BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu pasti mengalami peristiwa belajar. Orang mengalami perbuatan belajar dengan sengaja dengan tujuan yang sama yaitu mengalami perubahan. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (2003), belajar adalah merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Salah satu masalah belajar adalah kurangnya motivasi belajar. Kurangnya motivasi dalam belajar dapat mengakibatkan siswa kehilangan konsentrasi (Nugroho, 2007). Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Menurut Sudarwan Danim (2004), motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendaki. Bila dilihat dari beberapa kasus masalah kurangnya motivasi belajar, yang sebagian besar dialami oleh pelajar SMP, tergambar berbagai perilaku kurangnya motivasi belajar siswa yang dampaknya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa kasus kurangnya moti-
1
vasi belajar yang dialami remaja, misalnya di Yogyakarta, siswa-siswa SMP N 2 Yogyakarta kemampuan dan minat dalam mata pelajaran bahasa Jawa terlihat menurun, mereka lebih menggenjot pada mata pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia karena keduanya menjadi syarat kelulusan dalam UN. Bisa dibilang, para pelajar tidak mempunyai kepentingan mempelajari bahasa jawa. Akibatnya motivasi dan ketertarikan mereka pun lenyap, (Kompas, 2009). Bocornya soal-soal ujian nasional (UN) di daerah Semarang mengganggu konsentrasi para siswa mengerjakan ujian. Mereka lebih percaya mengandalkan bocoran soal daripada termotivasi untuk belajar sendiri (Suara Merdeka, 2011). Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas untuk kerja dalam melakukan suatu tugas. Menurut Mc Clelland (Sutikno, 2007) “menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.” Pada saat kita melihat semangat siswa untuk belajar sungguh sangat rendah, hal itu ditandai dengan rendahnya hasil belajar pada semua mata pelajaran yang mereka pelajari. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), dorongan (drive) dan keinginan (wish). Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan di sekolah adalah
2
memberi hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman. (Djamarah dan zain, 2002). Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti berikut: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru. Menurut Maslow (Jalaludin, 2007), motivasi dibagi menjadi dua yaitu: 1) motivasi intrinsik, timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri dan, 2) motivasi ekstrinsik, timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Bila hal di atas dikaitkan dengan lingkungan akademik, beberapa hasil penelitian menunjukkan apabila motivasi belajar rendah maka kecenderungan prestasi akademik juga rendah. Berdasarkan penelitian Susan Wilhemina (2006) diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi akademik, dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,479 dengan p < 0,05. Semakin tinggi motivasi berprestasi individu maka prestasi belajar akan semakin baik. Menurut Sardiman (2001), Motivasi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Jelaslah bahwa
3
fungsi motivasi itu memberikan suatu nilai atau intensitas tersendiri dari seorang siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajarnya. Motivasi belajar yang rendah juga dialami oleh siswa SMP N 2 Pabelan. SMP N 2 Pabelan terletak dalam lingkungan pedesaan. Banyak siswa yang berjalan kaki agar sampai di sekolah, diantara mereka mengaku merasa kelelahan dan membayangkan banyak dan sulitnya pelajaran yang diberikan guru. Hal ini membuat siswa di SMP N 2 Pabelan kurang bersemangat dalam menerima pelajaran. Ini membuktikan banyak siswa di SMP N 2 Pabelan kurang termotivasi dalam belajar, terlihat ketika guru menjelaskan pelajaran, sikap siswa cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman. Apabila siswa diberi latihan soal yang agak sulit, siswa tidak mengerjakan soal tersebut dan tidak termotivasi untuk mencari penyelesaian dari soal tersebut. Siswa lebih senang menunggu guru menyelesaikan soal tersebut. Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan optimalisasi belajar siswa. Dari hasil studi awal menggunakan Skala Motivasi Belajar tentang motivasi belajar siswa SMP N 2 Pabelan dapat dilihat dalam tabel 1.1 dibawah ini:
4
Tabel 1.1
Kategori Rendah Sedang Jumlah
Jumlah 12 siswa 4 siswa 16 siswa
Persen 75% 25% 100%
Berdasarkan dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 12 siswa (75%) yang memiliki motivasi belajar rendah dan ada 4 siswa (25%) yang memiliki motivasi rendah. Berarti ada 16 siswa yang memiliki motivasi rendah. Perolehan tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang peningkatan motivasi belajar siswa di SMP N 2 Pabelan. Usaha yang perlu dilakukan guna meningkatkan motivasi belajar adalah mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa. Salah satu kegiatan dalam bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar adalah dengan bimbingan kelompok. Bimbingan membantu individu untuk lebih dapat mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004) , bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja atau orang dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan indi-
5
