanyaan keempat untuk kelompok 6 dan kelompok 8 yaitu, mengapa dalam menyajikan makanan dalam upacara Rasulan ada makanan ringan berupa peyek dan ayam ingkung? Tahap Konfirmasi, guru memberikan umpan balik positif dalam bentuk lisan dan memfasilitasi siswa dan berfungsi sebagai fasilitator dan narasumber yang baik dalam menjawab pertanyaan siswa yang belum tepat. Guru selalu memberikan motivasi pada siswa yang belum aktif dalam proses belajar mengajar. Kegiatan penutup, guru bersama siswa memberikan kesimpulan tentang materi yang sudah dibahas dan selanjutnya guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Kemudian setelah itu, siswa melakukan post test dengan soal objektif sebanyak 20 butir soal dan skala sikap 20 butir untuk mengukur seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang sudah di sampaikan. Pengerjaan soal masing-masing diberi waktu 10 menit. c.
Pengamatan (Observasi) Pada kegiatan ini, peneliti bersama guru mitra sama-sama melakukan
pengamatan kembali terhadap proses belajar mengajar di kelas dengan mengisi lembar observasi untuk kegiatan pembelajaran. Pada proses belajar mengajar commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
guru sesekali mengarahkan siswa supaya memperhatikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah menunjukan kemajuan yang cukup baik. Berikut hasil post test kompetensi siswa pada siklus II. Tabel 4.6. Frekuensi Nilai Tes Kompetensi Siswa Siklus II No. Nilai Frekuensi Prosentase 1 56 – 60 0 0% 2 61 – 65 0 0% 3 66 – 70 2 6.25 % 4 71 – 75 7 21.8 % 5 76 – 80 7 21.8 % 6 81 – 85 8 25 % 7 86 –90 4 12.5 % 8 91 – 95 2 6.25 % 9 96 – 100 2 6.25 % Jumlah 32 100 % Sumber: Data Primer. Data tersebut dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut: 9 8 7 6 5 Frekuensi
4 3 2 1 0 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95 96-100
Gambar 4.7 Grafik Hasil Tes Kompetensi Siswa Siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
128 digilib.uns.ac.id
Pada siklus II ini jumlah siswa yang memperoleh nilai melebihi nilai minimum adalah 23 siswa atau 71.87%, sedangkan yang masih memperoleh nilai dibawah batas minimal adalah 9 siswa atau 28.13%. Sedangkan untuk nilai tes pemahaman siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.7. Frekuensi Nilai Tes Pemahaman Siswa Siklus II No. Nilai Frekuensi 1 56 – 60 0 2 61 – 65 0 3 66 – 70 2 4 71 – 75 6 5 76 – 80 14 6 81 – 85 6 7 86 –90 4 8 91 – 95 0 9 96 - 100 0 Jumlah 32 Sumber: Data Primer.
Prosentase 0% 0% 6.25 % 18.75% 43.75 % 18.75 % 12.5 % 0% 0% 100 %
Berdasarkan tabel 4.7. dapat digambarkan dalam sebuah grafik seperti berikut ini: 16 14 12 10 8
Frekuensi
6 4 2 0 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95 96-100
to user Siswa Siklus II. Gambar 4.8 Grafik Nilaicommit Tes Pemahaman
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai melebihi nilai minimum sebanyak 24 siswa atau 75%. sedangkan siswa yang masih memperoleh nilai dibawah nilai minimum adalah 8 siswa atau 25%. d.
Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada siklus II, peneliti dan guru
mitra berdiskusi kembali supaya untuk pertemuan selanjutnya yaitu siklus III harus lebih baik dari pertemuan yang sebelumnya. Dari pengamatan kegiatan pembelajaran, maka diperoleh informasi, diantaranya: 1.
Guru sudah mulai sering memberikan motivasi pada peserta didik.
2.
Diskusi kelompok, masih sering dominasi oleh siswa yang pintar.
3.
Peran guru sudah mulai tidak terlalu dominan dalam pembelajaran di depan kelas .
4.
Dalam pelaksanaan post test untuk siklus II, masih terdapat beberapa siswa yang kurang percaya diri.
5.
Akan diadakan tindakan siklus III pada hari Rabu 14 September 2013.
6. Deskripsi Siklus III Tindakan siklus III dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 September 2013. Karena target belum terpenuhi sebanyak 80% persen, maka perlu peningkatan pemahaman materi pada siswa. a. Perencanaan (Planning) Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP,video tradisi rasulan, dan lembar observasi. b. Pelaksanaan (action)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
130 digilib.uns.ac.id
Siklus III pembelajaran tetap dilaksanakan seperti pada siklus II yaitu pembelajaran dengan model Think-Pairs-Square dengan menayangkan video tradisi rasulan. Kegiatan inti dilaksanakan sekitar 15 menit yaitu tahap eksplorasi, guru menggunakan media pembelajaran, sumber belajar untuk melakukan pendekatan dalam proses belajar mengajar yaitu dengan meningkatkan keaktifan siswa. Guru juga memfasilitasi interaksi antar siswa, dan melibatkan siswa dengan aktif dalam proses belajar mengajar. Tahap elaborasi, ketika kelompok sudah siap, maka diskusi dimulai dengan pertama-tama membagi materi pada setiap kelompok. Setiap anggota kelompok diberi tugas untuk menuliskan tradisi rasulan yang berada di tempat tinggal masing-masing siswa. Kemudian untuk tugas kelompok yaitu tiap kelompok mendiskusikan nilai-nilai kearifan pada tradisi rasulan yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari baik sebagai seorang pelajar, anggota masyarakat dan generasi penerus bangsa. Berikan contoh nyata! Tahap Konfirmasi, guru memberikan umpan balik positif dalam bentuk lisan dan memfasilitasi siswa dan berfungsi sebagai fasilitator dan narasumber yang baik dalam menjawab pertanyaan siswa yang belum tepat. Guru selalu memberikan motivasi pada siswa yang belum aktif dalam proses belajar mengajar. Kegiatan penutup, guru bersama siswa memberikan kesimpulan tentang materi yang sudah dibahas dan selanjutnya guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Kemudian setelah itu, siswa user melakukan post test dengan soal commit objektiftosebanyak 20 butir soal dan skala sikap
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
20 butir untuk mengukur seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang sudah di sampaikan. Pengerjaan soal masing-masing diberi waktu 20 menit. c. Observasi Pada kegiatan ini, peneliti bersama guru mitra sama-sama melakukan pengamatan kembali terhadap proses belajar mengajar di kelas dengan mengisi lembar observasi untuk kegiatan pembelajaran. Pada proses belajar mengajar guru sesekali mengarahkan siswa supaya memperhatikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah menunjukan kemajuan yang cukup baik. Pada pelaksaan post test masih terdapat siswa yang belum percaya diri. Setelah dilaksanakan post test maka dapat dilihat hasil tes kompetensi siswa pada siklus III seperti pada tabel berikut: Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Tes Kompetensi Siswa Siklus III No. Nilai Frekuensi Prosentase 1 56 – 60 0 0% 2 61 – 65 0 0% 3 66 – 70 0 0% 4 71 – 75 1 3.12% 5 76 – 80 10 31.25% 6 81 – 85 5 15.6% 7 86 –90 8 25 % 8 91 – 95 4 12.5% 9 96 - 100 4 12.5% Jumlah 32 100 % Sumber: Data Primer. Dari tabel tersebut dapat digambarkan seperti pada grafik berikut ini:
commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12 10 8 6
Frekuensi
4 2 0 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95 96-100
Gambar 4.9 Grafik Hasil Tes Kompetensi Siswa Siklus III Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai diatas nilai minimal adalah 31 siswa atau 96.87% dan hanya 1 siswa atau 3.12% yang belum mencapai nilai minimal. Sedangkan untuk nilai post test pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal adalah seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4.9. Frekuensi Nilai Tes Pemahaman Siswa Siklus III. No. Nilai Frekuensi Prosentase 1 56 – 60 0 0% 2 61 – 65 0 0% 3 66 – 70 0 0% 4 71 – 75 0 0% 5 76 – 80 6 18.75% 6 81 – 85 10 31.25% 7 86 –90 10 31.25% 8 91 – 95 4 12.5% 9 96 – 100 12 37.5% Jumlah 32 100 % Sumber: Data Primer. Dari tabel tersebut dapat digambarkan kedalam sebuah grafik yaitu: commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12 10 8 6
Frekuensi
4 2 0 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95 96-100
Gambar 4.10 Grafik Nilai Tes Pemahaman Siswa Siklus III. Dari data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai melebihi nilai minimum adalah 32 siswa. Ini berarti nilai ketuntasan kelas adalah 100%, sehingga guru dan peneliti tidak perlu lagi melakukan tindakan selanjutnya. Meskipun guru tidak melakukan tindakan selanjutnya tetapi guru harus tetap melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan keberhasilan kompetensi siswa dan interaksi dengan guru sebagai bentuk partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. d. Refleksi (reflect) Dari
pengamatan
kegiatan
pembelajaran,
maka
diperoleh
informasi,
diantaranya: 1) Aktifitas siswa dalam pembelajaran menunjukkan hasil yang baik bila dibandingkan dengan siklus I dan siklus II, dengan munculnya siswa-siswa yang tadinya kurang aktif dalam bertanya, menjawab maupun menyanggah commit to user kini mereka sudah mulai bisa mengungkapkan sesuatu yang ada di dalam
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fikirannya dan mereka tidak canggung lagi untuk mengemukakan pendapatnya. 2) Guru sudah mulai dapat menjadi fasilitator dan motivator yang baik dalam pembelajaran. 3) Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sudah mulai sering berkeliling di dalam kelas dan tidak terfokus di depan kelas lagi. 4) Sudah mulai tidak terlihat lagi pembelajaran yang sifatnya konvensional atau ceramah, guru sudah mulai menggunakan metode-metode yang inovatif dan juga sudah mulai membuka diri untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menyanggah jawaban. 5) Kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya sudah sesuai dengan target. Dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, terlihat partisipasi yang dilakukan oleh siswa terhadap teman sekelompoknya, baik dalam pencarian bahan/materi, mengungkapkan pendapat, sampai mencatat laporan yang nantinya akan diserahkan pada guru. B. Pembahasan 1. Kondisi Awal Pada kondisi awal pembelajaran guru belum memanfaatkan media audio visual, guru hanya menggunakan slide Power Point yang membuat siswa merasa jenuh dan bosan. Selain media yang belum variatif, guru juga belum kreatif untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal yang ada dilingkungan siswa. Pada kondisi awal ini belum dikenai tindakan, dalam perencanaan pembelajaran guru commit to user sudah mempersiapkan rencana pembelajaran dengan baik sesuai dengan materi
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang diajarkan. Rencana pembelajaran tersebut disesuaikan dengan indikator yang ada pada Kompetensi Dasar sesuai dengan materi yang disampaikan. Namun guru belum mengaitkan materi dengan kondisi di lingkungan siswa. Karena pada Kompetensi
Dasar:
Mendeskripsikan
Masyarakat
Indonesia
Masa
Tradisi
Praaksara
dan
Sejarah
dalam
Aksara,
memuat
Kehidupan indikator
mengidentifikasi cara masyarakat pra aksara mewariskan masa lalunya melalui tutur. Pada indikator ini dapat dikaitkan dengan kebudayaan yang ada di lingkungan siswa. Interaksi guru dengan siswa pun kurang begitu aktif karena guru sibuk menjelaskan materi yang ditayangkan melalui slide Power Point. Guru hanya terpaku didepan kelas sehingga kelas kurang begitu terkendali. Siswa yang duduk dibelakang banyak yang mengobrol dengan teman disebelahnya. Penyampaian materi yang melalui slide ini pun membuat siswa bosan karena hanya berupa tulisan-tulisan saja tanpa ada gambar dinamis yang menarik perhatian siswa. Metode pembelajaran seperti ini membuat siswa hanya pasif sebagai pendengar yang nantinya akan bosan. Pada kondisi awal ini dilakukan tes untuk mengukur kompetensi siswa sebelum diberi tindakan. Selain tes kompetensi belajar sejarah, juga diberikan tes tentang pemahaman mengenai tradisi budaya lokal yang ada di lingkungan siswa. Budaya lokal yang masih tumbuh dan berkembang dilingkungan siswa yaitu wilayah Gunungkidul adalah tradisi rasulan. Tes ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam memaknai nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi rasulan. Dari tes yang dilaksanakan pada kondisi awal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
