ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Penelitian ini meneliti tentang strategi manajemen programming yang dilakukan oleh stasiun televisi swasta lokal Jawa Pos Televisi (JTV) yang ada di Surabaya. Hal ini menarik untuk diteliti karena manajemen programming merupakan kasus yang unik karena melibatkan kreatifitas, dimana dalam proses pembuatan program, pihak-pihak yang terlibat diharuskan untuk melakukan inovasi yang terus-menerus agar program tersebut sukses saat di pasaran (Thomas 2009, hal.43). Ditambahkan oleh Eastman dan Ferguson (2006, hal.9), programming ini adalah sesuatu hal yang unik, karena kata kunci programming adalah broadcasting yang sifatnya ease to deliver, sehingga melalui suatu program, pengiklan bisa meraih banyak audiens tanpa harus mengeluarkan biaya promosi langsung kepada konsumen Peneliti mengambil penelitian tentang strategi manajemen programming JTV karena belum pernah ada penelitian mengenai hal ini sebelumnya. Penelitian yang sudah ada meneliti tentang program-program yang ada di JTV. Misalnya penelitian
yang
dilakukan
oleh
Yulia
Puspita
mahasiswa
Universitas
Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Surabaya yang berjudul Motif Pemirsa Menonton Program Acara Blakra’an di JTV dan penelitian yang dilakukan oleh
I-1 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Citra Mayang Andini, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya yang berjudul Opini Pemirsa terhadap Dubbing dalam Program Acara Film Asing Suroboyoan di JTV. Pada umumnya, penelitian yang biasanya dilakukan merupakan mengenai studi khalayak maupun analisis isi mengenai siaran televisi, sementara penelitian ini merupakan penelitian tentang studi media, khususnya pada stasiun televisi swasta lokal. Peneliti ingin meneliti strategi manajemen programming pada stasiun televisi lokal JTV dengan asumsi bahwa sebagai salah satu pelopor televisi swasta lokal yang ada di Indonesia sekaligus sebagai yang pertama di Jawa Timur, JTV mampu bertahan sampai sekarang. Bahkan JTV merupakan stasiun televisi lokal yang meraih rating paling tinggi diantara televisi-televisi lokal lainnya (AC Nielsen 16 Januari 2013). Media televisi menarik untuk diteliti. Sebagai salah satu media komunikasi massa, televisi sudah tidak asing bagi masyarakat saat ini. J.B Wahyudi (1982) mendefinisikan televisi sebagai medium audio visual yang hidup, dengan demikian lebih mengutamakan gerak atau moving/acting, bahkan ada yang berpendapat bahwa gambar yang ditayangkan di televisi haruslah merupakan perpaduan antar gerak, seni, dan teknik. Menonton televisi merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan bagi masyarakat. Karena dengan sifatnya yang berupa perpaduan antara audio dan visual, televisi lebih disukai daripada media komunikasi massa lainnya. Hal ini membuat televisi menjadi lebih menarik dan menghibur. Tayangannya pun murah meriah, untuk menikmatinya tidak dipungut biaya, masyarakat dari berbagai
I-2 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
kalangan yang memiliki televisi dapat dengan mudah menikmati media ini. Hal ini senada dengan Fidler (2003, hal.166), bahwa medium ini (televisi) telah menembus hampir semua lapisan sosial dan ekonomi, dan telah menyebar dari ruang duduk ke ruang makan, dapur, kamar tidur, dan bahkan kamar mandi di sebagian rumah. Perkembangan teknologi yang semakin canggih memang membuat masyarakat dapat menikmati siaran televisi dimana saja, tidak hanya di rumah dengan pesawat dan antena. Tidak sedikit orang yang memasang televisi di dalam mobil sebagai teman di perjalanan. Bahkan, media ini bisa dinikmati melalui handphone yang memiliki fitur-fitur tertentu. Disamping itu, melihat siaran televisi juga dapat dilakukan melalui internet. Berbagai kemudahan dari modernisasi teknologi tersebut, kini masyarakat dapat lebih fleksibel dalam meluangkan waktu untuk menonton televisi. Dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan, tidak heran jika televisi lebih disukai daripada media massa lainnya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Wirodono (2005), bahwa penetrasi media televisi mencapai 90,7%, sedangkan jenis media lain seperti radio mencapai 39%, surat kabar 29,8%, majalah 22,4%, internet 8,8% dan orang menonton bioskop 15%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumsi terbesar masyarakat terhadap media massa adalah televisi, yang kemudian diikuti oleh media massa lainnya. Bahkan menurut Azizah (2008), Sebuah penelitian mengatakan, rata-rata penduduk Indonesia menonton televisi sebanyak 50 jam dalam seminggu, sedangkan anak-anak sebanyak 20 jam dalam seminggu.
I-3 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Konsumen televisi yang besar membuat bisnis televisi menjadi industri yang menjanjikan. Tidak mengherankan apabila perkembangan televisi menjadi begitu pesat. Melihat dari sejarahnya, televisi pertama di Indonesia adalah Televisi Republik Indonesia yang pertama kali beroperasi pada tanggal 17 Agustus 1962. Mengusung moto “Menjalin Persatuan dan Kesatuan”, selama hampir seperempat abad, televisi ini menjadi satu-satunya televisi yang ada di Indonesia. Namun dominasi tersebut pudar seiring dengan dikeluarkannya ijin pendirian televisi swasta. Televisi swasta pertama yaitu Rajawali Citra Televisi (RCTI) yang berdiri pada tahun 1989. Setahun kemudian, tepatnya tahun 1990, Surya Citra Televisi (SCTV) beroperasi. Setelah itu, televisi-televisi swasta nasional lain mulai bermunculan, seperti TPI, ANTV, Indosiar, Global TV, Trans TV, TV7 (sekarang Trans7), Lativi (sekarang TvOne), serta Metro TV. Televisi-televisi swasta yang ada di Indonesia, bisa disebut sebagai televisi komersial, tentu lebih mengutamakan tayangan-tayangan yang berupa hiburan. Senada dengan yang diungkapkan Siregar (2001, hal.75) bahwa dalam menjalankan fungsinya sebagai media massa, televisi komersial tidak lepas dari hiburan. Bisa dilihat bahwa saat ini, news atau program berita pun seringkali disajikan dengan cara yang menghibur. Gaya presenter berita pun berubah menjadi lebih santai dan tidak terlalu kaku. Dengan gaya penyajian yang seperti itu, program news diharapkan membawa nuansa baru yang bisa lebih diterima masyarakat. Televisi swasta sebagai sebuah institusi bisnis dalam pengoperasiannya berorientasi pada keuntungan. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat modal I-4 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
untuk mendirikan stasiun televisi jauh lebih besar daripada media massa lainnya. Televisi swasta nasional bisa menghabiskan ratusan milyar untuk mendirikan stasiun televisinya, sementar lokal menghabiskan puluhan milyar atau ratusan juta sebagai modal awal pendirian (Swa, 2005). Biaya operasional televisi swasta juga tidak kalah besarnya. Investasi terbesar terserap untuk kebutuhan programming yang menyedot 2/3 dari total modal kerja (Trust, n.d). Dengan biaya sebesar itu, tidak mengherankan jika stasiun televisi swasta saling berebut kue iklan. Sebagai sebuah institusi bisnis yang mempertimbangkan aspek ekonomi, hal tersebut dilakukan demi kelangsungan hidup perusahaannya, untuk membiayai ongkos siaran, produksi dan jual beli program, termasuk menggaji karyawan. Untuk itu, masing-masing stasiun televisi memiliki pertimbangan sendiri kapan dan bagaimana cara menarik pengiklan melalui tayangannya serta sekaligus mempertimbangkan jam-jam tayang potensial yang bisa menarik penonton dan para pengiklan. Dengan dalih menjangkau seluruh masyarakat sebagai konsumen, televisi menjadikan pasar sebagai tolok ukur sukses atau tidaknya suatu acara. Menurut Ishadi SK, terdapat beberapa faktor pemasang iklan akan menayangkan iklannya di televisi. Pertama adalah kualitas audio dan video. Dengan kualitas audio dan video yang bagus, maka televisi tersebut akan dilihat penonton. Faktor kedua adalah kualitas programnya. Pengiklan kadangkala melihat tema sebuah program, sesuai atau tidak dengan produknya. Misalnya saja program infotainment yang segmennya ibu rumah tangga, maka akan pas apabila menampilkan iklan mengenai barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti detergen dan I-5 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
