PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan Nasional Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan selumh rakyat Indonesia, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan n~akrnursecara merata materiil dan spirituil. Berdasarkan ha1 tersebut berarti seluruh masyarakat berhak menjadi pelaku dan berhak mendapat manfaat dari hasil-llasil pembangunan.
Namun kebijakan pembangunan di masa lalu yang
n~ernprioritaskan pertumbuhan ekonomi sebagai lokomotif pe~nbangman, cenderung tnengabaikan ha1 tersebut. pemtmbuhan ekonomi
Pendekatan yang berorientasi pada
berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan
pada sektor-sekor: kelompokiindividu, atau wilayah yang dapat memberi permmbuhan yang tinggi.
Sebagai
akibat
dari pemusatan perhatian
pembangunan ini adalah terjadinya polarisasi geografis alokasi investasi yang rnendorong ketirnpangan
pembangunan antar wilayah melalui pengaruh
aglomerasi lokasi industri
di tempat yang merniliki keuntungan kompetitif,
nlisalnya di daerah perkotaan (urban bias). -rrrbun bias' tersebut
Kebijakan
pembangunan yang
tidak menguntungkan bagi masyarakat pedesaan yang
mempakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia.
Sektor pertanian yang
nlempakan sektor basis di wilayah pedesaan juga ikut dimgikan oleh kebijakan pembangunan tersebut yang bias kota tersebut.
Kebijakan pembangunan pada masa lalu tersebut telah menyumbang kepada terjadinya krisis moneter di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang
kemudian menjalar
menjadi krisis ekonomi
yang terburuk yang dialami
sepanjang sejarah pembangunan Indonesia. Krisis ekonomi yang ditandai dengan lesunya dunia usaha, telah menyebabkan
meningkat tajamnya angka
pengangguran karena banyak pengusaha yang bangkrut dan terpaksa mem-PHK karyawan-kalyawannya. Kondisi ini terjadi tidak hanya terbatas pada wilayah juga banyak menimpa di wilayah pedesaaan, sehingga
perkotaan, tetapi
menyebabkan jumlah masyarakat miskin menjadi semakin meningkat tajam. Krisis ini telah menjalar menjadi h s i s sosial dan politik, karena penurunan tingkat kesejahteraan disertai dengan tingginya kesenjangan tingkat kehidupan diantara kelompok-kelompok
masyarakat yang menimbulkan keresahan-
keresahan, sehingga pada akhimya memicu kepada terjadinya peningkatan angka knminalitas dan kerusuhan-kerusuhan sosial. Jika kondisi ini tidak cepat ditangani dengan baik, maka akan menimbulkan
dampak-dampak yang lebih
besar dan meluas yang akan mengancam pada stabilitas nasional karena akan mengarah kepada tejadinya disintegrasi bangsa
Masyarakat kecil yang miskin merupakan paling
menderita
akibat
Penurunan
lampau, menjadi
masyarakat yang
terkena dampak krisis, karena
sebelum krisis yang miskin akibat kurang pada masa
lapisan
semakin
tersentuh manfaat
dengan kondisi pembangunan
miskin dengan terjadinya knsis.
tingkat kesejahteraan bagi masyarakat miskin
adalah
sama
dengan penurunan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu berupa kebutuhan pangan, sandang dan papan. rnereka
hanya
Dengan terjadinya krisis,
dapat mengalokasikan pendapata~ya untuk
memenuhi
kebutuhan dasar, sehingga tidak ada yang dapat ditabung untuk kegiatan investasi yang memungkinkan adanya peningkatan ekonomi.
Untuk itu, upaya
penanganan kondisi krisis perlu diprioritaskan pada upaya pengentasan kemiskinan, terutama di wilayah pedesaan, dengan memperhatikan permasalahanpermasalahan
dan kendala-kendala masyarakat kecil dalam meningkatkan
kesejahteraamya.