136 digilib.uns.ac.id
menunjukkan hasil yang kurang memuaskan yaitu paa tes kompetensi belajar sejarah menunjukkan siswa yang tuntas belajar adalah sejumlah 10 orang atau 31.25 % sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sejumlah 22 siswa atau 68.75%. Sedangkan untuk nilai awal tes pemahaman siswa tentang nilai kearifan lokal dalam tradisi rasulan sebelum dilakukan tindakan adalah 10 siswa telah mencapai nilai ketuntasan. Siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan sebesar 22 siswa. Kondisi nilai kompetensi belajar sejarah siswa yang sebagian besar belum mencapai batas minimal ini disebabkan karena dalam penyampaian materi pembelajaran sejarah masih monoton dan siswa kurang terlibat aktif dalam aktivitas tersebut. Sedangkan untuk hasil tes pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal dalam tradisi rasulan juga masih sangat rendah. Hal ini disebabkan siswa selama ini didalam masyarakat hanya sekedar ikut-ikutan menjalani tradisi yang ada di sekitar mereka tanpa memiliki pikiran kritis untuk memaknai segala ritual yang ada dalam tradisi tersebut. Tes ini dilakukan karena memang dalam materi ini memiliki relevansi dengan tradisi budaya lokal di lingkungan siswa. Karena tradisi-tradisi yang berkembang tersebut diturunkan dengan cara lisan atau tutur, tanpa ada bahan rujukan yang tertulis dari generasi sebelumnya. Sehingga guru turut berperan untuk membantu siswa memaknai tradisi-tradisi yang masih berkembang dalam masyarakat. Maka diperlukan tindakan agar siswa dapat menangkap esensi dari apa yang mereka jalani selama ini. Kondisi yang ditunjukkan pada saat sebelum dilakukan tindakan maka diperlukan tindakan untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut. Untuk commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masalah keaktifan siswa diperlukan metode belajar yang dapat melibatkan siswa secara langsung yaitu dengan membentuk kelompok diskusi. Sehingga siswa dapat aktif untuk unjuk pendapat dengan teman-temannya. Sedangkan untuk mengatasi kejenuhan siswa diperlukan media pembelajaran audio visual yaitu berupa video agar siswa lebih berminat dalam pembelajaran. 2. Siklus I Siklus I merupakan tindakan dalam pembelajaran untuk mengatasi keadaan dalam pembelajaran pada kondisi awal, dimana kompetensi belajar siswa masih rendah, interaksi guru dengan siswa masih rendah, serta pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal dalam tradisi rasulan juga masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut penelitian menggunakan 4 tahap dalam siklus I yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, guru dan peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan materi Mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra aksara dan masa aksara. Pada materi ini dikaitkan dengan tradisi yang ada di lingkungan siswa yaitu tradisi rasulan. Pada pertemuan pertama dengan pelaksanaan pembelajaran pada hari Rabu tanggal 11 September 2013 pada awal pembelajaran guru menjelaskan materi dengan diawali dengan apersepsi yang bertujuan untuk memotivasi siswa. Siswa antusias mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru karena menggunakan media video yang menayangkan tradisi rasulan yang bagi mereka sudah tidak asing lagi dalam kehidupan mereka. Pada tahap ini guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
138 digilib.uns.ac.id
menginstruksikan agar siswa membentuk kelompok masing-masing terdiri dari 4 orang. Pada kegiatan inti yang terdiri dari tiga fase yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi guru menayangkan video tradisi rasulan. Pada saat penayangan video, siswa tampak antusias memperhatikan tayangan tersebut. Namun dalam antusiasme tersebut tidak jarang terjadi kegaduhan karena siswa banyak yang berkomentar dan membuat candaan dan ledekan dari tayangan tersebut. Guru berusaha memperingatkan untuk mengatasi kegaduhan. Penayangan video berdurasi 15 menit. Setelah selesai penayangan video kemudian guru memberi pertanyaan untuk didiskusikan tiap kelompok. Pada saat mengerjakan tugas tersebut ada beberapa siswa yang justru bercakap-cakap diluar konteks materi pembelajaran. Namun guru tidak mengetahui karena guru hanya duduk didepan kelas sehingga tidak mengetahui kondisi siswa dibelakang. Setelah waktu diskusi habis, kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat presentasi kedepan kelas, tiap-tiap kelompok sudah menampilkannya dengan bagus. Dalam menjawab pertanyaan dari kelompok lain pun sudah berusaha menampilkan jawaban yang obyektif. Guru melakukan konfirmasi atas jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa diakhir presentasi tiap kelompok. Setelah presentasi kemudian dilakukan post test yang dikerjakan secara individu. Waktu yang diberikan untuk tes adalah 20 menit. Tes terdiri dari tes kompetensi belajar Sejarah pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra aksara dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
139 digilib.uns.ac.id
masa aksara sebanyak 20 butir soal pilihan ganda, dan tes pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal dari tradisi rasulan sebanyak 20 butir soal pilhan ganda. Saat tes berlangsung masih banyak siswa yang berusaha menegok jawaban temannya. Pembelajaran siklus I menerapkan model pembelajaran Think-Pairs-Square dengan menggunakan media video tradisi rasulan, yang selanjutnya guru melakukan penilaian berdasar hasil tes yag dilakukan oleh siswa untuk mengetahui kompetensi belajar Sejarah serta pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal dari tradisi rasulan. Dari hasil tes tersebut didapatkan nilai dengan ketuntasan kelas sebesar 59,38% untuk tes kompetensi belajar Sejarah. Nilai tersebut dirinci dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai KKM adalah 19 siswa dan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 13 siswa. Sedangkan hasil tes pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal adalah 37,50% atau 12 siswa yang telah memperoleh nilai KKM dan 62,50% atau 20 siswa masih dibawah nilai KKM. Dari data tersebut maka telah terjadi peningkatan dibandingkan pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan. Namun peningkatan itu belum begitu signifikan dan masih jauh dari target yang ingin dicapai yaitu agar siswa memperoleh nilai KKM sebanyak 85% dari jumlah siswa dalam satu kelas yang dikenai tindakan. Peningkatan tersebut karena guru menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Selain itu, media yang digunakan pun menarik perhatian siswa yaitu media audio visual berupa video tradisi rasulan. Kegiatan diskusi pun sudah berjalan lancar meskipun masih commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak siswa yang masih menggunakan waktu diskusi untuk kesempatan mengobrol hal-hal diluar materi pembelajaran. Keadaan seperti ini terjadi karena guru hanya duduk menunggui di depan kelas sehingga siswa yang berada di belakang kuarng terkontrol. Pada sesi presentasi dan tanya jawab masih sering siswa mengajukan pertanyaan yang kurang efektif dan sebaliknya, penyaji pun dalam menjawab masih kurang menunjukkan adanya inti dari jawaban yang mereka berikan. Hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Sejarah didapat informasi bahwa mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think-Pairs-Square dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat kepada guru. Penggunaan media video tradisi rasulan inipun menarik perhatian siswa. Selain itu, penayangan tradisi rasulan ini bertujuan agar siswa memahami nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada tradisi tersebut. Karena jika dilihat dari hasil tes pemahaman masih banyak siswa yang belum dapat memaknai apa yang tersirat dari tradisi yang selama ini ada di lingkungan mereka. Wawancara peneliti dengan siswa didapat informasi bahwa metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Sejarah dirasakan membosankan dan siswa sulit untuk berkonsentrasi selama pembelajaran berlangsung. Karena media yang digunakan guru hanya berupa tampilan slide Power Point yang hanya berupa tulisan-tulisan. Selain media yang kurang menarik, materi Sejarah diakui oleh beberapa
siswa
merupakan
materi
yang
membosankan,
karena
hanya
menceritakan masa lalu. Dari informasi ini berarti guru kurang mampu commit to user
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan esensi dalam pembelajaran Sejarah. Sehingga dengan menampilkan tradisi rasulan dimasukkan materi pembelajaran maka siswa diharapkan dapat mengkorelasikan pembelajaran Sejarah dengan kehidupan mereka sehari-hari. Maka anggapan siswa bahwa sejarah adalah sesuatu yang hanya merupakan cerita masa lalu saja dan tidak ada kaitannya dengan masa kini dan yang akan datang, dapat ditepis sedikit demi sedikit. Pendapat yang dikemukakan oleh guru dan beberapa siswa dapat digunakan sebagai bahan koreksi untuk pembelajaran yang akan datang agar lebih bermakna lagi. Peneliti dan Guru pun mendiskusikan skenario pembelajaran yang akan diterapkan untuk pertemuan selanjutnya. Siswa yang masih menggunakan diskusi sebagai ajang mengobrol ini akan diatasi dengan guru berkeliling keseluruh kelas agar semua siswa dapat terkontrol dengan baik. Sedangkan untuk hasil diskusi yang masih kurang menuju inti permasalahan yaitu pemahaman siswa akan nilainilai kaerifan lokal pada tradisi rasulan, akan diatasi dengan guru selalu mengarahkan ke inti permasalahan sehingga jawaban siswa lebih fokus ke materi pembelajaran. Selain itu refleksi cara mengajar yang dilakukan oleh guru mata pelajaran juga perlu diperbaiki. 3. Siklus II Pembelajaran siklus II dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sama dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi. Perencanaan tindakan commit to user
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hari Rabu tanggal 18 September melakukan diskusi dengan peneliti untuk memperbaiki skenario pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan alokasi waktu 2x45 menit, dan pada akhir pertemuan dilakukan post test sebagai data akhir pada siklus II. Pada pelaksanaan pembelajaran siswa kembali disuguhi tayangan video tradisi rasulan. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai kondusif dengan antusias memperhatikan. Siswa yang pada pertemuan sebelumnya banyak yang berkomentar kurang bermakna, di siklus II ini telah berkurang. Pada saat diskusi pun siswa mulai terkondisi dengan, karena tidak ada siswa yang mengobrol dengan temannya. Aktifitas guru pun berubah, sudah tidak seperti siklus I. Guru sudah berkeliling dengan mendekati setiap kelompok yang melakukan diskusi. Kondisi ini menjadikan siswa lebih terkontrol dan tidak mengobrol atau bercanda dengan temannya. Kerjasama antar siswa dalam kelompok mulai terlihat bagus. Karena pada siklus I yang mengerjakan atau memecahkan masalah yang diberikan oleh guru hanya siswa yang aktif atau dianggap mampu saja. Pada siklus II tampak tiap siswa mulai mengemukakan pendapatnya dalam kelompok meskipun belum terlalu efektif. Pada tahap konfirmasi diadakan presentasi oleh masing-masing kelompok secara bergiliran untuk maju ke depan kelas. Penampilan pertama yang maju presentasi adalah kelompok dua dengan membacakan hasil kerja dalam kelompok mereka, kemudian dilanjutkan kesempatan kelompok lain untuk bertanya yaitu kelompok empat. Kegiatan ini dilakukan bergiliran masing-masing kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
143 digilib.uns.ac.id
