BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perempuan 1 Indonesia turut berperan aktif dalam organisasi pengkaderan, perjuangan ataupun pergerakan. Bila ditelusuri, kaum perempuan adalah kelompok yang mengambil bagian dalam perjuangan, apakah pada zaman pergerakan sebelum kemerdekaan maupun pada zaman pasca kemerdekaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Kongres Perempuan Pertama pada tanggal 22 Desember 1928 di Jakarta yang dipelopori oleh Soejatin, Nyi Hajar Dewantoro, Siti Sundari, dan lain-lain. 2 Di tataran mahasiswa, perempuan dianggap
memiliki kemampuan untuk
membangun organisasi, wadah ataupun perkumpulan berbasis perempuan. Tingginya keterlibatan perempuan dalam pengambilan kebijakan akan berdampak pada perbaikan kondisi dan posisi perempuan di sektor publik. Di Kota Medan sendiri banyak organisasi, wadah ataupun perkumpulan perempuan yang bersifat pembinaan kader. Salah satu di antaranya adalah Korps 3 HMI-Wati atau disingkat KOHATI. 4
1
Perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui:wanita. 2 Monique Soesman, Kongres Perempuan Pertama Tinjauan Ulang, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV, 2007, hlm. 4. 3 Korps adalah himpunan orang (badan, organisasi) yang merupakan satu kesatuan:seluruh.
Universitas Sumatera Utara
KOHATI merupakan sub-organisasi atau badan khusus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berfungsi sebagai wadah membina, mengembangkan, dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan perempuan. 5 Pada awalnya HMI-Wati dikelola oleh Departemen Keputrian yang merupakan salah satu bidang dalam struktur organisasi HMI. Dilihat dari sejarahnya, kiprah kaum perempuan pada organisasi HMI melekat sejak kelahirannya pada tanggal 5 Februari 1947 yang dipelopori oleh Lafran Pane, ada dua aktivitis HMI perempuan yaitu Maisyarah Hilal dan Siti Zainah. Dalam perkembangan selanjutnya muncullah Baroroh Baried, Tujimah dan Tedjaningsih. Keaktifan para HMI-Wati dalam kegiatan-kegiatan di HMI, ditandai dengan tercetusnya gagasan untuk memperluas aksi di semua bidang, selain itu juga mendorong lahirnya Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI). 6 Secara umum pada tahun 1946-1965, perjuangan perempuan sangat dipengaruhi oleh suasana bangsa dan negara, yakni ketika Indonesia mencari pola demokrasinya. Secara sadar perempuan mulai masuk ke wacana politik sebagai garis perjuangan. 7 Organisasi Aisyiyah sayap dari organisasi Muhammadiyah, terlebih dahulu lahir karena situasi masyarakat Islam dan politik di Indonesia serta degradasi 4
Pada awal pembentukan bernama Corps HMI-Wati yang disingkat dengan COHATI, namun terjadi perubahan ejaan kata “Corps” menjadi “Korps” sehingga menjadi Korps HMI-Wati yang disingkat dengan KOHATI, terjadi pada tahun 1973. Untuk kalimat selanjutnya, penulis menggunakan kata KOHATI. 5 Termaktub dalam Hasil-hasil Kongres HMI XXVIII, Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan, 15 Maret – 15 April 2013, pada pasal 47 tentang Korps HMI-Wati poin a. 6 M. Alfan Alfian, Himpunan Mahasiswa Islam 1963 – 1966: Menegakkan Pancasila di tengah Prahara, Jakarta: Kompas, 2013, hlm.131. 7 A. Nunuk P. Murniati, Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama, Budaya dan Keluarga, Magelang: Yayasan Indonesia Tera Anggota IKAPI, 2004, hlm.124.