Sektor pertanian mempunyai peran yang besar dalam di wilayah pedesaan, karena besamya potensi dan ketergantungan yang tinggi masyarakat terhadap sektor ini. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan di wilayah pedesaan tidak terlepas dari upaya pencapaian kemajuan pertanian. Untuk mencapai kemajuan dalam pembangunan pertanian diperlukan identifikasi sumber-sumber pokok kemajuan pertanian dan menciptakan kondisi-kondisi dasar yang &pat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan utama tersebut. Menurut Todaro (1999), sumber kemajuan pertanian berskala kecil adalah:
(1)
Kemajuan
teknologi dan inovasi; (2) Kebijakan ekonomi yang tepat; dan (3) kelembagaankelembagaan sosial yang tepat. Oleh karena itu, untuk mendukung kemajuan pertanian tersebut diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai benkut: (1) Modemisasi struktur usaha tani dalam rangka memenuhi permintaan bahan pangan yang semakin meningkat; (2) Penciptaan sistem penunjang yang tepat; dan (3) Perubahan kondisi sosial pedesaan guna memperbaiki taraf hidup masyarakat pedesaan.
Meskipun sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor ekonomi yang tidak mengalami depresiasi pada masa krisis, tetapi dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, sektor ini tidak mampu menampung seluruh tenaga kerja di pedesaan dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Untuk itu, upaya pengentasan kemiskinan di wilayah pedesaan, selain dilakukan dengan upaya mendorong produktivitas pertanian juga perlu
dilakukan dengan upaya lain seperti menciptakan
komplementer
lapangan kerja
sektor pertanian clan pemberdayaan wanita dalam kegiatan
ekonomi.
Upaya penciptaan lapangan kerja komplementer bagi sektor pertanian dan pemberdayaan wanita dalam kegiatan ekonomi sangat diperlukan dalam meningkatkan pendapatan keluarga masyakat miskin, yang dapat digunakan untuk perbaikan kesehatan, gizi dan pendidikan anak. Sehingga pada gilirannya, upaya tersebut dapat memperbaiki human capital
dan social capital
yang akan
menyumbang pada pertumbuhan ekonomi wilayah. Hal ini didasari bahwa kaurn wanita yang selama ini sering terabaikan dalam proses pembangunan, dapat berperan ganda sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah. Kenyataan menunjukkan bahwa pada beberapa wilayah Indonesia, wanita mampu mencari nafkah dan menghidupi keluarga.
Bahkan jika wanita mempunyai
pendapatan, mereka mampu mengalokasikannya untuk kepentingan keluarga dalam peningkatan mutu kesehatan, gizi dan pendidikan anak-anak.
Untuk itu,
dalam rangka pembangunan wilayah pedesaaan dipandang penting dan strategis upaya pemberdayaan wanita pedesaan melalui perbaikan human capital wanita,
sehrngga dapat menunjang pembangunan ekonomi wilayah. Dengan perbaikan produktivitas kaum wanita akan dapat menyumbang kepada pertunbuhan ekonomi, meningkatkan efisiensi dan mengurangr jurnlah masyarakat miskin yang merupakan kunci keberhasilan pembangunan.
Namun disadari, bahwa dalam perwujudan strategi pembangunan pedesaan tersebut terdapat kendala-kendala, terutama karena petani di wilayah pedesaan pada umumnya adalah petani dengan kepemilikan lahan yang sempit (dibawah 0.5 ha) atau bahkan tidak mempunyai lahan sama sekali. Dalam kondisi tersebut, petani miskin tidak mempunyai akses kepada sumberdaya keuangan (modal), karena pada umumnya lembaga keuangan mensyaratkan adanya agunan. Disamping itu, masyarakat miskin pada umumnya mempunyai pendidikan dan produktivitas yang rendah, sehingga lembaga keuangan menghadapi resiko yang tinggi jika menyalurkan dananya kepada mereka.
Hal tersebut mendorong
masyakat kecil terpaksa hams terjerat oleh lembaga keuangan non formal seperti pelepas uang (rentenir) yang mengenakan bunga yang tinggi. Oleh karena itu, untuk menolong masyarakat kecil dalam meningkatkan kesejahteraannya, perlu dilakukan dengan membuka akses mereka kepada sumberdaya finansial. Penelitian Sariwulan (1999) tentang perkreditan di wilayah pedesaan di wilayah Bogor rnenunjukkan bahwa masyarakat kecillmiskin yang diberi kredit dengan tingkat bunga pasar (tanpa subsidi) dapat meningkatkan kesejahteraannya dan mampu mengembalikan kredit yang diberikan, asal dipersiapkan lebih dahulu melalui sistem pemberdayaan yang sesuai.