selama pembelajaran. Pada siklus II ini siswa mulai terarah dalam mengajukan pertanyaan maupun dalam menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Pada kegiatan selanjutnya setelah diskusi dan tanya jawab selesai, guru menyimpulkan materi dan mengkonfirmasi jawaban-jawaban dari siswa dari tiaptiap kelompok. Konfirmasi dari guru ini berupa penguatan terhadap jawaban siswa yang telah sesuai dengan materi, sedangkan jawaban siswa yang masih jauh dari materi, guru tetap menghargai namun diberi jawaban yang benar dengan tanpa membuat siswa merasa tidak dihargai. pada akhir pembelajaran guru memberikan post test seperti pada siklus I yaitu tes kompetensi siswa dalam pembelajaran Sejarah dan tes pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal. Hasil kompetensi belajar Sejarah pada siklus II setelah dikoreksi oleh guru maka didapatkan data bahwa tingkat ketuntasan kelas adalah 71,87% atau sebanayak 23 siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM. Sedangkan sisanya 28,13% atau sebanyak 9 siswa masih memperoleh nilai dibawah nilai KKM. Sedangkan untuk nilai pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal pada tradisi rasulan adalah sebanyak 75% atau sebanyak 26 siswa dari seluruh jumlah siswa dalam satu kelas mencapai nilai KKM. Sedangkan sisanya sebanyak 25% atau sebanyak 8 siswa belum mencapai nilai KKM. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II telah mengalami kenaikan dibandingkan pada siklus I. Ini disebabkan karena interaksi guru dengan siswa semakin dekat sehingga siswa merasa diperhatikan. Pada saat diskusi, guru berkeliling didalam kelas untuk memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Hal ini menjadikan siswa lebih terkontrol dan dalam diskusi commit to user
144 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa tidak hanya gaduh bercanda yang tidak bermanfaat. Antusiasme siswa pun semakin meningkat karena siswa merasa dengan ditayangkan video tradisi rasulan mereka semakin memahami makna dari tradisi yang ada didalam masyarakat sekitar siswa. Berdasar hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Sejarah, bahwa pembelajaran pada siklus III ini telah berjalan sangat kondusif. Guru menyadari bahwa tindakannnya dengan lebih mempererat hubungan dengan siswa akan menjadikan kondisi dalam kelas lebih kondusif karena siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak mengobrol ataupun bercanda dengan temannya. Sedangkan hasil wawancara dengan siswa, siswa juga merasa bahwa pada siklus ini lebih baik karena siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah dapat diatasi karena guru langsung membimbing dalam kelompok mereka. Siswa juga berpendapat mereka lebih bisa memahami makna yang terkandung dalam sebuah tradisi yaitu tradisi rasulan yang ada dilingkungan mereka. Sehingga mereka dapat dengan penuh kesadaran akan melestarikan budaya mereka. Suasana pembelajaran yang Target yang ingin dicapai yaitu 85% dari siswa dalam satu kelas yang berjumlah 32 harus memperoleh nilai KKM. Sedangkan pada siklus III ini ketuntasan nilai kompetensi siswa dalam pembelajaran Sejarah baru mencapai 96,87% dan ketuntasan nilai pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal baru mencapai 75%. Sehingga dengan melihat data ini maka masih perlu dilanjutkan untuk melakukan tindakan pada siklus III. 4. Siklus III
commit to user
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada siklus III ini pembelajaran yang dilakukan sama seperti siklus-siklus sebelumnya. Metode pembelajaran dan media yang digunakan pun juga sama dengan siklus sebelumnya. Pembelajaran siklus III dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sama dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi serta refleksi. Perencanaan tindakan hari Rabu tanggal 25 September 2013 melakukan diskusi dengan peneliti untuk memperbaiki skenario pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran pada siklus III dilaksanakan dengan alokasi waktu 2x45 menit, dan pada akhir pertemuan dilakukan post test sebagai data akhir pada siklus III. Pada pelaksanaan pembelajaran siswa kembali disuguhi tayangan video tradisi rasulan. Pada pertemuan ini siswa sudah kondusif dan dengan antusias memperhatikan. Pada saat diskusi pun siswa sudah terkondisi dengan baik, karena tidak ada siswa yang mengobrol dengan temannya. Interaksi guru dengan murid pun semakin hangat dan harmonis, hal ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman. Guru sudah berkeliling dengan mendekati setiap kelompok yang melakukan diskusi. Kondisi ini menjadikan siswa lebih terkontrol dan tidak mengobrol atau bercanda dengan temannya. Kerjasama antar siswa dalam kelompok mulai terlihat bagus. Karena pada siklus II yang mengerjakan atau memecahkan masalah yang diberikan oleh guru hanya siswa yang aktif atau dianggap mampu saja. Pada siklus III tampak tiap siswa sudah aktif mengemukakan pendapatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
146 digilib.uns.ac.id
Pada tahap konfirmasi diadakan presentasi oleh masing-masing kelompok secara bergiliran untuk maju ke depan kelas. Saat presentasi kelompok ke depan kelas sudah terjadi interaksi yang bagus antara kelompok penyaji dengan kelompok yang ada dibelakang kelas. Pertanyaan yang diajukan sudah terfokus pada materi pembelajara. Demikian juga sebaliknya, para penyaji dalam menjawab pertanyaan dari kelompok lain sudah sesuai dengan materi. Pada kegiatan selanjutnya setelah diskusi dan tanya jawab selesai, guru menyimpulkan materi dan mengkonfirmasi jawaban-jawaban dari siswa dari tiaptiap kelompok. Konfirmasi dari guru ini berupa penguatan terhadap jawaban siswa yang telah sesuai dengan materi, sedangkan jawaban siswa yang masih jauh dari materi, guru tetap menghargai namun diberi jawaban yang benar dengan tanpa membuat siswa merasa tidak dihargai. pada akhir pembelajaran guru memberikan post test seperti pada siklus sebelumnya yaitu tes kompetensi siswa dalam pembelajaran Sejarah dan tes pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal. Hasil kompetensi belajar Sejarah pada siklus III setelah dikoreksi oleh guru maka didapatkan data bahwa tingkat ketuntasan kelas adalah 96,87% atau sebanayak 31 siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM. Sedangkan sisanya 3,12% atau hanya 1 siswa yang memperoleh nilai dibawah nilai KKM. Sedangkan untuk nilai pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal pada tradisi rasulan adalah 100% siswa dalam satu kelas telah memperoleh nilai mencapai KKM. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III telah dikatakan berhasil. Ini disebabkan karena interaksi guru dengan siswa semakin dekat sehingga siswa commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merasa diperhatikan. Pada saat diskusi, guru berkeliling didalam kelas untuk memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Hal ini menjadikan siswa lebih terkontrol dan dalam diskusi siswa tidak hanya gaduh bercanda yang tidak bermanfaat. Antusiasme siswa pun semakin meningkat karena siswa merasa dengan ditayangkan video tradisi rasulan mereka semakin memahami makna dari tradisi yang ada didalam masyarakat sekitar siswa. Berdasar hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Sejarah, bahwa pembelajaran pada siklus II ini telah berjalan sangat kondusif. Guru menyadari bahwa tindakannnya dengan lebih mempererat hubungan dengan siswa akan menjadikan kondisi dalam kelas lebih kondusif karena siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak mengobrol ataupun bercanda dengan temannya. Sedangkan hasil wawancara dengan siswa, siswa juga merasa bahwa pada siklus ini lebih baik karena siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah dapat diatasi karena guru langsung membimbing dalam kelompok mereka. Ketercapaian target dalam penelitian ini, dimana siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar yang melebihi target 85% maka kegiatan dalam siklus III ini sebagai akhir tindakan. Meskipun sebagai akhir tindakan namun guru harus tetap selalu
memotivasi
siswa
dalam
belajar
dan
guru
juga
harus
selalu
mengembangkan kreatifitas dalam menyusun rencana pembelajaran dan juga peka terhadap fenomena budaya di lingkungan sekitar siswa. Hal ini tentu akan membuat pembelajaran Sejarah lebih bermakna bukan sekedar pembelajaran yang dianggap sebagai sebuah dongeng belaka sehingga membuat siswa merasa bosan commit to user
148 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan tidak tertarik. Inovasi dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk memotivasi siswa sebagai tindak lanjut.
commit to user
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Berdsasarkan analisis terhadap hasil penelitian, temuan dalam penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dalam bab ini akan diuraikan tentang: (A) Simpulan, (B) Implikasi, (C) Saran, sebagai berikut:
A. Simpulan Kegiatan pembelajaran di SMK Negeri 2 Wonosari pada Tahun Pelajaran 2013/2014 telah menggunakan kurikulum 2013, meskipun begitu, proses pembelajaran masih belum banyak berubah. Terutama media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pada penyusunan perangkat pembelajaran guru belum mengintegrasikan
kearifan
budaya
lokal
yang
dikaitkan
dalam
materi
pembelajaran sejarah. Guru kurang menggali nilai-nilai yang ada dilingkungan sekitar untuk dimasukkan kedalam rencana pembelajaran. Khususnya pembelajaran Sejarah pada materi Mengidentifikasi cara masyarakat pra-aksara mewariskan masa lalunya melalui tutur, pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan masih menggunakan pembelajaran klasikal dengan metode ceramah tanpa menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran. Berdasarkan kondisi tersebut, maka peneliti mengadakan diskusi dengan guru Sejarah yang lain untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
150 digilib.uns.ac.id
Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan ini, peneliti mengajukan rancangan pembelajaran dengan menerapakan model pembelajaran Think-PairsSquare yang bermedia tradisi Rasulan pada materi cara masayarakat pra-aksara mewariskan masa lalunya. Setelah rancangan tersebut disetujui, maka peneliti menampilkan media video tradisi Rasulan dalam proses pembelajaran tersebut dan siswa diberi tugas untuk menganalisis dan menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Siswa dalam menganalisis jawaban mereka dilakukan secara individu terlebih dahulu, baru kemudian didiskusikan dengan pasangan dalam kelompoknya. Tahap selanjutnya, peneliti beserta guru mitra menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Think-Pairs-Square menggunakan media video tradisi Rasulan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan 3 siklus. Dalam setiap siklusnya terdapat 4 tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Ketidakberhasilan guru dalam siklus diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil penelitian tindakan tersebut menunjukkan bahwa penerapan model ThinkPairs-Square bermedia tradisi Rasulan dapat meningkatkan kompetensi dan sikap kearifan lokal siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada proses pembelajaran pada kelas X OC tahun pelajaran 2013/2014 dari kondisi awal didapatkan data hanya 31,25% siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal. Pada siklus I didapatkan data nilai kompetensi belajar Sejarah adalah 59,38% siswa memperoleh nilai mencapai batas ketuntasan minimal. Sedangkan nilai pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal adalah 37,50%. Pada siklus II nilai kompetensi siswa adalah 71,87% siswa telah mencapai nilai batas minimal. commit to user
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan nilai pemahaman siswa sebanyak 75% siswa telah memperoleh nilai mencapai batas ketuntasan minimal. Pada siklus III nilai kompetensi telah mencapai 96,87% dan nilai pemahaman siswa sebanyak 100% siswa telah mencapai nilai ketuntasan. Dilihat dari data tersebut memang terdapat perubahan kenaikan yang signifikan dari setiap siklusnya.
