1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan keperawatan saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang kompeten dan berstandar nasional maupun internasional (Nurhadi, 2004). Penyelengggaraan pendidikan dituntut dapat dengan cepat merespon proses pembelajaran yang kompleks dan berkelanjutan dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dapat bekerja sesuai bidang ilmunya dan diterima dimasyarakat secara baik. Oleh karena itu suatu perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, skill dan insight sehingga dapat menciptakan lulusan perawat yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008). Perawat juga harus memiliki tiga kemampuan utama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas, yaitu: pengetahuan, sikap dan keterampilan yang didapat di bangku kuliah atau pendidikan keperawatan. Kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi dan persepsi tentang figur seorang perawat. Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi akan bersemangat untuk menekuni dunia yang akan digeluti atau profesinya. Motivasi juga akan meningkatkan usaha seseorang untuk mencapai tujuannya (Sardiman, 2005).
1
2
Jumlah mahasiswa yang memilih keperawatan juga dianggap memliki minat dan motivasi tinggi menjadi perawat. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pendidikan keperawatan di Indonesia dengan jumlah institusi pendidikan DIII keperawatan (poltekes dan non poltekes) tahun 2009 adalah 351 institusi dengan jumlah lulusan keperawatan DIII dari poltekes dan non poltekes 25.571 (tahun 2008) (Pusdiknakes, 2008). Dan institusi pendidikan S1 keperawatan negeri dan swasta berjumlah 305 institusi dengan jumlah lulusan S1 keperawatan per tahun diperkirakan 15.520 (Lukman, 2010). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Motivasi merupakan suatu proses dimana kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya suatu tujuan tertentu
(Mangkunegara, 2009).
Motivasi intrinsik bermakna keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu yang tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Seseorang memilih profesi sebagi perawat memiliki motivasi yang berbeda-beda,
sedang
persepsi
seseorang
tehadap
figur
perawat
akan
mempengaruhi motivasi tersebut. Mahasiswa yang mempunyai persepsi baik tentang figur perawat akan menimbulkan motivasi yang tinggi untuk menjadi perawat yang baik sesuai dengan persepsinya. Motivasi yang tinggi diharapkan akan menimbulkan semangat untuk belajar dan akan menghasilkan prestasi yang
3
baik yang pada akhirnya akan menjadi lulusan perawat yang berkualitas dan profesional. Persepsi yang salah tentang figur dan peran perawat akan mengakibatkan kurang tertariknya mahasiswa untuk menjadi perawat. Hal ini terjadi karena adanya suatu pemahaman yang salah dan keliru tentang “Perawat dan Keperawatan” di lingkup masyarakat Indonesia secara umum sehingga mengakibatkan perilaku tidak tertarik untuk menekuni apalagi memilih profesi perawat. Salah satu kenyataan di lapangan yang mereka terima adalah ketika mereka mulai memasuki tahap praktek klinik keperawatan. Jika sebelumnya mungkin mereka hanya melihat dan mendengar tentang figur seorang perawat, bagaimana dan apa saja yang seorang perawat kerjakan. Pada saat menjalani praktek klinik mereka akan benar-benar merasakan, mengetahui dan memahami tentang figur perawat yang sesungguhnya, baik itu tentang tugas perawat serta tanggung jawab seorang perawat. Praktek klinik keperawatan adalah serangkaian pembelajaran yang dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan/keperawatan nyata dimana peserta didik dihadapkan langsung dengan klien maupun situasi nyata (Relly dan Obermann, 1999). Tujuan dari praktik klinik selain menerapkan konsep adalah diharapkan peserta didik lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga terampil dalam menggunakan teori dan tindakan. Di lahan klinik peserta didik juga dapat bereksperimen