sebagainya. Faktor ketiga adalah image stasiun televisi tersebut, apakah sudah sangat kuat, sehingga menjadi pilihan penonton atau tidak. Faktor selanjutnya yang tidak bisa dikesampingkan adalah penyebaran siaran seberapa jauh atau coverage area. Makin luas coverage area-nya, maka akan semakin menarik karena akan semakin banyak masyarakat yang menonton acara televisi tersebut. Sedangkan faktor terakhir adalah rating (Tempo, n.d). Rating biasanya ditunjukkan dengan angka-angka yang berupa persentase yang merupakan persen total dari populasi pemirsa televisi nasional. Misalnya saja suatu program memiliki rating 10, itu berarti bahwa program tersebut ditonton oleh sekitar 20 juta orang dari penduduk Indonesia (Aryanto 9 Juli, hal.110). Rating program yang tinggi, menunjukkan antusiasme masyarakat cukup tinggi dalam menonton tayangan tersebut. Dengan adanya indikasi rating itu pula, maka suatu program dapat menyedot banyak pengiklan untuk mempromosikan produknya pada saat jeda tayangan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Dennis McQuail, bahwa pasar media mempunyai karakter ganda, yaitu dibiayai oleh konsumen dan atau oleh para pengiklan (Usman 2009, hal.7). Sayangnya, sepuluh televisi swasta nasional kita seakan tidak memiliki ciri khas, bahkan tak jarang stasiun televisi menyajikan program yang hampir sama. Seperti yang diungkapkan oleh Vivian (2008, hal.32), bahwa dengan berorientasi pada keuntungan, kebanyakan pengelola media tidak mau mengambil resiko untuk rugi dan di tinggalkan penonton, sehingga mereka seringkali mendaur ulang materi yang sama namun dengan kemasan yang berbeda demi mendapatkan uang dengan cara cepat. I-6 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Fenomena ini seakan menunjukan tidak tampak adanya perbedaan antara televisi yang satu dengan televisi lainnya. Menurut Mulyana (2008, hal.75), bahwa jumlah televisi saat ini sudah terlalu banyak, tetapi dengan pola siaran yang relatif seragam, kecuali Metro TV yang agak berbeda. Siregar (2001, hal.75) menjelaskan, dengan program yang sama secara substansial dan khalayak yang juga sama, yang membedakan nantinya hanyalah waktu penempatan program saja. Di sisi lain, jangkauan siaran televisi swasta nasional yang hampir mencakup seluruh wilayah nusantara berusaha meraih sebanyak mungkin penonton dengan menyajikan program acara yang sifatnya general bahkan cenderung Jakarta-minded (Sudibyo 2004, hal.100). Barwise dan Ehrenberg (dalam Siregar 2001, hal.73) menyatakan, heterogenitas masyarakat Jakarta dan sekitarnya berbeda dengan masyarakat di kota dan di desa lain di Indonesia. Memang selalu dapat dicari motivasi khalayak yang relatif bersifat universal, tetapi ada motivasi yang bersifat khas sesuai dengan karakteristik sosial khalayak. Hal ini mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam daerah yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda. Kebutuhan akan desentralisasi informasi ini akhirnya memunculkan inisiatif untuk mendirikan televisi yang sifatnya lokal di berbagai daerah. Kehadiran stasiun televisi lokal diharapkan dapat mengangkat budaya dan kearifan lokal (local genius) yang hidup dan berkembang di masyarakat, sehingga akan terjadi proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai (positif) budaya setempat (Harian Sumatera Ekspres, 25 Agustus 2005).
I-7 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Televisi lokal mulai mempunyai harapan saat Undang Undang No. 32 Tahun 2002 Penyiaran diluncurkan pada 28 November 2002. Peraturan ini memberi pengakuan hukum atas eksistensi lembaga penyiaran lokal, baik swasta, komunitas, maupun publik. Bahkan, ada satu klausul yang membatasi siaran televisi nasional dengan mengharuskannya berjaringan dengan televisi-televisi lokal (Sudibyo 2004, hal.102). Tujuan UU ini mengatur tentang Sistem Siaran Berjaringan untuk meletakkan pondasi bagi sistem desentralisasi penyiaran, yaitu memberikan keleluasaan untuk pembangunan ekonomi, kesejahteraan masyarakat di daerah., juga agar tidak terkonsentrasi dipusat (Setiakarya, 2008). Dengan hadirnya UU penyiaran ini, televisi lokal semakin berkembang mewarnai televisi di Indonesia. Data resmi Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) menunjukkan hingga Agustus 2003, jumlah televisi lokal di Indonesia mencapai hampir 50 stasiun, tersebar dari Papua hingga Pematang Siantar (Sudibyo 2001, hal.101). Direktur eksekutif Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) Jimmy Silalahi menambahkan, agar tak roboh diterpa persaingan yang ketat, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah modal, kelaikan legalitas, kualitas tenaga kerja, pemasaran, teknik, dan infrastruktur, dimana mayoritas penyiaran lokal dirasakan belum memenuhi faktor-faktor itu (Kamil, Wibowo & Purnama, 2005). Selain itu, segmentasi masyarakat lokal juga harus dipertimbangkan. Jika pasar televisi lokal memiliki karakter sosio dan psikografis yang belum kuat media literasinya, maka hal ini dapat menjadi bumerang bagi visi televisi lokal mengangkat konten lokal yang berkualitas (Primasanti 2009, hal.6). I-8 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Di Surabaya, terdapat beberapa stasiun televisi swasta lokal, diantaranya yaitu MHTV, SBO, B-Chanel, ArekTV, dan sebagainya. Diantara televisi swasta lokal tersebut, peneliti tertarik meneliti strategi manajemen programming Jawa Pos Televisi (JTV). JTV tayang perdana pada tanggal 8 November 2001, televisi ini bervisikan membangun pertelevisian yang berkarakter dan berciri khas Jawa Timur serta ikut melakukan pencerahan terhadap segala potensi dan budaya Jawa Timur (Profil JTV, n.d). Dengan mengusung konsep tersebut, JTV berusaha bersaing dengan televisi lain melalui program-program acaranya. JTV yang dikelola oleh Jawa Pos Media Group memang berdiri dengan modal yang besar untuk ukuran stasiun televisi swasta lokal, yaitu Rp 98 milyar (Kamil, Wibowo, & Purnama, 2005). Namun, modal yang besar bukan satusatunya ukuran sukses tidaknya suatu stasiun televisi. Program yang menarik dan strategi manajemen pemrograman yang bagus merupakan faktor yang penting. Televisi sebagai “penjual”, menawarkan produk berupa program acara yang menarik. Sangat sulit bagi stasiun televisi swasta lokal untuk terus bertahan apabila program acaranya tidak diminati penonton, yang akan berdampak pada sedikitnya pengiklan yang datang. Adanya pengiklan sangat diperlukan apabila stasiun televisi swasta lokal tersebut tidak ingin gulung tikar. Namun dengan banyaknya kompetitor, persaingan untuk merebut kue iklan sangat ketat. Jangankan televisi swasta lokal, bahkan skala nasional pun seringkali terseok-seok, hingga harus dijual atau merger agar tetap bertahan. Televisi swasta lokal dianggap kurang mampu bersaing dengan swasta nasional mengingat coverage area atau jangkauan
I-9 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