B. Implikasi Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model
Think-Pairs-Square bermedia tradisi Rasulan
untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal siswa kelas X OC SMK Negeri 2 Wonosari Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan prestasi belajar siswa yang akan dicapai. Prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa, serta perlu adanya commit to user
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penanaman nialai karakter siswa dengan menggali nilai-nilai kearifan budaya lokal. Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan dalam bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Disamping itu, perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan hasil belajar siswa. Selain kompetensi yang dipertahankan dan ditingkatkan, sikap siswa yang berkarakter budaya lokal juga perlu dipupuk agar tidak pudar dan hilang tergerus arus globalisasi. Pembelajaran yang bermuatan nilai-nilai kearifan budaya lokal pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru guna menghadapi mulai memudarnya nilai-nilai kearifan lokal yang mulai ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Sehingga siswa perlu untuk berpikir secara kritis akan posisi identitas mereka. Bahwa siswa sebagai generus penerus merasa memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada dilingkungan mereka tinggal. Kendala yang dihadapi oleh guru antara lain, guru akan sulit mengendalikan siswa sehingga suasana tampak ramai. Karena biasanya ketika siswa melaksanakan diskusi, siswa mengobrolkan hal lain karena siswa menganggap guru kurang memperhatikan. Untuk itu guru harus kreatif dalam mengatasi masalah tersebut. Salah satu cara yang digunakan guru dalam mengatasi kendala tersebut adalah dengan menempatkan siswa yang sering ngobrol dengan temannya diberi pertanyaan oleh guru.
commit to user
153 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model Think-Pairs-Square bermedia tradisi Rasulan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal siswa, maka saran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya, dan
meningkatkan kompetensi dan karakter siswa SMK Negeri 2 Wonosari pada khususnya sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Menyediakan ruangan yang mendukung pembelajaran dengan menggunakan media audio visual. 2. Bagi Guru a. Untuk menarik minat siswa agar tidak merasa bosan dalam pembelajaran Sejarah maka diperlukan sebuah media berupa media audio visual. b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreatifitas siswa dan keefektifan dalam pembelajaran maka perlu adanya penerapan model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah Think-Pairs-Square. c. Guru diharapkan mampu menggali nilai-nilai kearifan budaya lokal untuk dintegrasikan dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai sarana dalam meningkatkan sikap dan pembentukan karakter siswa.
commit to user
154 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, S. 2013. Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Cetakan ke-2. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Cetakan VIII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Agus Zaenul Fitri. 2012. Pola Interaksi Harmonis Antara Mitos, Sakral, dan Kearifan Lokal Masyarakat Pasuruan. El Harakah. Vol. 14 No.1 :1-17. Ahmad Rohani. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Aini Hassan. 1998. Pengajaran dan pembelajaran Sejarah di Sekolah: Guru sebagai Broker Ilmu Sejarah. Dalam Jurnal Masalah Pendidikan. Jilid 21. Hal 109-123. Dalam http://myais.fsktm.um.edu.my/5154/1/8.pdf. (diunduh pada Rabu 10 Juli 2013). Alfian Magdalia. 2007. Pendidikan Sejarah dan Permasalahan yang Dihadapi. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI), Semarang 16 April 2007. Anderson, Ronald. H. 1994. Pemilihan dan Pengembangan Media Video Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Pers. Anitah, S. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press. Anita Lie. 2010. Cooperative Learning – Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Arief Furchan. 2011. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arief Sadiman, S. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Azhar Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia. commit to user
155 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Basyirudin Usman. M. dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press. Cartledge, G. Milburn, J. F. 1995. Teaching Social Skills to Children and Youth :Innovative Approaches (3rd ed). Boston : Allyn and Bacon. Christian Damayanti, Novi Ratna Dewi, dan Isa Akhlis. 2013. “Pengembangan CD Pembelajaran Berbasisi Kearifan Lokal Tema Getaran dan Gelombang untuk Siswa SMP Kelas VIII”. Unnes Science Education Journal. 2 (2): 274-281. Dadang Sulaiman. 1988. Tekhnologi Metodologi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pengajaran.
Jakarta:
Darwanto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dede Rosyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Eni Sumarliyah. 2010. “Upaya Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Keperawatan Medikal Bedah melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Iringan Musik”. Tesis (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana, Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan, Universitas Sebelas Maret. Helius Sjamsuddin, 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Imam Suyitno, Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan Kearifan Lokal. Dalam Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun II, Nomor 1, Februari 2010. Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Kasihan K.E. Suyanto. 2009. Model Pembelajaran, (Materi Acuan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15). Universitas Negeri Malang. Kochhar, S.K.. 2008. Pembelajaran Sejarah. Terjemahan Purwanta dan Yovita Hardiati. Jakarta: PT Grasindo. Koentjaraningrat. 1986. Aksara Baru.
Pengantar Ilmu Antropologi, cetakan ke-6. Jakarta: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
156 digilib.uns.ac.id
Konprasertamonrn, Kamonthip. 2007. Local Wisdom, Environmental Protection and Community Development: The Clam Farmers in Tambon Bangkhunsai, Thailand. Manusya: Journal of Humanities. 10 (1) 2007. Kosasih, A. 2007, Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta: Grasindo. Kuntowijoyo. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Kurniawan Mustaqim. 2007. “Keefektifan Model Think Pair Square Ditinjau dari Sikap Sosial Siswa dalam Pembelajaran IPS”. Tesis (tidak diterbitkan). Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual. Jakarta: Bumi Aksara. Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Monks, F.J., Knoers, A. M. P., & Haditono, S.R. 1998. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Muhhibin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mungmachon, Roikhwanphut. 2012. Knowledge and Local Wisdom:Community Treasure. Internation Journal of Humanities and Social Science. Vol.2 No.13 July 2012: 174-181. Muslimin Machmud. 2010. Heritage Media and Local Wisdom of Indonesia Society. Global Journal of Human Social Science. Volume XIII Issue VI Version I. Mulyadi. 2011. Effect of Environmental Knowledge, Local wisdom, Locus of Control and Farming Motivation on Responsible Environmental Behaviour of Farmers in Soppeng Regency of South Sulawesi. International Journal of Academic Research. Vol.3 Issue 2, Maret 2011: 98-114. Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia. --------------- dan Ahmad Rifai. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru. Oemar Hamalik. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
157 digilib.uns.ac.id
Patricia Adhisti Ekarani. 2012. “Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Kebijakan Pemerintah Daerah untuk Pengembangan Lahan Perumahan di Kabupaten Sleman”. Tesis (tidak diterbitkan). Magister Ilmu Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Poerwodarminto, WJS. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Ramdhani, N. 1991. Standardisasi skala tingkah laku sosial. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Retno Susanti, L.R. “Membangun Pendidikan Karakter di Sekolah: Melalui Kaearifan Lokal”. Makalah Seminar Dwitahuanan FSUA-PPIK USM pada tanggal 26 s/d 27 Oktober 2011, Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang. Rohmat Wahab. 2010. Membangun Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. (Dalam http://pengenjahan-blogspot.com/2010/07/makalah-seminar nasional-pendidikan-2.html) diakses 18 Oktober 2013. Robert E. Slavin. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik) diterjemahkan Nurulita. Bandung: Nusa Media. Roestiyah, N.K. 1989. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara. Ronal Anderson. 1994. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Terj. Yusuf Hadi Miarso. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Saifudin Azwar. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara sebuah Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat, 37 (2): 111-120. Smaldino, E. Sharon. dkk. 2012. Instructional Technology & Media For Learning (Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar). Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana (Prenada Media Group). Sofyan Amri. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, Jakarta: b Balai Pustaka. commit to user
158 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Somantri, M. N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : Rosda Karya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-dasar Evaluasi, Jakarta: Bumi Aksara. Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran.Yogyakarta: Pedagogia (Pustaka Insan Madani). Suprihanti. 2010. “Peningkatan Kepedulian Siswa melalui Pengintegrasian Nilainilai Tradisi dalam Pembelajaran IPS”. Tesis (tidak diterbitkan). Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Suyata. 1998. Perbaikan Mutu Pendidikan Transformasi Sekolah Dan Implikasi Kebijakan, IKIP Yogyakarta. Syahirman Yusi. 2009. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta. ------------- dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipata. Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Taufik Abdullah. 1990. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tilaar, H.A.R. 2012. Kaleidoskop Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Valentina, T.R. dan Ekha Putra R. 2013. Building the Local-Based Element of National Anti Corruption Integrity System in West Sumatera. Internasional Journal of Administrative Science and Organization. Vol.20 No.2 May 2013: 78-84. Wechsler, D. 1999. Wechsler Abbreviated Scale of Intelligence. The Psycological Corporation: Harcourt Brace & Company. New York. commit to user
159 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Widyawati Hadi. 2013. Local Wisdom as Basic of Social Capital Strengthening Community Resillience at Reroroja Village, East Nusa Tenggara, Indonesia. Paper, Universitas Indonesia. Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.
commit to user
160 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 1. Data Kompetensi Belajar Sejarah Pra Siklus No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Siswa Adhi Dharma Prasetyo Aditya Ramadhan Agus Wahyudhi Ajeng Inka Pertiwi Ayu Pangestika Aji Putra Yudha Alfian Nur Wahyudi Anang Setiawan Andrian Brahmantia M. P Anwar Fahrudin Ardhiyanto Bagus Dwi Nugroho Bayu Okta Ristiawan Bowo Sulistyo Deni Mardiyansah Dimas Angga Finasis Etvin Rigendhi Irfan Ardiyanto Irfan Cipto Nugroho Kurniawan Lintang Anggoro Catur Atmojo Muhammat Risky Prasetyo Raditya Dinar Prasetyo Rizaldi Isnandar Rohmat Tri Saputro Sayyid Masrurrokhim Syahrizal Arviyanto Syarif Akbar Ramadhani Vandanu Amri Amrozy Vendi Ismail Wakhit Panji Saputro Yulian Raharjo Yusvi Ilham Lavida
commit to user
Nilai 60 62 64 70 56 70 68 76 68 72 80 62 74 86 66 78 58 74 82 62 72 86 64 70 66 76 78 62 76 70 60 86
Keterangan Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas
161 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 2. Data Nilai tes Pemahaman Siswa Pra Siklus No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Siswa Adhi Dharma Prasetyo Aditya Ramadhan Agus Wahyudhi Ajeng Inka Pertiwi Ayu Pangestika Aji Putra Yudha Alfian Nur Wahyudi Anang Setiawan Andrian Brahmantia M. P Anwar Fahrudin Ardhiyanto Bagus Dwi Nugroho Bayu Okta Ristiawan Bowo Sulistyo Deni Mardiyansah Dimas Angga Finasis Etvin Rigendhi Irfan Ardiyanto Irfan Cipto Nugroho Kurniawan Lintang Anggoro Catur Atmojo Muhammat Risky Prasetyo Raditya Dinar Prasetyo Rizaldi Isnandar Rohmat Tri Saputro Sayyid Masrurrokhim Syahrizal Arviyanto Syarif Akbar Ramadhani Vandanu Amri Amrozy Vendi Ismail Wakhit Panji Saputro Yulian Raharjo Yusvi Ilham Lavida commit to user
Nilai 78 68 76 72 68 74 74 74 72 80 70 72 74 82 72 74 74 74 68 74 72 70 74 84 70 82 86 70 74 78 76 84
Keterangan Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3. Daftar Nilai Kompetensi Belajar Siswa Siklus I No. Nama Siswa Nilai 1 Adhi Dharma Prasetyo 78 2 Aditya Ramadhan 72 3 Agus Wahyudhi 76 4 Ajeng Inka Pertiwi Ayu Pangestika 62 5 Aji Putra Yudha 84 6 Alfian Nur Wahyudi 74 7 Anang Setiawan 86 8 Andrian Brahmantia M. P 70 9 Anwar Fahrudin 96 10 Ardhiyanto 82 11 Bagus Dwi Nugroho 74 12 Bayu Okta Ristiawan 88 13 Bowo Sulistyo 64 14 Deni Mardiyansah 90 15 Dimas Angga Finasis 76 16 Etvin Rigendhi 78 17 Irfan Ardiyanto 82 18 Irfan Cipto Nugroho 68 19 Kurniawan 78 20 Lintang Anggoro Catur Atmojo 72 21 Muhammat Risky Prasetyo 84 22 Raditya Dinar Prasetyo 68 23 Rizaldi Isnandar 76 24 Rohmat Tri Saputro 78 25 Sayyid Masrurrokhim 64 26 Syahrizal Arviyanto 96 27 Syarif Akbar Ramadhani 72 28 Vandanu Amri Amrozy 88 29 Vendi Ismail 74 30 Wakhit Panji Saputro 88 commit to user
162 digilib.uns.ac.id
Keterangan Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas
163 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
31 32
Yulian Raharjo Yusvi Ilham Lavida
Lampiran 4. Daftar Nilai Pemahaman Siswa Siklus I. No. Nama Siswa 1 Adhi Dharma Prasetyo 2 Aditya Ramadhan 3 Agus Wahyudhi 4 Ajeng Inka Pertiwi Ayu Pangestika 5 Aji Putra Yudha 6 Alfian Nur Wahyudi 7 Anang Setiawan 8 Andrian Brahmantia M. P 9 Anwar Fahrudin 10 Ardhiyanto 11 Bagus Dwi Nugroho 12 Bayu Okta Ristiawan 13 Bowo Sulistyo 14 Deni Mardiyansah 15 Dimas Angga Finasis 16 Etvin Rigendhi 17 Irfan Ardiyanto 18 Irfan Cipto Nugroho 19 Kurniawan 20 Lintang Anggoro Catur Atmojo 21 Muhammat Risky Prasetyo 22 Raditya Dinar Prasetyo 23 Rizaldi Isnandar 24 Rohmat Tri Saputro 25 Sayyid Masrurrokhim 26 Syahrizal Arviyanto 27 Syarif Akbar Ramadhani 28 Vandanu Amri Amrozy 29 Vendi Ismail commit to user 30 Wakhit Panji Saputro
72 80
Nilai 72 72 70 86 74 88 68 74 80 74 86 72 86 80 74 70 86 88 72 72 86 68 72 72 72 78 74 68 78 78
Belum Tuntas Tuntas
Keterangan Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas
164 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
31 32
Yulian Raharjo Yusvi Ilham Lavida
Lampiran 5. Daftar Nilai Kompetensi Siswa Siklus II. No. Nama Siswa 1 Adhi Dharma Prasetyo 2 Aditya Ramadhan 3 Agus Wahyudhi 4 Ajeng Inka Pertiwi Ayu Pangestika 5 Aji Putra Yudha 6 Alfian Nur Wahyudi 7 Anang Setiawan 8 Andrian Brahmantia M. P 9 Anwar Fahrudin 10 Ardhiyanto 11 Bagus Dwi Nugroho 12 Bayu Okta Ristiawan 13 Bowo Sulistyo 14 Deni Mardiyansah 15 Dimas Angga Finasis 16 Etvin Rigendhi 17 Irfan Ardiyanto 18 Irfan Cipto Nugroho 19 Kurniawan 20 Lintang Anggoro Catur Atmojo 21 Muhammat Risky Prasetyo 22 Raditya Dinar Prasetyo 23 Rizaldi Isnandar 24 Rohmat Tri Saputro 25 Sayyid Masrurrokhim 26 Syahrizal Arviyanto 27 Syarif Akbar Ramadhani 28 Vandanu Amri Amrozy 29 Vendi Ismail 30 Wakhit Panji Saputro commit to user 31 Yulian Raharjo
74 70
Nilai 80 74 78 68 84 74 90 72 96 84 74 88 78 92 82 80 84 70 84 70 84 74 84 68 78 80 78 96 74 92 84
Belum Tuntas Belum Tuntas
Keterangan Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas
165 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
32
Yusvi Ilham Lavida
Lampiran 6. Daftar Nilai Pemahaman Siswa Siklus II No. Nama Siswa 1 Adhi Dharma Prasetyo 2 Aditya Ramadhan 3 Agus Wahyudhi 4 Ajeng Inka Pertiwi Ayu Pangestika 5 Aji Putra Yudha 6 Alfian Nur Wahyudi 7 Anang Setiawan 8 Andrian Brahmantia M. P 9 Anwar Fahrudin 10 Ardhiyanto 11 Bagus Dwi Nugroho 12 Bayu Okta Ristiawan 13 Bowo Sulistyo 14 Deni Mardiyansah 15 Dimas Angga Finasis 16 Etvin Rigendhi 17 Irfan Ardiyanto 18 Irfan Cipto Nugroho 19 Kurniawan 20 Lintang Anggoro Catur Atmojo 21 Muhammat Risky Prasetyo 22 Raditya Dinar Prasetyo 23 Rizaldi Isnandar 24 Rohmat Tri Saputro 25 Sayyid Masrurrokhim 26 Syahrizal Arviyanto 27 Syarif Akbar Ramadhani 28 Vandanu Amri Amrozy 29 Vendi Ismail 30 Wakhit Panji Saputro 31 Yulian Raharjo commit to user 32 Yusvi Ilham Lavida
90
Nilai 72 72 70 86 74 88 68 74 80 74 86 72 86 80 74 70 86 88 72 72 86 68 72 72 72 78 74 68 78 78 74 70
Tuntas
Keterangan Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
166 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 7. Daftar Nilai Kompetensi Siswa Siklus III. No. Nama Siswa 1 Adhi Dharma Prasetyo 2 Aditya Ramadhan 3 Agus Wahyudhi 4 Ajeng Inka Pertiwi Ayu Pangestika 5 Aji Putra Yudha 6 Alfian Nur Wahyudi 7 Anang Setiawan 8 Andrian Brahmantia M. P 9 Anwar Fahrudin 10 Ardhiyanto 11 Bagus Dwi Nugroho 12 Bayu Okta Ristiawan 13 Bowo Sulistyo 14 Deni Mardiyansah 15 Dimas Angga Finasis 16 Etvin Rigendhi 17 Irfan Ardiyanto 18 Irfan Cipto Nugroho 19 Kurniawan 20 Lintang Anggoro Catur Atmojo 21 Muhammat Risky Prasetyo 22 Raditya Dinar Prasetyo 23 Rizaldi Isnandar 24 Rohmat Tri Saputro 25 Sayyid Masrurrokhim 26 Syahrizal Arviyanto 27 Syarif Akbar Ramadhani 28 Vandanu Amri Amrozy 29 Vendi Ismail 30 Wakhit Panji Saputro 31 Yulian Raharjo 32 Yusvi Ilham Lavida commit to user
Nilai 82 78 80 78 86 78 92 78 98 86 78 88 80 94 84 86 86 76 92 82 92 72 86 86 80 98 78 98 78 98 86 96
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
167 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 8. Daftar Nilai Pemahaman Siswa Siklus III No. Nama Siswa 1 Adhi Dharma Prasetyo 2 Aditya Ramadhan 3 Agus Wahyudhi 4 Ajeng Inka Pertiwi Ayu Pangestika 5 Aji Putra Yudha 6 Alfian Nur Wahyudi 7 Anang Setiawan 8 Andrian Brahmantia M. P 9 Anwar Fahrudin 10 Ardhiyanto 11 Bagus Dwi Nugroho 12 Bayu Okta Ristiawan 13 Bowo Sulistyo 14 Deni Mardiyansah 15 Dimas Angga Finasis 16 Etvin Rigendhi 17 Irfan Ardiyanto 18 Irfan Cipto Nugroho 19 Kurniawan 20 Lintang Anggoro Catur Atmojo 21 Muhammat Risky Prasetyo 22 Raditya Dinar Prasetyo 23 Rizaldi Isnandar 24 Rohmat Tri Saputro 25 Sayyid Masrurrokhim 26 Syahrizal Arviyanto 27 Syarif Akbar Ramadhani 28 Vandanu Amri Amrozy 29 Vendi Ismail 30 Wakhit Panji Saputro 31 Yulian Raharjo 32 Yusvi Ilham Lavida commit to user
Nilai 80 82 80 86 86 88 78 80 80 82 86 84 86 80 78 82 86 88 82 78 86 84 86 86 84 82 88 78 82 84 86 94
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
168 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran. 9 Lembar Observasi Guru Keterampilan Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Berilah tanda (√) pada kolom di bawah skor yang sesuai dengan pendapat anda. No
Aspek Yang Dinilai 1
1
Prapembelajaran a. Menyiapkan ruang, pembelajaran.
alat
dan
media
b. Memeriksa kesiapan siswa 2
Membuka Pelajaran a. Melakukan kegiatan apersepsi b. Menyampaikan kompetensi dan rencana kegiatan
3 A
Inti Pembelajaran Penguasaan Materi Pembelajaran a. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. b. Mengaitkan kehidupan. c. Menunjukkan pembelajaran.