dengan
menggunakan
konsep
dan
teori
untuk
praktik,
menyelesaikan masalah dan mengembangkan bentuk perawatan baru (Nursalam & Ferry, 2008). Pembelajaran klinik juga dapat diartikan sebagai bentuk
4
pengalaman belajar (learning experience) dimana peserta didik berkesempatan melatih diri melaksanakan praktek keparawatan profesional (professional nursing practice) di tatanan nyata pelayanan kesehatan (real setting) dimana terdapat praktek leperawatan klinik. (White dan Ewan, 1991 ). Adapun metode pembelajaran klinik tersebut meliputi eksperiential, pemecahan masalah, konferensi, self directed, perceptorship dan model yang dipusatkan pada praktek (White & Ewan,1991). Sedangkan untuk
metode,
strategi dalam bimbingan praktek klinik keperawatan antara lain: belajar mandiri, demontrasi, bed side teaching, ronde keperawatan, pre dan post konferen, penugasan klinik. Dari pengamatan yang dilakukan pada bulan Desember 2013 di PSIK FK Unud pada salah satu mata ajar, didapatkan hasil nilai akhir pada mata ajar praktek klinik keperawatan maternitas mahasiswa angkatan 2006 di semester VI dapat dilihat mahasiswa yang mendapatkan nilai A sebanyak 8,9%, yang mendapat nilai B sebanyak 88,4% dan yang mendapat nilai C sebanyak 2,6%. Sedangkan berdasarkan pengamatan hasil nilai sikap dari mata ajar praktek klinik keperawatan maternitas mahasiswa angkatan 2006 di semester VI diperoleh data mahasiswa yang termasuk dalam kategori motivasi tinggi sebanyak 7,7%, mahasiswa dengan kategori motivasi sedang sebanyak 92,3%. Terlihat bahwa hanya 8,3% mahasiswa yang masuk dalam kategori motivasi tinggi. Melihat kondisi ini diharapkan dengan adanya praktek klinik keperawatan dapat meningkatkan motivasi mahasiswa, setidaknya ada 70-90% mahasiswa yang termasuk dalam kategori motivasi tinggi. Untuk itu peneliti tertarik untuk
5
melakukan penelitian mengenai perbedaan motivasi mahasiswa menjadi perawat sebelum dan setelah menjalani praktek klinik keperawatan pada mahasiswa semester IV di PSIK FK Unud.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah terdapat perbedaan motivasi menjadi perawat sebelum dan sesudah menjalani praktek klinik keperawatan?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan motivasi menjadi perawat sebelum dan sesudah menjalani praktek klinik keperawatan.
1.3.2
Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi motivasi menjadi perawat sebelum menjalani praktek klinik keperawatan. b. Mengidentifikasi motivasi menjadi perawat sesudah menjalani praktek klinik keperawatan. c. Menganalisis perbedaan motivasi menjadi perawat sebelum dan sesudah menjalani praktek klinik keperawatan.
6
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Praktis a. Diharapkan memberikan informasi terhadap institusi pendidikan bahwa proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik bila disertai dengan adanya minat dan motivasi, sehingga tes minat dan motivasi peru diadakan pada prosedur penerimaan mahasiswa baru. b. Sebagai bahan masukan untuk penyusunan strategi pembelajaran sehingga memungkinkan mahasiswa tetap memiliki motivasi belajar dalam menempuh pendidikan di institusi keperawatan. c. Sebagai
bahan
masukan
untuk
mempertahankan
bahkan
meningkatkan system pengajaran sehingga motivasi dan persepsi mahasiswa tentang perawat tetap baik dan terjaga. d. Sebagai masukan bagi institusi dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru untuk mengikutsertakan aspek motivasi sebagai bahan pertimbangan untuk penerimaan mahasiswa nantinya.
1.4.2
Manfaat Teoritis Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan baru dalam bidang penelitian dan untuk mendapatkan gambaran secara nyata tentang adanya perbedaan motivasi menjadi perawat sebelum dan sesudah
7
menjalani praktek klinik keperawatan mahasiswa PSIK FK Unud semester IV.