siarannya terbatas. Faktanya, ada TV lokal yang sudah mengerek bendera putih, seperti TV Papua dan TV Siantar dan Deli TV (Kamil, Wibowo, & Purnama, 2005). Untuk itu, televisi swasta lokal harus pintar dan kreatif dalam mengemas program acaranya agar dapat menarik lebih banyak penonton sekaligus pengiklan. Dari sekian banyak anggota ATVLI, baru empat stasiun televisi swasta lokal yang mulai membaik dan mendekati modal awal, yaitu Bali TV (Bali), JTV (Jawa Timur), Riau TV (Riau), dan Borobudur TV (Jawa Tengah). Menurut Asisten Direktur Operasi AGB Nielsen Media Research, Bagus Pribadi, pendapatan iklan empat stasiun itu memang membaik. Pada triwulan pertama 2003, perolehan iklan empat stasiun itu hanya Rp 20,4 miliar, tapi setahun kemudian melonjak jadi Rp 61,8 miliar. Meski pada kuartal satu 2005 turun Rp 52,1 miliar, masih lebih baik dari 2003. Imawan Mashuri mengaku, perolehan iklan JTV saat ini sekitar Rp 2,5 miliar-Rp 2,8 miliar per bulan, dan rencananya akan digenjot lagi menjadi Rp 3,5 miliar-Rp 4,5 miliar sebulan (Kamil, Wibowo, & Purnama, 2005). Contoh di atas sekedar menggambarkan bahwa sesungguhnya jika muatan lokal itu digarap secara baik dan profesional, juga bisa mendatangkan iklan sebagai sumber pendapatan televisi tersebut. Selain iklan, aspek legalitas juga merupakan hal yang penting bagi televisi lokal. Agar dapat melakukan siaran secara resmi, stasiun televisi lokal harus mendapat Izin Penyelenggaraan Penyiaran dari Menteri Komunikasi dan Informatika melalui Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID). Legalitas ini nantinya berkaitan dengan pembagian frekuensi agar tidak tumpang tindih satu sama lain. Tidak sedikit televisi lokal yang ditutup karena tidak mempunyai ijin
I - 10 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
siaran. Stasiun televisi lokal yang pernah bermasalah dengan ijin siaran ini diantaranya yaitu Malang TV (Malang), Lumajang TV (Lumajang), Nuansa TV (Sulawesi Tengah), dan masih banyak lagi yang lainnya. Sebagai salah satu stasiun televisi swasta lokal, JTV termasuk unggul di kelasnya. Selain karena sudah mengantongi Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) sejak akhir tahun 2010 lalu, jangkauan siaran stasiun televisi ini pun luas. Tidak hanya meliputi area sekitar Jawa Timur, bahkan siarannya dapat ditangkap di Asia Tenggara melalui pemancar satelit Telkom 1. Untuk kelangsungan hidup perusahaan, televisi swasta lokal yang terletak di Surabaya ini sudah mendapatkan iklan sebanyak Rp 2,5-2,8 milyar perbulan. Bahkan, diperkirakan sudah mampu balik modal pada tahun kelima pengoperasiannya (Swa, 2005). Hal ini berarti stasiun televisi ini mampu untuk membiayai biaya operasionalnya sendiri tanpa perlu sokongan dana dari perusahaan induk. JTV tentu tidak akan bisa hidup hingga sekarang jika programnya tidak menarik perhatian penonton. Tanpa didukung dengan strategi manajemen pemrograman yang kuat, tipis harapan televisi ini akan bisa menjadi besar seperti sekarang. Persaingan usaha di bidang media massa, khususnya televisi, membuat para pelaku media berlomba-lomba mencari cara agar program acaranya laku dan dilihat oleh masyarakat. Berbagai macam program televisi, termasuk JTV, dikemas dengan berbagai macam bentuk agar dapat menarik perhatian masyarakat dan dapat dinikmati oleh pemirsanya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku media. Berbagai keunggulan program pun ditawarkan, mulai dari membuat acara yang lain daripada yang lain, menampilkan artis yang sedang naik
I - 11 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
daun, dan sebagainya. Hal ini dilakukan semata-mata agar stasiun televisi tersebut bisa bertahan hidup. Namun televisi lokal tidak perlu berkecil hati. Menurut Drs. Wardi Wahid, MM, Kepala TVRI Divisi I Siaran Nasional yang sekaligus juga konsultan
pertelevisian,
TV
Lokal
mempunyai
kekuatan
tersendiri,
yaitu
pada
“kelokalannya” yang tidak mungkin disaingi oleh stasiun jaringan sebagai pesaing terberat
stasiun
lokal.
Persoalannya
tinggal
bagaimana
menciptakan,
memproduksi, dan mengemas program yang berkonten lokal, seperti: berita lokal, kegiatan (peristiwa) masyarakat lokal, peristiwa hangat lokal, pendidikan dan hiburan lokal melalui programming strategy televisi yang bersangkutan (Wahid, 2005). Oleh karena itu, stasiun televisi lokal harus jeli dalam menangkap dan mempertemukan antara permintaan dan kebutuhan masyarakat lokal dengan produk yang dihasilkan, yaitu berupa tayangan program (Canadian Radiotelevision and Telecommunication Commission, 1999). Televisi lokal berusaha masuk dalam persaingan ini. Dengan menyajikan keunikan dan kelebihan masing-masing daerahnya, televisi lokal berusaha menarik minat penonton dan pemasang iklan. Salah satu keunikan yang ditampilkan adalah dengan menyajikan program acara yang memakai bahasa daerahnya sendiri. hal ini pun sudah diatur dalam UU No. 32/2002 tentang Penyiara, pasal 38 ayat 1 yang berbunyi, “Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam penyelenggaraan program siaran muatan lokal, dan apabila diperlukan untuk mendukung mata acara tertentu”.
I - 12 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Misalnya JTV, program yang ditayangkan stasiun televisi ini 90% mengangkat budaya Jawa Timuran. Tidak hanya itu, beberapa program acara JTV (termasuk acara berita, dialog, dan sinetron) disajikan dalam Bahasa Jawa Dialek Surabaya (Boso Suroboyoan), diantaranya yaitu Pojok Kampung, Pojok Medhureh (berita dalam Bahasa Madura), dan Pojok Kulonan, yaitu berita dalam Bahasa Jawa Tengahan (Gerr-JTV, n.d). Bahkan, yang menarik adalah film dari luar negeri yang di dubbing menggunakan bahasa Suroboyan. Menurut Imawan Mashuri, program tersebut bukannya mencari sensasi, namun merupakan keinginan untuk melestarikan dan menanamkan kebanggan berbahasa Suroboyoan (Widhiandono, 2008). Jadi, meskipun televisi lain menayangkan jenis acara serupa, namun film yang ditayangkan oleh JTV ini memiliki nilai plus. Terbukti dengan meroketnya rating setelah tayangan berbahasa Jawa Timuran ini ditayangkan (Behind The Screen, 2005). Tidak hanya dalam hal bahasa, menurut pengamatan peneliti, dalam hal isi siaran pun JTV memiliki keunggulan. Motto yang diusung, yaitu satus persen Jawa Timur tidak hanya sekedar pemanis belaka. Dibandingkan dengan televisi swasta lokal lain yang ada di Surabaya, JTV lebih bisa mengangkat dan mengemas budaya lokal dengan lebih kreatif melalui program acaranya, sehingga budaya atau kesenian lokal yang mulai terpinggirkan dan dilupakan bisa dinikmati kembali, bahkan oleh semua umur. Program tersebut misalnya Bakiak, goro-goro kartolo, ngetoprak, dan kentrung funky yang merupakan seni ludruk atau ketoprak khas Jatim yang dikemas secara menarik dalam bentuk humor, berisi parikan, nyanyian, atau juga pakaian khas Jawa Timur.
I - 13 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Di Jawa Timur sendiri, JTV merupakan media yang banyak ditonton oleh masyarakat. Menurut Fatekhul Mujib, M.Si, peneliti Republik Institut, JTV termasuk televisi lokal yang fenomenal karena ditonton oleh lebih dari 57% masyarakat Jatim, mengalahkan televisi-televisi swasta nasional, misalnya Indosiar, TVOne, dan sebagainya. Pakar Komunikasi, Prof. Dr. H. Sam Abede Pareno, MM, MH, menambahkan, dengan penonton sebanyak itu, JTV dianggap berhasil. Karena dalam komunikasi, pesan yang disampaikan akan efektif apabila komunikator, dalam hal ini JTV, memahami seluk beluk persepsi adat istiadat masyarakat setempat (JTV, 2012). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus karena peneliti ingin meneliti secara lebih detil dan mendalam tentang strategi manajemen programming pada stasiun televisi swasta lokal JTV Surabaya. Peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif karena ingin memberikan gambaran tentang bagaimana strategi manajemen programming yang dilakukan oleh stasiun televisi lokal tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu: “Bagaimana strategi manajemen programming yang dilakukan Jawa Pos Televisi (JTV) Surabaya?”
I - 14 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
1.3 TUJUAN Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan mengenai strategi manajemen progamming yang dilakukan JTV berdasarkan pada wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang di JTV.
