Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
AGENDA Course on Geospatial Technologies for Disaster Risk Reduction in the Horn of Africa, 25 January - 4 February 2016 http://climate-l.iisd.org/events/course-ongeospatial-technologies-for-disaster-riskreduction-in-the-horn-of-africa/ Sea-level Observation Symposium: Journées REFMAR 2016, 2-4 February 2016 http://climate-l.iisd.org/events/sea-levelobservation-symposium-journeesrefmar-2016/ Agriculture and Food Systems, Climate Change and Nutrition in CIS Countries, 11 February 2016 http://climatel.iisd.org/events/agriculture-and-foodsystems-climate-change-and-nutritionin-cis-countries/ 7th International Conference on Integrated Natural Disaster Management, 15-16 February 2016 http://climate-l.iisd.org/events/7thinternational-conference-on-integratednatural-disaster-management/
BEASISWA Uni-Koblenz Scholarship, Gemany https://www.uni-koblenzlandau.de/en/internationalen/incomings/scholarship/weco-scholarship ESED Scholarships for Sustainable Energy Development Studies http://www.scholars4dev.com/17359/esedscholarships-for-sustainable-energydevelopment-studies/
KOMPETISI
Volvo Environment Prize http://www.environment-prize.com/
TOKOH
Tokoh Edisi ini, Pak Agus
BERITA
LAGI, KOTA PARTNER GIZ BERBAGI PENGALAMAN DI CONNECTIVE CITIES CEBU – “Setiap kota memiliki keunikan, karakter dan permasalahan yang berbeda. Pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan harus tetap mempertahankan keunikan dan ciri khas kota” demikian disampaikan Rafael Christoper, perwakilan Walikota Cebu, dalam pembukaan The 3rd Connective Cities Dialogue in Asia – Practitioners’ Workshop di Cebu, Filipina tanggal 17 – 19 November 2015. Connective Cities merupakan platform komunikasi praktisi pembangunan perkotaan berkelanjutan yang difasilitasi oleh pemerintah Jerman melalui GIZ dan German Association of Cities. Platform ini bertujuan mendorong pembangunan berkelanjutan melalui diskusi dan berbagi pengalaman antar kota di dunia. Pertemuan ini dihadiri oleh pemangku kepentingan pengembangan kota, mulai dari pemerintah kota, LSM dan institusi pendidikan. Connective Cities di Asia Tenggara kali ini dihadiri oleh tiga negara yaitu Indonesia, Filipina, dan Jerman dengan peserta sebanyak 25 orang yang berasal dari sembilan kota termasuk kota-kota mitra GIZ Indonesia. Mitra PAKLIM diwakili oleh Kota Semarang dan Malang sedangkan SUTIP diwakili oleh Kota Bogor dan Surakarta. Michael Lopez Rama selaku Walikota Cebu juga hadir saat diskusi dan menekankan pentingnya pembelajaran dari kota-kota lain untuk mendorong Cebu menjadi the most livable city for all. Workshop dengan tema Green Cities Implication for Sustainable Urban Mobility ini menjadi pembelajaran penting bagi peserta. Pertama, komitmen dari pimpinan kota adalah kunci utama dalam penyediaan transportasi publik yang dapat diandalkan, aman, dan nyaman. Pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan membutuhkan proses, waktu dan biaya yang tidak sedikit. Pelibatan swasta dalam pendanaan perlu dilakukan seperti yang terjadi di Eropa khususnya Jerman, walaupun pada akhirnya disadari bahwa pelibatan swasta melalui PPP (Public Private Partnership) untuk menyediakan transportasi publik tidak selalu berjalan mulus dan terkadang membatasi kendali Pemerintah hanya dalam menentukan harga tiket. Kedua, partisipasi, gender dan kolaborasi antarpemangku kepentingan dalam setiap proses menjadi keharusan.