2
Universitas Sumatera Utara
dalam bidang ilmu pengetahuan dan agama, KOHATI lahir pasca kemerdekaan dari kalangan mahasiswa, dalam situasi yang nyaris sama, sehingga dirasakan perlu adanya gerakan untuk membantu perempuan. 8 Eksistensi HMI sebagai organisasi yang memiliki kekuatan anti terhadap komunis, menentang secara hebat paham dan ajaran komunis terutama di kalangan mahasiswa. Pasca terjadinya peristiwa Gerakan 30 September diduga di dalamnya oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Masyarakat semakin memberikan kepercayaan kepada HMI dengan meledaknya jumlah mahasiswa yang mendaftarkan diri untuk masuk menjadi anggota HMI. Kekhawatiran karena tidak dapat tertampung HMIWati yang berada di lingkungan HMI menjadi salah satu faktor yang mendorong terbentuknya KOHATI. Sebelum KOHATI terbentuk secara nasional, HMI-Wati di beberapa cabang HMI telah berpartisipasi penuh dalam kegiatan-kegiatan mahasiswa dalam dinamika angkatan 1966, ditandai dengan turut dalam pengerahan massa dalam Kesatuan Aksi Pengganyangan (KAP) GESTAPU/PKI. 9 KOHATI terbentuk pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 sebagai keputusan dari Kongres ke VIII di Solo dan pengurus KOHATI dibentuk di tempat kedudukan HMI dengan tujuan untuk
8
Ismah Salman, Keluarga Sakinah Dalam Aisyiyah: Diskursus Jender di Organisasi Perempuan Muhammadiyah, Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, 2005, hlm. 87. 9
M. Alfan Alfian, Op. Cit., hlm. 132.
3
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kualitas dan peranan HMI-Wati secara internal dan eksternal. 10 Saat itu HMI Pengurus Besar dipimpin oleh Nurcholis Madjid sebagai Ketua Umum dan Nazar Nasution sebagai Sekretaris Jenderal. Kehadiran KOHATI Cabang Medan tidak terlepas dari keberadaan HMI Cabang Medan yang lahir pada tanggal 10 November 1952 yang diprakarsai oleh OK Rahmad Bakrie (Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara), beserta rekan-rekannya Amier Husein dan Deliar Noer yang ketika itu berada di Jakarta juga sebagai aktivis HMI. Mereka dipanggil kembali ke Medan untuk mendeklarasikan HMI Cabang Medan di Aula II UISU berada di Jalan Sisingamangaraja No. 2 A Medan. 11 Setelah KOHATI Pengurus Besar terbentuk, selanjutnya di Cabang Medan didirikan KOHATI pada tahun 1966 dengan ketua KOHATI bernama Djanius Djamin. 12 Seperti halnya KOHATI Pengurus Besar, KOHATI Cabang Medan juga turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan serta aksi yang digelar oleh HMI Cabang Medan. Selain itu, melakukan kegiatan pengkaderan khusus untuk HMI-Wati dengan tujuan meningkatkan kualitas diri. Sebagai wadah yang bergerak di bidang keperempuanan, KOHATI juga menanggapi seputar isu-isu keperempuanan yang 10
Daru Irawadi, Terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Medan (1952-1985), dalam Skripsi S1, belum diterbitkan, Medan: Fakultas Sastra, Jurusan Ilmu Sejarah, Universitas Sumatera Utara, 2010, hlm. 26. 11 HMI Komisariat Fakultas Ilmu Budaya USU, Buku Panduan Masa Perkenalan Calon Anggota (MAPERCA), Medan: tanpa penerbit, 2014, hlm. 5. 12 Wawancara dengan Nilamsari selaku Ketua Umum KOHATI Cabang Medan Periode 19701971, pada tanggal 07 Desember 2015, pukul 17:03 WIB.
