BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan pengukur Corporate Governance (CG), terhadap kinerja keuangan perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini dilakukan sebagai respon atas pentingnya CG yang baik dalam setiap organisasi. Banyak permasalahan organisasi muncul disebabkan oleh perbedaan kepentingan dan tujuan antara manajemen perusahaan dengan investor dan pemangku kepentingan
lainnya. Akibat
perbedaan tersebut,
manajemen
perusahaan tidak selalu membuat keputusan dan kebijakan didasarkan atas kepentingan seluruh pemangku kepentingan. Mekanisme CG dianggap sebagai solusi terbaik yang dapat menselaraskan kepentingan perusahaan dengan kepentingan seluruh pemangku kepentingan, khususnya investor (Nuryaman, 2012). Hal ini dikarenakan, CG mengarahkan serta mengendalikan perusahaan untuk selalu bertindak sejalan dengan harapan para pemangku kepentingan. Hal ini yang menjadikan CG sebagai elemen penting dalam sebuah perusahaan. Pembahasan tentang CG ini menjadi topik yang sangat menarik untuk diteliti. Hal ini dibuktikan dengan munculnya penelitian-penelitian yang membahas CG akhir-akhir ini. Beberapa penelitian tentang pengaruh CG terhadap kinerja keuangan perusahaan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara CG dengan kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian yang
1
dilakukan Nuryaman (2012) menunjukkan bahwa CG berpengaruh positif terhadap Current Ratio (CR), Price to Book Value (PBV), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Namun, debt to assets ratio (DAR) dan Net Profit Margin (NPM) tidak terpengaruh oleh penerapan CG. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prasinta (2012), penerapan GCG hanya berpengaruh positif terhadap return on equity dan tidak berpangaruh terhadap return on assets dan Tobin’s Q. Penelitian yang dilakukan oleh Debby dkk. (2013), menghasilkan kesimpulan bahwa GCG berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2013) menunjukkan bahwa mekanisme GCG, yaitu ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sementara itu, komite audit dan proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Selanjutnya,
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Christensen
dkk.
(2010)
menyimpulkan ukuran direksi berpengaruh negatif terhadap ROA namun berpengaruh positif terhadap Tobin’s Q, independensi direksi juga berpengaruh negatif terhadap ROA dan Tobin’s Q, serta memiliki komite audit, komite nominasi dan komite remunerasi berpengaruh positif terhadap ROA dan Tobin’s Q. Penelitian-penelitian di atas melihat pengaruh CG dari berbagai aspek penilaian. Penelitian-penelitian tersebut juga memberikan kontribusi dalam perkembangan pembahasan isu CG. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut meneliti pengaruh CG terhadap kinerja keuangan pada perusahaan-perusahaan
2
secara umum. Penelitian ini dilakukan dengan menyajikan pembahasan yang lebih fokus pada jenis industri perusahaan yang berjalan pada sektor property and real estate. Belajar dari krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika tahun 2008, sektor property and real estate menjadi objek penelitian ini karena dianggap sebagai sektor yang memiliki dampak yang sangat luas jika terjadi penerapan CG yang tidak baik. Hasil analisa United Nations Economic Commission for Europe (UNECE) (2010) terhadap krisis subprime mortgage menyatakan bahwa ketidakjelasan peraturan pada sektor real estate dan sektor keuangan merupakan penyebab utama krisis tersebut terjadi. Jacoby (2008) berpendapat bahwa krisis subprime mortgage memperlihatkan tentang kebutuhan akan manajemen palanggaran (delinquency management) pada kebijakan perumahan. Oleh karena itu, penelitian pengaruh CG terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan property and real estate di Indonesia menjadi hal yang sangat penting dan menarik untuk dibahas. Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya, seperti penelitian Nuryaman (2012) dan Prasinta (2012), banyak yang menggunakan Corporate Governance Perception Index (CGPI) sebagai variabel yang mewakili CG. Penelitian ini menyajikan variabel yang lebih menunjukkan dan mewakili mekanisme CG secara nyata, dimana variabel tersebut merupakan salah satu alat ukur CG yang diambil dari isu implementasi CG dan penelitian yang terkait dengan CG. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan variabel yang mewakili bentuk mekanisme CG secara langsung sebagai proksi dari CG.