Mengingat besarnya potensi pemberdayaan wanita dalam pencapaian tujuan pembangunan yang merata dan menyumbang pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, maka penelitian ini diarahkan untuk mengdentifikasi baga~manadan apa manfaat dari pemberdayaan wanita melalui pemberian kredit mlkro terhadap perbaikan kesejahteraan dan human capital pada masyarakat miskin di pedesaan.
Perumusan Masalah Dari uraian dlatas dapat dilihat bahwa pemberdayaan wanita pedesaan kearah perbaikan human capital sangat penting dan strategis dalam pengembangan
wilayah pedesaan,
karena dapat menyumbang kepada
pertumbuhan, meningkatkan efisiensi dan mengurangi kemiskinan.
Upaya
pemberdayaan wanita dalam kegiatan ekonomi akan menghadapi kendalakendala karena pada dasamya terdapat diskriminasi gender terhadap peran wanita baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dalam
keluarga,
terdapat disknminasi kultural yang mengarahkan wanita hanya sebagai pengurus rumah dan anak,
sehingga wanita mempunyai peran yang terbatas dalam
pengambilan keputusan keluarga. menghadapi
Dalam lingkungan masyarakat,
wanita
diskriminasi dalam pasar tenaga keja yang mempersempit
kesempatan keja dan memandang rendah produktifitas tenaga keja wanita. Adanya diskriminasi gender ini menyebabkan wanita mempunyai akses yang lebih terbatas terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap sumberdaya modal serta kesempatan lainnya, sehingga menyebabkan produktivitas wanita masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan pria.
Adanya kerangka
pemikiran bahwa perbaikan produktivitas kaum wanita akan dapat menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi, meningkatkan efisiensi dan mengurang jumlah rnasyarakat miskin, rnenekankan akan perlunya pemberdayaan wanita dalam pembangunan ekonomi.
Untuk itu,
dalam rangka pembangunan wilayah
pedesaaan dipandang penting dan strategis upaya pemberdayaan wanita pedesaan rnelalui
perbaikan human capital wanita, sehingga dapat menunjang
pembangunan ekonomi ~vilayah. Dalam ha1 ini, upaya pembangunan perlu diarahkan pada penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan wanita untuk menikmati kehidupan yang lebih baik dan sekaligus memperluas pilihan yang dapat dilakukan, inisalnya
melalui
kesempatan kerja baik dalam sektor
pertanian maupun komplementernya dan perbaikan akses terhadap sumberdaya modal, lahan garapan, dan input produksi serta penyuluhan bagi wanita.
Menurut Sumodiningrat (1997), pada setiap upaya pemberdayaan baik yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, maupun pihak yang peduli kepada masyarakat, upaya itu hams dipandang sebagai sebuah pemacu untuk menggerakkan kegiatan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, upaya -upaya tersebut paling tidak hams memuat lima ha1 pokok, yaitu: ( I ) bantuan dana sebagai modal usaha; (2) pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan sosial ekonomi rakyat; (3) penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi barang dan jasa masyarakat; dan (5) penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat.
Sehubungan dengan ha1 tersebut, upaya
pemberdayaan wanita perlu dilakukan terutama melalui perbaikan akses kaum wanita terhadap sumberdaya modal.
Dalam rangka membuka akses kaum wanita terhadap sumberdaya modal, di wilayah Kabupaten Bogor
telah didirikan kelembagaan-kelembagaan
keuangan Altematif yang merupakan replikasi dari Pola Kredit "Grumeen Bank" yang memprioritaskan kredit untuk kaum wanita. adalah 'Karya Usaha Mandiri' yang
Salah satu kelembagaan ini
telah diimplementasikan di Kecamatan
Nanggung atas kejasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, dengan Asian and Pasific Development Centre
(APDC) dan Institut Bankir Indonesia (IBI).
Sistem Perkreditan KUM
merupakan replikasi dari pola kredit 'Grameen Bank' (berarti Bank Desa, yang dikembangkan di Bangladesh untuk melayani masyarakat miskin) yang telah disesuaikan pelaksanaannya di
Indonesia.
Selain KUM, kelembagaan
perkreditan lain di wilayah pedesaan Bogor yang merupakan replikasi dari
Grameen Bank adalah "Yayasan Bina Insani Bhakti Mulia'.
Paket kredit yang
diberikan melalui kelembagaan ini disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masyarakat miskin, agar mereka mampu meningkatkan pendapatan dan sekaligus mampu dipercaya karena dapat mengembalikan kredit dengan disiplin.