1.4 MANFAAT Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai wawasan keilmuan komunikasi terhadap strategi manajemen programming yang dilakukan oleh JTV. Manfaat lainnya yaitu sebagai referensi dan masukan bagi institusi terkait mengenai program acara televisi.
1.5 KERANGKA TEORI 1.5.1
Khalayak televisi Keberhasilan suatu media penyiaran tergantung kepada mampu atau
tidaknya media tersebut dalam memahami khalayaknya. Media penyiaran, dalam hal ini khususnya televisi, sebagai “penjual” yang menjual produk berupa program harus benar-benar mengetahui apa yang diinginkan khalayak atau konsumen agar programnya laku. Pengelola televisi pada umumnya dan pengelola program pada khususnya tidak dapat memaksakan seleranya sendiri kepada khalayak tanpa mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan, karena belum
I - 15 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
tentu apa yang disukai oleh pengelola program sama dengan apa yang disukai oleh khalayak. Dalam persaingan dalam industri pertelevisian ini, pengelola program harus merebut perhatian khalayak dengan menawarkan program yang menarik. Oleh karena itu, riset khalayak penting untuk dilakukan para pengelola program agar dapat mengetahui siapa sebenarnya khalayak mereka dan apa sebenarnya yang mereka butuhkan. Selanjutnya, adalah tugas pengelola program untuk mengakomodasi dan memenuhi kebutuhan para khalayak agar mereka terpuaskan.
1.5.1.1 Segmentasi khalayak televisi Menurut Morissan (2008), segmentasi khalayak atau audien adalah suatu strategi untuk memahami struktur audien. Hal ini penting untuk memahami audien penyiaran dan pemasaran program. Segmentasi ini bertujuan untuk membagi khalayak yang sifatnya umum atau heterogen kepada kelompokkelompok yang lebih homogen yang memiliki ciri-ciri dan tujuan yang sama. Senada dengan Eric Berkovitz dan rekannya yang mendefinisikan segmen pasar sebagai “dividing up a market into distinc group that (1) have common needs and (2) will respond similarly to a market action”. Pendapat tersebut mengatakan untuk membagi suatu pasar ke dalam kelompok yang jelas yang (1) memiliki kebutuhan yang sama dan (2) memberikan respon yang sama terhadap suatu tindakan pemasaran (dalam Morrisan 2008, hal.167). Pengelola program tidak dapat berharap akan menjangkau seluruh khalayak yang ada dengan program yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan
I - 16 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
kebutuhan khalayak berbeda-beda. Akan lebih mudah menjangkau khalayak yang lebih spesifik daripada menjangkau khalayak secara umum. Selain itu, potensi dalam menarik para pengiklan juga besar, karena masing-masing pengiklan juga memiliki target konsumen tertentu. Dengan adanya segmentasi ini, maka pengiklan tinggal memilih pada program apa dan jam berapa akan mengiklankan produknya. Namun seringkali stasiun televisi umumnya menyajikan program acara yang bersifat beragam seperti supermarket yang menyediakan segala barang (Morrisan 2008, hal.182). Dalam melakukan riset audien dalam upayanya untuk membuat peta segmentasi, Morissan (2008, hal.170) membaginya menjadi beberapa variabel: a. Segmentasi demografis. Segmentasi
berdasar
demografi
ini
merupakan
segmentasi
yang
didasarkan pada peta kependudukan, misalnya:
Usia. Dengan mengetahui segmentasi audien berdasarkan usia, maka pengelola program akan lebih mudah dalam membuat program yang diinginkan berdasarkan usia-usia tertentu, misalnya yaitu
membuat
program
untuk
anak-anak,
dewasa,
dan
sebagainya.
Jenis kelamin. Dengan adanya segmentasi berdasar jenis kelamin, pengelola program dapat menentukan program apa yang sesuai dengan wanita dan program apa yang lebih disukai oleh pria.
I - 17 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Pendidikan. Tingkat pendidikan yang pernah dicapai akan mempengaruhi cara pandang audien. Biasanya, audien yang mengenyam pendidikan tinggi cenderung menyukai acara yang menambah wawasan. Sementara audien yang menempuh bangku pendidikan yang tidak terlalu tinggi biasanya lebih menyukai acara yang ringan dan mudah dipahami. Tingkat pendidikan biasanya terkait pula dengan tingkat pekerjaannya walaupun tidak selalu (Morrisan 2008, hal.174).
Jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan adakalanya mempengaruhi selera audien dalam memilih program dalam media penyiaran. misalnya saja kalangan eksekutif lebih menyukai program yang mengasah daya analisis mereka, maka dia akan lebih suka melihat program acara yang menayangkan tentang berita, dialog, atau film tertentu.
Tingkat penghasilan. Tingkat penghasilan ini yang nantinya dilirik oleh pengiklan. mereka akan melihat suatu program yang sekiranya sesuai dengan pendapatan audien. Misalnya saja program olahraga golf yang notabene merupakan olahraga untuk kalangan atas, maka iklan yang ditampilka biasanya merupakan iklan barang-barang mewah, yang sekiranya sesuai dengan daya beli audien yang menonton program tersebut.
Agama. Dewasa ini, program yang ditayangkan dengan berdasar pada segmentasi agama mulai bermunculan. Tidak hanya program
I - 18 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
ceramah agama saja, namun beberapa program dikemas dengan nuansa religi. Misalnya, apabila mendekati hari raya Natal, maka akan muncul sinetron yang bernuansa agama Kristen. Begitu pula saat bulan Ramadhan, akan banyak program yang menampilkan kultum agama saat mendekati maghrib atau sinetron Islami pada saat prime time. b. Segmentasi
geografis. Dalam melakukan
segmentasi, perlu juga
mempertimbangkan keadaan geografis audien. Hal ini dikarenakan audien yang tinggal di suatu wilayah tertentu pastinya memiliki karakteristik khusus pula yang sesuai dengan ciri khas masing-masing daerahnya yang berbeda dengan daerah lainnya. c. Segmentasi geodemografis. Merupakan gabungan dari segmentasi demografis dan geografis. Menurut Shimp (2003, hal.149), dasar dari geodemografis ini adalah bahwa orang-orang yang memetap di area yang sama, misalnya tetangga atau dalam zona kode area, juga memiliki persamaan dalam demografi dan gaya hidup. d. Segmentasi psikografis. Merupakan segmentasi berdasar gaya hidup dan kepribadian manusia, yang pada akhirnya menentukan pilihan audien dalam mengkonsumsi produk maupun media massa. Menurut Shimp (2003, hal.143), secara umum data psikografis merepresentasikan sebuah kombinasi dari unsur-unsur AIO, yaitu Aktivitas (Activity), ketertarikan
I - 19 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
(Interest), dan opini (Opinion). Segmentasi gaya hidup ini mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam hal:
bagaimana mereka menghabiskan waktunya (pekerjaan, hobi, liburan, belanja, olahraga, dan lain-lain).
Minat mereka: apa yang dianggap penting di sekitarnya (keluarga, rumah, karir, makanan, dan lain-lain).
Pandangan-pandangan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain (isu sosial, politik, masa depan, dan lain-lain).
Karakter-karakter dasar seperti tahap yang mereka lalui dalam kehidupan (life cycle), penghasilan, pendidikan, dan dimana mereka tinggal (Joseph Plumer, dalam Morissan 2008, hal.178).
Segmentasi khalayak yang tepat akan membawa keuntungan, selain programnya akan menarik banyak penonton, para pengiklan pun akan berdatangan. Oleh karena itu, segmentasi khalayak ini nantinya yang akan mempengaruhi strategi manajemenprogram pada stasiun televisi. Dalam penelitian ini, peneliti tidak hendak melakukan riset khalayak. Pembahasan tentang riset khalayak ini penting untuk dilakukan karena merupakan dasar untuk mempertimbangkan penentuan program serta untuk melihat apakah pengelola program paham dengan segmentasi khalayak mereka.