3
Pentingnya pembahasan tentang CG ini mulai disadari setelah banyaknya krisis dan masalah perusahaan yang muncul. Krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 merupakan salah satu contoh akibat dari penerapan CG yang tidak baik. Ramirez (2009) menyatakan bahwa CG berperan penting dalam terjadinya krisis subprime mortgage yang memiliki pengaruh pada ekonomi global. Krisis tersebut merupakan akibat dari pengambilan keputusan oleh manajemen tanpa melihat dan mempertimbangkan kepentingan seluruh pemangku kepentingan. Hal tersebut menunjukkan buruknya perlindungan manajemen perusahaan terhadap hak-hak pemangku kepentingan. Banyak institusi-institusi keuangan yang melakukan tindakan-tindakan ceroboh yang memiliki risiko tinggi. Aksi-aksi tersebut tidak luput dari buruknya kerjasama yang dilakukan oleh pengembang property and real estate dengan institusi keuangan terkait. Dampaknya adalah harga pasar saham-saham perusahaan property and real estate dan non-property and real estate anjlok hingga akhirnya terjadilah krisis subprime mortgage. Dalam kasus ini, pihak manajemen perusahaan property and real estate cenderung hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperhatikan risiko-risikonya. Aksi-aksi manajemen yang dilakukan oleh manajemen perusahaan harus selalu mempertimbangkan hak-hak investor dan pemangku kepentingan lainnya. Manajemen perusahaan yang selalu mempertimbangkan kepentingan seluruh pemangku kepentingan dalam membuat kebijakan dapat berpengaruh pada meningkatnya daya tarik dan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Selain itu, investor juga akan merasa aman terhadap investasinya. Hal tersebut juga dapat
4
berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan dan kepercayaan pasar. Untuk itu, aksi-aksi manajemen dan kebijakan-kebijakan manajemen harus selaras dengan apa yang diharapkan oleh investor dan pemangku kepentingan lainnya. Namun terdapat konsekuensi dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan, yaitu munculnya masalah keagenan (Retno dan Priantinah, 2012). Kenyataannya, seringkali muncul masalah dimana aksi-aksi manajemen perusahaan tidak selalu selaras dengan apa yang diharapkan oleh investor seperti kasus krisis subprime mortgage di atas. Masalah keagenan merupakan masalah yang timbul akibat dari keputusankeputusan manajemen perusahaan yang tidak selalu bertujuan untuk memenuhi kepentingan terbaik investor. Masalah tersebut muncul sebagai akibat dari adanya hubungan keagenan antara investor dengan manajemen perusahaan. Hal ini sesuai dengan isi dari teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menjelaskan bahwa manajemen perusahaan berperan sebagai agen dan investor (pemegang saham) berperan sebagai prinsipal. Sehubungan dengan kecenderungan munculnya permasalahan keagenan antara investor dan manajemen perusahaan, terdapat sebuah mekanisme yang dapat meminimalisir munculnya masalah keagenan, yaitu Corporate Governance (CG). Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG, 2012) menjelaskan CG sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan.