Paket
kredit yang diberikan oleh lembaga perkreditan tersebut diutamakan untuk wanita, karena berdasarkan pengalaman pelaksanaan kredit Grameen Rank baik di negeri asalnya Bangladesh maupun replikasinya di Malasyia, ternyata nasabah wanita lebih mampu dalam ha1 kedisiplinan mengembalikan kredit dan secara nyata dapat meningkatkan pendapatan keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan pria. Dari penelitian Sariwulan (1999) juga menunjukkan ha1 serupa, yaitu pengembalian kredit nasabah KUM yang didominasi oleh nasabah wanita mempunyai tingkat kelancaran pengembalian kredit yang tertinggi dibandingkan
nasabah bank perkreditan desa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa program pemberdayaan masyarakat khususnya kaum wanita sangat layak dikernbangkan untltk meningkatkan kesejahteraan keluarga terutama pada kalangan masyarakat miskin.
Dari
uraian
permasalahan
diatas dapat dirurnuskan
beberapa
petmasalahan-
yang berkaitan dengan pemberdayaan sumberdaya wanita di
pedesaan adalah sebagai berikut: 1. Hagaimana keterkaitan antara tingkat perekonomian dengan kapasitas /zuman
cup~ralwilayah?
2. Bagaimana
petmasalahan-permasalahan
yang
dihadapi
dalam
upaya
pemberdayaan wanita? 3
Bagaimana mekanisme pemberdayaan wanita melalui kredit mikro?
4. Bagaimana manfaat pemberdayaan wanita melalui
kredit mikro terhadap
pendidikan anak, kontribusi pendapatan istri, dan alokasi waktu wanita dalam mencari nafkah? 5 . Bagaimana pengaruh pemberdayaan terhadap tingkat pendapatan keluarga
dan apa saja yang berperan dalam menentukan tingkat pendapatan tersebut?
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat bagaimana potensi lembaga keuangan alternatif dalam upaya pemberdayaan wanita kearah perbaikan Iturnan capital dalam menunjang pengembangan ekonomi wilayah. khusus penelitian ini bertujuan untuk:
Secara
1. Menggali keterkaitan antara tingkat perekonomian dengan kapasitas human
t:apifalwilayah. 2. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam upaya pemberdayaan
wanita. 3. Mengidentifikasi mekanisme pemberdayaan wanita melalui kredit mikro.
4. Menganalisis manfaat pemberdayaan wanita melalui kredlt mikro terhadap
pendidikan anak, kontribusi pendapatan istri, dan alokasi waktu wanita untuk mencari nafiah. 5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang potensi pemberdayaan kaum wanita pedesaaan dalam meningkatkan kesejahteraan di wilayah pedesaan. masukan
dalam
Selanjutnya hasil penelitian ini dlharapkan dapat menjadi penentuan kebijakan-kebijakan pembangunan, terutarna
pembangunan di wilayah perdesaan ke arah pembangunan yang berkeadilan sosial yang menyumbang pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kerangka Pemikiran Pembangunan Nasional menurut paradigma yang baru bertujuan untuk mencapai pemerataan yang menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pada masa lalu, kebijakan pembangunan nasional yang dijiwai oleh paradigma lama mengedepankan pengejaran pertumbuhan ekonomi, dan cenderung mengabaikan pemerataan sosial. Sebagai akibatnya, masyarakat kecil dan miskin yang merupakan masyarakat mayoritas penduduk Indonesia tidak
tersentuh oleh inanfaat pembangunan. perlumbuhan ekonomi
Pada awalnya, strateg pencapaian
dimaksudkan sebagai lokomotif pembangunan, yang
selanjutnya dapat mencapai pemerataan sosial melalui pengaruh penetesan kebawah (trickle
down effect). Tetapi kenyataannya pengaruh penetesan ke
bawah tidak terjadi. Hal ini melandasi pemikiran Bunch (1991) sampai pada suatu kesimpulan bahwa untuk mencapai tujuan pemerataan sosial kepada sasaran yang dituju (masyarakat miskin), maka kita hams
mengarahkan strategi
pembangunan yang menyentuh mereka secara langsung. Artinya, kalau kita ingin membantu masyarakat yang miskin, kita harus membantunya secara langsung. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembangunan yang merata, strategi pembangunan yang perlu dilakukan adalah strategi yang menyentuh langsung masyarakat kecil dan miskin sebagai sasaran pembangunan.
