BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perubahan iklim mengacu pada variasi signifikan variabel pada iklim
yang terjadi dalam periode jangka panjang. Perubahan iklim dapat disebabkan karena faktor internal yang lebih dikenal sebagai proses alam dan faktor eksternal sebagai akibat adanya intervensi dari manusia. Faktor ekstenal tersebut adanya perubahan perilaku manusia yang mempengaruhi komposisi penggunaan lahan dan kondisi ekosistem. Secara umum kenaikan air laut merupakan dampak dari perubahan iklim. Kenaikan air laut yang salah satunya disebabkan perubahan iklim dapat menimbulkan krisis dari berbagai dimensi ekonomi, sosial, lingkungan, kesehatan masyarakat, produksi pangan. Bencana yang berkorelasi dengan kerentanan dan kapasitas masyarakat berpengaruh terhadap risiko terutama masyarakat miskin. Peningkatan muka air laut di kawasan kepesisiran terus meningkat yang tidak hanya disebabkan perubahan iklim, tetapi penurunan tanah dengan rata-rata 0-1
cm/tahun
hingga
8-9
cm/tahun
(ACCCRN,
2010).
Hal
tersebut
mengakibatkan banjir/rob yang sebaran genangannya semakin meluas. Bencana yang ditimbulkan akibat perubahan iklim tidak hanya bencana banjir, tetapi masih ada bencana tambahan lainnya, seperti tanah longsor, kekeringan, abrasi, dan angin topan, dll.
1
Penilaian kerentanan dari berbagai dimensi dan kapasitas diperlukan untuk mengetahui risiko yang terjadi. Dengan mengetahui risiko yang terjadi maka program dan strategi pengurangan dampak banjir rob dapat ditentukan dengan efektif dan efisien. Level kerentanan menggambarkan derajad atau tingkat kerugian yang mungkin terjadi dari suatu bencana. Tekanan lingkungan dan masyarakat dalam sebuah sistem perkotaan akan memicu semakin tingginya level kerentanan. Lankao, et. Al., 2011 telah mendefinisikan level kerentanan sebagai dampak akibat bencana yang tidak hanya dipengaruhi oleh sistem alami, tetapi juga adanya kombinasi parameter, seperti kondisi infrastruktur perkotaan, kemiskinan, sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba merumuskan level kerentanan sektoral di Kota Semarang yang dibedakan menjadi, tiga yaitu sektor ekonomi, sosial-pemberdayaan masyarakat, dan infrastruktur perkotaan. Adaptasi sebagai respon terhadap dampak banjir rob dalam beberapa periode. Dalam penelitian ini, adaptasi diterjemahkan sebagai respon dampak banjir
rob
melalui
pemilihan
alternatif
mereduksi
risiko
dengan
mempertimbangkan masa lalu, saat ini, dan masa depan. Penelitian ini dapat mendukung penelitian sebelumnya yang telah mengkaji mengenai dampak banjir rob di kawasan kepesisiran Kota Semarang. Kusumawati, (2004) telah melakukan kajian pengaruh banjir rob terhadap aktivitas masyarakat di Kelurahan Tanjung Mas. Data-data tentang Kelurahan Tanjung Mas dapat sebagai input dalam penelitian ini. Hanya saja akan dilakukan pembaharuan tentang faktor-faktor yang
2
mempengaruhi aktivitas masyarakat terutama terkait dampak banjir rob. Oktaviani (2006) juga melakukan kajian terhadap motivasi pemilihan tempat tinggal di kawasan banjir rob di Kelurahan Tanjung Mas. Indikator dalam penentuan motivasi adalah kenyamanan lingkungan kawasan hunian, kemudahan mobilitas karena kestrategisan, ketersediaan prasarana dan sarana yang memadai. Hal-hal yang perlu diperbaharui dalam penelitian saat ini adalah melihat respon dalam sudut pandang ekonomi; sosial; lingkungan; dan bentuk adaptasi masyarakat dalam cakupan kawasan kepesisiran Kota Semarang. Sehingga dalam penelitian ini fokus pada kajian banjir rob yang dialami masyarakat yang akan menimbulkan respon untuk mereduksi risiko. Selain itu, penelitian ini juga didukung kajian-kajian Pemerintah Kota Semarang dan Rencana Strategis Kawasan Pesisir Kota Semarang Tahun 2011-2031. Ketahanan dan adaptasi merupakan kesatuan dari proses mereduksi risiko banjir rob. Ketahanan dan adaptasi sebagai respon untuk mereduksi level kerentanan. Hanya saja adaptasi lebih bersifat lokal, sedangkan ketahanan akan mendukung sistem perkotaan. Adaptasi dan ketahanan masyarakat perlu mempertimbangkan penilaian resiko, kerentanan, dan kapasitas institusi (Wisner, 2004 dalam Solecki, 2011). Kelemahan dari adaptasi yang selama ini terjadi yaitu lepas dari kendali institusi pemerintah. Keadaan tersebut terjadi dampak banjir rob lebih cepat dari respon pemerintah. Oleh karena itu, masyarakat membentuk kapasitas lokal agar dapat melanjutkan hidupnya di kawasan rentan bencana. Pola dari adaptasi tersebut hanya memperhatikan tingkat emergensi yang terjadi dalam jangka
3
pendek, tanpa memperhatikan aspek keberlanjutan di masa yang akan datang. Tujuan akhir dari proses adaptasi dan ketahanan adalah mereduksi risiko Banjir rob (Disaster Risk Reduction). Oleh karena itu, adaptasi dan ketahanan membentuk konektivitas dan sinergi terhadap risiko, bahaya, ketidakpastian, dan kerentanan bencana (Solecki, 2011). Dalam penelitian ini, adaptasi dan ketahanan diterjemahkan sebagai proses dalam pemilihan alternatif mengurangi risiko banjir rob di masa depan dengan memperhatikan perubahan kerentanan, bencana, kapasitas dan risiko bencana. Adaptasi dan ketahanan juga dapat diinterpretasikan sebagai peralihan pemilihan alternatif dalam mengurangi risiko dalam rentang waktu tertentu untuk menyikapi banjir rob.
1.2
Identifikasi dan Perumusan Masalah Kenaikan air laut yang menyebabkan banjir rob dampaknya tidak dapat
diprediksi memerlukan inovasi baru dalam penanganannya. Selama ini penanganannya hanya bersifat parsial, beradasarkan sudut pandang sektoral maupun spasial. Penanganan yang terkesan “terkotak-kotak” bukan sebagai solusi dalam mengatasi dampak banjir rob. Penanganan permasalahan banjir rob tidak dapat dengan satu solusi, tetapi perlu dibuat beberapa skenario sebagai alternatif. Kecenderungan yang terjadi saat ini, banjir rob tidak didasari oleh skenario untuk menghasilkan berbagai alternatif. Pada saat dampak banjir rob melampaui prediksi ataupun tidak terduga sebelumnya, level kerentanan semakin tinggi. Upaya dalam minimalisir bencana banjir rob dapat dilakukan dengan upaya
4
adaptasi. Hanya saja upaya adaptasi yang saat ini dipilih masyarakat tidak begitu signifikan mereduksi risiko banjir rob. Upaya adaptasi yang dilakukan oleh masing-masing komunitas akan berbeda berdasarkan profil wilayah, potensial bencana, dan level kerentanan. Pada Gambar 1.1
menjelaskan
Interaksi
Bencana, Eksposur, dan Level Kerentanan dalam Membentuk Respon bencana banjir rob.
Bencana
Eksposur
Keterangan Dampak Positif
Kerentanan
Potensi Dampak
Adaptasi
Dampak Negatif Dampak Negatif/Positif
Respon
Gambar 1.1 Interaksi Bencana, Eksposur, dan Level Kerentanan dalam Membentuk Respon Bencana Banjir Rob Sumber: Analisis Peneliti, 2013
Level kerentanan banjir rob sebagai di Kota Semarang dapat teridentifikasi jika risiko yang dialami masyarakat semakin tinggi, sedangkan kapasitas masyarakat tidak mampu mereduksi risiko tersebut. Risiko yang semakin tinggi dapat dilihat berdasarkan cakupan wilayah yang terkena dampak banjir rob, jumlah masyarakat yang terkena dampak banjir rob terutama korban jiwa yang ditimbulkan. Level kerentanan Kota Semarang dapat ditemukenali dalam variabel-variabel yang terikat dan berpengaruh akibat banjir rob. Selain itu,
5
level kerentanan tersebut dapat diukur jika diketahui perubahan yang terjadi dalam periode 10 tahun-an (1980, 1990, 2000, dan 2010). Variabel-variabel tersebut, antara lain aspek ekonomi, aspek sosial-pemberdayaan masyarakat, dan aspek infrastruktur perkotaan. Level kerentanan yang terjadi di Kota Semarang juga akan dikaitkan dengan kapasitas masyarakat dalam merespon risiko banjir rob. Kemudian berdasarakan interaksi antara level kerentanan dan kapasitas masyarakat akan diketahui level risiko dampak banjir rob yang terjadi di Kota Semarang. Pada Gambar 1.2 adalah contoh kerentanan dan bencana akibat kenaikan air laut.
(1)
(2)
Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2010
Gambar 1.2 (2) Rumah di kawasan kepesisiran yang tidak dihuni karena rob telah mencapai setengah lebih dari tinggi bangunan, dan (2) Aktivitas para nelayan yang semakin berkurang akibat cuaca ekstrim dan faktor degradasi lingkungan (pendangkalan jalur menuju laut)
Level kerentanan dapat diidentifikasi dari bencana banjir dengan cakupan 8.773 ha dan banjir rob dengan cakupan 3.400 ha yang merugikan 120.000 jiwa (Sasongko, 2012). Kejadian banjir Kota Semarang tersebut berlangsung dengan pola periode banjir bandang 15 tahunan (Suhandini, 2012). Cuaca ekstrim yang terjadi di Kota Semarang mengakibatkan musim penghujan dan kemarau yang
6
tidak dapat dipresiksi. Dalam kurun waktu 20 tahun (1990-2020) terjadi peningkatan curah hujan di Kota Semarang (Mercy Corps, 2010). Intensitas curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan probabilitas banjir meningkat. Di lain sisi, musim kemarau yang terjadi pada bulan-bulan tertentu mengakibatkan kekeringan di sejumlah daerah. Kawasan kepesisiran mengalami dua bencana tersebut, pada saat musim penghujan, banjir tidak mampu dibendung infrastruktur penghalang (tanggul dan mangrove). Level kerentanan dan risiko bencana akibat banjir rob tentunya akan meningkat dalam periode jangka panjang. Oleh karena itu, perlu adanya prediksi dampak banjir rob dalam jangka panjang hingga tahun 2020. Dengan begitu dapat diketahui risiko banjir rob dalam jangka panjang. Masyarakat kepesisiran baik disadari ataupun tidak sebenarnya telah merespon banjir rob. Respon terhadap banjir rob dimaknai sebagai upaya adaptasi. Akan tetapi, permasalahannya upaya adaptasi yang saat ini dilakukan masyarakat bencana bersifat tentatif dan incremental. Upaya adaptasi hanya merespon sebagian permasalahan yang bersifat sektoral atau spasial saja. Sudut pandang dalam penanganan dampak banjir rob harus dilihat dalam skala makro dengan pemilihan solusi yang holistik dan terpadu. Dengan begitu, solusi untuk mengatasi dampak banjir rob dapat distrukturkan dengan tepat. Adaptasi dan ketahanan dalam merespon banjir rob yang dideskripsikan dengan alternatif pengurangan risiko menjadi muara dalam penelitian ini. Dalam mencari bentuk ketahanan terhadap banjir rob dalam jangka panjang tentunya harus tetap mengakomodir upaya adaptasi yang telah dilakukan pada masa lalu
7
hingga masa kini. Adaptasi dan ketahanan tentunya disesuaikan dengan karakteristik bencana dan profil Kota Semarang sebagai input dapat berasal dari kajian literatur. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu (1) “Bagaimanakah level kerentanan, kapasitas
masyarakat,
dan
risiko
dampak
bencana
banjir
rob?;
(2)
Bagaimanakah alternatif adaptasi-ketahanan masyarakat Kota Semarang untuk mengurangi risiko banjir rob sebagai dalam jangka panjang (2020)?”
1.3
Tujuan dan Sasaran Berdasarkan perumusan masalah maka selanjutnya akan dipaparkan
tujuan dan sasaran dalam penelitian ini.
1.3.1 Tujuan Tujuan dari penelitian ini secara garis besar adalah mengkaji adaptasi sebagai alternatif mereduksi dampak banjir rob dalam 4 periode. Dengan begitu dapat distrukturkan bentuk ketahanan kota di masa depan (2020). Berikut ini adalah tujuan terperinci dari penelitian ini: 1.
Mengkaji level kerentanan yang akan dikaitkan dengan kapasitas masyarakat dan risiko. Level kerentanan dikaji melalui 4 periode, yaitu 1980, 1990, 2000, 2010. Periodesasi berdasarkan pertengahan jangka waktu penyusunan RTRW Kota Semarang 2010-2030 dan Rencana Strategis Wilayah Pesisir Kota Semarang 2011-2031. Dalam merespon banjir rob
8
akan tercermin dalam kapasitas masyarakat untuk mengurangi risiko tersebut. Hubungan antara bahaya, level kerentanan dan kapasitas masyarakat akan menghasilkan tingkat risiko untuk masing-masing kawasan. Dalam penelitian ini nilai bahaya dari banjir rob dianggap konstan, sementara nilai dari level kerentanan dan kapasitas masyarakat berdasarkan karakteristik kawasan. 2.
Mengkaji
upaya
adaptasi-ketahanan
(kapasitas
masyarakat)
untuk
mereduksi banjir rob yang sesuai bagi masyarakat Kota Semarang dalam jangka panjang (2020)
1.3.2 Sasaran Dalam upaya pencapaian tujuan, maka sasaran yang dilakukan, antara lain: 1.
Deliniasi wilayah Kota Semarang berdasarkan kenaikan permukaan air laut dan penggunaan lahan, karakteristik sosial-ekonomi penduduk
2.
Kajian terhadap level kerentanan, kapasitas masyarakat, dan risiko banjir rob dalam 4 periode
3.
Kajian terhadap upaya adaptasi Kota Semarang dalam mereduksi banjir rob hingga jangka panjang
1.4
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibedakan menurut ruang lingkup
wilayah dan ruang lingkup kajian.
9
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang Lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah kawasan kepesisiran Kota Semarang. Berdarsarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 yang mendefinisikan kawasan kepesisiran sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Dalam sudut pandang makro kawasan kepesisiran juga dapat didefinisikan sebagai jarak tertentu dari garis pantai ke arah daratan dan jarak tertentu ke arah lautan, batasbatasnya ditentukan oleh keputusan legislatif atau eksekutif (Jones dan Westmacott, 1993 dalam Kay, 2005). Kawasan kepesisiran tidak hanya didefinisikan seara sudut pandang administratif maupun bentang alam, tetapi juga dapat mengacu pada karakteristik kemasyarakatan dengan jenis matapencaharian nelayan. Deliniasi awal dilakukan berdasarkan identifikasi wilayah administratif, yaitu Kecamatan Tugu, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Gayamsari, Kecamatan Semarang Timur, dan Kecamatan Genuk. Tahapan selanjutnya, yaitu deliniasi unit kelurahan berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan perubahan signifikan, menurut dampak kenaikan air laut, penggunaan lahan, dan karakteristik sosial-ekonomi masyarakat.
1.4.2 Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup materi dibatasi oleh definisi kawasan kepesisiran, level kerentanan, kapasitas masyarakat, risiko banjir rob, dan bentuk adaptasi masyarakat kawasan kepesisiran. Definiasi kawasan kepesisiran akan dijabarkan menurut kebijakan dan regulasi dari pemerintah pusat hingga daerah, penelitian-
10
penelitian penunjang, dan definisi dari para ahli yang terdapat dalam kajian literatur. Lingkup kajian level kerentanan untuk menjabarkan dengan detail variabel-variabel terkait yang dapat mengukur level kerentanan tersebut. Tahapan selanjutnya setelah menggali definisi dan strategi adaptasi dan ketahanan. Adaptasi tentunya berdasarkan level kerentanan, kapasitas masyarakat, dan level risiko. Dengan begitu terdapat bentuk adaptasi masyarakat dalam periode tertentu sebagai respon banjir rob. Oleh karena itu, adaptasi dan ketahanan dikaji dalam kurun waktu masa lalu, masa kini, dan masa depan.
1.5
Keaslian Penelitian Begitu banyaknya penelitian mengenai banjir rob di Kota Semarang
maupun lainnya. Perlu adanya penjelasan bahwa penelitian ini berbeda dari penelitian lainnya. Penelitian ini menggunakan konsep geografi, sebagai khususnya kajian risiko berbasis rencana spasial. Proses yang dinilai, antara lain bahaya, kerentanan, dan risiko. Dari konsep utama tersebut akan dijabarkan variabel variabel level kerentanan, kapasitas masyarkat, strategi adaptasi dan ketahanan. Keseluruhan variabel dalam penelitian ini akan dianalisis dalam 4 periode. Oleh karena itu, untuk menunjukkan bahwa penelitian ini bukan duplikasi dari penelitian sebelumnya akan dipaparkan penelitian sebelumnya. Tabel 1.1
memaparkan tema
penelitian
sebelumnya,
sehingga
terlihat
perbedaannya dengan penelitian saat ini. Penelitian ini juga terkait dengan Program Studi Geografi, Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah
11
Aliran Sungai (MPPDAS) berdasarkan aspek pengelolaan kawasan kepesisiran berkelanjutan terutama dalam hal mitigasi bencana. TABEL 1.1 KEASLIAN PENELITIAN No. 1.
Nama Peneliti Setiyanto, 2002
Judul Penelitian Studi Pengaruh Penurunan Muka Tanah dan Pasang Air Laut Terhadap Banjir Rob di Kecamatan Semarang Utara.
2.
Kusumawati, 2004
Identifikasi Pengaruh Genangan Rob Terhadap Aktivitas Masyarakat di Kelurahan Tanjung Mas Semarang.
3.
Oktaviani, 2006
Motivasi Masyarakat Bertempat Tinggal di Kawasan Rawan Banjir dan Rob Perumahan Tanah Mas.
1.6
Materi Penelitian Studi ini menilai sejauh mana besarnya pengaruh penurunan muka tanah dan pasang air laut terhadap banjir dan rob di Kota Semarang (Kecamatan Semarang Utara). Studi ini menilai bahwa penurunan muka tanah dan perkembangan elevasi pasang surut air laut sebagai faktor penyebab terjadinya banjir rob di Kecamatan Semarang Utara pada khususnya dan Kota Semarang pada umumnya. Studi ini menilai seberapa besar pengaruh antara tinggi genangan rob terhadap aktivitas masyarakat. Tinggi genangan dibagi menjadi tiga karakteristik, kemudian dinilai bagaimana pengaruh aktivitas masyarakat (aktivitas keseharian, interaksi masyarakat dan upacara adat) berdasarkan perbedaan ketinggian genangan tersebut.
Lokasi Studi Kecamatan Semarang Utara.
Metode Penelitian Metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis multiple regresi dan korelasi.
Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara.
Studi ini mengidentifikasi motivasi yang mendorong masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan perumahan Tanah Mas. Adapun motivasi masyarakat tersebut, diantaranya karena kenyamanan lingkungan kawasan hunian, kemudahan mobilitas karena kestrategisan, ketersediaan prasarana dan sarana yang memadai.
Kawasan Perumahan Tanah Mas, Kecamatan Semarang Utara.
Metode penelitian kualitatif (teknik analisis aplikasi grafik) dan kuantitatif (teknik analisis koefisisen korelasi nominal Goodman dan Kruskal). Metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif, distribusi frekuensi, cross tabulation.
Kerangka Pemikiran Dalam kerangka pikir ini akan menjelaskan keterkaitan antara konseptual
dan variabel. Konseptual yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu konseptual yang akan direplikasi dan dan konseptual yang akan dieksplorasi dalam penelitian. Konseptual yang akan direplikasi dalam variabel penelitian menyangkut konsep-konsep mengenai faktor-faktor penyebab banjir rob. Sedangkan variabel yang akan dieksplorasi adalah konsept level kerentanan, kapasitas masyarakat, risiko bencana, serta strategi adaptasi dan ketahanan. Pada konseptual yang bersifat eksplorasi, inti konsep akan ditelaah untuk dapat diterapkan di Kota Semarang yang tentunya disesuaikan dengan karakteristik Kota Semarang. Gambar 1.3 merupakan kerangka pikir dalam penelitian ini.
12
Berawal dari konsep ini, maka variabel-variabel dalam penelitian ini dapat terdefinisikan. Variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah level kerentanan dan upaya adaptasi dan ketahanan. Level kerentanan sebagai akibat kenaikan air laut salah satunya akibat perubahan iklim dengan konsistensi non variabel iklim. Sedangkan adaptasi dan ketahanan merupakan perubahan respon masyarakat untuk menghadapi risiko banjir rob. Variabel-variabel tersebut akan digunakan untuk proses analisis level kerentanan kawasan kepesisiran Kota Semarang yang terdiri atas 1. Ekonomi, 2. Sosial-Pemberdayaan masyarakat, dan 3. Infrastruktur Perkotaan. Upaya adaptasi secara garis besar mengacu pada tiga konsep utama, yaitu retreat/avoid, protect, dan accommodation. Berdasarkan konsep tersebut, peneliti menentukan upaya adaptasi dengan acuan menggunakan feasibility assessment. VARIABEL
KONSEPTUAL PENELITIAN Faktor-faktor penyebab banjir rob - Perubahan iklim - Peningkatan intensitas kawasan terbangun - Penurunan tanah
DELINIASI KAWASAN KEPESISIRAN KOTA SEMARANG - Faktor Alam - Faktor Demografi
Level Kerentanan di Kawasan Kepesisiran - Populasi - Indikator sosial - Derajad kerentanan - Indikator spasial - Indikator ekonomi - Indikator infrastruktur
Level Kerentanan di Kawasan Kepesisiran Kota Semarang - Ekonomi - Sosial-Pemberdayaan masyarakat - Indikator infrastruktur Penilaian risiko
Strategi Adaptasi Ketahanan Masyarakat Pesisir - Retreat/Avoid - Protect - Accomodation
Sumber: Analisis Peneliti, 2013
Strategi Adaptasi Ketahanan Masyarakat Pesisir Kota Semarang - Karakteristik masyarakat - Karakteristik Kota Semarang - Alternatif upaya mereduksi risiko banjir rob sebagai dampak perubahan iklim - Feasibility Assessment
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran
13
1.7
Tahapan Penelitian Tahapan penelitian akan memberikan skema kerja dalam penelitian ini.
Tahapan awal adalah latar belakang yang kemudian dilanjutkan dengan identifikasi permasalahan. Pertanyaan penelitian (research question) merupakan fokus dari penelitian yang harus dapat dijawab dalam output. Tentu saja output tersebut perlu dilandasi dengan tahapan analisis. Gambar 1.4 merupakan tahapan penelitian.
1.8
Organisasi Penelitian Laporan ini akan diorganisasikan dalam 6 bab menurut sistematika
sebagai berikut: Pada BAB I akan memuat PENDAHULUAN. Bagian ini menyajikan latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup kajian, hasil yang diharapkan, kerangka pemikiran, dan organisasi penelitian. BAB II ini akan menguraikan TELAAH PUSTAKA tentang keterkaitan banjir rob terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya, level kerentanan, dan upaya adaptasi dan ketahanan. BAB III akan menguraikan METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan memaparkan metode analisis, kebutuhan data, teknik sampleing, dan deliniasi wilayah. BAB IV memaparkan PROFIL WILAYAH KEPESISIRAN KOTA SEMARANG yang berisi profil fisik-nonfisik dan kebencanaan. BAB V adalah HASIL DAN PEMBAHASAN yang memaparkan analisis level kerentanan, analisis upaya adaptasi terhadap bencana, dan analisis alternatif adaptasi bencana menuju ketahahan kota. BAB VI PENUTUP yang berisi kesimpulan dan saran.
14
Intervensi faktor internal dalam perubahan iklim
Intervensi faktor eksternal dalam Perubahan iklim
Perubahan perilaku manusia (komposisi penggunaan lahan dan kondisi ekosistem) Peningkatan volume air laut
Temperatur meningkat secara tajam
Pulau-Pulau Kecil yang tenggelam Pencairan es di Greenland dan Antartika
Eskalasi Efek dari Peningkatan Temperatur
Krisis dari berbagai dimensi (sosial, ekonomi, lingkungan, kesehatan masyarakat, dan produksi pangan) LATAR BELAKANG Kota Semarang sebagai kawasan kepesisiran di Indonesia yang terkena dampak perubahan iklim
Bahaya Risiko banjir rob Kota Semarang Level Kerentanan Kapasitas Masyarakat
Kota Semarang sebagai kawasan kepesisiran di Indonesia yang terkena dampak perubahan iklim
Bagaimanakah level kerentanan Kota Semarang yang dikaitkan dengan bahaya dan risiko
Mengkaji kerentanan yang terkait denganbahaya dan risiko dalam 4 periode
Analisis level kerentanan terkait dengan bahaya dan risiko dalam 4 periode (Ekonomi, sosial-pemberdayaan masyarakat, infrastruktur perkotaan)
Bagaimanakah uapaya adaptasi dan ketahanan Kota Semarang hingga jangka panjang
PERMASALAHAN
RESEARCH QUESTION
Mengkaji adaptasi dalam 4 periode
Mengkaji adaptasi dan ketahanan di masa yang akan datang
Analisis adaptasi sebagai kapasitas masyarakat dalam 4 periode
Analisis adaptasi dan ketahanan sebagai kapasitas masyarakat hingga jangka panjang
Scoring
Deskriptif kualitatif
Alternatif Strategi adaptasi untuk menuju ketahanan kota sebagai kapasitas masyarakat dalam jangka panjang
Sketsa desain
TUJUAN
ANALISIS
OUTPUT
Sumber: Analisis Peneliti, 2013
Gambar 1.4 Tahapan Penelitian
15