B
materi
dengan
penguasaan
realitas materi
Pendekatan/ Strategi pembelajaran a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP b. Melaksanakan pembelajaran sesuai tingkat perkembangan siswa. c. Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu
C
Pemanfaatan Sumber/ Media pembelajaran a. Menunjukkan keterampilan penggunaan commit to user
Nilai 2 3 4
5
169 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumber/ media pembelajaran. b. Menghasilkan pesan yang menarik. D
Pengelolaan Kelas a. Menumbuhkan partisipasi dan kebiasaan positif siswa. b. Memberi respon positif pada partisipasi siswa. c. Mengelola interaksi kelas. d. Memfasilitasi kooperatif.
siswa
dalam
belajar
e. Menumbuhkan kenyamanan dan antusiasme siswa dalam belajar. E
Penampilan guru di depan kelas a. Menggunakan pakaian sesuai aturan. b. Menunjukkan rasa percaya diri, antusias, dan disiplin. c. Bersikap terbuka, luwes, dan fleksibel. d. Menyampaikan pesan dengan efektif dan menarik.
F
Penilaian proses dan hasil belajar a. Memantau kemajuan belajar. b. Melakukan kompetensi
4
evaluasi
sesuai
Menutup Pelajaran a. Melakukan refleksi atau dengan melibatkan siswa
dengan
merangkum
b. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan atau tugas Keterangan skor: 1. Sangat Kurang Baik 2. Kurang Baik 3. Cukup Baik 4. Baik 5. Sangat Baik
commit to user
170 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran. 10
8 9
Lembar Observasi Siswa Indikator SB Mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Memperhatikan penjelasan guru. Menjawab pertanyaan guru. Memberikan tanggapan pada saat diskusi. Mencari dan mengelola informasi. Mengidentifikasi permasalahan dan pemecahannya Bertukar pikiran tentang materi dengan teman sekelas. Mempresentasikan hasil investigasi kelompok Mengeksplorasi pengalaman belajar.
10
Mengaplikasikan pengalaman belajar.
No 1 2 3 4 5 6 7
commit to user
B
KB
TB
STB
171 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran. 11 Pedoman wawancara 1. Apakah model pembelajaran yang digunakan sudah sesuai dengan yang diharapkan? 2. Bagaimana antusias siswa selama mengikuti proses pembelajaran? 3. Apakah motivasi terhadap siswa agar siswa tertarik dalam pembelajaran sejarah sering dilakukan? 4. Apa yang dilakukan agar perhatian siswa tertarik terhadap materi pembelajaran? 5. Sumber apa saja yang digunakan dalam pembelajaran? 6. Bagaimana cara pemberian evaluasi kepada siswa? 7. Apa saja masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah? 8. Bagaimana kualitas pembelajaran sejarah dilihat dari pemahaman dan prestasi belajar siswa? 9. Bagaimana tanggapan Pengajar terhadap penggunaan tradisi lokal sebagai materi pembelajaran sejarah? 10. Apa yang diharapkan untuk proses pembelajaran berikutnya, khususnya pembelajaran sejarah?
commit to user
172 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kisi-kisi soal Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami 1.2 Mendeskripsikan prinsip dasar tradisi sejarah dalam ilmu sejarah. masyarakat Indonesia masa pra aksara dan masa aksara.
Materi Pokok
Nomor Indikator Soal 1, 2, 3, 4,5, 6
1. Tradisi Sejarah pada masyarakat pra-aksara. 2. Jejak sejarah di 7, 8, 9, 10, 11, dalam sejarah lisan 12,13,14 (folklore, mitologi dan legenda) dari berbagai daerah di Indonesia. 3. Nilai, norma, 15, 16, 17, 18, 19, dan tradisi yang 20 diwariskan di dalam sejarah lisan Indonesia.
Jumlah
20
1
2
Kisi-Kisi Tes Pemahaman Nilai Kearifan Lokal Tradisi Rasulan. Indikator Nomor Soal Mendeskripsikan Tradisi Rasulan sebagai tradisi sejarah. Mendeskripsikan Tradisi masyarakat Gunungkidul.
Rasulan
dalam
1, 2,3,4
4
5, 6, 7, 8, 9,
6
10
3
6 Menjelaskan makna upacara-upacara dalam tradisi rasulan.
11, 12, 13, 14, 15, 16
Mengidentifikasi makna tradisi rasulan dalam kehidupan masyarakat Gunugkidul.
17, 18, 19, 20
4
4
20 commit to user
6
8
6
20
Kisi-Kisi Tes Prestasi
No
Jumlah
20
173 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran. 11 Lembar Observasi Guru Keterampilan Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Berilah tanda (√) pada kolom di bawah skor yang sesuai dengan pendapat anda. No
Aspek Yang Dinilai 1
1
Prapembelajaran c. Menyiapkan ruang, pembelajaran.
alat
dan
media
d. Memeriksa kesiapan siswa 2
Membuka Pelajaran c. Melakukan kegiatan apersepsi d. Menyampaikan kompetensi dan rencana kegiatan
3 A
Inti Pembelajaran Penguasaan Materi Pembelajaran d. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. e. Mengaitkan kehidupan. f. Menunjukkan pembelajaran.
B
materi
dengan
penguasaan
realitas materi
Pendekatan/ Strategi pembelajaran d. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP e. Melaksanakan pembelajaran sesuai tingkat perkembangan siswa.
C
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu commit to user Pemanfaatan Sumber/ Media pembelajaran
Nilai 2 3 4
5
174 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Menunjukkan keterampilan sumber/ media pembelajaran.
penggunaan
d. Menghasilkan pesan yang menarik. D
Pengelolaan Kelas f. Menumbuhkan partisipasi dan kebiasaan positif siswa. g. Memberi respon positif pada partisipasi siswa. h. Mengelola interaksi kelas. i. Memfasilitasi kooperatif.
siswa
dalam
belajar
j. Menumbuhkan kenyamanan dan antusiasme siswa dalam belajar. E
Penampilan guru di depan kelas e. Menggunakan pakaian sesuai aturan. f. Menunjukkan rasa percaya diri, antusias, dan disiplin. g. Bersikap terbuka, luwes, dan fleksibel. h. Menyampaikan pesan dengan efektif dan menarik.
F
Penilaian proses dan hasil belajar c. Memantau kemajuan belajar. d. Melakukan kompetensi
4
evaluasi
sesuai
Menutup Pelajaran c. Melakukan refleksi atau dengan melibatkan siswa
dengan
merangkum
d. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan atau tugas Keterangan skor: 1. Sangat Kurang Baik 2. Kurang Baik 3. Cukup Baik 4. Baik 5. Sangat Baik
commit to user
175 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indikator SB Mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Memperhatikan penjelasan guru. Menjawab pertanyaan guru. Memberikan tanggapan pada saat diskusi. Mencari dan mengelola informasi. Mengidentifikasi permasalahan dan pemecahannya Bertukar pikiran tentang materi dengan teman sekelas. Mempresentasikan hasil investigasi kelompok Mengeksplorasi pengalaman belajar.
10
Mengaplikasikan pengalaman belajar. Lembar Observasi Siswa
commit to user
B
KB
TB
STB
176 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran. 13 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester
SILABUS : SMK Negeri 2 Wonosari : Sejarah : X/ 1
Standar Kompetensi: 1. Memahami prinsip dasar ilmu sejarah. KompetensiDasar 1.1Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup ilmu sejarah
Materi Pembelajaran Pengertian dan ruang lingkup ilmu sejarah Uraian Materi: Pengertian sejarah.
Kegiatan Pembelajaran
Menjelaskan pengertian sejarah melalui kajian pustaka.
Kegunaan sejarah.
Menjelaskan kegunaan sejarah bagi kehidupan masyarakat masa kini (kegunaan edukatif, inspiratif, dan rekreatif) melalui kajian pustaka, diskusi kelompok, dan presentasi.
Indikator
Menjelaskan pengertian sejarah.
Menyusun periodisasi dan kronologi melalui studi pustaka melalui kajian pustaka, diskusi kelompok, dan presentasi.
commit to user
Jujur, Kreatif, Demokra GemarM Tanggun
Menjelaskan kegunaan sejarah sebagai edukatif. Menjelaskan kegunaan sejarah sebagai rekreatif. Menjelaskan pengertian sumber, bukti, dan fakta sejarah.
Pengertian Menjelaskan pengertian sumber, bukti, Mendiskripsikan sumber, bukti, dan fakta sejarah melalui kajian peristiwa dan fakta sejarah. pustaka dan diskusi kelompok. pertempuran 5 hari melalui kajian pustaka, diskusi dan monumen Tugu kelompok, dan diskusi kelas. Muda di Semarang. (di daerah lain Peristiwa, Mendiskripsikan peristiwa, kembangkan sejarah peninggalan peninggalan sejarah, dan monumen lokal yang relevan) sejarah, dan peringatan peristiwa bersejarah yang monumen ada di sekitarnya melalui observasi, peringatan diskusi kelompok, diskusi kelas dan peristiwa presentasi. bersejarah yang ada di sekitarnya. Periodisasi dan kronologi sejarah Indonesia.
NilaiK
Menyusun periodisasi dan kronologi sejarah Indonesia.
Jujur, Kreatif, Demokra Bersahab atif, Gem Tanggun
177 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KompetensiDasar 1.2Mendeskripsika n tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara
Materi Pembelajaran Tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara Uraian Materi: Tradisi sejarah pada masyarakat pra-aksara.
Kegiatan Pembelajaran
Nilai, norma,
NilaiK
KerjaKer Mandiri, rasa Ingin Tanah Bersahab atif, Tang Mengidentifikasikan cara masyarakat pra-aksara mewariskan masa lalunya melalui kajian pustaka, dan diskusi kelas. Mengidentifikasi tradisi sejarah pada masyarakat pra-aksara dengan tari, upacara, lagu, alat, bangunan, dan lukisan di Kepulauan Indonesia melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan presentasi.
Mendeskripsikan jejak sejarah di dalam sejarah lisan (foklore, mitologi, dongeng, dan, legenda), pada masa pra-aksara melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan presentasi.
Jejak sejarah di dalam sejarah lisan (foklore, mitologi, dongeng, dan, legenda), dari berbagai daerah di Indonesia.
Indikator
Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam sejarah lisan dari berbagai daerah Indonesia dalam bentuk foklore, mitologi, dongeng, dan, legenda melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan present
commit to user
Mendeskripsikan nilai, norma, dan
Mengidentifikasik an cara masyarakat praaksara mewariskan masa lalunya melalui tutur. Mengidentifikasik an cara masyarakat praaksara mewariskan masa lalunya melalui tari dan lagu. Mengidentifikasik an cara masyarakat praaksara mewariskan masa lalunya melalui alat dan bangunan. Mengidentifikasi tradisi sejarah pada masyarakat Indonesia di berbagidaerah. Mendeskripsikan definisi foklore. Mendeskripsikan definisi mitologi. Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam sejarah lisan dari berbagai daerah Indonesia dalam bentuk mitos di Jawa Barat.