1
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
Bercermin dari pengalaman Kota Semarang, perempuan memiliki akses yang terbatas terhadap kendaraan pribadi baik dari kepemilikan maupun penggunaan. Hal ini mengakibatkan wanita memiliki ketergantungan yang lebih terhadap transportasi publik. Integrasi gender dalam pengembangan transportasi publik menjadi hal yang penting agar transportasi publik juga ramah terhadap gender. Ketiga, pemanfaatan teknologi dan media sosial dalam sistem transportasi dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses transportasi dari segi pilihan moda, waktu, jarak, rute dan biaya. Pemanfaatan teknologi dapat menawarkan beragam pilihan dan kenyamanan transportasi sebagai “One Stop Mobility Shop“ seperti yang telah dilakukan di Hanover, Jerman. Penyediaan transportasi publik yang aman, handal, nyaman dan terjangkau menjadi prioritas yang harus dipenuhi setiap kota. (RB & DP)
LAKUKAN EVALUASI, JAWA TENGAH BERIKAN SINYAL KESIAPAN KAJI ULANG RAD GRK KARIMUNJAWA - Kesenjangan antara BAU RAD GRK dengan inventarisasi emisi GRK mendorong POKJA RAD 60,000.00 GRK Jawa Tengah segera melakukan evaluasi RAD GRK. Bersama PAKLIM 40,000.00 dan GE-LAMA-I, workshop evaluasi RAD GRK dilakukan di Karimunjawa 20,000.00 pada 29 November – 1 Oktober 2015. Hasilnya menunjukan temuan yang 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 mengejutkan. Kesenjangan antara BAU RAD GRK dengan inventarisasi BAU Scenario GHG Inventory emisi GRK mencapai 7 juta ton CO2e GHG Inventory + Monitoring Mitigation scenario pada tahun 2010 dimana BAU lebih kecil dari inventarisasi GRK. Sementara dari segi capaian, pencapaian penurunan emisi GRK masih rendah yakni 1,2 juta ton CO2e (tidak termasuk limbah) karena ketidaksesuaian pelaksanaan dengan rencana. Melihat temuan ini, PAKLIM dan GE-LAMA-I menyarankan agar POKJA RAD GRK melakukan penyesuaian BAU dengan kondisi aktual serta memperbaiki rencana aksi sesuai dengan kewenangan, teknologi, efisiensi dan efektifitas pembiayaan. 80,000.00
Dalam workshop tersebut, hadir pula Camat Karimunjawa, Muh. Tahsinul Khuluq yang berbagi pengalaman mengenai tantangan ketersediaan energi di wilayahnya. Keterbatasan energi menjadi penghambat pengembangan wisata di Karimun Jawa. Berbagai upaya dilakukan diantaranya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, Tenaga Bayu, dan Tenaga Surya. Pengalaman ini menjadi referensi penting bagi POKJA RAD GRK dalam kaji ulang. (RB)
2
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
MENGATASI PERUBAHAN IKLIM MELALAUI PARTISIPASI WARGA KESTALAN SURAKARTA – Kampung-kampung perkotaan merupakan kawasan rentan perubahan iklim. Mitigasi dan adaptasi tindakan berbasis masyarakat dapat mulai pada tingkat Kampung dalam rangka membangun agar lebih berketahanan iklim. Bekerjasama dengan PAKLIM, BLH Surakarta menyusun strategi dan rencana aksi ketahanan iklim di Kampung Kandangdoro. Pada tanggal 15 Oktober 2015, FGD pertama (Focus Group Discussion) untuk mengidentifikasi sector-sektor yang rentan berbasis masyarakat. Identifikasi menghasilkan tiga persoalan utama yakni kerentanan air akibat pencemaran dan betonisasi, masalah limbah dan keterbatasan ruang terbuka. Untuk meningkatkan ketahanan kampung, masyarakat mengusulkan perbaikan sistem sanitasi, limbah dan air. Temuan ini akan dibahas lebih lanjut pada FGD II mendatang pada akhir Oktober akan bertujuan mengintegrasikan kedua kepentingan yaitu dari masyarakat setempat serta pendekatan pemecahan masalah dari SKPD. (RB)
PAKLIM BUKTIKAN KOMITMEN TERHADAP GENDER
JAKARTA - Dalam setiap kegiatan pembangunan adalah sebuah keharusan bagi kerjasama internasional Jerman untuk mempromosikan kesetaraan gender. Untuk mendorong pelaksanaan komitmen ini, GIZ Indonesia menyelenggarakan kontes Gender untuk GIZ Indonesia, Timor-Leste dan ASEAN dengan tema “Communicating Gender”. Melalui Kontes tersebut, PAKLIM sebagai bagian dari GIZ Indonesia ingin membuktikan komitmennya terhadap gender dan sejauh mana pencapaian promosi gender telah dicapai. Melalui esai singkat tentang deskripsi pendekatan gender yang telah dilakukan PAKLIM berjudul “Gender mainstreaming project management for improved climate” telah mengantarkan PAKLIM sebagai juara ketiga untuk kategori Gender Marker 1. PAKLIM mengintegrasikan gender dalam strategi perubahan iklim melalui pendirian gender working group serta menyediakan gender tools bagi internal staf maupun partner PAKLIM untuk memastikan promosi kesetaraan gender dalam pelaksanaan proyek dan implementasi strategi iklim.
