BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan progresif yang
berkelanjutan (sustained progressive change) untuk mempertahankan kepentingan individu atau komunitas melalui pengembangan, intensifikasi dan penyesuaian terhadap pemanfaatan sumber daya (Shaffer et al dalam anonim, 2004). Dalam hal ini pembangunan berarti penigkatan kapasitas untuk bertindak (capacity to act), berinovasi dan menghadapi keadaan yang berbeda (Leichtesein dan Lyons dalam anonim, 2001). Pemanfaatan sumber daya alam, baik secara intensif maupun ekstensif, tidak akan menimbulkan kerusakan hanya apabila persyaratan pemanfaatan dan kekuatan-kekuatan alami sumber daya ala keduanya berlangsung secara proposional satu sama lain. Dalam kenyataanya banyak bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang mengabaikan azaz tersebut. Banyak penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kesesuaian dengan kapasitas tapak (site-unsuitable land use) atau banyak pula pemanfaatan berlebihan yang tidak cocok (non adapted over exploitasion). Bentuk-bentuk pemanfaatan lahan seperti itu berpeluang besar terjadinya degradasi lahan atau sumber daya dan selanjutnya menghasilkan lahan-lahan kritis. Pengelolaan sumber daya alam yang telah menyebabkan terjadinya lahan kritis salah satunya dari kegiatan pertambangan. Kawasan areal tambang timah dan bahan galian lainya, sekarang ini telah menjadi lahan-lahan terbuka,
1
berlubang menganga dengan kandungan bahan organik yang rendah. Lahan-lahan eks areal pertambangan timah, biji besi, pasir kwarsa dan lain-lain menjadi lahan kritis yang tidak produktif. Kabupaten Belitung Timur merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang meninggalkan lahan kritis akibat dari kegiatan pertambangan timah. Atas pertimbangan di atas maka Badan Lingkungan Hidup Daerah yang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Belitung Timur di bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Badan Lingkungan Hidup Daerah mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan dan melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam bidang pengendalian dampak lingkungan hidup. Maka dari itu Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Belitung Timur bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada melakukan kajian ilmiah terhadap kmungkinan memanfaatkan lahan kritis eks kegiatan pertambangan dan lahan kritis dalam kawasan hutan (Anonim, 2009). Dalam upaya memberikan contoh
nyata pembenahan tapak rusak eks tambang maka perlu dilakukan
beberapa uji yang dirancang dalam skema demontrasi plot (demplot). Pembangunan demplot ini diharapkan jadi rujukan pengembangan revegetasi produktif eks tambang yang ada di kabupaten Belitung Timur. Lahan reklamasi di Demplot sebelumnya merupakan hutan Negara yang berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukan Kawasan Hutan menjadi bukan kawasan hutan atau disebut Areal Penggunaan Lain (APL). Kawasan APL tersebut tidak ada kaitan dan ijin pertambangan maka dari itu pertambangan yang terjadi dikawasan tersebut adalah tidak memiliki ijin atau liar.
2
Penambangan timah secara liar tersebut dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan alat-alat berat (Konvensional). Lahan bekas tambang yang dibiarkan menyebabkan terjadinya degradasi lahan atau sumber daya dan selanjutnya menghasilkan lahan-lahan kritis. Lahan kritis yang dibiarkan tanpa ada upaya pemulihan menyebabkan kesuburan tanah menurun, struktur tanahnya rusak, penurunan tingkat keasaman (pH) dan suhu yang sangat ekstrim. Untuk itu perlu dilakukan reklamasi untuk memperbaiki kondisi lahan yang kritis dan mengkondisikan lahan menjadi cocok untuk ditanami. Teknologi revegetasi ini menjadi penting dan mendesak untuk diformulasikan karena sejalan dengan paradigma baru di era global yaitu tekno – ekonomi, teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Implikasi paradigm ini adalah terjadinya proses transisi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya ( Resource Base Economy) menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Based Economy/KBE). Pada KBE kekuatan bangsa diukur dari kemampuan iptek sebagai factor primer ekonomi menggantikan modal, lahan dan enrgi untuk peningkatan daya saing. Demplot Revegetasi Lahan Eks Tambang ini secara utuh dirancang dalam rencana strategis Belitung Timur sebagai pusat pembelajaran rehabilitasi lahan kritis pasca tambang. Oleh karena itu inisiasi pembangunan demplot meibatkan partisipasi aktif para pihak (masyarakat/petani penggarap demplot, pemerinta desa, Pemerintah Daerah, pihak legislatif/DPRD, penyuluh lapangan dan pihakpihak lain). Dengan harapan demplot ini akan menumbuh kembangkan sense of
3
belonging atas usaha bersama untuk membangun rehabilitasi produktif pasca tambang di Belitung Timur. Maksud dan tujuan pembangunan Demplot Revegetasi Lahan Eks Tambang di Kabupaten Belitung Timur adaah sebagai berikut : a. Merancang demplot Revegetasi Lahan Eks Tambang dengan membuat beberapa model pertanaman agroforestri intensif berbasis MLP (multi player production) sebagai percontohan bagi kegiatan reklamasi bekas tambang untuk menigkatkan daya dukung kawasan hutan di Kabupaten Belitung Timur. b. Membangun demplot Revegetasi Lahan Eks Tambang dengan menanam dan mengidentifikasi jenis-jenis pohon potensial yang dapat diintroduksikan dalam bentuk silvikultur MLP sebagai bagian dari kerangka pengembangan pola pertanian kehutanan untuk meningkatkan produktivitas dan daya dukung kawasan. c. Menginisiasi keterlibatan masyarakat dalam demplot dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam reklamasi lahan bekas tambang melalui memberdayakan potensi masyarakat dengan pembentukan unit-unit kelola reklamasi yang didasarkan atas kelembagaan yang berkembang di masyarakat, serta penigkatan produktivitas usaha pertanian. d. Mempersiapkan transfer teknologi, sistem pelatihan dan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk Pusat Informasi Agroklinik dan Pusat Pembelajaran Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Sasaran dalam program ini adalah pemberdayaan masyarakat penambang sebagai dasar pembentukan kelembagaan pengelolaan hutan rakyat untuk peningkatan
4
daya dukung kawasan Belitung Timur yang bersifat lokal spesifik, produktif, dan lestari. 1.2
Permasalahan Adaptasi tumbuhan pada suatu tapak yang baru memerlukan suatu proses
fisiologis yang selanjutnya diekspresikan dalam bentuk pertumbuhan dan kesehatan fisik. Bentuk pertumbuhan ditunjukan dalam bentuk perkembangan fisik (dimensi) dan indikator proses (kesehatan tajuk). 1.3
Tujuan Penelitian Mengetahui seberapa besar persen hidup dan kesehatan tanaman pada
kegiatan reklamasi lahan bekas tambang timah dari beberapa parameter yang diukur. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat diketahui
informasi atau data-data mengenai persen hidup dan kesehatan tanaman reklamasi lahan bekas tambang timah di Demplot ( Demontrasi Plot ) Desa Lenggang Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur. Untuk digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan reklamasi selanjutnya.
5