Mendeskripsikan nilai, norma dan
KerjaKer Mandiri, rasa Ingin Tanah Bersahab atif, Tang
178 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Materi Pembelajaran dan tradisi yang diwariskan di dalam sejarah lisan Indonesia.
KompetensiDasar
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
tradisi yang diwariskan dalam mitologi Indonesia melalui studi pustaka, eksplorasi internet, diskusi kelompok, dan presentasi.
Tradisi sejarah masyarakat masa aksara.
1.3Menggunakan Prinsip-prinsip prinsip-prinsip dasar penelitian dasar sejarah penelitian Uraian materi: sejarah Prinsip sebabakibat dalam kajian sejarah.
Prinsip kronologis dalam kajian sejarah.
tradisi yang diwariskan dalam mitologi Indonesia.
Mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah. Menerapkan prinsip sebab-akibat dalam penelitian sejarah lisan melalui kajian pustaka.
Menerapkan prinsip kronologis dalam penelitian sejarah melalui kajian pustaka.
WonosariAgustus 2013
Guru Mata Pelajaran
Drs. Sangkin, M.Pd NIP. 19630302 199003 1 005
Ninik Sudaryanti, S.Pd
NIP. 197504282006032 004
commit to user
Mengidentifikasit radisisejarahmasy arakatmasa sejarah dari berbagai daerah di Indonesia berupa tulisantulisan dalam prasasti.
Menjelaskan tentang prinsipprinsip dasar penelitian sejarah. Menerapkan prinsip sebabakibat dalam penelitian sejarah lisan.
Menerapkan prinsip kronologis dalam penelitian sejarah.
Mengetahui KepalaSekolah SMKN 2 Wonosari
NilaiK
Jujur, Disiplin, Kreatif, Demokra InginTah Bbersaha katif, Tanggun
179 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMK Negeri 2 Wonosari
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas/Semester
: X/1
Standar Kompetensi
: 1. Memahami Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Kompetensi Dasar
: 1.2. Mendeskripsikan Tradisi Sejarah dalam
Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan Masa Aksara Indikator
: - Mengidentifikasi cara masyarakat pra -aksara mewariskan masa lalunya melalui tutur. -Mengidentifikasikan
cara
masyarakat
pra-
aksara mewariskan masa lalunya melalui tari dan lagu. - mengidentifikasikan cara masyarakat pra-aksara mewariskan masa lalunya melalui alat dan bangunan. Alokasi Waktu
: 2x45 menit
A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu untuk:
Mendeskripsikan cara masyarakat masa prasejarah mewariskan masa lalunya
Menyebutkan ciri-ciri tradisi lisan
Mengidentifikasi tradisi masyarakat masa prasejarah pada sistem kepercayaan, mata pencaharian, kemasyarakatan, budaya dan seni, dan pengetahuan Nilai Karakter Bangsa :
Jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai commit to user prestasi, peduli lingkungan, tanggung jawab.
180 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Materi Pembelajaran
Cara masyarakat masa prasejarah mewariskan masa lalunya
Tradisi lisan
Tradisi masyarakat masa prasejarah pada sistem kepercayaan, mata pencaharian, kemasyarakatan, budaya dan seni, dan pengetahuan
C. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran: Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pairs-Square. 2. Metode Pembelajaran: Diskusi, Tanya jawab, pemberian tugas..
Strategi Pembelajaran Tatap Muka Mendeskripsikan cara
Terstruktur Buatlah uraian
Mandiri Siswa dapat Meneliti
masyarakat masa
analisis mengenai
cara masyarakat masa
prasejarah mewariskan
tradisi bercerita di
prasejarah mewariskan
masa lalunya
Gunungkidul!
masa lalunya dan
Mengidentifikasi tradisi
Diskusikanlah
masyarakat masa
tradisi masyarakat
prasejarah.
masa prasejarah
perkembangan tradisi masyarakat prasejarah
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi guru menanyakan pada peserta didik mengenai pengertian masa prasejarah.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
commit to user
181 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru menjelaskan secara singkat materi cara masyarakat pra sejarah mewariskan masa lalunya.
Guru menerangkan tradisi rasulan sebagai salah satu contoh tradisi lisan.
Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak/ heterogen untuk melakukan diskusi secara kelompok mengenai tradisi rasulan.
Peserta didik ditugaskan untuk menginvestigasi dan menganalisis mengenai tradisi lisan masyarakat Gunungkidul.
Konfirmasi
Melakukan refleksi.
Evaluasi untuk mengukur pemahaman dan prestasi siswa.
3. Kegiatan Penutup
Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas.
Menarik kesimpulan materi.
E. Sumber Belajar
Kurikulum KTSP dan perangkatnya
Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMK
Buku sumber Sejarah SMK Kurikulum 2013.
Laptop dan Infocus.
Buku-buku penunjang yang relevan
Internet
F. Penilaian
commit to user
182 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Unjuk kerja dalam bentuk diskusi kelompok mengenai tradisi masyarakat masa prasejarah.
Lembar Penilaian Diskusi Hari/Tanggal
: …………………………………………………….
Topik diskusi/debat
: ……………………………………………………..
No
Sikap/Aspek yang dinilai
Nama Kelompok/ Nama peserta didik
Penilaian kelompok 1. Menyelesaikan tugas kelompok dengan baik 2 Kerjasama kelompok 3 Hasil tugas Jumlah Nilai Kelompok Penilaian Individu Peserta didik 1. Berani mengemukakan pendapat 2. Berani menjawab pertanyaan 3. Inisiatif 4. Ketelitian Jumlah Nilai Individu
commit to user
Nilai Kualitatif
Nilai Kuantitatif
183 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Format Penilaian Portofolio Indikator
Nilai Kualitatif
Nilai Kuantitatif
Pengantar
Menunjukkan dengan tepat isi karangan/laporan penelitian, kesimpulan maupun rangkuman. Untuk peta, skema, dan lukisan, mempersiapkan bahanbahan. Kesesuaian antara judul dengan isi dan materi. Menguraikan hasil karangan/laporan penelitian, kesimpulan, dan rangkuman dengan tepat. Menjabarkan peta dan skema sesuai dengan tema yang diajukan. Melukis sesuai dengan wujud benda yang telah ditentukan. Memberikan kesimpulan karangan/hasil penelitian Penggambaran dengan jelas metode yang dipakai dalam karangan/penelitian
Isi
Penutup Struktur/logika Penulisan Orisinalitas karangan
Karangan/penelitian, kesimpulan, rangkuman, peta, skema, dan lukisan merupakan hasil sendiri Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
Penyajian, bahasan dan bahasa Jumlah
Kriteria Penilaian : Kriteria Indikator 80-100 70-79 60-69 45-59
Mengetahui,
Deskripsi
Nilai Kualitatif Memuaskan Baik Cukup Kurang cukup
commit to user
Nilai Kuantitatif 4 3 2 1
Wonosari, September 2013
184 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Ninik Sudaryanti, S. Pd
Sri Handayani
NIP. 19750428 200603 2 004
NIM. S861208028
Kepala Sekolah
Drs. Sangkin, M.Pd NIP. 19630302 199003 1 005
commit to user
185 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMA/MA.
: SMK Negeri 2 Wonosari
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas/Semester
: X/1
Standar Kompetensi
: 1. Memahami Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Kompetensi Dasar
: 1.2. Mendeskripsikan Tradisi Sejarah dalam
Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan Masa Aksara Indikator
: Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam folklore, mitologi, legenda, upacara, dan nyanyian rakyat dari berbagai daerah di Indonesia .
Alokasi Waktu
: 2x45 menit
A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu untuk:
Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam folklore
Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam mitologi
Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam legenda
Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam nyanyian rakyat
Mengidentifikasi jejak sejarah di dalam upacara Nilai Karakter Bangsa :
Jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, peduli lingkungan, tanggung jawab.
B. Materi Pembelajaran
Folklore
Mitologi
Legenda
Nyanyian rakyat
Upacara
commit to user
186 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran: Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pairs-Square 2. Metode Pembelajaran: Diskusi, Tanya jawab.
Strategi Pembelajaran Tatap Muka Mengidentifikasi jejak
Terstruktur Membaca dan
Mandiri Diskusikanlah mengenai
sejarah di dalam folklore,
mendiskusikan
mite, legenda, nyanyian
mitologi, legenda,
berbagai sumber
rakyat, dan upacara yang
upacara, dan nyanyian
tentang folklor,
ada di daerah asalnya
rakyat dari berbagai
mitologi, legenda,
dan fakta sejarah apa
daerah di Indonesia
upacara, dan
yang terkandung di
nyanyian rakyat di
dalamnya
berbagai daerah
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi guru menanyakan pada peserta didik mengenai
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru menjelaskan materi dengan pemutaran Video mengenai tradisi rasulan berupa upacara, legenda, adat istiadat.
Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
187 digilib.uns.ac.id
Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang siswa untuk mendiskusikan mengenai mite, legenda, nyanyian rakyat, dan upacara di daerah Gunungkidul.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing.
Konfirmasi
Refleksi.
Evaluasi.
3. Kegiatan Penutup
Bersama-sama guru menyimpulan materi.
Perubahan sikap dan pemahaman siswa terhadap nilai kearifan lokal tradisi rasulan.
E. Sumber Belajar
Kurikulum KTSP dan perangkatnya
Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA -
Buku sumber Sejarah SMA Yudhistira dan Ganeca Exact.
Infocus
Laptop
Buku-buku penunjang yang relevan
Internet
F. Penilaian
Unjuk kerja dalam bentuk diskusi mengenai mite, legenda, nyanyian rakyat, dan upacara yang ada di daerah asal peserta didik dan fakta sejarah commit to user apa yang terkandung di dalamnya!
188 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lembar Penilaian Diskusi Hari/Tanggal : ……………………………………………………. Topik diskusi/debat
No
: ……………………………………………………..
Sikap/Aspek yang dinilai
Nama Kelompok/ Nama peserta didik
Nilai Kualita tif
Penilaian kelompok 1. Menyelesaikan tugas kelompok dengan baik 2 Kerjasama kelompok 3 Hasil tugas Jumlah Nilai Kelompok Penilaian Individu Peserta didik 1. Berani mengemukakan pendapat 2. Berani menjawab pertanyaan 3. Inisiatif 4. Ketelitian Jumlah Nilai Individu
Nilai Kuantita tif
Kriteria Indikator 80-100 70-79 60-69 45-59
Kriteria Penilaian : Nilai Kualitatif Nilai Kuantitat if Memuaskan 4 Baik 3 Cukup 2 Kurang cukup 1
Mengetahui,
Wonosari, September 2013
Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Ninik Sudaryanti, S. Pd
commit to user
Sri Handayani
189 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
NIP. 19750428 200603 2 004
NIM. S861208028
Kepala Sekolah
Drs. Sangkin, M.Pd NIP. 19630302 199003 1 005
commit to user
190 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMK Negeri 2 Wonosari
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas/Semester
: X/1
Standar Kompetensi
: 1. Memahami Prinsip Dasar Ilmu Sejarah
Kompetensi Dasar
: 1.2. Mendeskripsikan Tradisi Sejarah dalam
Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan Masa Aksara Indikator
: - Mendeskripsikan nilai, norma, dan tradisi yang diwariskan di dalam sejarah lisan Indonesia. - mendeskripsikan tradisi sejarah masa aksara di berbagai daerah di Indonesia.