5
Mekanisme CG akan lebih memberikan perlindungan atas hak-hak investor dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan demikian, CG ini menjadikan perusahaan bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik investor dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan kata lain, mekanisme CG ini merupakan mekanisme yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak. CG diharapkan menjadi alat untuk menambah kepercayaan diri investor bahwa dana yang mereka investasikan akan menghasilkan return seperti yang mereka harapkan (Debby dkk., 2013). Selain itu, CG dapat mengelola risiko-risiko yang memiliki dampak langsung maupun tidak langsung bagi kelangsungan dan kesinambungan perusahaan (IICG, 2012). CG merupakan hasil dari pembelajaran atas kasus-kasus korporasi yang berdampak buruk tidak hanya bagi internal perusahaan, namun juga eksternal perusahaan. Kasus-kasus korporasi dan praktik bisnis yang tidak beretika merupakan peringatan bagi perusahaan tentang pentingnya menerapkan CG dengan baik. Menerapkan CG merupakan keharusan bagi perusahaan agar perusahaan terbebas dari hal-hal yang merugikan pemilik perusahaan. Kegagalan dalam mengimplementasikan CG yang baik dapat menimbulkan krisis seperti yang diungkapkan oleh Asian Development Bank (ADB, 2000) yang menyatakan bahwa lemahnya implementasi CG merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan krisis di Asia Tenggara di tahun 1997. Peranan-peranan positif CG, membuat CG menjadi salah satu pilar penting tercapainya tujuan-tujuan perusahaan. Mekanisme CG, yang didalamnya mengandung
prinsip-prinsip
transparansi,
akuntabilitas,
responsibilitas,
6
independensi dan keadilan, dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Hal ini dikarenakan, CG dengan prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya mampu melindungi hak-hak investor dan pemangku kepentingan lainnya sehingga tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan akan tercapai (Debby dkk., 2013). Meningkatnya nilai perusahaan ini berpengaruh pada meningkatnya daya tarik investor terhadap perusahaan. Jika nilai perusahaan tinggi, maka perusahaan akan lebih memiliki daya tarik bagi investor untuk menginvestasikan kekayaannya. Sebaliknya, jika nilai perusahaan rendah, maka investor cenderung tidak tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Meningkatnya nilai perusahaan terjadi karena meningkatnya kinerja perusahaan
yang
dicerminkan
dengan
meningkatnya
kinerja
keuangan
perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan perusahaan, terutama rasio-rasio keuangan perusahaan, ini yang menjadi dasar investor dalam mengambil keputusan investasi dan menilai kinerja manajemen perusahaan. Dengan melihat laporan keuangan perusahaan tersebut, calon investor dapat memperkirakan risiko yang melekat pada investasinya. Keputusan investasi yang dibuat investor didasarkan atas penilaian mereka terhadap informasi yang ada pada laporan keuangan karena laporan keuangan merupakan sumber informasi utama bagi investor untuk membuat keputusan investasi (Prasinta, 2012). Kemampuan CG, yang dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan variabel ukuran dewan direksi, dalam mempengaruhi kinerja manajemen perusahaan agar selaras dengan keinginan pemangku kepentingan, sebagaimana dilihat dari kinerja keuangan perusahaan, menjadi dasar penelitian ini dilakukan.
7
Atas dasar latar belakang tersebut, penelitian ini mengangkat judul “Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan-Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013”. Penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana mekanisme CG, yang diukur dengan menggunakan ukuran dewan direksi, mempengaruhi kinerja keuangan perusahan property and real estate dengan dilihat dari profitabilitasnya yang diukur dengan menggunakan NPM dan kinerja saham perusahaan yang diukur dengan menggunakan PBV. 1.2. Rumusan Masalah Pentingnya peran CG membuat pembahasan tentang CG menjadi topik yang ramai dibicarakan dan menarik untuk diperhatikan. Selain untuk menghindari bahaya krisis yang mungkin terjadi, CG juga berperan untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja keuangan perusahaan serta melindungi hak-hak investor dan para pemangku kepentingan di perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh IICG (2012), salah satu manfaat dari CG yang baik adalah meningkatkan kinerja, efisiensi dan pelayanan kepada pemangku kepentingan. Dengan menerapkan CG, manajemen perusahaan akan lebih tertata dengan baik dan bekerja sesuai dengan keinginan pemangku kepentingan khususnya investor. Dampak dari hal tersebut adalah, kinerja keuangan perusahaan akan semakin baik, sehingga hak-hak pemangku kepentingan, khususnya investor, akan lebih terlindungi.
8
Bagaimana CG, yang diukur dengan menggunakan ukuran dewan direksi, mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan property and real estate di Indonesia merupakan pokok permasalahan dalam penelitian ini. Dari penjelasan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Terdapat Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013?” 1.3. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki batasan-batasan yang membatasi permasalahan dan pokok bahasan yang dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak membahas faktor lain, diluar mekanisme CG, yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga tidak mengaitkan penelitian dengan target kinerja keuangan yang sudah dicanangkan oleh perusahaan. Penelitian ini juga tidak meneliti institusi keuangan yang terlibat dalam krisis subprime mortgage. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan property and real estate juga bukan merupakan permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini. Adanya batasan-batasan masalah dalam penelitian ini, diharapkan penelitian ini akan lebih fokus membahas permasalahan yang dibahas dalam penelitian serta hasil penelitian ini lebih tajam dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi perusahaan tentang pentingnya menerapkan prinsip-prinsip CG dengan baik dan benar agar kinerja perusahaan semakin baik.