4
Universitas Sumatera Utara
sedang berkembang baik secara nasional dan lokal. Perkembangan KOHATI Cabang Medan juga mengalami pasang surut dalam aktivitas pergerakannya. Berangkat dari pemikiran inilah penulis merasa tertarik menuliskan sebuah peristiwa masa lampau dengan melihat potret perjalanan panjang dari sebuah suborganisasi mahasiswa yang berfokus pada masalah keperempuanan dan membahas pergerakan-pergerakan yang dilakukan KOHATI Cabang Medan selama periode 1966 sampai 1998. Alasan lain adalah KOHATI Cabang Medan belum pernah diteliti dan ditulis secara historis. Perkembangan HMI Cabang Medan pernah diteliti dan ditulis oleh orang lain, namun hanya sedikit menyinggung tentang KOHATI. Dengan alasan di atas, penulis tertarik meneliti Korps HMI-Wati (KOHATI) Cabang Medan (1966 – 1998). Adapun alasan penulis meneliti mulai tahun 1966 karena pada tahun inilah awal terbentuknya KOHATI Cabang Medan, selanjutnya dibatasi hingga tahun 1998 karena pada tahun ini terjadi peristiwa reformasi. KOHATI turut terlibat bersama HMI dalam aksi demonstrasi untuk menurunkan rezim Soeharto di beberapa titik Kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah Dalam melakukan sebuah penelitian, perlu dirumuskan masalah-masalah yang berkaitan dengan judul yang diajukan. Penelitian akan lebih terarah dalam
5
Universitas Sumatera Utara
pengungkapan akar permasalahan. Berkaitan dengan judul yang diajukan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang terbentuknya Korps HMI-Wati (KOHATI) Cabang Medan? 2. Bagaimana perkembangan Korps HMI-Wati (KOHATI) Cabang Medan pada tahun 1966 - 1998? 3. Bagaimana kontribusi Korps HMI-Wati (KOHATI) Cabang Medan baik secara internal maupun eksternal pada tahun 1966 - 1998?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan latar belakang terbentuknya Korps HMI-Wati (KOHATI) Cabang Medan. 2. Menjelaskan perkembangan Korps HMI-Wati (KOHATI) Cabang Medan pada tahun 1966 - 1998. 3. Menjelaskan kontribusi Korps HMI-Wati (KOHATI) Cabang Medan baik secara internal maupun eksternal pada tahun 1966 – 1998. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini secara teoritis ialah
6
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi disiplin Ilmu Sejarah, memberikan sumbangan pemikiran dan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian tentang organisasi mahasiswa di bidang keperempuanan di masa yang akan datang. 2. Untuk KOHATI Cabang Medan, akan dijadikan arsip dan bahan referensi penulisan buku sejarah KOHATI yang akan di launching pada milad KOHATI ke 50. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini secara praktis ialah untuk memberitahukan kepada masyarakat umum bahwa KOHATI sebagai sebuah wadah perempuan mampu menunjukkan peran aktifnya dalam berbagai bentuk pergerakan yang berwawasan lokal dan nasional. Dengan demikian patut diekspos untuk dijadikan contoh oleh publik dari pemerintah dalam membentuk organisasiorganisasi serupa pada masa yang akan datang terutama dalam penyusunan organisasi, Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, visi, misi dan lain-lain.