3
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
Bertempat di Hotel Morrisey, Jakarta, 21 Oktober 2015 Gender Working Group Indonesia, Timor Leste and ASEAN menyelenggarakan penyerahan hadiah secara resmi Awards Ceremony “Communicating Gender” yang dihadiri oleh berbagai perwakilan proyek GIZ Indonesia dan Timor Leste. Dalam Awards ceremony tersebut PAKLIM bersama pemenang-pemenang lainnya mendapat kehormatan untuk menerima penghargaan langsung dari Peter Palesch, Country Directur GIZ Indonesia, Timor Leste and ASEAN. Juara Pertama dan Kedua dalam kontes Gender Marker 1 adalah Forests and Climate Change Programme (FORCLIME) Indonesia dan Sustainable Management of Agro-Biodiversity Timor-Leste. Pemenang dari kategori Gender Marker 0, juara pertama Advisory and Training for the Maritime Sector dari Timor-Leste, kedua The Global Climate Change Alliance Programme dari Timor-Leste dan ketiga Joint Project Administration dari Timor-Leste. Dalam pembukaannya, Peter Palesch menyatakan harapannya akan semakin banyak proyek pembangunan GIZ yang berlomba-lomba untuk mempromosikan kesetaraan gender. Nadja Jabonwski selaku perwakilan Gender Working Group Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste menambahkan melalui kontes ini gender diharapkan akan lebih mendapat perhatian terutama di proyek terkait lingkungan dan perubahan iklim. Bagi PAKLIM sendiri, penghargaan ini bukanlah akhir dari proses integrasi gender terhadap pembangunan, namun awal bagi proses pembangunan yang lebih berkeadilan. PAKLIM percaya bahwa gender bukan semata-mata mengenai laki-laki ataupun perempuan saja, namun bagaimana memberikan hak dan akses yang setara, menekan ketimpangan dan memperluas kesempatan kontribusi aktif dan positif baik laki-laki maupun perempuan. (FA) Sumber : https://twitter.com/gizindonesia https://www.facebook.com/media/set/?set=a.884492814965282.1073741857.642407229173843&type=3
JEMBATANI AKSI IKLIM NASIONAL KE LOKAL, KLHK LATIH KADER LINGKUNGAN JAKARTA, 21 Desember 2015 - Dalam menangani perubahan iklim, banyak pihak yang memiliki peran penting dalam mengatasi dampak perubahan iklim dan menurunkan emisi GRK, termasuk masyarakat. Untuk dapat melibatkan masyarakat lebih jauh dalam menangani perubahan iklim, KLHK didukung oleh GIZ PAKLIM telah menyelenggarakan serangkaian pelatihan bertajuk “Pembentukan dan Pelatihan Kader Lingkungan di Kampung Iklim” di Malang, 17-19 November 2015 dan Yogyakarta, 16-18 Desember 2015. Peserta pada pelatihan ini adalah perwakilan masyarakat dan kader lingkungan. Tujuan dari pelatihan adalah untuk mengembangkan kapasitas masyarakat dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, melalui pelatihan teknis, eco-mapping dan penilaian mandiri. Pihak penyelenggara adalah KLHK PGL (Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan) dan Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim, GIZ Paklim Work Area 1 (advis kebijakan lokal dan nasional) dan Work Area 3 (Climate Education and Awareness). Pelatihan untuk kedua kota diselenggarakan dalam 3 hari untuk 130-150 peserta dari tingkat kampung di kota/kabupaten mitra Paklim di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogjakarta, dan mencakup topik-topik berikut: pengenalan isu lingkungan dan perubahan iklim di Indonesia, keterkaitan antara kebijakan lokal dan nasional dalam hal perubahan iklim serta dampaknya pada masyarakat, peran penting masyarakat dalam sektor-sektor perubahan iklim seperti limbah dan energi, pengenalan teknologi innovatif, tahap-tahap identifikasi isu dan pengembangan rencana aksi. Topik-topik tersebut diberikan melalui pelatihan penilaian mandiri, eco-mapping, dan praktek percontohan biogas, agro-forestry dan peternakan organik.
4
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
Selama pelatihan, antusiasme dan partisipasi aktif cukup dirasakan. Berbagai isu lingkungan dan perubahan iklim dari aspek teknis dan manajerial juga didiskusikan selama sesi, termasuk dampak perubahan iklim dan strategi untuk mengatasinya, peran pemerintah dalam mendukung upaya masyarakat, pencemaran lingkungan yang saat ini terjadi termasuk pencemaran air, sampah dan limbah yang tak tertangani, pengelolaan dan pemasaran bank sampah. Peserta juga melakukan praktek pengembangan rencana aksi kampung. Dari pelatihan, perwakilan masyarakat dan kader lingkungan telah mendapatkan pengetahuan dan peningkatan kapasitas untuk isu perubahan iklim dan diharapkan mampu mereplikasi pengalaman masing-masing ke komunitas dan kampungnya, sehingga masyarakat dan kader lingkungan dapat menjadi fasilitator untuk mendapatkan masukan dari warga sekitar untuk rencana aksi mitigasi dan adaptasi prioritas, sehingga dapat mengembangkan kampung ramah iklim. (TK)
PENDEKATAN GENDER UNTUK AKSI IKLIM BERBASIS MASYARAKAT MALANG, 19 November 2015 - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan didukung oleh PAKLIM memperkenalkan pendekatan gender untuk menyukseskan dan memastikan keberhasilan aksi perubahan iklim melalui “Pembentukan dan Pelatihan Kader Lingkungan di Kampung Iklim” di Malang, 17 – 19 November 2015 dan Yogyakarta, 16 – 18 Desember 2015. Pada kesempatan tersebut, PAKLIM Work Area 1 (Advisory Kebijakan untuk Lingkungan dan Perubahan Iklim) menegaskan pentingnya mengikutsertakan pertimbangan gender dimulai dari tahap perencanaan aksi perubahan iklim hingga ke tahap pelaksanaannya. Pendekatan gender ini dapat diarusutamakan baik untuk kegiatan mitigasi maupun untuk kegiatan adaptasi perubahan iklim. Di kesempatan yang sama, PAKLIM Work Area 1 juga memperkenalkan satu set Penilaian Mandiri untuk aksi perubahan iklim berbasis masyarakat di tingkat pedesaan untuk membantu mempersiapkan rencana aksi perubahan iklim yang berkelanjutan. Set penilaian mandiri ini terdiri dari rangkaian pertanyaan yang dirancang untuk menggali informasi mengenai permasalahan lingkungan. Berbagai informasi ini akan digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan permasalahan dari 9 (Sembilan) sektor yang terkait erat dengan upaya pencegahan perubahan iklim dan upaya adaptasi terhaap perubahan iklim. Sembilan sektor yang dimaksud adalah sebagai berikut: sektor energy, sektor ruang terbuka hijau, sektor limbah, sektor transportasi, sektor bangunan, sektor kebencanaan, sektor ketahanan pangan, sektor kesehatan dan sektor air bersih. PAKLIM telah melakukan upaya untuk mengintegrasikan pendekatan gender ke dalam set penilaian mandiri di sektor energi dan sektor limbah. PAKLIM mempresentasikan beberapa temuan atas pola perilaku antara laki-laki dan perempuan berdasarkan survey yang telah dilakukan sebelumnya. Temuan utama di sektor adalah sebagai berikut: pengguna energi di rumah tangga utamanya adalah perempuan dan tingkat kesadartahuan laki-laki atas penggunaan energi lebih rendah daripada perempuan. Di sektor transportasi juga ditemukan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki preferensi yang berbeda atas moda transportasi yang digunakan, dimana perempuan lebih bergantung pada transportasi publik karena keterbatasan akses terhadap kendaraan pribadi. Di sektor limbah, perempuan dipandang sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk mengelola limbah rumah tangga sehingga perempuan memegang peranan penting untuk memberikan masukan pengelolaan limbah. Para peserta pelatihan dibimbing untuk mengintegrasikan pendekatan gender ke dalam rencana aksi perubahan iklim berbasis masyarakat. Partisipasi dan pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kebutuhan baik laki-laki maupun perempuan, sehingga rencana aksi yang dikembangkan dapat memperhatikan kesetaraan gender. (TK)
5
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
PENGARUSUTAMAAN EKONOMI HIJAU DALAM KEBIJAKAN DAERAH MAGELANG – Kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara dalam proses menyusun strategi pembangunan ekonomi hijau pada sektor lahan. Konsep ekonomi hijau yang disusun merupakan rekonsiliasi upaya penurunan emisi sektor lahan yang meliputi pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan (Agriculture, Forestry and other Land Use/AFOLU) dengan peningkatan ekonomi yang berkelanjutan. Pengarusutamaan ekonomi hijau sektor lahan kedalam kebijakan pembangunan daerah melalui RPJMD diharapkan dapat membantu daerah mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dalam rangka penyusunan strategi pembangunan ekonomi hijau tersebut, POKJA di tiga kabupaten mitra GELAMAI (Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Action in Indonesia) menyusun draft dokumen dengan didampingi tim GELAMAI yang terdiri dari GIZ dan ICRAF. Proses pendampingan yang dilaksanakan pada 1 – 4 Desember 2015 di Magelang, merupakan bagian dari proses pelatihan LUMENS (Land Use for Multiple Environmental Services) yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pada pendampingan teknis pertama dari dua kali yang direncanakan, tim POKJA telah berhasil menyusun (1) analisa dampak perubahan penggunaan lahan terhadap cadangan karbon; (2) garis acuan penurunan emisi (reference emission level) berdasarkan skenario penggunaan lahan di masa yang akan datang; (3) identifikasi bentuk aksi mitigasi beserta tingkat penurunan emisi; dan (4) strategi pembangunan rendah emisi dan rencana implementasinya. Selain hal teknis, kunci keberhasilan dalam penyusunan strategi pembangunan ekonomi hijau ini adalah jaminan adanya keadilan dan efisiensi (fairness and efficiency) bagi semua pemangku kepentingan. Perencanaan dan strategi yang disusun berbasiskan data dan informasi (informed), menyertakan seluruh pihak terkait (inclusive) dan mengikutkan sektor pembangunan dalam kerangka kerja yang terpadu (integrative) terutama pada sektor berbasis lahan. Dalam rangka untuk mencapai upaya tersebut, tim POKJA berencana akan mengadakan kegiatan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan strategi pembangunan ekonomi hijau dari stakeholder pembangunan di daerah. Kabupaten Purbalingga yang telah berhasil memilih kepala daerah hasil dari pilkada serentak pada Desember lalu, berupaya untuk menyelesaikan dokumen pembangunan ekonomi hijau segera. Berkaitan dengan proses penyusunan RPJMD yang akan segera dimulai pada Maret 2016 setelah pelantikan Bupati terpilih, Purbalingga akan mengintegrasikan strategi pembangunan ekonomi hijau ini kedalam RPJMD mereka. Tujuan ekonomi hijau ini sejalan dengan misi Bupati terpilih terkait dengan mencukupi kebutuhan pangan, pengembangan ekonomi kerakyatan dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.(FP)
6
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
TIGA BULAN YANG PENDEK DI SURAKARTA SURAKARTA – Kolaborasi antara PAKLIM dan Program ASA akhirnya berakhir pada November 2015. Program ASA menugaskan dua relawan yaitu Ha Ngo Bich dan Janine Dummer untuk mendukung Program PAKLIM di Jawa Tengah. Kedua relawan ini kemudian ditugaskan di Surakarta untuk mendukung kampung yang tahan iklim dari pertengahan Agustus sampai akhir November 2015. Selama tugasnya, peserta Program ASA telah memilih kampung yang potensial untuk percontohan aksi perubahan iklim. Kampung yang terpilih yaitu Kampung Kandangdoro, Kelurahan Kestalan, Surakarta. Kampung ini telah dikaji pada Sembilan elemen kampung terhadap konsekuensi Lingkungan dan perubahan iklim. Peserta Program ASA telah mengadakan kajian Lingkungan partisipatif dengan bekerja bersama tokoh-tokoh masyarakat dan SKPD terkait. Diantara masalah yang mendesak dan penting yang teridentifikasi adalah kontaminasi E. Collie bacteria di sumur warga dan rendahnya resapan air hujan ke tanah. Kenyataannya kedua masalah ini ternyata saling berhubungan. Karena permukaan tanah dilapisi beton, tidak ada air hujan yang kembali ke tanah sementara itu pengambilan air dilakukan intensif dari banyak sumur. Di lain pihak, limbah tinja dibuang langsung ke sungai atau dikelola sederhana di tangki septic yang tidak memadai. Akhirnya bakteri E. Collie dari limbah cair tinja mengalir dan mencemari air sumur. Berbasis temuan ini, masyarakat mengusulkan kepada pemerintah kota untuk diberi akses air bersih dan pengelolaan air limbah domestic yang memadai. Berbagai masalah dan alternative solusi yang lain juga didiskusikan dalam forum warga. Pada Desember 2015, Startegi Ketahanan Kampung telah didiskusikan dengan SKPD terkait untuk memperoleh tanggapan dan dukungan. Peran peserta Program ASA terlihat sangat signifikan meskipun hanya berperan selama tiga bulan. Untuk menutup penugasan mereka, diselenggarakan makan malam bersama oleh masyarakat, SKPD, dan PAKLIM. Kedua relawan Program ASA akhirnya menemukan jalan kembali setelah tiga bulan ‘tersesat’ di Surakarta. Tiga bulan penugasan di Surakarta kelihatan terlalu pendek karena ketulusan dan keramahtamahan warga yang mendukung tugas-tugas mereka.(MN)
PENASEHAT PEMBANGUNAN MULAI DUKUNG KOTA PEKALONGAN PEKALONGAN – Kota Pekalongan menerima energy baru untuk membantu pembangunan kota dan pengelolaan lingkungan. Seorang penasehat pembangunan yang ditugaskan PAKLIM, Ulrich Malisius telah siap mendukung kota Pekalongan. Pada Selasa (12/8), Ulrich Malisius diperkenalkan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kota Pekalongan untuk mendiskusikan masalah-masalah prioritas yang harus didukung selama masa tugasnya. Hadir pada pertemuan itu, perwakilan dari SKPD terkait antara lain BAPPEDA, BLH, DPU, DKK, DKP, dan Disperindagkop. Asisten II Kota Pekalongan yang memimpin pertemuan menyambut baik penugasan ini. Dia mengucapkan selamat datang dan Ulrich Malisius dapat memberikan kontribusi signifikan bagi Kota Pekalongan. Selama pertemuan, berbagai area kerja digali dari harapan dan ide-ide masing-masing SKPD yang hadir untuk memberikan peran kepada penasehat pembangunan. Dengan sejarah penugasannya yang panjang di Indonesia di bidang pembangunan kota dan pengelolaan Lingkungan, Malisius fleksibel dengan kebutuhan Kota Pekalongan. Meskipun demikian, penugasannya harus tetap focus dan realistik terhadap jangka waktu penugasannya. Pada akhir meeting disepakati untuk memfokuskan dukungan pada perbaikan pengelolaan sampah dan revitalisasi permukiman kumuh. Kedua isu ini cukup mendesak di Pekalongan untuk lima tahun ke depan. Pertemuan kemudian dilanjutkan dengan menggali sumber-sumber pendanaan untuk mendukung perbaikan di dua aspek tersebut. Beberapa skema pendanaan didiskusikan untuk mendukung perbaikan pengelolaan sampah dan revitalisasi permukiman kumuh di Pekalongan. Akhirnya, selamat bekerja Pak Uli! (MN)
7
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
KISAH
PERJUANGAN WARGA KANDANG PANJANG MELAWAN ROB MENJADI BERKAH Perubahan iklim telah bagian warga Kandang Panjang di pesisir utara Kota Pekalongan sejak lebih dari satu dasawarsa. Waktu pertama kali terjadi kenaikan muka air laut (rob) tidak diketahui dengan pasti, tetapi sekitar tahun 2007 rob menyebabkan dampak sosial dan lingkungan yang luar biasa. Mula-mula air laut menerjang kawasan hutan mangrove yang berada di garis paling luar. Ketika hutan mangrove yang tak lagi lebat mulai menyerah, air laut pun menghempas tambak ikan, kebun melati dan sawah. Lahan-lahan produktif itu tak dapat dipertahankan dan memaksa sebagian besar warga untuk berganti pekerjaan menjadi buruh batik, berjualan, dan pekerjaan-pekerjaan lain. Lahan-lahan yang menjadi tempat bergantung telah berubah menjadi lautan sejauh mata memandang. Dampak rob ternyata tidak berhenti sampai di batas itu, beberapa tahun terakhir rob juga merendam permukiman warga. Jalan-jalan Lingkungan menjadi becek, lantai rumah berair, dinding-dinding mulai rapuh, dan jamban-jamban mulai tak nyaman dipakai. Ketika rob datang, septic tank yang tak kedap air terisi penuh oleh air laut. Akibatnya kotoran di WC tak bisa disiram. Septic tank yang bocor atau meluap mengotori perairan. Warga mulai tersentak ketika banyak anak sakit diare atau muntaber yang memaksa opname di rumah sakit. Menggendong anak yang sakit menuju rumah sakit melewati genangan rob menjadi pengalaman yang memilukan. Namun belajar dari pengalaman pilu itu, warga Kandang Panjang mulai berontak. Tanggul-tanggul dipasang, rumah di tinggikan, pohon-pohon yang mati ditambah tanah dan ditanami kembali. Warga mulai menata diri dengan berswadaya merintis ketahanan pangan, mengelola sampah, warga berbenah berupaya mengubah musibah menjadi berkah. Atas usaha gigih itu, warga Kampung Kandang Panjang menerima beberapa anugerah. Hadiah dari anugerah tersebut dimanfaatkan sebagai modal memperluas dan meningkatkan perbaikan lingkungan. Pemerintah Kota Pekalongan untuk mendukung inisiatif warga dengan memberikan hibah program senilai Rp. 1 Milyar. Kini warga Kampung Kandang Panjang mulai berseri. Kampung yang dulu gersang dan kusam mulai hijau dan tertata tetapi jalan panjang mengembalikan kehidupannya yang terampas rob masih panjang. Jamban-jamban masih mampat, tanaman-tanaman dan kolam masih sering terkontaminasi air laut. Tetapi warga yakin jalan panjang itu bisa ditempuh karena perjuangan mereka bisa membuat rob menjadi luluh. (MN)
8
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
TOKOH
PAK AGUS: RASA MALU MENGANTARKAN MASYARAKAT PEDULI LINGKUNGAN
Pak Agus bersama dengan istri dan anak bungsunya
Keberhasilan Kampung iklim Kandang Panjang dalam menata kembali wilayah mereka tidak terlepas dari peran seorang tokoh bernama Agus Dartam. Pak Agus, begitu biasa beliau disapa oleh masyarakat disana, merupakan seorang ketua RT 5 dari RW 11 Kelurahan Kandang Panjang. Dalam kesehariannya, Pak Agus merupakan seseorang yang sederhana. Namun dibalik tampilan beliau yang sederhana tersebut, keluarlah pemikiranpemikiran hebat yang telah menginspirasi dan memotivasi warga sehingga saat ini warga Kandang Panjang mampu hidup dengan semangat baru dan selalu optimis menghadapi keadaan lingkungan tempat tinggal mereka yang rentan terkena dampak kenaikan permukaan air laut.
“Dulu, masyarakat membuang sampah di sekitar tempat tinggal. Hal itu memperburuk dampak rob di Kandang Panjang,” kata Pak Agus. “Semua sampah yang dibuang masyarakat bersebaran mengikuti arus rob dan masuk ke rumah-rumah warga. Hal itu menimbulkan kompleksitas masalah termasuk masalah sosial dan kesehatan,” lanjut beliau. Pak Agus menjabat sebagai ketua RT 5 di Kandang Panjang sejak tahun 2011. Kepedulian beliau terhadap lingkungan serta jiwa kepemimpinan beliau mampu menginspirasi masyarakat untuk bersama-sama memperbaiki lingkungan tempat tinggal mereka. Program – program beliau berkaitan lingkungan secara bertahap dikenalkan ke masyarakat dan pada akhirnya mengantarkan masyarakat pada keadaan yang lebih sadar dan peduli pada lingkungan. “Program awal yang saya lakukan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat di Kandang Panjang adalah dengan menanamkan jiwa malu pada masyarakat,” begitu kata Pak Agus. “Rasa malu terhadap lingkungan yang kotor dapat menghantarkan masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan hidup,” lanjut beliau. Menurut Pak Agus, daerah RT 5 Kandang Panjang merupakan daerah terjelek dan merupakan daerah jorok. Namun sejak masyarakat sadar dan peduli kebersihan lingkungan, daerah tersebut dijadikan daerah percontohan. Saat ini banyak program dari pemerintah maupun dari organisasi non pemerintah membantu perbaikan sarana pra sarana di daerah tersebut. Program-program peduli lingkungan yang sampai saat ini masih berjalan di masyarakat kampung iklim Kandang Panjang adalah penanaman mangrove, penghijauan lingkungan dengan tanaman sayuran dan tanaman hias, serta pengelolaan sampah terpadu. Menurut Pak Agus, dalam pelakasanaan program-program peduli lingkungan, masyarakat didampingi dan dimotivasi oleh lembaga pemerintah dan organisasi non pemerintah yang berkonsentrasi di lingkungan hidup. “ Masyarakat butuh selalu dimotivasi agar tidak putus asa dan perlu disadarkan bahwa rob adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi dengan bijaksana,” kata Pak Agus mengakhiri perbincangan dengan tim Intern GIZ dari Pekalongan. (YM)
9
Kota dan Perubahan Iklim
Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal
No. X, Oktober 2015 – Januari 2016
CONTACT, NEWSLETTER & WEBSITE JAPIL (Jejaring Aksi Perubahan Iklim Lokal) merupakan platform untuk pertukaran informasi, pengetahuan, dan pengalaman dalam perencanaan dan implementasi aksi-aksi perubahan iklim. Keanggotaan JAPIL bersifat terbuka dan tidak mengikat yang berasal dari instansi pemerintahan, tokoh masyarakat dan LSM yang berminat terhadap isu perubahan iklim. Kirimkan tulisan atau artikel anda ke tim redaksi (
[email protected]). Tulisan yang dimuat akan mendapat bingkisan menarik. KONTRIBUTOR JAPIL menyampaikan terima kasih kepada seluruh kontributor edisi ini yaitu Gita Fajar S, Feri Prihantoro, Moh. Nurhadi, Ratna Budiarti, Fitria Feliciani, David Pangaribuan, Yushi Mardiana dan Trita Katriana TIM REDAKSI Amira, Ratna, dan Moh Nurhadi.
10