I - 20 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
1.5.2
Strategi manajemen programming media penyiaran Bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang menantang
dibandingkan industri lain. Tantangan yang harus dihadapi adalah media penyiaran di dalam operasionalnya harus dapat memenuhi harapan pemilik dan pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan. Di samping itu,media penyiaran juga harus mampu untuk memenuhi keinginan masyarakat akan program yang disiarkan (Morissan 2008, hal.126). Karena itu, diperlukan strategi manajemen programming yang baik untuk mengorganisir agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan sejalan dengan keinginan masyarakat. Manajemen
sendiri
dapat
diartikan
sebagai
proses
perencanaan,
pengorganisasian, mempengaruhi, dan pengawasam untuk mencapai tujuan organisasi melalui koordinasi penggunaan sumber daya manusia dan materi (Morissan 2008, hal.128). Sementara programming sendiri merupakan proses atau upaya dalam memilih serta menjadwalkan program (Eastman & Ferguson 2006, hal.4).
Sehingga
strategi
manajemen
programming
merupakan
proses
perencanaan dan pengorganisasian dalam usahanya untuk mendapatkan dan menjadwalkan isi siaran. Strategi manajemen programming
ini melibatkan
kreatifitas, dimana dalam proses pembuatan program pihak-pihak yang terlibat diharuskan untuk melakukan inovasi yang terus-menerus agar program tersebut sukses saat di pasaran (Thomas 2009, hal.43)
I - 21 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Dalam programming sendiri, departemen program memiliki peranan yang sangat penting. Menurut Pringle dkk (dalam Morissan 2008, hal.201), departemen program memiliki fungsi utama, yaitu: 1. Memproduksi dan membeli atau akuisisi program yang dapat menarik khalayak yang dituju. 2. Menyusun jadwal penayangan program atau skeduling program untuk menarik khalayak yang diinginkan. 3. Memproduksi layanan publik dan promosi serta produksi iklan lokal. 4. Produksi dan akuisisi program-program lainnya untuk memuaskan ketertarikan publik. 5. Menciptakan keuntungan bagi pemilik media penyiaran. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, departemen program juga tetap harus melihat tujuan dari stasiun penyiaran itu sendiri. Jenis media penyiaran bermacam-macam, diantaranya lembaga penyiaran swasta, publik, dan komunitas. Masing-masing mempunyai tujuannya sendiri-sendiri dalam melakukan suatu siaran. Nantinya hal tersebut akan berpengaruh pada penentuan program siaran dan kesuksesannya. Menurut Peter K. Pringle dkk, stategi program dibagi menjadi beberapa bagian yang ditinjau dari strategi manajemennya (management Strategic), yaitu mulai dari perencanaan, produksi dan pembelian, eksekusi, hingga pengawasan dan evaluasi program (dalam Morissan 2008, hal.231).
I - 22 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
1.5.2.1 Perencanaan Program Perencanaan program diperlukan agar program-program tersebut tetap mengacu pada konsep yang telah ditentukan, sehingga nantinya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Pada media penyiaran, perencanaan program ini merupakan perencanaan yang mengacu pada program apa yang akan diproduksi, program apa yang akan dibeli, dan penjadwalan program untuk menarik sebanyak mungkin audiens pada waktu tertentu (Morissan 2008, hal.232). Pada tahap perencanaan program ini, perlu dipertimbangkan format siaran apa yang akan dipilih serta strategi pemasaran apa yang akan dilakukan. Kedua hal ini saling berhubungan, karena bagian program memiliki “pemirsa” sedangkan dengan pemasaran dapat “menjual” pemirsa itu kepada pemasang iklan (Morrisan 2008, hal.233). Strategi pemasaran nantinya akan turut andil memberikan pertimbangan apakah suatu program memiliki daya jual atau tidak.
1.5.2.1.1
Format Siaran
Format stasiun penyiaran dapat didefinisikan sebagai upaya untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan audien (Morissan 2008, hal.220). Format siaran ini merupakan dasar atau landasan bagi stasiun televisi untuk memproduksi program. Namun format siaran masing-masing media penyiaran berbeda sesuai dengan jenis masing-masing media penyiaran. Penentuan format siaran ini disesuaikan dengan visi misi stasiun media yang bersangkutan. Pada stasiun televisi swasta lokal seperti JTV, format siaran yang dibawa berkarakter kedaerahan. Hal ini disesuaikan dengan idealisme untuk I - 23 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
melestarikan dan mengusung budaya daerah pada program siarannya. Lokalitas yang ditayangkan bisa melalui tayangan mengenai peristiwa di daerah masingmasing, bahasa, kesenian, artis lokal, setting, dan sebagainya, yang sekiranya menampilkan ciri khas masing-masing daerah. Format ini yang nantinya diwujudkan dengan apa isi siaran yang ditayangkan yang meliputi jenis siaran, dan untuk siapa siaran tersebut ditujukan yang disesuaikan dengan target pemirsa yang dituju yang dapat diketahui berdasarkan jadwal tayang siarannya.
Jenis Program Acara Isi siaran diwujudkan dalam bentuk program acara. Program acara itu
sendiri bisa digolongkan sebagai sebuah teks, dimana metode pendiskusiannya adalah mempelajari secara detail struktur, karakter dan temanya (Bignell 2004, hal.15). Dalam media penyiaran, program atau siaran merupakan inti dari media itu sendiri. Masyarakat mengenal media siaran karena memang program yang ditawarkan tersebut. Dalam hal ini, pelaku media bertindak sebagai penjual yang menawarkan barang (goods) atau jasa (services) yang berupa program acara kepada pihak pembeli, yaitu audien dan pemasang iklan. Menurut Morrissan (2008, hal.208), program dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu:
I - 24 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
1. Informasi Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak. Program informasi ini tidak hanya berisi berita saja, namun juga bisa memiliki bentuk dan konsep lain namun dengan tetap menyajikan informasi sebagai inti dari program siarannya. Program informasi ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar: a. Hard news Yaitu segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Hard news disajikan dalam suatu program berita yang berdurasi mulai dari beberapa menit saja (misalnya breaking news) hingga program berita yang berdurasi 30 menit atau bahkan satu jam. Hard news dibagi menjadi beberapa bentuk berita, yaitu: Straight news, yaitu berita langsung yang tidak detail yang hanya menyajikan informasi penting saja yang mencakup 5W+1H (who, what, where, why, when dan how) terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat waktu, karena akan cepat basi jika tidak segera diberitakan. Contoh straight news pada JTV ini adalah program berita Jatim Isuk, Jatim Awan, Pojok Pitu, dan Pojok Kampung. I - 25 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Features, yaitu merupakan berita ringan namun menarik. Pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai soft news karena tidak terlalu terikat dengan waktu penayangan. Namun karena waktu penayangan yang hanya sebentar, dan masuk dalam program berita, maka feature ini masuk ke dalam hard news. Menurut Wibowo, tema yang disajikan dalam feature ini bisa berbagai macam hal, bisa mengenai tokoh, kuliner, dan sebagainya (Wibowo 2007, hal.186). Misalnya saja pada program Pojok Kampung, dimana didalamnya terdapat feature misalnya mengenai tempat-tempat kuliner di Surabaya dan sekitarnya. Infotainment. Infotainment berasal dari dua kata, yaitu information dan entertainment. Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity atau public figure). Infotainment masuk dalam kategori hard news karena termasuk dalam informasi yang harus segera ditayangkan. Pada awalnya, program berita pada umumnya sedikit mengulas berita mengenai artis atau public figure ini, namun dewasa ini, infotainment memiliki suatu program acara sendiri. JTV tidak memiliki program jenis ini, karena lebih ingin menampilkan program yang berasal dari daerah Jawa Timur dan sekitarnya.
I - 26 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
b. Soft news Yaitu segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita semacam ini ditayangkan pada suatu program sendiri di luar program berita. Soft news dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu: Current affair, yaitu program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam selama isu yang dibahas masih hangat dibicarakan. Ditambahkan Fairbrother, current affair ini juga bisa melihat suatu isu dari sudut pandang yang kontroversial (Fairbrother 1993, hal.71). Menurut pengamatan peneliti, program yang termasuk current affair pada JTV yaitu program Sorot, program 30 menit yang menyajikan investigasi mengenai suatu isu yang sedang ramai diperbincangkan. Magazine, yaitu program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam. Magazine ini bisa disebut sebagai feature dengan durasi yang lebih panjang, yang lebih menampilkan informasi yang menarik dan tidak terlalu menekankan aspek penting. Tema yang disajikan pun lebih luas, menyangkut satu bidang kehidupan, seperti wanita, pendidikan, dan sebagainya
I - 27 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
(Wibowo
2007,
hal.196).
