BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Industri pakaian terutama industri batik di Indonesia saat ini sedang mengalami kemajuan pesat dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil utama batik di dunia. Industri batik melibatkan banyak pekerja sehingga kesehatan dan keselamatan pekerja tersebut perlu diperhatikan agar tidak terjadi penyakit akibat kerja. Salah satu penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit akibat kerja atau dikenal sebagai dermatosis akibat kerja (DAK) atau dermatosis okupasional. Dermatosis akibat kerja terdiri atas dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) dan dermatosis lainnya, seperti urtikaria, folikulitis berminyak (oil acne), ulserasi, infeksi bakteri, virus dan jamur, neoplasia epidermal, dan lain-lain. Dermatitis kontak akibat kerja merupakan DAK yang paling sering terjadi. Dermatitis kontak akibat kerja sama dengan dermatitis kontak namun, terjadinya akibat paparan di tempat kerja (Diepgen & Coenraads, 1999). Dermatitis kontak akibat kerja dibagi menjadi dua tipe, yaitu dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi kulit karena paparan iritan kimia atau/dan iritan fisik tanpa melalui proses imunologis, sedangkan dermatitis kontak alergi dimediasi proses imunologis, yaitu hipersensitivitas tipe IV terhadap alergen spesifik. Dermatitis kontak iritan lebih sering terjadi daripada dermatitis kontak alergi (Stone, 2005)
1
2
Studi retrospektif 10 tahun di Singapura tahun 1989-1998 menyatakan pada 956 pasien dermatosis akibat kerja di National Skin Centre ditemukan 97.2% pasien mengalami DKAK dan kejadian DKI lebih banyak (61.2%) dibandingkan DKA (36.0%) (Goon & Goh, 2000). Suatu penelitian di Italia yang melibatkan 277 pekerja tekstil mendapatkan 187 wanita dan 90 pria menderita dermatitis tekstil dengan usia rata-rata 43.5 tahun. Presentasi klinis yang terbanyak adalah dermatitis kontak (264, 95.3%). Dari 264 pasien yang menderita dermatitis kontak didapatkan 179 pasien adalah wanita dan 85 adalah pria (Lisi et al., 2014). Studi epidemiologi di Indonesia mendapatkan 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak dan 66.3% diantaranya adalah DKI dan 33.7% adalah DKA (Hudyono dalam Indriani, 2010). Pada Januari-Maret 2010, dilakukan sebuah penelitian di pabrik sepatu di Sidoarjo, Indonesia yang melibatkan 514 pekerja dan didapatkan 39 pekerja dengan DKAK. Dari 39 pekerja terdapat 14 orang (3%) menderita DKA dan 25 orang (4.9%) DKI (Febriana et al., 2013 ; Febriana, 2015). Insidensi dermatitis akibat kerja sebesar 0.5–1.9 kasus per 1000 pekerja per tahun. Insidensi tertinggi dapat dilihat pada pekerja penata rambut (97/10.000 per tahun), pembuat roti (33/10.000) dan penjual bunga (24/10.000). Prevalensi dermatosis akibat kerja tidak bergantung pada faktor usia dan jenis kelamin, tetapi dipengaruhi oleh jenis paparan (Frosch et al., 2011). Kejadian dermatitis kontak akibat kerja di industri pakaian di negara berkembang belum banyak dilaporkan, demikian pula di Indonesia. Pakaian batik
3
merupakan suatu produk ciri khas Indonesia yang sudah dikenal di dunia dan salah satu daerah penghasil batik Indonesia adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti prevalensi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja batik di Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti di atas, maka didapatkan perumusan masalahnya, yaitu berapakah prevalensi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja batik di industri batik tradisional Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui prevalensi dermatitis kontak akibat kerja di industri batik tradisional Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui prevalensi dermatitis kontak iritan akibat kerja di industri batik tradisional Yogyakarta. b. Mengetahui prevalensi dermatitis kontak alergi akibat kerja di industri batik tradisonal Yogyakarta.
D. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian
No 1
2
Nama Pengarang Desain dan Tahun Penelitian Dermatosis L. Kusbandono, Studi analitik Akibat Kerja 1996 dengan pada Pengrajin metode potong Batik di Daerah lintang. Istimewa Yogyakarta Judul
Prevalensi Saumanurlina Dermatitis Amalia, 2010 Kontak Akibat Kerja pada Sebuah Industri Penyamakan Kulit di Magelang
Studi prevalensi dengan metode potong lintang.