1.4 Tinjauan Pustaka Dalam sebuah penelitian, perlu menggunakan beberapa acuan yang berkaitan dengan topik yang diteliti sebagai landasan dna pengarah yang tepat. Tinjauan pustaka yang menjadi acuan dalam penelitian ini sebagai berikut: Ida Ismail Nasution dalam KOHATI Mengakar ke Dalam untuk Meraih Asa (2015), menjelaskan tentang proses kelahiran KOHATI. Cabang Jakarta adalah salah 7
Universitas Sumatera Utara
satu cabang pertama yang membentuk KOHATI sebelum detik-detik kelahiran KOHATI secara nasional di Kongres ke VIII di Solo pada tanggal 17 September 1966 yang melibatkan seluruh cabang HMI yang ada di Indonesia. Dalam penjelasan buku ini banyak membantu dalam memahami proses pembentukan KOHATI yang diresmikan secara nasional dan melibatkan beberapa cabang untuk menjadi peserta Musyawarah Nasional I KOHATI dalam memutuskan lembaga khusus yang bersifat semi-otonom ini. Bahkan menjelaskan mengenai pengkaderan KOHATI yaitu Up Grading dan materi yang disampaikan. M. Alfan Alfian dalam Himpunan Mahasiswa Islam 1963 – 1966: Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara (2013), mengungkapkan dinamika perjalanan sejarah HMI dari kurun waktu 1963 – 1966. Secara khusus kajian ini menyinggung tentang lahirnya KOHATI pada kongres ke VIII di Solo serta menjelaskan peran aktif dalam pergerakan-pergerakan perempuan yang dilakukan oleh KOHATI. Bahkan sebelum KOHATI resmi terbentuk secara nasional, HMIWati di beberapa cabang HMI telah berpartisipasi penuh dalam kegiatan-kegiatan mahasiswa dalam dinamika angkatan 1966. 13 M. Alfan Alfian menceritakan bagaimana kekuatan HMI sebagai anti komunis, sehingga masyarakat mulai bersimpati dan banyak yang mendaftarkan diri menjadi anggota HMI. Meningkatnya jumlah anggota menyulitkan pengontrolan secara menyeluruh peran aktif dari HMIWati, sehingga dibentuklah sebuah badan khusus di bidang keperempuanan. 13
M. Alfan Alfran, Op.Cit., 2013. Hlm. 132.
8
Universitas Sumatera Utara
Ismah Salman dalam Keluarga Sakinah Dalam Aisyiyah: Diskursus Jender Di Organisasi Muhammadiyah (2005), menjelaskan tentang bagaimana lahirnya sebuah organisasi perempuan berlandaskan Islam yang dipengaruhi oleh situasi pendidikan, politik dan hal lainnya sehingga memicu perempuan untuk membuat suatu wadah (perkumpulan) agar dapat keluar dari situasi tersebut. Sebagai organisasi perempuan tertua di Indonesia, mampu menunjukkan kiprah dan eksistensinya dalam gerakan untuk membantu perempuan. 14 Dapat dicermati bahwa lahirnya KOHATI hampir sama atau tidak jauh berbeda dengan kondisi yang dirasakan oleh perempuan pada organisasi Muhammadiyah. Daru Irawadi dalam (skripsi) Terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Kota Medan (1952-1985) (2010). Daru menjelaskan lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Medan sebagai titik awal dari terbentuknya KOHATI Cabang Medan. KOHATI merupakan badan khusus dari HMI. Tulisan ini juga sedikit banyaknya membahas mengenai lahirnya KOHATI serta fungsi dan peranannya. Sebagai badan khusus HMI, KOHATI mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mengkoordinir potensi HMI dalam mengembangkan wacana keperempuanan. Ide dasar pembentukannya dilandaskan ada kebutuhan akan pengembangan misi HMI secara luas, serta kebutuhan akan adanya pembinaan untuk HMI-Wati yang lebih inspiratif, memandang penting bahwa kualitas peranan penting harus terus dipacu dan
14
Ismah Salman, Op.Cit., 2005. Hlm. 87.
9
Universitas Sumatera Utara
ditingkatkan.
Sehingga
dapat
dirumuskan
tujuan
KOHATI
adalah
untuk
meningkatkan peranan dan kualitas HMI-Wati.
1.5 Metode Penelitian Untuk mendapatkan sebuah tulisan sejarah yang akurat harus menggunakan metode sejarah melalui beberapa tahap-tahap penelitian. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan di masa lampau. 15 Sehingga melalui metode sejarah inilah, hasil-hasil tulisan berlandaskan sumber-sumber fakta dan nantinya akan bersifat objektif. Akan tetapi dalam penulisan sejarah, menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial yang telah berkembang pesat sehingga dapat menyediakan teori dan konsep yang merupakan alat analisis yang relevan sekali untuk keperluan analisis historis. 16 Dalam penelitian sejarah setidaknya harus dilakukan empat langkah, yaitu pengumpulan sumber, verifikasi kritik sejarah; keabsahan sumber, interpretasi: analisis dan sintesis, dan penulisan. 17 1. Tahap pertama ialah pengumpulan sumber. Biasanya metode ini disebut dengan heuristik yang berasal dari bahasa Yunani Heurinkein yang artinya to 15
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 32. 16 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014, hlm. 136. 17 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm.89.