Contohnya
yaitu
Semanggi
(Semangat Pagi). Program ini menayangkan informasiinformasi tentang life style, kecantikan, kesehatan, dan sebagainya, yaang segmennya ditujukan untuk perempuan. Dokumenter, merupakan program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan, namun disajikan dengan menarik. Ditambahkan oleh Wibowo, program ini menyajikan suatu kenyataan berdasarkan fakta obyektif yang memiliki nilai esensial
dan
ekstensial,
yang
menyangkut
kehidupan,
lingkungan hidup, situasi nyata, dan apa adanya (Wibowo 2007, hal.145). Talk show, atau acara bincang-bincang, merupakan program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara atau host. JTV memiliki cukup banyak acara dengan jenis ini. Diantaranya yaitu Solusi Sehat, Talk Show Kesehatan, Cangkru’an, serta Ngobrol bareng pakdhe Karwo. 2. Hiburan. Program hiburan dapat diartikan sebagai segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program hiburan ini dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu:
I - 28 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
a. Drama. Program yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang yang melibatkan konflik dan emosi. Program ini terbagi menjadi dua: Sinetron. Sinetron berasal dari sinema elektronik. Sinetron ini menyajikan suatu cerita dengan tema tertentu, misalnya percintaan remaja, komedi, dan sebagainya. cerita dalam sinetron cenderung dibuat panjang hingga berpuluh-puluh bahkan
beratus
episode,
selama
masih
ada
yang
menyukainya. Film. Film yang ditayangkan dalam televisi merupakan film layar lebar, baik itu film asing maupun film dalam negeri. Pada stasiun televisi swasta lokal JTV, tidak terdapat adanya program drama dan sinetron. JTV hanya menayangkan program film impor, baik film Asia maupun hollywood dengan dubbing suara dari bahasa asing menjadi bahasa Suroboyoan. b. Game, merupakan suatu program yang melibatkan seorang atau beberapa orang yang tergabung dalam satu tim yang saling berkompetisi untuk memperebutkan sesuatu. Program ini dapat terbagi menjadi tiga:
I - 29 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Quiz show, dimana sejumlah peserta saling bersaing dalam menjawab pertanyaan. Game jenis ini biasanya lebih menekankan pada aspek intelektualitas. Ketangkasan, menekankan pada aspek ketangkasan dan kemampuan fisik dalam melewati rintangan yang ada. Reality show, yang menyajikan situasi yang sebenarnya, mencoba menyajikan situasi seperti konflik, persaingan dengan keadaan yang apa adanya dan sealamiah mungkin tanpa rekayasa. Tingkat realitas dalam reality show bermacam-macam, diantaranya:
Hidden camera, merupakan reality show yang paling realistis yang menunjukkan situasi apa adanya. Kamera ditempatkan pada tempat-tempat yang tersembunyi.
Competition
show,
yaitu
kompetisi
yang
berlangsung selama beberapa hari atau minggu untuk
memenangkan
perlombaan,
entah
itu
perlombaan bakat dan sebagainya. satu persatu peserta
akan
tersingkir,
bisa
melalui
voting
penonton yang hadir di perlombaan, penonton di rumah maupun juri. Pemenang merupakan orang yang dapat bertahan paling akhir di acara tersebut. I - 30 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Relationship show, suatu program dimana kontestan akan memilih satu orang dari beberapa orang sebagai pasangannya.
Fly on the wall. Memperlihatkan kehidupan seharihari dari seorang public figure, mulai dari kehidupan di rumah hingga aktivitasnya.
Mistik. Program yang menyajikan tayangan yang terkait dengan hal-hal supranatural. Program ini yang paling diragukan realitasnya.
JTV pun memiliki acara game yang berupa quiz show seperti kuis sang Juara, yang merupakan kuis yang pesertanya merupakan murid-murid sekolah di Surabaya dan sekitarnya, dimana mereka akan uji ketangkasan dalam menjawab soal-soal yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah. c. Musik. Progam musik ini dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip dan konser. Konser pun terbagi menjadi dua bagian, yaitu indoor (di dalam ruangan) dan outdoor (di luar ruangan). Menurut Vane-Gross, programmer harus mencari cara mengemas program musik tersebut agar menjadi hal yang menarik. Hal yang bisa dilakukan yaitu kualitas suara, pemilihan artis yang memiliki daya tarik demografis yang besar (misal, disukai oleh penonton remaja wanita, dan sebagainya), serta kualitas gambar I - 31 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
yang menarik dan tidak monoton. Contoh dari acara musik ini adalah program Stasiun Dangdut, yang menampilkan penyanyipenyanyi dangdut lokal secara live. d. Pertunjukan, yaitu program yang menampilkan kemampuan seseorang atau beberapa orang, baik indoor maupun outdoor. Jika yang tampil adalah musisi, maka disebut pertunjukan musik, jika yang tampil adalah pesulap maka disebut pertunjukan sulap. Kebanyakan program pertunjukan ini diproduksi sendiri oleh stasiun televisi yang bersangkutan. JTV juga memiliki program dengan jenis pertunjukan. Contohnya yaitu Dangdut ZR.
Jadwal Tayang
Selain jenis acara yang ditayangkan, waktu penayangan suatu program acara juga memegang peranan penting. Masing-masing stasiun televisi harus mempertimbangkan jam berapa suatu acara akan ditayangkan, dengan mempertimbangkan pula program acara dari kompetitor maupun target audien pada saat program tersebut ditayangkan. Dengan penjadwalan acara yang benar, maka suatu program acara akan tepat sasaran. Selain dapat menjangkau audien yang dituju, stasiun televisi tersebut juga dapat menarik pengiklan, terutama yang produknya sesuai dengan target konsumen. Pringle dkk dalam bukunya Electronic Media Management menyebutkan terdapat beberapa pembagian waktu siaran dan ketersediaan audien (dalam Morissan 2008, hal.257):
I - 32 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 1 Pembagian waktu siaran dan ketersediaan audien Waktu Siaran
Audien Anak-anak, ibu rumah tangga, pensiunan, pelajar dan karyawan yang akan berangkat ke kantor
Pagi hari (06.00-09.00)
Anak-anak pra sekolah, ibu rumah tangga, pensiunan, dan karyawan yang kerja shift
Jelang siang (09.00-12.00)
Karyawan yang makan siang di rumah, pelajar yang pulang sekolah
Siang hari (12.00-16.00) Sore hari (early fringe)
Karyawan yang pulang dari kantor, anak-anak dan remaja.
(16.00-18.00) Awal malam (early evening) (18.00-19.00) Jelang waktu utama (prime acces) (19.00-20.00) Waktu utama (prime time) (20.00-23.00)
Jelang tengah malam (late fringe)
Hampir sebagian besar audien sudah berada di rumah. Seluruh audien tersedia menonton TV pada waktu ini. Seluruh audien tersedia pada waktu ini, utamanya pada pukul 20.00-21.00. namun setelah itu mulai berkurang, utamanya anak-anak, pensiunan, dan mereka yang harus tidur lebih cepat agar bisa bangun pagi-pagi. Umumnya orang dewasa
(23.00-23.30) Akhir malam (late night) (23.00-02.00)
Orang dewasa, termasuk karyawan yang bekerja secara shift
Bagi stasiun televisi, masing-masing waktu penayangan biasanya memiliki nilai-nilai ekonomis tertentu. Bagian yang bertanggung jawab pada pengaturan
I - 33 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
jam tayang ini yaitu bagian scheduling. Sedangkan proses penempatan suatu program ke dalam jadwal siaran disebut dengan slotting. Ketersediaan audien pada masing-masing jam akan menentukan pemilihan program apa yang akan ditayangkan pada jam-jam tersebut. Misalnya saja program acara musik J-Trax di JTV. Program yang ditujukan untuk remaja ini ditayangkan pada sore hari dengan pertimbangan bahwa pada sore hari, para anak-anak muda sudah pulang dari sekolah sehingga bisa menonton acara ini. Namun pembagian waktu siaran dan ketersediaan audien akan sedikit berbeda pada akhir pekan (weekend). Karena merupakan hari libur, maka diasumsikan bahwa seluruh anggota keluarga tersedia pada setiap jam siaran. Karena itu biasanya program acara yang ditayangkan pada akhir pekan kebanyakan acara yang diperuntukkan untuk keluarga, misalnya acara anak-anak, jalan-jalan, kuliner, dan sebagainya. Contohnya yaitu acara Kartun anak di hari Minggu pagi, Warna-Warni Car Free day, dan sebagainya. Selain format siaran yang jelas, dalam perencanaan program, terdapat empat faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan program. Diantaranya yaitu: a. Pengelola/pemilik stasiun. Pengelola/pemilik stasiun ini memilih dan menjadwalkan program sedemikian rupa agar menarik penonton dan programnya bisa tepat sasaran yang nantinya bisa berujung pada profit perusahaan. Selain itu, staf bagian produksi juga berpengaruh. Kreatifitas, kemampuan, dan keterampilan mereka berguna dalam pemilihan program.