Alokasi Waktu
: 2x45 menit
A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu untuk:
Mengidentifikasi nilai, norma, dan tradisi yang diwariskan dalam sejarah lisan di Indonesia.
Mengidentifikasi tradisi sejarah masyarakat masa sejarah dari berbagai daerah di Indonesia berupa tulisan-tulisan dalam prasasti Nilai Karakter Bangsa :
Jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, peduli lingkungan, tanggung jawab.
B. Materi Pembelajaran
Nilai, Norma, dan tradisi yang diwariskan dalam sejarah lisan.
Tradisi sejarah masyarakat masa sejarah dari berbagai daerah di Indonesia berupa tulisan-tulisan dalam prasasti commit to user
191 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran: Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pairs-Square. 2. Metode Pembelajaran: Diskusi, Tanya jawab.
Strategi Pembelajaran Tatap Muka Mengidentifikasi tradisi
Terstruktur Membaca dan
Mandiri Siswa dapat, Buatlah
sejarah masyarakat masa
mencari berbagai
tulisan analisis mengenai
sejarah dari berbagai
sumber tentang dan
kemiripan kebudayaan
daerah di Indonesia
tradisi sejarah
Indonesia dengan
masyarakat dari
kebudayaan India
berbagai daerah kemudian menyusun dalam bentuk karangan analisis
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi guru menanyakan peserta didik mengenai pengertian masa sejarah.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Guru menjelaskan materi nilai, norma, dan tradisi sejarah masyarakat masa sejarah dari berbagai daerah khususnya di Gunungkidul.
Elaborasi
commit to user
192 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Bersama-sama menganalisa nilai, norma, dan tradisi dalam tradisi rasulan.
Tanya jawab mengenai wujud tradisi rasulan.
Peserta didik secara berkelompok membuat portofolio berupa tulisan identifikasi mengenai tradisi rasulan dan membandingkan dengan tradisi masyarakat pendatang. Tugas dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui.
Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.
Evaluasi
3. Kegiatan Penutup
Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas.
Menarik kesimpulan materi.
E. Sumber Belajar
Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA -
Buku sumber Sejarah SMA
Laptop dan Infocus
Buku-buku penunjang yang relevan
Internet
F. Penilaian Diskusi kelompok dan post test.
commit to user
193 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lembar Penilaian Diskusi Hari/Tanggal
: …………………………………………………….
Topik diskusi/debat
: ……………………………………………………..
No
Nama Kelompok/ Nama peserta didik
Sikap/Aspek yang dinilai
Nilai Kualitatif
Nilai Kuantitatif
Penilaian kelompok 1. Menyelesaikan tugas kelompok dengan baik 2 Kerjasama kelompok 3 Hasil tugas Jumlah Nilai Kelompok Penilaian Individu Peserta didik 1. Berani mengemukakan pendapat 2. Berani menjawab pertanyaan 3. Inisiatif 4. Ketelitian Jumlah Nilai Individu
Format Penilaian Portofolio Indikator
Nilai Kualitatif
Nilai Kuantitatif
Pengantar
commit to user
Deskripsi
Menunjukkan dengan tepat isi karangan/laporan penelitian, kesimpulan maupun rangkuman. Untuk peta, skema, dan lukisan, mempersiapkan bahanbahan.
194 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Isi
Kesesuaian antara judul dengan isi dan materi. Menguraikan hasil karangan/laporan penelitian, kesimpulan, dan rangkuman dengan tepat. Menjabarkan peta dan skema sesuai dengan tema yang diajukan. Melukis sesuai dengan wujud benda yang telah ditentukan. Memberikan kesimpulan karangan/hasil penelitian Penggambaran dengan jelas metode yang dipakai dalam karangan/penelitian
Penutup Struktur/logika Penulisan Orisinalitas karangan
Karangan/penelitian, kesimpulan, rangkuman, peta, skema, dan lukisan merupakan hasil sendiri Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan komunikatif
Penyajian, bahasan dan bahasa Jumlah
Kriteria Penilaian : Kriteria Indikator
Nilai Kualitatif
Nilai Kuantitatif
80-100
Memuaskan
4
70-79
Baik
3
60-69
Cukup
2
45-59
Kurang cukup
1
Mengetahui,
Wonosari, September 2013
Guru Mata Pelajaran
Mahasiswa
Ninik Sudaryanti, S. Pd
Sri Handayani
NIP. 19750428 200603 2 004
NIM. S861208028
Kepala Sekolah
Drs. Sangkin, M.Pd to user NIP.commit 19630302 199003 1 005
perpustakaan.uns.ac.id
195 digilib.uns.ac.id
Lampiran. 14 Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Penciptaan dan pewarisan kisah sejarah melalui tradisi lisan pada masa praaksara bermanfaat sebagai berikut, kecuali: a. Mengetahui asal usulnya. b. Memperjelas identitas kelompoknya. c. Memberikan legitimasi tentang keberadaan kelompoknya. d. Menunjukkan kelebihannya dari suku bangsa yang lain sebagai keturunan dewa-dewi. e. Meningkatkan rasa solidaritas terhadap kelompoknya. 2. Berikut adalah contoh-contoh dari karya sejarah berupa tradisi lisan yang dikembangkan oleh masyarakat sebelum mengenal tulisan, kecuali: a. Legenda yang menceritakan kesaktian para wali. b. Legenda asal-usul masyarakat pulau Nias. c. Kisah sejarah Singasari dan Majapahit yang terdapat dalam Pararaton. d. Kitab Babad Tanah Jawi. e. Legenda asal-usul masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur. 3. Motif cerita Oedipus seperti yang terdapat dalam masyarakat Yunani Kuno juga terdapat di Indonesia, yaitu… a. Cerita ande-ande lumut di Jawa Timur. b. Cerita Batu Belah dari suku bangsa Gayo di Sumatera. c. Cerita Panji Semirang di Jawa Timur. d. Cerita Roro Anteng dan Joko Seger di Jawa Timur. e. Legenda Tangkuban Perahu di Jawa Barat. 4. Cerita-cerita mitologi pada umumnya menceritakan tengtang hal-hal sebagai berikut, kecuali… a. Orang-orang suci b. Petualangan para dewa-dewi c. Munculnya manusia pertama. d. Terjadinya alam semesta. e. Percintaan dan hubungan kekerabatan para dewa-dewi. 5. Menurut legenda masyarakat Jawa Timur yang dimaksud dengan tokoh panji adalah… a. Seorang pahlawan perang yang dipilih tanding b. Seorang shaleh yang dalam kehidupannya sering melakukan keajaiban-keajaiban. c. Seorang pangeran yang senantiasa kehilangan istrinya. d. Seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya. e. Seorang pujangga pengarang rakyat. commitcerita-cerita to user
perpustakaan.uns.ac.id
196 digilib.uns.ac.id
6. Penentuan wilayah pengaruh dari sejarah lokal biasanya ditentukan oleh adanya kesamaan sebagai berikut, kecuali… a. Kebudayaan b. Suku bangsa. c. Bahasa. d. Pemimpin e. Agama 7. Dalam kaitannya dengan sejarah nasional, maka sejarah lokal berkedudukan sebagai.. a. Sebuah unit yang berdiri sendiri. b. Subsistem dari system yang lebih besar yaitu sejarah nasional. c. Sebuah unit yang senantiasa mendapat pengaruh dari unsur-unsur dari luar melalui proses penetrasi. d. Sebuah sistem yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan. e. Sebuah unit yang dengan identitas yang berbeda dengan daerah lainnya. 8. Sekelompok masyarakat yang belum mengenal tulisan dalam ilmu sejarah sering disebut masyarakat… a. Tradisional d. Pra aksara b. Kuno e. Buta huruf c. Primitive 9. Tradisi yang terkait dengan kebiasaan atau adat istiadat menggunakan bahasa verba/ kata/ ucapan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari seseorang kepada orang lain disebut tradisi.. a. Tertulis d. lisan b. Khayalan e. legenda c. Kuno 10. Menurut J.L.A Barandes sebelum mengenal tulisan masyarakat Indonesia sudah memiliki 10 macam kemampuan budaya yang mengakar kuat disebut.. a. Teng enius d. toleranisme b. Local genius e. dinamisme c. Dasa genius 11. Langkah pertama yang dilakukan pihak keluarga dalam mewariskan masa lalunya adalah.. a. Mengajarkan tradisi dan pembekalan material. b. Mengajarkan sopan santun. c. Mendorong agar masa lalu dapat dilestarikan. commit to user d. Menuntut agar anak bertindak agresif.
perpustakaan.uns.ac.id
197 digilib.uns.ac.id
e. Membekali ilmu agama. 12. Bagian dari sastra lisan yang berisi cerita, kisah , adat istiadat, keagamaan, upacara ritual yang diwariskan secara lisan atau turun temurun disebut… a. Dongeng d. Folklore b. Mite e. Balada c. Legenda 13. Pernyataan dibawah ini yang termasuk folklore lisan adalah… a. Pakaian adat d. Aksesoris b. Puisi rakyat e. arstitektur c. Kerajinan tangan 14. Folklore mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, kecuali.. a. Pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan. b. Bersifat anonym c. Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. d. Menjadi milik bersama dari suatu kolektif tertentu. e. Bersifat merusak 15. Pertunjukan wayang dari masa prasejarah hingga masa sekarang tetap eksis. Fungsi pertunjukkan wayang pada mulanya ialah… a. Sarana hiburan masyarakat b. Pemujaan arwah nenek moyang c. Media pendidikan masyarakat. d. Ajang pertemuan masyarakat. e. Sebagai sarana berkumpulnya masyarakat. 16. Ciri utama pemikiran masyarakat yang belum mengenal tulisan dalam memaknai pengalaman masa lalunya bersifat.. a. Objektif d. Magis religius b. Subjektif e. Apatis c. Rasional 17. Salah satu cara yang dilakukan agar tradisi lisan masih tetap bertahan sampai sekarang, yaitu melalui.. a. Pencatatan d. Pendidikan b. Pewarisan e. Memori kolektif c. perekaman 18. Pemahaman tentang masa lalu yang disesuaikan dengan alam pikiran disebut.. a. Jiwa zaman d. Tradisi lisan b. Tradisi tulisan e. Oral tradition c. Religi 19. System kepercayaan yang dianut masyarakat prasejarah adalah.. commit to user dinamisme, dan totemisme a. Atheis d. Animism,
198 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Monotheis e. Percaya kepada Tuhan Yang Esa c. Hindu-Buddha 20. Kebudayaan kelompok yang diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh, disebut… a. Mitologi d. Kesenian b. Upacara adat e. Folklore c. Kepercayaan
commit to user
199 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran. 16. Dokumentasi Penelitian.
commit to user
200 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
201 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
202 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user