10
Universitas Sumatera Utara
find. To find disini berarti tidak hanya menemukan, tetapi mencari terlebih dahulu
baru
menemukan.
Heuristik
yaitu
proses
menemukan
dan
mengumpulkan sumber sesuai dengan permasalahan penelitian. 18 Metode pengumpulan sumber atau data menggunakan studi pustaka serta wawancara. Adapun pengumpulan sumber dari studi pustaka berasal dari data primer dan sekunder. Sumber primer didapatkan dari arsip KOHATI Cabang Medan, sedangkan sumber sekunder berasal dari buku-buku di Perspustakaan Universitas Sumatera Utara yang berkaitan dengan objek penelitian. Penulis juga menggunakan hasil skripsi baik yang sudah diterbitkan maupun yang belum diterbitkan. Sedangkan untuk pengumpulan sumber dari lisan (wawancara) dilakukan kepada orang-orang yang terlibat atau tidak terlibat langsung dengan KOHATI Cabang Medan. Wawancara dilakukan dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data secara lengkap tentang permasalahan penelitian. Penentuan informan dilakukan melalui informan kunci yaitu orang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman luas tentang KOHATI Cabang Medan, seperti ketua umum pengurus pada tahun-tahun penulisan. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap 12 orang yang secara keseluruhan merupakan pelaku sejarah.
18
Nurhabsyah, Pengantar Ilmu Sejarah, Medan, 2009.
11
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap ketiga ialah verifikasi kritik sejarah. Pada metode ini dilakukan setelah mendapatkan sumber-sumber penulisan. Kritik sejarah berupa kritik ekstern dan intern, di mana pada kritik ekstern ini menyeleksi sumber-sumber apakah dibutuhkan dalam penulisan atau tidak. Sementara pada kritik intern menilai kelayakan data untuk ditulis dengan tujuan untuk mendapatkan kredibilitas sumber atau kebenaran isi, apakah sumber asli atau palsu, dapat dipercaya atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan beberapa isi data yang pembahasannya sama akan tetapi kebenaran bisa saja berbeda. 3. Tahap ketiga ialah interpretasi yaitu membuat analisis dan sintesis terhadap data yang telah diverifikasi. Hal ini diperlukan untuk menggabungkan sumber-sumber yang sudah diverifikasi kebenarannya agar menjadi kesatuan yang utuh serta berkaitan sehingga membentuk sebuah kisah yang baru. Tahapan ini dilakukan dengan cara menafsirkan fakta sehingga terdapat pemahaman terhadap fakta sejarah baik secara tematis maupun kronologis dapat diungkapkan. Meskipun fakta bersifat objektif tetapi tetap dapat mengandung sifat subjektifitas karena ditafsirkan oleh seseorang. Dengan kata lain, tahapan ini dilakukan dengan membuat kesimpulan keterangan atau sumber informasi yang dapat dipercaya dari bahan-bahan yang ada. 4. Tahap keempat ialah historiografi. Proses ini adalah tahapan terakhir dari langkah-langkah penelitian sejarah dimana melakukan pemaparan atau hasil 12
Universitas Sumatera Utara
sintesa dengan merangkum semuanya menjadi sebuah tulisan ilmiah berdasarkan hasil dari interpretasi yang sudah dilakukan sebelumnya. Tulisan ini menjadi sebuah kisah sejarah yang baru dengan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif naratif yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis dan ilmiah.
13
Universitas Sumatera Utara