I - 34 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
b. Audiens. Audiens sebagai konsumen yang dituju berpengaruh pada penentuan program. Hal ini menyangkut tren, kebutuhan dan keinginan dari audiens itu sendiri yang akan diwujudkan dalam bentuk program acara yang sesuai dengan kebutuhannya tersebut. Menurut J. David Lewis, pengaruh audiens dalam keputusan perencanaan program adalah dalam bentuk pemberian umpan balik (feedback) secara langsung dan laporan peringkat (rating) program (dalam Morissan 2008, hal.245) c. Pemasang iklan/sponsor. Pemasang iklan tentu akan melihat program apa yang potensial bagi konsumen yang mereka tuju. Di samping itu, rating juga merupakan indikator bahwa penonton program tersebut banyak, sehingga akan semakin besar pula kemungkinan audiens akan melihat iklan pada jeda program tersebut. d. Regulator. Regulator di sini yaitu lembaga yang berwenang dalam mengawasi jalannya suati media penyiaran, yaitu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) maupun lembaga-lembaga lainnya. Mereka turut memberikan pengaruh apakah suatu program tersebut boleh atau tidak boleh ditayangkan, yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku (Morissan 2008, hal.244).
1.5.2.2 Produksi dan Pembelian Program Setelah
melalui
tahap
perencanaan,
langkah
selanjutnya
yaitu
melaksanakan rencana program yang telah dibuat atau disebut dengan produksi
I - 35 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
program. Dilihat dari siapa yang memproduksi program, maka terdapat dua tipe program, yaitu program yang diproduksi sendiri dan program yang diproduksi pihak lain (Morrisan 2008, hal.267). Produksi sendiri atau in house production yaitu dengan memproduksi program sendiri dengan mendayagunakan peralatan dan sumber daya manusia yang tersedia. Sementara program yang diproduksi pihak lain dengan kata lain membeli program kepada Production House tertentu, sesuai dengan program apa yang diinginkan. Suatu media penyiaran akan mengudara selama beberapa jam dalam sehari dan itu dilakukan setiap hari secara terus menerus. Maka, pelaku media harus mempertimbangkan dan merencanakan seberapa banyak program yang harus disediakan dalam waktu tersebut, dan dari mana saja program tersebut didapatkan. Masing-masing media penyiaran mempunyai pertimbangan sendiri, program apa saja yang akan diproduksi sendiri dan program apa yang akan dibeli, seberapa banyak program akan dibeli dan sebagainya, yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing stasiun televisi. Namun pada dasarnya, stasiun televisi menginginkan program itu diproduksi sendiri dengan satu alasan, yaitu “lebih bisa menghemat pengeluaran” (Morrisan 2008, hal.268). Televisi swasta nasional yang berdiri dengan modal ratusan juta dan menjangkau seluruh wilayah nusantara mungkin tidak keberatan mengeluarkan dana besar untuk membeli program dari production house, namun bagi stasiun televisi lokal yang memiliki dana yang minim, memproduksi program sendiri seringkali dilakukan agar bisa lebih menghemat biaya. "Kalau beli sinetron dari Jakarta, kami harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 200 juta per episode. Akan
I - 36 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
tetapi jika membuat sendiri, paling-paling cuma habis Rp5 juta-an," papar Satria Naradha, direktur utama PT Bali Naradha Televisi atau Bali TV. Senada dengan Bali TV, JTV pun memakai resep yang sama dalam pembuatan sinetron. "Kami bisa membuat satu episode sinetron dengan biaya Rp15 juta-an," kata Arief Affandi, direktur pemberitaan JTV (Windyaningrum & Hendaru, 2004). Mengingat dana yang minim, sebagian besar program acara JTV pun diproduksi sendiri. Program yang dibeli tidak terlalu banyak, diantaranya film impor serta proses pendubbingan film dari bahasa asing ke bahasa daerah Suroboyoan yang dilakukan studio Incofo di Jakarta (Behind The Screen, 2005).
1.5.2.3 Eksekusi Program Eksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan (Morrisan 2008, hal.302). Eksekusi program ini merupakan pelaksanaan atau aplikasi dari rencana program yang telah dibuat sebelumnya. Eksekusi ini diharapkan akan berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan dibuat sedemikian rupa agar tidak terlalu menyimpang dari rencana awal. Media penyiaran ini sifatnya tidak bisa diulang, kecuali program yang bisa diputar kembali (rerun) seperti film layar lebar. Oleh karena itu, pelaksananaan konsep program, waktu penayangan, audiens dan kompetitor harus diperhatikan secara seksama. Dalam eksekusi program perlu dipertimbangkan strategi penayangan apa saja yang perlu dilakukan. Head Sterling (dalam Morissan 2008, hal.306) menyatakan bahwa stasiun televisi harus memiliki sejumlah strategi agar audien I - 37 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
tertarik dengan stasiun televisi tersebut (inflow), serta menahan audien yang sudah ada agar tidak pindah saluran (outflow), diantaranya yaitu:
Head to head, yaitu stasiun televisi tersebut menayangkan program yang jenisnya sama dengan harapan dapat menarik audien yang sedang menonton program sejenis dari stasiun televisi yang lain agar beralih ke stasiun televisi miliknya. Head to head ini biasanya terjadi pada program sinetron, infotainment, dan berita.
Program tandingan, yaitu menayangkan program yang berbeda dari stasiun televisi lain pada jam yang sama untuk memenuhi kebutuhan audien yan belum terpuaskan. Misalnya saja saat stasiun televisi lain menayangkan sinetron, stasiun televisi A menayangkan film Hollywood, dengan harapan penonton yang sudah jenuh dengan tayangan sinetron beralih.
Bloking program, yaitu strategi dimana audien dipertahankan untuk tidak pindah saluran dengan menyajikan acara yang sejenis selama waktu siaran tertentu. strategi ini dilakukan oleh stasiun televisi swasta nasional di Indonesia selama beberapa tahun terakhir, salah satu contoh adalah menyajikan dua atau lebih tayangan sinetron secara berkelanjutan, terutama pada waktu prime time.
Pendahuluan kuat (strong lead-in), yaitu strategi untuk mendapatkan sebanyak mungkin audien dengan menyajikan program yang kuat pada permulaan segmen waktu siaran.
I - 38 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Strategi buaian (creating hammock), merupakan strategi untuk membangun audien pada satu acara baru atau meningkatkan jumlah audien atas suatu program yang mulai mengalami penurunan popularitas. Misalnya dengan cara menempatkan program tersebut diantara dua program unggulan.
Penghalangan (stunting), yaitu strategi untuk merebut perhatian audien dengan cara melakukan perubahan jadwal program secara cepat.
Strategi lainnya yaitu tetap mempertahan program yang berhasil meraih banyak audien pada jam tayang yang sama atau tetap seperti sebelumnya.
Menurut pengamatan peneliti, stasiun televisi swasta lokal JTV sudah melakukan beberapa strategi pada eksekusi programnya. Misalnya di saat televisi lain seringkali menayangkan program sinetron pada jam prime time, JTV menyangkan program berita seperti pojok pitu dan pojok kampung, serta program B-Cak, yaitu program komedi yang dikemas seperti program berita,
1.5.2.4 Pengawasan dan evaluasi program Proses pengawasan dan evaluasi ini untuk menentukan seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan oleh stasiun penyiaran (Morrisan 2008, hal.314). Berdasarkan evaluasi ini nantinya juga dapat diketahui apakah perencaan program sejalan dengan pelaksanaannya, dan melihat hambatan-hambatan apa saja yang terjadi. Evaluasi ini dapat terlihat melalui
I - 39 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
jumlah rating penonton, apakah sesuai dengan target atau tidak, serta dapat dilihat melalui iklan yang masuk apakah sudah sesuai dengan target pendapatan yang direncanakan atau tidak. Pada bagian ini, nantinya akan dilihat bagaimana cara pengelola program JTV dalam mengawasi dan mengevaluasi program-program acaranya serta tindakan apa yang akan dilakukan setelah proses pengawasan dan pengevaluasian ini.
