BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral yang terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud
derajat
kesehatan
masyarakat
yang
optimal.
Keberhasilan
pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. 1 International Conference on Popullation and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo menyatakan adalah hal yang sangat penting bagi setiap negara untuk memperhatikan
masalah
kesehataan
salah
satunya
kesehatan
reproduksi.
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas masyarakat di berbagai bidang yang pada akhirnya akan mendorong pembangunan suatu bangsa dan negara. 2 Myoma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang saat ini sering dijumpai dan insidensnya terus mengalami peningkatan.3 Myoma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya.4 Myoma uteri merupakan salah satu tumor ginekologi yang paling sering terjadi dan ditemukan pada 30% wanita usia reproduktif.5 Pertumbuhan sel myoma uteri membutuhkan waktu yang lama tetapi progresif. Hampir separuh kasus myoma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologi, hal ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
banyak wanita yang menderita myoma uteri asimtomatik.4 Diperkirakan hanya 20%50% dari penderita myoma uteri yang menunjukkan gejala klinik seperti menoragia, ketidaknyamanan pelvis, serta disfungsi reproduksi. 6 Myoma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas. Pengobatannya dapat dilakukan dengan radioterapi, miomektomi, histerektomi. Di Amerika, myoma uteri merupakan alasan utama orang melakukan histerektomi (pengangkatan seluruh uterus) dengan prevalens rate myoma uteri 10-20% penduduk wanita.7 Jung JK di Mokpo St. Columban`s Hospital Korea periode 1992-1996 melaporkan 282 kasus myoma uteri dari 1.371 kasus ginekologi (proporsi 20,7%). 8 Histerectomy Surveilance di Amerika tahun 1994-1999 melaporkan 1.361.786 kasus myoma uteri dari 3.525.237 wanita yang melakukan histerektomi (proporsi 38,6%).9 The National Center for Chronic Disesase Prevention and Health Promotion di Amerika Serikat melaporkan pada tahun 2000 proporsi myoma uteri pada pasien histerektomi 44,2% dan 38,7% pada tahun 2004.10 Penelitian Borgfelt (2000) di Swedia melaporkan 18 kasus myoma uteri dari 335 wanita usia 25-40 tahun (prevalens 5,4%).11 Penelitian Lauren Wise terhadap wanita kulit hitam (2001) di Amerika melaporkan 2.279 kasus myoma uteri dari 22.895 penduduk wanita (prevalens 9,9%).12 Penelitian Lefebvre (2003) di Kanada melaporkan 75% wanita yang melakukan histerektomi disebabkan karena myoma uteri.5 Penelitian Marino (2004) di Italia melaporkan 73 kasus myoma uteri dari 341 wanita usia 30-60 tahun (prevalens 21,4%).13 Penelitian Boyton (2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus myoma uteri dari 827.348 wanita usia 25-42 tahun
Universitas Sumatera Utara
(prevalens 0,9%).14 Penelitian Pradhan (2006) di Nepal melaporkan 137 kasus myoma uteri dari 1.712 kasus ginekologi (proporsi 8%) 15 Myoma uteri dapat menimbulkan keganasan (sarcoma) walaupun kasusnya jarang ditemukan pada 1,7 per 100.000 wanita usia lebih dari 20 tahun5. Penelitian Parker (1994) di Los Angeles menemukan 1 pasien sarcoma dari 371 wanita yang melakukan histerektomi akibat myoma uteri (proporsi 0,27%). 16 Penelitian Takamizawa (1999) di Jepang menemukan proporsi leiomyosarcoma 0,5% pada wanita yang melakukan histerektomi akibat myoma uteri.17 Penelitian Leung (2009) di Belfolt Hospital Prancis melaporkan 3 pasien leiomyosarcoma dari 1.297 pasien yang melakukan histerektomi (proporsi 0,23%). 18 Myoma uteri juga dapat mempengaruhi kehamilan seperti peningkatan resiko terjadinya abortus, mengganggu proses persalinan, dan perdarahan pasca persalinan. Myoma membesar terutama pada bulan pertama karena peningkatan kadar hormon estrogen.4 Penelitian Laughlin (2009) di Amerika melaporkan 458 wanita hamil trimester 1 yang menderita myoma uteri dari 4.272 wanita hamil (proporsi 10,7%).19 Di Indonesia angka kejadian myoma uteri lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun dengan prevalens 40%. Penelitian Susilo Raharjo (1974) melaporkan proporsi myoma uteri di RS Surabaya 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Penelitian Karel Tangkudung (1977) di rumah sakit yang sama mencatat proposi myoma uteri 10,30%.20 Di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau, myoma uteri menempati urutan ke lima dari sepuluh penyakit ginekologi terbanyak pada tahun 2004 dan 2005, dengan proporsi masing-masing 7,04% dan 8,03%.6
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Mery C. Purba di RS Vita Insani Pematang Siantar tahun 20042008 mencatat penderita myoma uteri sebanyak 196 kasus dengan rincian pada tahun 2004 sebanyak 55 kasus (proporsi 48,3%), pada tahun 2005 sebanyak 72 kasus (proporsi 54,5%), pada tahun 2006 sebanyak 41 kasus (proporsi 50%), pada tahun 2007 sebanyak 17 kasus (proporsi 38.6%) dan pada tahun 2008 sebanyak 11 kasus (proporsi 57,7%).21 Survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2008 tercatat jumlah kasus myoma uteri sebanyak 52 kasus dari 241 kasus ginekologi (proporsi 21,6%) pada tahun 2007 dan 66 kasus dari 241 kasus ginekologi (proporsi 27,4%) pada tahun 2008. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita myoma uteri di RSUD dr.Pirngadi Medan tahun 2007-2008.
1.2 Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita myoma uteri yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi tahun 2007-2008.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita myoma uteri yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi tahun 2007-2008.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan sosiodemografi yang meliputi: umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan paritas penderita myoma uteri. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan letak myoma penderita myoma uteri. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan ukuran myoma penderita myoma uteri e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan keluhan utama penderita myoma uteri. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan riwayat pemakaian alat kontrasepsi penderita myoma uteri. g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan status haid penderita myoma uteri. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan penatalaksanaan medis yang dilakukan. i.
Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita myoma uteri.
j.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita myoma uteri berdasarkan keadaan sewaktu pulang
k. Untuk mengetahui perbedaan penatalakasanaan medis berdasarkan paritas l.
Untuk mengetahui perbedaan keluhan utama berdasarkan letak myoma.
Universitas Sumatera Utara
m. Untuk mengetahui perbedaan penatalaksanaan medis berdasarkan letak myoma. n. Untuk mengetahui perbedaan keluhan utama berdasarkan ukuran myoma. o. Untuk mengetahui perbedaan umur berdasarkan penatalaksanaan medis. p. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis. q. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
1.4 Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam memberikan pelayanan perawatan penderita myoma uteri. b. Untuk menambah wawasan penulis dalam melakukan penelitian ilmiah dan dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah di FKM USU. c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara