Daerah dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
AGENDA Climate Adaptation: Government Support Training Program Tanggal: setiap dua bulan
No. 08, Juni 2015
BERITA
JAWA TENGAH DIDUKUNG JERMAN KEMBANGKAN EKONOMI HIJAU
World Environmental Education Congress Tanggal: 29 Juni – 2 Juli 2015, Gothenburg, Sweden Disaster Risk Management Course Tanggal: 6 - 10 July, 2015, Budapest, Hongaria
BEASISWA & KOMPETISI CUMT Scholarship for International Students in China Deadline: 20 Juni 2015 International Climate Protection Fellowships Deadline: 15 September 2015
TOKOH SEMARANG – Provinsi Jawa Tengah baru saja ditetapkan sebagai daerah percontohan untuk pembangunan ekonomi hijau berbasis lahan dan aksi mitigasi lokal antara pemerintah Indonesia dan Jerman. Program yang bertajuk Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Action in Indonesia (GE-LAMA-I) akan dilaksanakan di tiga kabupaten di Jawa Tengah yaitu Purbalingga, Banyumas dan Banjarnegara.
Tokoh Edisi ini, DEASI PEDERSEN
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, provinsi ini terpilih karena persentase kawasan tutupan hutan di Jawa Tengah meningkat dari 30 persen menjadi 40 persen. Meski meningkat, ia mengaku khawatir kawasan hijau di Jawa Tengah akan menyusut mengingat kebutuhan lahan tiap tahun semakin tinggi. ”Karenanya, perlu ada proteksi terhadap kawasan hijau dengan teknologi yang ramah lingkungan,” ungkapnya. Kementerian Lingkungan Hidup Jerman menawarkan kerja sama dalam bidang ekonomi hijau khususnya pengelolaan pertanian dan kehutanan. Hal ini juga sesuai dengan program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Tengah yang terus berupaya mendorong pertanian namun juga tetap mengonservasi hutan. ”Agar program tersebut berhasil, perlu adanya keseimbangan perencanaan pembangunan, khususnya pengelolaan tata ruang,” ujarnya. Sementara itu, Project Director GE-LAMA-I Helmut Dotzauer mengatakan kerja sama ini menekankan bagaimana cara menurunkan emisi karbon yang dihasilkan dari pertanian yang dapat merusak lingkungan. Dengan teknologi dan konsep baru, dirinya yakin kehutanan dan pertanian di Jawa Tengah dapat bersama menurunkan emisi karbon. ”Tujuan penting dari kerja sama ini adalah mendampingi para petani dan masyarakat di pedesaan agar ke depannya dapat melakukan pengurangan emisi di pertanian secara mandiri,” terangnya. (Sumber: Radar Jateng)
1
Daerah dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. 08, Juni 2015
KEJAR PENURUNAN GRK, KOTA PROBOLINGGO TAMBAH INSTALASI BIODIGESTER PROBOLINGGO KOTA – Untuk membuktikan komitmen sebagai kota yang ramah Lingkungan dan perubahan iklim, Kota Probolinggo menambah instalasi biogas sekaligus mengejar penurunan emisi GRK dan ketahanan energi. Bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Walikota Probolinggo Hj. Rukmini, SH, M.Si meresmikan dua instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sekaligus pada Rabu, 22/04/2015. Pengolahan limbah tersebut adalah instalasi biogas limbah tahu yang berlokasi di kediaman Pak Shidiq, pemilik pabrik tahu Proma, Kelurahan Kedungasem dan instalasi pemanfaatan gas methane TPA Bestari Kota Probolinggo. Biogas hasil IPAL dimanfaatkan untuk keperluan memasak bagi penduduk sekitar. Saat dilakukan peresmian, IPAL Biogas Tahu Proma sudah melayani 25 sambungan rumah tangga di sekitar pabrik tahu. Sementara itu, instalasi pemanfaatan gas di TPA Bestari dimanfaatkan untuk memasak bagi lima sambungan rumah tangga di sekitar TPA, dan beroperasi sejak pukul 6 pagi hingga 5 sore. Dr. Ir. Joko Prayitno Susanto, M.Eng selaku Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT menyampaikan bahwa gas metan yang dimanfaatkan pabrik tahu Proma saat ini masih sekitar 40% dari potensi yang ada. Dengan perbaikan pengelolaan proses industri yang lebih baik, sangat memungkinkan untuk menghasilkan metan yang lebih optimal. Walikota Probolinggo, Hj. Rukmini, SH, M.Si dalam sambutannya menyampaikan upaya Kota Probolinggo dalam menjaga lingkungan hidup dan menjadi kota berketahanan iklim ini akan dilanjutkan sehingga semakin banyak manfaat yang akan dirasakan oleh masyarakat Kota Probolinggo. (DP)
BIO-DIGESTER SAMPAH PORTABLE DILUNCURKAN DI YOGYAKARTA YOGYAKARTA- pendekatan baru dalam pengelolaan sampah untuk kampong padat penduduk diperkenalkan di Yogyakarta melalui penerapan biodigester portabel. Operasionalisasi fasilitas ini diresmikan oleh Irfan Susilo, Kepala BLH Kota Yogyakarta di Kampong Gemblekan Atas Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta pada Senin, 23/03/2015 sebagai proyek kerjasama antara BLH Kota Yogyakarta dengan PAKLIM. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan DPRD, Camat, Lurah, Polsek, Koramil, dan tokoh masyarakat setempat, termasuk PKK. Fasilitas ini telah dipasang pada Februari 2015 dan mulai memproduksi gas metan seminggu kemudian. Gas yang dihasilkan mulai digunakan pada awal Maret 2015. Biogas Portabel merupakan fasilitas pengolah sampah anaerob yang menghasilkan gas metan dan pupuk cair. Disamping untuk mengurangi sampah, penerapan fasilitas ini juga untuk mengembangkan energy terbarukan bagi penduduk dan mendukung pertanian perkotaan.
2
Daerah dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. 08, Juni 2015
Irfan Susilo dalam sambutannya menekankan bahwa teknologi tepat guna ini dapat menjadi alternative potensial bagi pengelolaan sampah Kota Yogyakarta yang didominasi oleh kampung-kampung padat. Layanan pengelolaan sampah kota tidak dapat menjangkau kampong karena jalan masuk yang sempit dan keterbatasan lahan untuk fasilitas persampahan. Akhirnya, penduduk kampong membuang sampah di sungai dan tempat-tempat kosong lainnya. “Saya sudah diskusi masalah ini dengan Pak Willi (Hans-Willi Hennig, penasehat pembangunan dari Jerman yang ditugaskan di BLH Kota Yogyakarta-red) dan saya kira ini teknologi yang bagus. Saya akan mereplikasi ke kampong lain jika penerapan di Gemblekan Atas berhasil” imbuhnya. Pernyataan yang sama disampaikan oleh Ketua Komisi C DPRD Yogyakarta, Christiana Agustiani sepanjang masyarakat dapat mengelola dan memelihara fasilitas ini. Setelah peresmian, peserta diajak mengunjungi fasilitas dipandu oleh Moh. Nurhadi, manajer Working Area I PAKLIM menjelaskan tentang komponen dan fungsi fasilitas ini. Fasilitas ini dapat mengolah 20 kg sampah organik per hari dan dapat menghasilkan rata-rata 80 liter gas metan. Sampah organic dikumpulkan dalam ember diisi air kemudian dimasukkan dalam biodigester. Jika diperlukan ditambahkan air untuk mempercepat proses pencernaan. Sampah akan dicerna oleh bakteri dan menghasilkan metan yang kemudian dikumpulkan dalam plastik yang tersalur ke kompor. Ibu Estu Handayani yang telah menggunakan gasnya mengatakan bahwa gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk memasak rata-rata 2 jam per hari. Dia tidak hanya menggunakan gasnya sendiri tetapi juga digunakan bersama dalam kegiatan PKK. Selain mengurangi biaya energy, dia merasa lebih mudah mengolah sampahnya. (MN)
MODEL SISTEM DINAMIK TERINTEGRASI UNTUK REVISI RAN GRK DIVALIDASI BANDUNG – Bappenas dengan dukungan GIZ Paklim dan GIZ iNDC menyelenggarakan lokakarya “Finalisasi Pengembangan Model Sistem Dinamik untuk Skenario Kebijakan di bidang Berbasis Lahan, Energi, IPPU dan Pengelolaan Limbah” pada tanggal 26-28 Mei 2015 di Bandung, yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta dari Kementerian nasional terkait. Lokakarya ini merupakan bagian dari serangkaian lokakarya untuk pengembangan skenario baseline emisi GRK nasional dan sektoral untuk 2020 dan paska 2020, menggunakan model sistem dinamik, dalam rangka kaji ulang Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan persiapan intended Nationally Determined Contribution (iNDC) Indonesia. Selain penyusunan skenario baseline, pertemuan kali ini juga bertujuan untuk membangun skenario mitigasi Pemerintah Indonesia berdasarkan RAN-GRK yang dikaji ulang, dan RPJMN. Dalam membangun baseline 2020 dan 2045, peserta memvalidasi data dengan membandingkan skenario baseline emisi GRK yang telah dibangun model sistem dinamik berdasarkan struktur perilaku 2000-2010, dengan data historis emisi GRK 2000-2010 dari laporan inventarisasi GRK 200-2010 KLHK ataupun laporan inventarisasi lainnya yang dimiliki Kementerian terkait. Dalam diskusi, peserta mendiskusikan perbedaan emisi GRK yang terdapat pada hampir semua sektor, yang disebabkan oleh perbedaan asumsi, perbedaan pada metodologi/tier yang digunakan, sumber data yang digunakan, serta kurangnya data. Peserta kemudian menyepakati boundary atas struktur model, dan proxy yang akan digunakan dalam model. Dalam membangun skenario kebijakan, peserta mengkaji ulang pencapaian RAN-GRK (aksi mitigasi 2010-2020) dan kebijakan RPJMN (2015-2019). Dalam diskusi, peserta mengklarifikasi dan mengkategorisasi aksi mitigasi yang tercantum dalam RAN-GRK. Program dan kebijakan RPJMN 2015-2019 yang sudah masuk dalam program Kementerian akan dijadikan sebagai skenario mitigasi dalam model. (TK)
3
Daerah dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. 08, Juni 2015
PEDOMAN REVISI PEP, RAN/RAD GRK, DAN PERSIAPAN iNDC DIGODOK DI BALI NUSA DUA - Perwakilan dari 33 provinsi, BAPPENAS, Sekretariat RAN-GRK, kementerian terkait, dan mitra pembangunan berkumpul bersama di Bali pada tanggal 18 - 20 Mei 2015 untuk berpartisipasi pada acara Workshop Penyusunan PEP RAD-GRK serta Sosialisasi rencana Kaji Ulang dan Intended Nationally Determined Contribution (iNDC). Tujuan diadakannya workshop ini adalah untuk memantau kemajuan PEP RAD-GRK dari setiap provinsi dan untuk melaksanakan sosialisasi rencana kaji ulang RAN-GRK serta persiapan INDC. Lokakarya ini didukung oleh UNDP Third National Communication Project dan GIZ PAKLIM dalam bentuk bantuan teknis. Dalam pembahasan PEP, kelompok kerja berbasis lahan menekankan sulitnya data untuk memperkirakan penurunan emisi dari kegiatan menghindari penurunan cadangan karbon sehingga perlu penyederhaan format. Di kelompok kerja energi, penurunan emisi transportasi yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBN akan dilaporkan oleh provinsi. Revisi perhitungan penurunan emisi GRK juga perlu dilakukan dengan menggunakan faktor emisi terbaru. Sementara itu, aksi mitigasi yang telah didaftarkan dalam mekanisme CDM tidak bisa dilaporkan lagi dalam PEP. Di dalam kelompok kerja energi juga diidentifikasi beberapa potensi aksi mitigasi baru, diantaranya penggunaan gas rawa untuk memasak dan pengembangan gas perkotaan yang didanai APBD. Kelompok kerja pengelolaan limbah menyepakati perbaikan petunjuk teknis PEP, terutama dalam pengelompokan data dan formula perhitungan penurunan emisi GRK. Kelompok kerja kaji ulang RAN-GRK berdiskusi mengenai pembagian tanggung jawab pengembangan RAD-GRK, pembiayaan RAD-GRK dan keterkaitan RAD-GRK dengan pembangunan berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Selama workshop berlangsung, pemerintah provinsi mengidentifikasi beberapa kendala pelaporan PEP, diantaranya koordinasi baik horizontal (antar SKPD di provinsi) maupun vertikal (antara provinsi dengan kabupaten/kota); perbaikan pedoman umum dan petunjuk teknis PEP RAD-GRK; dan pengembangan kapasitas yang bersifat terus menerus akibat rotasi dan mutasi pegawai. Di lain pihak, Sekretariat RAN-GRK menekankan pentingnya pelaporan PEP tepat pada waktunya (Oktober dan Januari). Untuk menindaklanjuti workshop ini, revisi pedoman umum dan petunjuk teknis PEP RAD-GRK, pelatihan PEP, dan pedoman kaji ulang RAD-GRK akan segera diselesaikan. Terrevisi kait dengan revisi RAN-GRK dan INDC, langkah berikutnya adalah menulis draft kaji ulang RAN-GRK, pelatihan penghitungan baseline, menulis draft regulasi kaji ulang RAN-GRK, konsultasi publik, dan finalisasi RAN-GRK dan INDC.(GF)
TINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN, DUA KOTA MITRA PAKLIM JALIN KERJASAMA SURAKARTA – Kota Probolinggo berencana untuk mengekspansi kerjasama dengan daerah lain di berbagai bidang, termasuk didalamnya isu peningkatan kualitas lingkungan hidup dan perubahan iklim. Komitmen ini ditunjukkan dengan kunjungan kerja Walikota Probolinggo, Hj. Rukmini, SH, M.Si ke Surakarta pada hari Rabu tanggal 23/04/2015. Dalam kesempatan itu, Walikota Probolinggo dan Surakarta menandatangani Nota Kesepahaman dalam berbagai sektor, termasuk pengelolaan lingkungan hidup. Kota Probolinggo dan Kota Surakarta merupakan kota mitra PAKLIM. Berdasarkan nota kesepahaman ini, masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) akan menuangkannya dalam rencana kerjasama antar SKPD dari Pemerintah Kota masing-masing. Menurut BLH Kota
4
Daerah dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. 08, Juni 2015
Probolinggo. Beberapa topik yang menarik terkait pembelajaran dan kerjasama dalam pengelolaan lingkungan hidup ini antara lain kampung iklim, POKJA kebersihan sungai, IPAL Batik dan pengelolaan taman sepanjang bantaran sungai yang telah lama menjadi perhatian kedua kota. Setelah penandatanganan, acara dilanjutkan dengan bersepeda dan kemudian penanaman bibit sebanyak 4.013 bibit sengon dan 1.010 bibit mangga, yang merupakan bantuan dari PT. BFI Kota Probolinggo dan PT Rakabu Sejahtra Kota Surakarta, sebagai salah satu kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Kegiatan ini menunjukkan bahwa komitmen atarpemerintah daerah diikuti pula dengan kerjasama antarperusahaan di masing-masing kota. (DP)
PENERANGAN JALAN DI BATANG DAN KOTA SEMARANG GUNAKAN LED BATANG – Pemerintah Kabupaten Batang dan Kota Semarang, Jawa Tengah, menerima hibah bantuan lampu penerangan jalan "Light-emitting diode" (dioda cahaya) dari Asian Development Bank (ADB). Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo mengatakan bahwa penerimaan hibah dari ADB ini karena pemkab berhasil mendukung program nasional penghematan energi. "Selain Kabupaten Batang, ADB juga memberikan hibah yang sama pada Pemerintah Kota Semarang," katanya, Rabu (1/4/2015). Penandatanganan memorandum of agreement (MoU) atau nota kesepakatan bersama ini antara lain dihadiri oleh Direktur Konservasi Energi, Maritje Hutapea, Perwakilan Asian Development Bank (ADB), General Manager PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Batang, Rabu (1/4). Ia mengatakan pemkab berkomitmen melakukan penghematan energi pada sektor penerangan jalan umum (PJU) sejalan dengan program Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru dan Konservasi Energi Kementerian ESDM. "Pemkab berkomitmen terus mendukung dan melakukan langkah nyata efisiensi energi, terutama di sektor PJU. Sebelum terpilih mendapatkan hibah dari ADB, pemkab sudah mengganti secara bertahap lampu PJU HPS dan mercury ke lampu PJU LED dan bekerja sama dengan energy service company," katanya. Menurut dia, hibah lampu PJU LED ini akan dipasang di Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Sudirman yang merupakan jalur pantai utara utara Jawa. Perwakilan Asian Development Bank Indonesian Residence Mission (IRM) Bagus Widianto berharap hibah lampu jalan LED ini nantinya bukan hanya mendukung program nasional penghematan energi dari sisi penurunan konsumsi listrik tetapi bisa menjadi proyek pilot yang bisa direplikasi oleh pemerintah daerah. "Lampu jalan LED ini dirancang dengan memperhatikan aspek dan syarat keselamatan, kenyamanan penglihatan pengguna jalan raya, dan keamanan berdasarkan standar yang berlaku internasional dan nasional serta adanya aspek teknologi LED terkini, serta unsur ramah lingkungan," katanya. (Sumber: bisnis.com)
IDENTIFIKASI PERCONTOHAN AKSI PERUBAHAN IKLIM, PAKLIM PETAKAN KAMPUNG RENTAN SEMARANG – PAKLIM mulai pertengahan Mei – Juni 2015 mengirimkan tim konsultan untuk membantu pemetaan kampong di Kota Pekalongan, Surakarta dan Probolinggo. Pemetaan dilakukan di tiga kelurahan yakni Kelurahan Kandang Panjang di Pekalongan, Kelurahan Kestalan di Surakarta, dan Kelurahan Sumber Taman di Probolinggo untuk mengidentifikasi rencana aksi dan proyek percontohan skala kecil yang tepat dalam mengantisipasi dampak dan menurunkan sumber-sumber emisi perubahan iklim. Sebelum dilakukan pemetaan oleh tim konsultan, PAKLIM melakukan kunjungan ke Kelurahan Kestalan bersama dengan BLH Kota Surakarta, Selasa, 12/05/2015. Tim konsultan memetakan sembilan elemen kota di masing-masing kelurahan yang terdiri dari sistem energi, air, transportasi, pangan, kesehatan, ruang terbuka, limbah, bangunan, dan pengelolaan bencana. Sembilan peta tematik ini akan menjadi dasar untuk mengidentifikasi potensi perbaikan kampung di masing-masing elemen. Proses identifikasi ini
5
Daerah dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. 08, Juni 2015
dilakukan dengan mengikuti panduan tertentu, yang saat ini sedang dikembangkan oleh PAKLIM. Melalui proses ini diharapkan kampung-kampung padat perkotaan yang rentan terhadap perubahan iklim dapat lebih tahan dan berkontribusi menurunkan emisi melalui aksi-aksi yang terpilih. Setelah melakukan pemetaan di tiga kelurahan itu, PAKLIM berencana menggelar pelatihan identifikasi potensi perbaikan kampung untuk menyosialisasikan panduan yang saat ini sedang disusun. Tokoh masyarakat, kelompok wanita, pamong kelurahan dan staf teknis SKPD terkait akan dilatih menggunakan panduan dan selanjutnya menggunakan tool itu untuk menganalisa potensi perbaikan kampung. Potensi perbaikan kampung yang teridentifikasi akan didiskusikan dalam forum warga untuk disepakati bersama. (MN)
KISAH
DARI ECOFARM MENUJU ECOVILLAGE: PERJUANGAN PANJANG KELUARGA PERDESEN
Pintu gerbang Ecofarm milik Keluarga Pedersen
Dr Hassan Pedersen dan putra-putranya di kawasan Ecofarm
Keluarga Pedersen adalah salah satu dari keluarga di Indonesia yang sangat peduli terhadap keberlanjutan atau yang lebih dikenal dengan istilah sustainability. Pada tahun 2010, keluarga Pedersen berniat untuk membangun Ecovillage dan mengemukakan ide tersebut kepada publik. Meskipun tidak mendapatkan sambutan, Keluarga Pedersen tetap maju dengan membuat Ecofarm sebagai langkah awal dan benih Ecovillage yang mereka impikan. Ecovillage ini nantinya akan berfungsi sebagai pusat training seperti permakultur, eco building, pengobatan Cina, Herbologi, Nutrisi, Sumberdaya yang bisa Diperbaharui, Pengolahan Limbah, terbuka untuk masyarakat Indonesia dan internasional. Pada tahun 2012 Keluarga Pedersen memulai dengan membuat Ecofarm yang berlokasi di daerah pegunungan di Jabung, Malang diperuntukkan kalangan sendiri. Ecofarm ini berprinsip self-sustain, mulai dari penyediaan makanan, air, kebutuhan keseharian keluarga hingga energi. Dalam penyediaan pangan keluarga, Keluarga Pedersen membuat food forest, menanam sayur dan bahan makanan organik dari green house sendiri (dengan sistim permakultur maupun sistem aquaponics), dan mengkonsumsi raw food di saat-saat tertentu. Keluarga Pedersen juga membuat sendiri sebagian besar bahan makanan yang lazimnya dijual di supermarket, seperti selai, saos tomat, saos cabe, roti tawar, snack, dll. Sumber energi Ecofarm untuk penerangan berasal dari solar panel yang dipasang di setiap rumah, sedangkan untuk memasak dengan menggunakan solar oven, menggunakan kayu ranting ataupun pohon tua yang sudah mati tanpa menebang pohon dan gas. Sumber air berasal dari water catchment yang bisa memenuhi kebutuhan sekeluarga selama setahun dan juga membuat cadangan sumber air.
6
Daerah dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. 08, Juni 2015
Kebutuhan keluarga keseharian misal pembersih rumah tangga, detergen, sabun mandi, pasta gigi,dll. menggunakan produk yang ramah lingkungan yang diproduksi sendiri. Keluarga Pedersen juga menggunakan toilet yang bisa dikomposkan atau lazim disebut composting toilet. Ecofarm ini tentu tidak lepas dari peternakan hewan. Yang menarik hewan ternak tersebut bukan untuk dimakan, namun untuk diambil manfaatnya untuk keseimbangan alam. ‘Misalnya, domba yang kami miliki akan makan rerumputan liar yang tidak kami butuhkan dan sebagai balasan, mereka menyuburkan tanah kami dari kotorannya, juga kami bisa mendapatkan wol untuk bahan baku kain kami. Ayam juga memiliki tempat khusus, karena mereka selain memberikan pupuk, juga membantu kami menjadi polisi serangga yang merusak’. jelas Ibu Deasi Pedersen. Ecofarm Keluarga Pedersen dibangun oleh seluruh anggota keluarga secara bergotong royong dan dibantu beberapa penduduk desa. "Saya, suami, dan 2 anak terbesar dan 1 batita, pindah ke Ecofarm dan disana tidak ada apapun termasuk tidak ada air, selama 1 bulan lamanya sambil membangun fasilitas-fasilitas untuk hidup di Ecofarm, kami tinggal di tenda, membuat water catchment untuk sumber air kami, dan membangun segalanya dengan tangan kami sendiri dan dibantu beberapa penduduk desa disana. " kata Ibu Deasi Pedersen. Sejak tahun 2013, Keluarga Pedersen pindah ke Ecofarm, dan kemudian mengajak keluarga-keluarga lainnya untuk bergabung bersama kami membentuk Ecovillage, tapi pun hingga saat ini, belum ada satupun keluarga di Indonesia yang tertarik tentang kehidupan berkelanjutan yang sesungguhnya. Keluarga Pedersen telah menawarkan tanah-tanah yang mereka dimiliki kepada keluarga lain untuk bergabung di sana namun masih menemui kesulitan. Hambatannya adalah kurang pahamnya masyarakat tentang pentingnya untuk hidup secara berkelanjutan. Masyarakat tidak memandang hal ini adalah sesuatu yang penting untuk keberlanjutan spesies manusia itu sendiri. Keluarga Pedersen mengaku untuk mengelola Ecofarm bukannya tanpa kesulitan, namun semua anggota keluarga belajar setiap harinya untuk membekali diri. Mulai dari Dr. Hassan Pedersen, kepala keluarga yang memang expert di bidang keberlanjutan sejak puluhan tahun lalu, hingga anak-anak yang terkecil masih balita sekalipun ikut andil dalam belajar hidup yang lebih berkelanjutan. ‘Tidak mudah, tapi sangat rewarding dan membahagiakan.’ ujar Ibu Deasi Pedersen. Setiap dari anggota keluarga memiliki andil atas suksesnya Ecovillage, bekerja sebagai tim, mulai dari hal kecil di dalam keseharian. Misalnya si kakak menjaga adiknya belajar menggunakan composting toilet, sampai si kakak ketika sudah waktunya compost toilet selesai dan menjadi kompos, untuk disebarkan di pohon-pohon buah. Keluarga Pedersen sangat detail disegala aspek kehidupan dan berencana akan menjadi lebih sustainable to the fullest. Perjalanan masih panjang namun sepertinya hal tersebut sama sekali tidak menyurutkan tekad keluarga ini untuk mewujudkan Ecovillage.(FA)
Awal merintis dan membangun Ecofarm
Bangunan greenhouse yang dilengkapi dengan sistim aquaponics dan solar panel
7
Daerah dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. 08, Juni 2015
TOKOH
MENCARI MODEL HIDUP BERKELANJUTAN DARI KELUARGA DEASI PEDERSEN
Keluarga Deasi Srihadi Pedersen sepintas nampak seperti keluarga lainnya. Namun dibalik kesederhanaannya, keluarga ini sangat memperhatikan lingkungan dan keberlanjutan, serta betul-betul menerapkan dalam kehidupan keseharian. Selain memproduksi barang-barang kebutuhan rumah tangga yang ramah lingkungan sendiri yang mana menjadi cikal bakal greenmommny shop, toko ramah lingkungan yang berbasis di Malang, Keluarga Pedersen juga mendirikan Yayasan Hadeyazah, yayasan non profit yang bergerak di bidang pendidikan dan keberlanjutan untuk berbagi kepedulian tentang keberlanjutan hidup manusia dalam skala keluarga, serta Ecofarm di Jabung Malang yang kelak nantinya menjadi Ecovillage. Yang menarik, pilihan gaya hidup ini murni datang dari kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun bahwa jalan hidup yang memperhatikan lingkungan dan berkelanjutan merupakan jalan hidup yang terbaik. Bagi Keluarga Pedersen hidup yang memperhatikan lingkungan dan berkelanjutan adalah cara untuk hidup selaras dengan apa pun yang hidup berdampingan di dunia ini. Istilah selaras yang dimaksud berbeda dengan cara berpikir masyarakat modern. Hidup yang memperhatikan lingkungan dan berkelanjutan, artinya harus siap mengorbankan halhal tertentu demi kembalinya keseimbangan dalam alam. Konsep keberlanjutan atau sustainability menurut Keluarga Pedersen adalah kondisi sesuatu, apa saja, bisa terus menjadi ada, bereproduksi, berjalan, bekerja dengan baik dengan tetap menjaga tujuan tanpa bantuan hal luar, atau dengan paling sedikit bantuan. "Dalam hal ini, hidup yang keberlanjutan, adalah kita, manusia dapat mempertahankan, untuk menjalani hidup kita tanpa masukan dari luar, misalnya tanpa atau dengan menggunakan sedikit bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbaharui. Sederhananya, kita dapat hidup dengan cara yang relatif nyaman tanpa atau sedikit masukan dari jasa dan produk yang berbahan dasar fosil dan produk sampingannya." ujar Ibu yang juga Trainer Ecofarm dan Green Mommy Network. Perubahan Iklim menurutnya adalah hasil konsumerisme yang akan membunuh kita semua jika kita tidak bertindak sekarang. Banyak pihak yang menganggap gaya hidup mereka tidak lazim, bahkan dianggap ekstrim, namun justru semakin banyak orang yang tertarik untuk belajar. Bila dibandingkan dengan gaya hidup modern yang serba instan, disatu sisi, gaya hidup ini "sulit dijalankan". Namun bila dilihat dari sisi lain, tidak perlu bekerja seperti orang kebanyakan yaitu tidak pernah bertemu dengan keluarga sendiri karena harus mengejar setoran gaji untuk pemenuhan kebutuhan keluarga ‘kurang penting’. "Manusia yang hidup di jaman modern yang menginginkan kepuasan instan, punya prioritas yang lumayan kacau menurut saya. Mengapa demikian, karena tidak bisa membedakan apa yang penting di dalam kehidupan dan mengekar hal yang tidak begitu penting dan kurang bermenafaat bagi kita dalam jangka panjang. Kehidupan yang berkelanjutan itu indah dan menyenangkan. Pada awalnya tidak mudah, namun semakin belajar, akan
8
Daerah dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. 08, Juni 2015
semakin mahir dan hal yang sama berlaku untuk ketika belajar keberlanjutan. Bila kita memfokuskan pada pikiran dan jiwa, yang lainnya akan mengikuti." ungkap Ibu dari enam orang anak ini panjang lebar. Ibu Deasi Pedersen membagikan tips bagi masyarakat yang ingin mengikuti jejaknya dan keluarga untuk mengadopsi gaya hidup yang berkelanjutan. Langkah awal adalah mengobservasi dan memetakan kehidupan, membuat daftar halhal yang bisa dirubah ke arah hidup yang berkelanjutan. Mulai dari diri sendiri, keluarga kemudian untuk masyarakat atau kelompok yang lebih luas. Hal lainnya adalah mencari kelompok-kelompok yang sudah memulai hal ini, bergabung dan belajar bersama. "Cari support group untuk mendukung usaha Anda. Dan yang pasti, Anda perlu untuk keluar dari zona kenyamanan, karena gaya hidup ini berbeda dari gaya hidup modern, akan selalu ada yang berbeda setiap hari. Memang harus berbeda, sampai hal ini dianggap sebagai sesuai yang lumrah. Jadi sebelum itu terjadi, bersiaplah untuk berenang melawan arus kuat sepanjang waktu." kata Ibu Deasi Pedersen yang kelahiran Manado. Bila pemerintah daerah ingin memasyarakatkan keberlanjutan, langkah awal yang krusial adalah memperkenalkan dan menunjukkan kepada masyarakat luas, orang-orang yang telah menjalani gaya hidup berkelanjutan bertahun-tahun untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh. Tujuannya agar masyarakat bisa mencerna lebih baik dan lebih komprehensif lebih menyeluruh, bahwa sustainable living itu mungkin sekali dilakukan setiap keluarga. Keluarga perlu menjadi contoh karena masyarakat itu dasarnya adalah kumpulan keluarga. Pemerintah juga dapat bekerja bersama-sama dengan orang-orang yang telah menjalani kehidupan berkelanjutan, yang tahu apa saja seluk beluk dan suka duka dalam menjalani kehidupan berkelanjutan. Pemerintah juga perlu terbuka mengenai informasi yang terkait dengan keberlanjutan, tidak hanya mengenai bahaya perubahan iklim, deforestrasi dll, namun menunjukkan cara nyata apa yang bisa dilakukan. "You won't believe it until you see it, it goes the same way as promoting sustainability to Indonesian." kata Ibu Deasi Pedersen. Pemerintah juga perlu untuk mendukung bisnis dan kelompok yang bergerak di bidang berkelanjutan untuk mempromosikan hal ini. "Orang-orang seperti kami seperti, running the show alone, tanpa dukungan pihak lain dan pemerintah dalam usaha untuk mendidik masyarakat mengenai keberlanjutan. "Pemerintah harus mengambil tindakan nyata, dan menempatkan aturan hukum atau peraturan tentang hal-hal yang hidup keberlanjutan." tutup Ibu Deasi Pedersen.(FA)
CONTACT, NEWSLETTER & WEBSITE JAPIL (Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal) merupakan platform untuk pertukaran informasi, pengetahuan, dan pengalaman dalam perencanaan dan implementasi aksi-aksi perubahan iklim. Keanggotaan JAPIL bersifat terbuka dan tidak mengikat yang berasal dari instansi pemerintahan, tokoh masyarakat dan LSM yang berminat terhadap isu perubahan iklim. Kirimkan tulisan atau artikel anda ke tim redaksi (
[email protected]). Tulisan yang dimuat akan mendapat bingkisan menarik. KONTRIBUTOR JAPIL menyampaikan terima kasih kepada seluruh kontributor edisi ini yaitu Moh. Nurhadi, Ratna Budiarti, Fitria Feliciani, David Pangaribuan, Trita Katriana dan Gita Fajar TIM REDAKSI Amira, Ratna, dan Moh Nurhadi.
9