1.5.3 Televisi Lokal Pada era otonomi daerah, peran media massa menjadi semakin penting. Pada Undang-Undang no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah lebih menitik beratkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta pemberdayaan institusi lokal. Salah satu upaya yang harus dilakukan demi suksesnya otonomi daerah adalah mengoptimalkan peran institusi lokal non pemerintah, seperti media massa. Bersamaan dengan munculnya gagasan tentang desentralisasi, dan kemudian muncul Undang-Undang tentang otonomi daerah, bergulir pula tentang industri televisi di tingkat lokal, sebagaimana dimunculkan dalam pasal-pasal Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran (Isnanta, 2008). Televisi lokal mulai mempunyai harapan saat Undang Undang No. 32 Tahun 2002 Penyiaran diluncurkan pada 28 November 2002, dimana pasal ini memberi pengakuan hukum atas eksistensi lembaga penyiaran lokal, baik komersial, komunitas, maupun publik.
I - 40 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Berangkat dari dasar hukum itulah televisi lokal, mulai berkembang dan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Undang-undang ini memberi kesempatan bagi daerah-daerah yang ada di Indonesia untuk mengembangkan televisi lokal masing-masing dengan harapan agar potensi daerah yang selama ini sulit untuk disiarkan di televisi swasta nasional akan menjadi lebih mudah. Selain itu, yang menggembirakan adalah dukungan riil dari pemerintah daerah yang memang memiliki kepentingan tersendiri di balik dukungannya tersebut (Sugiharto 2009, hal.2). Namun pertumbuhan televisi lokal, dalam hal ini televisi komersial atau swasta, jangan sampai melupakan idealisme untuk mengangkat potensi dan budaya lokal. Mekanisme yang biasanya ditemukan adalah memperkuat siaran bermuatan lokal. Institusi penyiaran harus mampu mengelola sensitifitas pemirsa melalui peristiwa-peristiwa yang memiliki unsur kedekatan dan menciptakan suasana yang interaktif seolah-olah pemirsa lokal juga menjadi bagian dari siaran yang ditayangkan (Priyowidodo, hal.57). Hal senada juga diungkapkan Surochiem Abdus Salam (2008) bahwa keberadaan TV lokal di tengah masyarakatnya lebih sebagai tuan rumah dan sebenarnya TV lokal lebih memiliki kedekatan (proximity) dengan masyarakatnya daripada televisi nasional (dalam Sugihartono 2009). Dengan demikian, diharapkan sentralisasi yang selama ini terjadi dalam dunia pertelevisian Indonesia akan semakin berkurang. Berikut perbedaan antara televisi lokal dan televisi nasional yang secara garis besar dijabarkan dalam tabel berikut ini:
I - 41 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 1.1 No.
Isu
Industri televisi lokal
1.
Pembagian kanal
Kanal milik lokal
2.
Kepentingan ekonomi
3. 4.
Isi siaran Penonton
Kue iklan nasional dan lokal Kekhasan televisi lokal Tersegmentasi/ masyarakat lokal
Industri televisi nasional Kanal digunakan oleh pusat Kue iklan nasional
Program populer Seluruh masyarakat Indonesia. Primasanti 2008 (dengan perubahan).
Dalam tabel tersebut, terlihat walaupun jangkauan siaran televisi lokal terbatas, namun selain mengangkat potensi daerah juga bisa membantu mengangkat perekonomian daerah salah satunya melalui iklan lokal yang selama ini tidak bisa masuk ke televisi nasional karena biaya yang sangat mahal. Selain itu industri televisi lokal lebih tersegmentasi sehingga baik program maupun iklan bisa lebih tepat sasaran. 1.5.3.1 Televisi lokal dan budaya lokal Kebudayaan itu sendiri merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat 1980, hal.193). Dengan demikian, budaya lokal berarti pula hasil budi daya dari masyarakat lokal dalam berbagai aspek, tidak hanya berupa kesenian daerah, namun juga termasuk dalam berbahasa, cara berpakaian, dan sebagainya (Sugihartono 2009, hal.9). Seperti yang sudah disebutkan dalam defini tersebut di atas, budaya tidak hanya terbatas pada kesenian saja, namun juga meliputi berbagai aspek. Hal inilah I - 42 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
yang perlu untuk ditangkap oleh televisi lokal untuk lebih digali karena merupakan potensi andalan daerah yang menjadi ciri khas masing-masing, karena keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia tidak dapat dicakup secara keseluruhan oleh televisi swasta nasional kita. Dalam mengangkat budaya daerah, beberapa stasiun televisi swasta lokal yang pun sudah mengaplikasikannya. Misalnya saja Jogja TV, Bali TV, JTV, dan sebagainya yang kerapkali menggunakan bahasa daerah masing-masing dalam program acaranya. Hal ini sudah diatur dalam UU no 32/2002 tentang penyiaran, pasal 38 ayat 1 yang berbunyi “Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam penyelenggaraan program siaran muatan lokal dan, apabila diperlukan, untuk mendukung mata acara tertentu”. Tidak hanya terbatas pada bahasa daerah, bahkan kesenian daerah seperti gending bali atau tari Bali dalam Bali TV, kesenian ludruk pada JTV, juga turut ditampilkan. Lengkap dengan pakaian adat masing-masing. hal ini menjukkan betapa kekayaan budaya Indonesia bisa semakin dilestarikan, bahkan bisa menjadi bahan referensi tontonan bagi daerah lain apabila bisa diakomodasi dengan baik oleh masingmasing stasiun televisi lokal.
1.6 METODOLOGI PENELITIAN 1.6.1
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan
tipe penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan metode studi kasus, karena dalam pengumpulan datanya dibutuhkan berbagai macam instrumen pengumpulan data, I - 43 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
seperti wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi, rekaman, dan lainnya, sehingga diharapkan nanti dapat menggambarkan hasil penelitian dengan lebih mendalam. 1.6.2
Sasaran penelitian Sasaran penelitian atau informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak
yang terlibat dan berwenang dalam programming acara televisi pada stasiun televisi swasta lokal JTV, yaitu Imawan Mashuri (Presiden Komisaris JTV), Imam Syafii (Direktur News dan Program), Rama (Eksekutif Produser), dan Sarjito (Kepala Bagian Program). 1.6.3
Unit analisis Unit analisis dalam penelitian ini berupa narasi-narasi dari transkrip
wawancara dengan pihak-pihak dari JTV yang terlibat dalam programming yang diperoleh ketika peneliti melakukan depth interview. 1.6.4
Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan depth
interview atau wawancara mendalam untuk kemudian di data dan di catat unit analisisnya. Berger (dalam Narendra 2008, hal.198) mendefinisikan wawancara sebagai percakapan antara peneliti (seseorang yang ingin memperoleh informasi tentang subyek penelitian) dan seorang informan (seseorang yang diasumsikan memiliki informasi atau keterkaitan dengan subyek atau suatu hal tertentu dalam penelitian). Wawancara ini dilakukan peneliti dengan maksud agar informasi yang
I - 44 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
dibutuhkan mengenai strategi manajemen programming televisi bisa diperoleh dengan lebih jelas dan detail. Sementara data pendukung diperoleh melalui internet, buku, dan lainnya. 1.6.5
Teknik analisis data Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Patton 1990, hal.268). Menurut Daymon dan Holloway (2002, hal.369) analisis data dilakukan dengan cara: 1. Reduksi data, yaitu memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potongan-potongan data yang lebih teratur dan merangkumnya menjadi pola dan susunan yang lebih sederhana. 2. Interpretasi, yaitu mendapatkan makna dan pemahaman terhadap kata-kata dan tindakan partisipan riset, dengan memunculkan konsep dan teori yang nantinya akan menjelaskan temuan.
I - 45 Skripsi
Strategi Manajemen Programming ...
TANTRI YUDHIENTIA