9
1.4. Tujuan Penelitian Isu utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah CG. Bagaimana pengaruh CG terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang property and real estate di Indonesia merupakan pokok permasalahan penelitian ini. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh CG terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang property and real estate yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian tentang pengaruh CG terhadap kinerja keuangan perusahaan property and real estate ini dilakukan untuk memberikan informasi yang lebih fokus, lengkap, aktual dan mendetail tentang pengaruh CG di dalam perusahaanperusahaan yang tercatat di BEI khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang property and real estate. Penelitian ini berkontribusi dalam perkembangan pembahasan isu CG di Indonesia. Penelitian-penelitian tentang pengaruh CG terhadap kinerja keuangan sebelumnya banyak yang menggunakan seluruh sektor usaha sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perusahaan property and real estate di Indonesia sebagai objek penelitian agar penelitian dapat memberikan hasil yang lebih terfokus. Perusahaan-perusahaan property and real estate dipilih karena penelitianpenelitian sebelumnya belum pernah secara khusus meneliti pengaruh CG terhadap kinerja keuangan di perusahaan property and real estate. Selain itu,
10
kasus subprime mortgage di Amerika, yang memberikan pelajaran akan bahaya yang dapat muncul dari perusahaan-perusahaan property and real estate yang tidak menerapkan CG dengan baik, merupakan alasan penelitian ini memfokuskan diri pada perusahaan-perusahaan property and real estate. Atas dasar hal tersebut, penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya CG di perusahaan property and real estate di Indonesia dilihat dari kinerja keuangannya. Dengan kata lain, hasil penelitian ini dapat menunjukkan bagaimana CG dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan property and real estate di Indonesia. 1.6. Sistematika Penelitian Dalam penelitian ini, sistematika penelitian yang dibuat peneliti adalah dengan membagi penulisan penelitian kedalam 5 bab, yaitu: 1. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian ini dilakukan dan alasan-alasan yang mendasari pentingnya penelitian. Selain itu, juga dijelaskan tentang rumusan masalah yang akan menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini, batasan masalah penelitian, tujuan penelitian ini dilakukan, manfaat atas hasil dari penelitian ini, serta sistematika penelitian yang memberikan gambaran secara umum bagaimana penelitian ini ditulis. 2. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini disebutkan serta dijelaskan teori-teori yang terkait dengan penelitian ini yaitu tentang pengaruh CG terhadap kinerja keuangan perusahaan-perusahaan property and real estate. Bab ini juga menampilkan 11
review atas penelitian-penelitian tentang CG yang terdahulu. Kerangka pemikiran penilitian ini juga dijelaskan dalam bab ini. Selain itu, pengembangan hipotesis juga dijabarkan dalam bab ini. 3. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan metode penelitian meliputi jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, penjelasan dan pengukuran tentang variabel-variabel yang diteliti, jenis data apa yang akan digunakan dalam pneelitian, dimana dan bagaimana mendapatkan datanya, metode pengumpulan data seperti apa yang dipakai, apa saja teknik yang digunakan untuk menganalisis data, serta pengujian hipotesis. 4. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditampilkan hasil pengolahan data dan pembahasannya. Hasil pengujian atas variabel-variabel yang diteliti juga dijelaskan dalam bab ini. Hasil analisa data yang diperoleh selama penelitian ini merupakan jawaban atas perumusan masalah yang telah ditetapkan pada awal penelitian ini ditulis. 5. BAB V PENUTUP Isi dalam bab ini adalah berupa kesimpulan dari pembahasan penelitian serta hasil-hasil yang didapat dalam penelitian ini. Selain itu juga dituliskan saransaran untuk atas hasil penelitian serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya tentang apa yang perlu dikoreksi, dibenahi, dan ditambahkan jika akan melakukan penelitan yang sifatnya mereplikasi penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini juga akan diungkapkan dalam pada bab ini.
12