Subjek Penelitian
Perbedaan
288 pengrajin batik yang bekerja 1. Dermatosis akibat kerja yang diteliti pada industri batik di Desa tidak spesifik terhadap dermatitis Wijirejo, Kecamatan Pandak kontak. Bantul, Desa Wukirsari dan Girirejo, Kecamatan Imogiri 2. Proses pengambilan data menggunakan Bantul, Kelurahan Taman serta formulir penelitian, dan pemeriksaan Kadipaten, Kecamatan Kraton klinis. dan Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron Kodya 3. Penelitian ini tidak mencakup seluruh Yogyakarta. kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. 249 pekerja bagian produksi di 1. Subjek penelitian adalah pekerja di industri penyamakan kulit di industri penyamakan kulit, yaitu PT. Magelang, Jawa Tengah, yaitu Lembah Tidar Jaya di Magelang, Jawa PT. Lembah Tidar Jaya. Tengah. 2. Penelitian ini menggunakan kuesioner Nordic, pemeriksaan fisik dan uji tempel dengan menggunakan Finn
4
chamber dengan alergen shoe series dan standard series dari Trolab Hermal. 3
Prevalensi Itrida Hadiyanti, Studi 514 pekerja bagian produksi pada 1. Subjek penelitian adalah pekerja bagian Dermatitis 2010 prevalensi sebuah industri pembuatan sepatu produksi pada sebuah industri Kontak Akibat dengan di Sidoarjo, Jawa Timur. pembuatan sepatu di Sidoarjo, Jawa Kerja pada metode potong Timur. Sebuah Industri lintang. Pembuatan 2. Penelitian ini menggunakan kuesioner Sepatu di Nordic, pemeriksaan fisik dan uji Sidoarjo tempel dengan menggunakan Finn Chamber dengan alergen standard series, shoe series, dan alergen tambahan yang diproduksi oleh Chemotechnique Diagnostics (Toronto).
4
Prevalensi Lanny Irianti Dermatitis Kuswadi, 2013 Kontak pada Pasien Usia Lanjut di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
Penelitian deskriptif atau sampling survey dengan pendekatan crosssectional.
93 orang pasien usia lanjut di 1. Subjek penelitian adalah pasien usia Poliklinik Kulit dan Kelamin lanjut di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Sardjito periode 1 RSUP Dr. Sardjito periode 1 Januari Januari 2010-31 Desember 2010 2010-31 Desember 2010 dengan dengan diagnosis dermatitis diagnosis dermatitis kontak iritan dan kontak iritan dan dermatitis dermatitis kontak alergi. kontak alergi. 2. Metode penelitian merupakan penelitian deskriptif atau sampling survey dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari data register
5
pasien Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Sardjito periode 1 Januari 2010-31 Desember 2010. 5
Clinical and Paolo Lisi, et al., Penelitian epidemiological 2014 deskriptif features of textile observasional. contact dermatitis: an Italian multicentre study
Penelitian ini menggunakan data 1. Subjek penelitian adalah pasien demografis, riwayat klinis, atopi, dermatitis tekstil yang dikonfirmasi dan reaksi positif pada uji tempel dengan hasil uji tempel positif di Italia. pada 277 pasien dari 7 unit allergological dermatology. 2. Penelitian ini menggunakan data demografis, riwayat klinis dan atopi, dan reaksi positif terhadap alergen tekstil pada pekerjaan maupun non pekerjaan.
6
7
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Diharapkan penelitian ini dapat menambah dan memperluas wawasan serta pengetahuan penulis terutama mengenai proses pembatikan dan potensinya dalam menimbulkan dermatitis kontak akibat kerja. 2. Bagi masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan menjadi pedoman bagi masyarakat yang bekerja di industri batik untuk menjaga kesehatan dan keselamatan saat bekerja sehingga angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja dapat dikurangi. 3. Bagi lembaga pekerjaan Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan menjadi pedoman untuk industri batik dalam menjaga kesehatan dan keselamatan pekerjanya sehingga angka kejadian dermatitis kontak akibat kerja dapat diturunkan. 4. Bagi lembaga pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk kepentingan ilmiah dan pendidikan khususnya pada bidang dermatitis kontak akibat kerja pada industri batik tradisional dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian berikutnya.