Masyarakat pedesaan pada umumnya terdiri dari petani-petani atau pedagang-pedagang kecil, yang mempunyai kepemilikan asset lahan yang terbataslsempit.
Dengan kondisi tersebut, upaya peningkatan kesejahteraan
yang mungkin dapat dilakukan adalah melalui penciptaan lapangan usaha yang tidak berbasis pada sumberdaya lahan yang disertai perbaikan akses terhadap sumberdaya modal. Pemberdayaan wanita juga mempakan salah satu bentuk upaya pengentasan kemiskinan yang sesuai, karena sumberdaya wanita mempunyai
kemampuan
untuk
menghasilkan
pendapatan
sekaligus
mengalokasikan pendapatan tersebut untuk memperbaiki kesejahteraan keluarga melalui perbaikan mutu kesehatan dan pendidikan yang pada gilirannya akan memperbaiki kapasitas human capital.
Mengingat besamya potensi wanita dalam pembangunan, maka dipandang penting dan strategis upaya pemberdayaan wanita melaui peningkatan peran sert:mya dalam pelaksanaan pembangunan.
Salah satu wujud pemberdayaan
wanita dalam pembangunan adalah melalui pemberian kredit mikro, yang dapat meningkatkan partisipasi wanita dalam pembangunan ekonomi.
Dengan
kemudahan wanita terhadap akses wanita terhadap sumberdaya modal, akan memberi kesempatan wanita untuk dapat meningkatkan kesejahteraan bagi keluarganya, terutama dalam ha1 perbaikan gizi, kesehatan dan pendidikan anak. Upaya pemberdayaan wanita melalui pemberian kredit mikro diharapkan akan berdampak positif dalam perbaikan human capital baik untuk wanita itu sendiri maupun keluarganya.
Perbaikan human capital ini sangat penting, mengingat
perbaikan ekonomi sangat terkait dengan kualitas sumberdaya manusia sebagai pelaku pembangunan.
Untuk melihat keterkaitan antara tingkat perekonomian
d e n g n kapasitas human capital suatu wilayah dapat dilakukan dengan melihat
karakteristik-karakteristik wilayah-wilayah propinsi Indonesia berdasarkan indikator-indikator tingkat perekonomian dan kapasitas human capital wilayah, seperti angka melek huruf, angka harapan hidup, lamanya sekolah, Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan Gender (lDG), sumbangan pendapatan Pna dan Wanita.
Analisis Cluster mempakan metode yang dapat
digunakan untuk mengelompokkan wilayah-wilayah berdasarkan karakteristiknya.
Dengan
wilayah; akan dapat dilihat
mempelajari
karakteristik
keterkaitan antara
kedekatan
masing-masing
peubah-peubah
Yan&
diamati. Analisis Cluster didahului dengan Analisis Komponen Utama, yang bertujuan untuk meringkaslmenyederhanakan peubah-peubah yang diamati, dan
dilengkapi dengan Analisis Analisis L)rskrrn2mun, untuk mengetahui faktor pembeda antar masing-masing kelompok wilayah.
Kelembagaan keuangan pedesaan yang memprioritaskan pemberdayaan wanita telah dicoba dimplementasikan di Indonesia.
Salah satu wilayah yang
dijadikan sebagai pilot project adalah Kabupaten Bogor. Kelembagaan tersebut adalah "Karya Usaha Mandiri" yang merupakan kaji tindak (action reseurch) Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian bekejasama dengan Asia Pacific Development Center (APDC) dan Institut
Bankir Indonesia (IBI).
Selain KUM, kelembagaan serupa adalah
"Yayasan Bina Insan Bhakti Mulia" yang mengimplementasikan pola kredit "Grameen Bunk".