vidu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan normanorma yang berlaku. Sementara Bimo Walgito (2004), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitankesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Romlah, 2001) kelompok adalah dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, mengetahui dengan pasti individu-individu lain yang menjadi anggota kelompok dan masing-masing menyadari saling ketergantungan yang positif dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Tohirin (2007) bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu atau siswa melalui kegiatan kelompok. Kelebihan dari bimbingan kelompok ini adalah dapat melatih siswa untuk hidup berkelompok dan menumbuhkan kerjasama antara siswa dalam mengatasi masalah, melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain dan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan teman sebaya dan pembimbing (Winkel dan Sri Hastuti, 2004) Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar hal pent-
6
ing yang berguna untuk mengarahkan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial. Berdasarkan uraian di atas mengenai bimbingan kelompok, penulis memilih untuk menggunakan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam layanan ini teknik yang digunakan adalah kegiatan kelompok. Menurut Tohirin (2007) kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu (pada bakat dan menyalurkan dorongandorongan tertentu dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya. Dengan demikian muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Giyanti (2003) tentang meningkatkan motivasi belajar setelah mengikuti bimbingan kelompok motivasi belajar siswa kelas VII E SMP N 1 Getasan, dari hasil penelitan ini diperoleh p= 0,001 < 0,050 artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok control setelah diberi bimbingan motivasi belajar. Riyanti (2000) tentang hubungan layanan bimbingan belajar dengan motivasi belajar siswa kelas XI SMA KRISTEN 1 Salatiga, dari hasil penelitian diperoleh (rxy=0,365 **, p=0,000 < 0,001). Artinya terbukti secara empirik ada koefisien korelasi sebesar 0,365 antara layanan bimbingan belajar dengan motivasi belajar. Teki Margawati (2007) tentang meningkatkan motivasi belajar melalui bimbingan kelompok siswa kelas VIIIB SMP N 3 Tuntang, dari hasil penelitian diperoleh p=0,000 < 0,050 artinya kegiatan layanan bimbingan kelompok berhasil meningkatkan motivasi belajar.
7
Berdasarkan pendapat di atas penulis memilih menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok. Dengan teknik kegiatan kelompok memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan dalam kelompok yang dapat membantu siswa termotivasi dan memiliki rasa tanggung jawab, misalnya memiliki rasa tanggung jawab terhadap kebutuhan kelompok ,dan dalam hal itu ia termotivasi untuk mencari penyelesaian dari masalah dalam kelompok. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan, Kabupaten Semarang, Tahun Ajaran 2011/2012.”
1.2. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: Adakah peningkatan yang signifikan dalam motivasi belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan Kab.Semarang tahun ajaran 2011/2012 melalui bimbingan kelompok .
8
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk : Untuk mengetahui signifikansi peningkatan motivasi belajar melalui bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Pabelan, Kabupaten Semarang, Tahun Ajaran 2011/2012.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik sevara teoritik maupun praktis, sebagai berikut: a. Manfaat Teoritik 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang meningkatkan motivasi belajar melalui kegiatan bimbingan kelompok. Sehingga dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini. 3. Sebagai sumbangan bagi perkembangan motivasi belajar dan upaya meningkatkannya melalui bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok.
9
b. Manfaat Praktis 1. Bagi Sekolah Manfaat bagi sekolah dari penelitian ini dapat memberikan masukan, informasi, dan diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan teknik kegiatan kelompok. 2. Bagi Siswa Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dapat meningkat setelah diberi layanan bimbingan kelompok motivasi belajar, maka dari itu layanan bimbingan kelompok motivasi belajar dapat bermanfaat bagi perkembangan siswa sehingga siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan pribadi dan lingkungan dan siswa dapat merumuskan rencana hidupnya secara detil dan memahami peranan motivasi belajar dalam pencapaian suatu kesuksesan atu keberhasilan yang diinginkan.
1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang meliputi: Bab I. Pendahuluan. Berisi : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian dan Sistematika penulisan. Bab II . Kajian teori. Berisi: Pengertian motivasi belajar, Ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi belajar, Jenis- jenis motivasi belajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, Pengertian bimbingan , Pengertian ke-
10
lompok, Pengertian bimbingan kelompok , Tujuan bimbingan kelompok, Teknik-teknik bimbingan kelompok (kegiatan kelompok) , Langkah-langkah bimbingan kelompok (kegiatan kelompok), Operasionalisasi layanan bimbingan kelompok, Kajian hasil penelitian, Hipotesis. Bab III . Metode Penelitan, Berisi : Jenis penelitian, Pengertian populasi dan sampel, Variabel penelitian, Definisi operasional , Metode pengumpulan data, Teknik analisis data. Bab IV. Hasil Penelitian. Berisi: Gambaran lokasi penelitian, Diskripsi Sampel, Diskripsi variabel, yaitu: Bimbingan kelompok dan Motivasi Belajar. Bab V. Penutup. Berisi: Kesimpulan dan Saran.
11