Skim kredit yang diberikan kedua kelembagaan mempunyai
tiga prinsip utama, yaitu: (1) tidak memerlukan jaminan
dan
penjamin;
(2) peminjam dikenakan biaya administrasi; (3) apabila peminjam meninggal, ahli waris tidak diwajibkan mengembalikan sisa kredit. tersebut,
diharapkan
Dengan prinsipprinsip
kelembagaan keuangan tersebut dapat menjangkau
masyarakat miskin, dan menumbuhkan kepercayaan din masyarakat kecil bahwa mereka mampu dipercaya menerima kredit
dan dapat meningkatkan
kesejahteraan keluarga diatas kemampuan sendiri. Untuk melihat bagaimana upaya pemberdayaan wanita
melalui Pola Kredit "Grumeen Bunk", dapat
dilakukan dengan studi terhadap mekanisme pemberdayaan wanita
yang
dilaksanakan oleh KUM dan YBIBM, terutama ditekankan pada pendekatanpendekatan yang dilakukan kedua lemhaga tersebut dalam menyalurkan kredit.
Adanya pemberdayaan wanita akan meningkatkan aktivitas wanita dalam kegiatan mencari nafkah dan meningkatkan kontribusi wanita terhadap pendapatan keluarga. Oleh karena itu, dalam penelitian ini adanya pemberdayaan wanita melalui pemberian kredit mikro dilihat dengan membandingkan alokasi waktu mencari nafiah dan kontribusi pendapatan wanita antara nasabah kredit mikro dan non nasabah. Dan manfaat program pemberdayaan akan tercermin dalam pencapaian tujuan program, yang antara lain berupa perbaikan human capital
yang tercermin dalam partisipasi pendidikan anak dan perbaikan
pendapatan keluarga.
Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan keluarga dapat dilakukan dengan analisis regresi berganda terhadap peubah-peubah yang mempengaruhi tingkat pendapataan. Selain keterlibatan wanita dalam kredit mikro, ada banyak faktor lain yang diduga mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga, diantaranya adalah lokasi kecamatan, urnur suami, urnur istri, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan suami, pendidikan istri, jenis usaha yang dijalankan, jumlah anggota keluarga yang mencari nafkah, akses kepada sarana transportasi, pasar dan ibukota kecamatan, kepemilikan asset lahan dan sebagainya. Mengingat peubah-peubah
dugaan tersebut banyak yang
bersifat data kuaktatif, maka untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) Analisis
Kuant~fikasi Hayashi I, yang pada dasamya adalah merupakan analisis regresi
berganda, tetapi dengan peubah terikat berupa data kuantitatif, sedangkan peubah penjelas berupa data kualitatif; (2) Analisis Regresi Berganda, dengan cara menjadikan peubah dummy b a g peubah-peubah dugaan yang bersifat kualitatif. Mengingat indikasi adanya gejala multikolinearitas maka sebelum dilakukan
analis~stersebut, dilakukan lebih dahulu analisis komponen utama terhadap peubah-peubah yang berupa data non kategori. Nilai skor Komponen uta~nayang dihasilkan, bersama dengan peubah dummy, digunakan sebagai peubah-peubah yang diuji dalam anal~sisregresi berganda.
Hipotesis Penelitian Untuk menzarahkan penelitian dengan tujuannya, maka diajukan hipotesis-hipotesis sebagai berikut: I . Ada keterkaitan antara tingkat perekonomian dengan kapasitas lzunzur~cupital. 2. Ada mekanisme khusus dalam upaya pemberdayaan wanita.
3. Prmberdayaan wanita pedesaan melalui kredit mikro memberi peluang bagi wcanita untuk berpartisipasi dalam upaya pembangunan dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya pemberdayaan tercermin dari adanya kegiatan wanita dalam mencari n a W , alokasi waktu wanita &lam rnencari nafkah dan kontribusi wanita terhadap pendapatan keluarga.
4. T~ngkatkesejahteraan keluarga nasabah kredit mikro lebih baik dibandingkan keluarga non nasabah, karena adanya kontribusi wanitalibu rumah tangga terhadap penghasilan keluarga.
Tingkat kesejahteraan tersebut tercermin
dalam partisipasi sekolah anak, alokasi pendapatan terhadap pengeluaran untuk makanan, dan tingkat pendapatan keluarga. Secara garis besar, kerangka penelitian ini dapat digambarkan seperti dalam Gambar 1. berikut:
masyarakat, termasuk
Penin&aran kesempatan wanita untul. berusaha
r1s Keterhtan antara Tinght Perekonomian dengan Kesetaraan jender dan Kualitas SDM Analisis Deskriptif terhadap Pennasalahan dan Mekanisrne Pemberdayaan Wanita pada \{as\-arkat Miskin .4n&sis Komparatif Tigliat
Pola Pemberdayaan w-anita kearah perbaikan Human
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian