PENGARUH UKURAN DEWAN DIREKSI, UKURAN DEWAN KOMISARIS, KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI DAN DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP KOMPENSASI DEWAN DIREKSI Astri Tania Herlen1, Zaitul2, Herawati3 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bunghatta Email :
[email protected] ABSTRACT The provision of compensation to the board of directors is expected to improve the performance of the board of directors on corporations, where the board of directors having the property of being an opportunist so that it can be increasing the agency cost. To reduce agency cost then companies provide compensation to a board of directors. Then conducted research aimed to determine the factors that affect compensation board of directors. In this study the variables used is a compensation the board of directors as the dependent variable and the size of the board of directors, the size of the board of commissioners, remuneration and nomination committees as well as the board of commissioners independent as the independent variable. The research also use leverage, firm size and firm age as control variables. To perform the hypotheses, used manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange. The data utilize was from 2011-2013. Analysis method using multiple regression models and the results found that the size of the board of directors, the board of commissioners independent, leverage , firm size significantly effect on compensation the board of directors, while the size of the board of commissioners, remuneration and nomination committees, firm age found no significant effect on compensation the board of directors. This study uses agency theory as a theory supporting. Keywords: The size of the Board of Directors, Board of Commissioners size, Remuneration and Nomination Committee, the Board of Commissioners of the Independent, Compensation Board of Directors.
1.
Latar Belakang Masalah
masyarakat, investor dan juga pihak yang
Perusahaan didirikan dengan tujuan
berkepentingan
lainnya
(Irpan,
2011).
untuk memakmurkan pemilik perusahaan
Untuk mencapai tujuan tersebut pemegang
atau pemegang saham (Sulistiono, 2010).
saham
Setiap perusahaan akan berlomba-lomba
perusahaan kepada manajer. Manajer yang
dalam
dimaksudkan yaitu dewan direksi.
mendapatkan
keuntungan
yang
maksimal. Hal ini menyebabkan persaingan
menyerahkan
Manajer
memberikan
pengelolaan
informasi
dalam dunia bisnis untuk menuntut semua
kepada pemegang saham dalam bentuk
pelaku usaha membuat
perusahaannya
laporan keuangan. Laporan keuangan yang
memiliki
baik
dibuat
citra
yang
dimata
1
dengan
angka-angka
akuntansi
diharapkan dapat meminimalkan konflik yang
Baik manajemen dan pemegang
berbagai
pihak
berkepentingan.
Laporan
keuangan
informasi
yang dihasilkan perusahaan,
manajemen memiliki kecenderungan untuk
tidak terlepas dari proses penyusunan
bersifat oportunis dan dapat merugikan
laporan
keuangan.
pemegang saham.
tersebut
bermanfaat
sebagai
saham
produk
pada
kepentingannya
dasarnya
memiliki
masing-masing
Laporan
keuangan
untuk
membantu
value yang berorientasi pada pasar inilah
investor, kreditor, calon investor dan para
yang kemudian dianggap dapat menjadi
pengguna lainnya dalam rangka membuat
sistem pengendalian eksternal yang secara
keputusan
efektif dapat mengawasi dan meminimalisir
investasi,
keputusan
kredit,
sifat
suatu perusahaan dimasa akan datang.
kepentingan manajemen dan kepentingan
Kebijakan dan keputusan yang diambil
pemegang saham dapat berjalan selaras.
dalam rangka proses penyusunan laporan
Bentuk pendisiplinan yang dilakukan dapat
keuangan akan mempengaruhi penilaian
berupa
kinerja perusahaan (Aprina, 2012). Namun,
eksekutif, seperti bonus yang diberikan
seringkali pihak manajer perusahaan atau
berdasarkan performa perusahaan, stock
insider
yang
option dan pemutusan hubungan kerja
bertentangan
tujuan
lain
penerapan
manajemen
shareholder
analisis saham serta menentukan prospek
mempunyai
oportunis
Prinsip
dimana
skema
sehingga
kompensasi
dengan
tujuan
utama
berdasarkan performa (Rachmat, 2013).
sehingga
timbul
konflik
Karena lemahnya hubungan antara gaji dan
kepentingan antara manajer dan pemegang
kinerja, imbalan saham merupakan salah
saham
satu bentuk kompensasi yang dianggap
perusahaan,
(Indahningrum
dan
Handayani,
2009).
ideal. Masalahnya muncul ketika para Perbedaan
kepentingan
antara
eksekutif atau direksi berusahan mengatrol
pemilik perusahaan dengan para manajer
harga saham dengan cara-cara tidak terpuji
memiliki asumsi bahwa masing-masing
(The Jakarta Consulting Group, 2014).
pihak termotivasi oleh kepentingan dirinya
Kompensasi
dewan
direksi
sendiri sehingga menimbulkan konflik
merupakan topik yang menjadi perhatian
kepentingan.
terjadi
dalam penelitian dan perdebatan sejak
antara
tahun 1990-an dinegara maju seperti
pengelolaan
Amerika dan Inggris. Fakto-faktor yang
perusahaan yang dalam teori keuangan
menentukan kompensasi eksekutif pada
disebut dengan konflik keagenan (Almilia
umumnya dibahas dari perspektif ekonomi,
dan Silvy, 2006).
manajemen dan juga tata kelola. Untuk
Konflik
dikarenakan
adanya
kepentingan
dan
ini
pemisahan fungsi
2
negara yang sedang berkembang seperti
kompensasi langsung dan kompensasi tidak
Indonesia
langsung.
sangat
sedikit
pengetahuan
Kompensasi
langsung
yaitu
tentang faktor-faktor yang memperngaruhi
pembayaran dalam bentuk upah, gaji,
kompensasi
insentif,
eksekutif.
Bagi
negara
komisi
dan
juga
berkembang seperti Indonesia, kompensasi
Kompensasi
tidak
eksekutif bukan merupakan suatu topik
pembayaran
dalam
yang
keuangan seperti asuransi.
populer
untuk
dibicarakan
(Vidyatmoko dkk, 2009). Penelitian
langsung bentuk
Kompensasi
dewan
yaitu
tunjangan
direksi
ini
kompensasi
sangat berkaitan dengan masalah teori
dewan direksi ini masih sangat minim
keagenan (agency theory). Menurut teori
dilakukan
peneliti
ini hubungan pemegang saham dan manajer
termotivasi untuk mengetahui faktor-faktor
pada hakikatnya sulit tercipta dikarenakan
yang dapat mempengaruhi kompensasi
adanya suatu kepentingan yang saling
dewan direksi. Dengan demikian penelitian
bertentangan. Conyon dan He (2012)
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
berpendapat
ukuran dewan direksi, ukuran dewan
memprediksikan
komisaris, komite remunerasi dan nominasi
harus dikaitkan dengan kinerja eksekutif
dan dewan komisaris independen terhadap
dalam memecahkan masalah yang terkait
kompensasi dewan direksi.
dengan
2.
tentang
bonus.
Indonesia
Teori
sehingga
dan
eksekutif
asimetris
antara
dan
Meckling
(1976)
berpendapat bahwa hubungan agensi terjadi
Kompensasi dewan direksi yang dengan
keagenan
kompensasi
informasi
Jensen
2.1 Kompensasi Dewan Direksi
disebut
teori
pemegang saham dengan manajer.
Pengembangan
Hipotesis
biasa
bahwa
ketika satu orang atau lebih (principal)
kompensasi
mempekerjakan orang lain (agent) dalam
manajemen, kompensasi eksekutif dan
pemberian
kompensasi CEO. Kompensasi merupakan
mendelegasikan
financial rewards dan penalties yang
pengambilan
diterima
merupakan pemegang saham atau investor,
seorang
CEO
selama
dia
melaksanakan tugasnya (Kerin, 2003).
jasa
dan wewenang
keputusan.
kemudian dalam Principal
sedangkan agent merupakan manajer yang
Menurut Dessler (2007) kompensasi
mengelola perusahaan. Inti dari hubungan
adalah semua bentuk pembayaran atau
keagenan ini adalah adanya pemisahan
hadiah yang dberika kepada karyawan dan
fungsi antara kepemilikan di investor dan
muncul dari pekerjaan mereka. Terdapat
pengendalian
dua cara pembagian kompensasi yaitu
Kepentingan ini terus meningkat karena 3
di
pihak
manajer.
pihak principal tidak dapat memonitor
secara efektif, tepat dan cepat serta
aktivitas
bertindak independen (Setiawati, 2012).
agent
sehari-hari
untuk
memastikan bahwa agent bekerja telah
Dewan
direksi
harus
dapat
sesuai dengan keinginan para pemegang
merumuskan strategi agar bisnis berjalan
saham. Sebaliknya, agent sendiri memiliki
secara efektif dan efisien dengan turbulensi
lebih banyak informasi penting mengenai
kondisi internal dan eksternal. Dewan
kapasitas
diri,
perusahaan
lingkungan
secara
tersebut
kerja
dan
direksi harus memiliki reputasi moral yang
keseluruhan.
Hal
baik
memicu
ketidakseimbangan
timbulnya
informasi
dan
mendukung.
kompetensi Oleh
karena
teknis
yang
itu,
dalam
antara
memilih anggota dewan direksi diperlukan
principal dan agent. Kondisi ini dinamakan
standar profesionalisme. Dewan direksi
dengan asimetri informasi. Adanya asimetri
berkewajiban menjaga transparansi dalam
informasi tersebut dapat mendorong agent
menjalankan
untuk
Prinsip transparansi tersebut tercermin
menyembunyikan
informasi
yang
principal
tidak
untuk
beberapa
diketahui
oleh
operasional
perusahaan.
dalam penyampaian informasi secara jujur
memaksimalkan
kepada
keuntungan bagi agent.
stakeholder
(Triwahyuningtias,
2012). Menurut Bukhori (2012) dewan
2.2 Ukuran Dewan Direksi Direksi adalah organ perseroan
direksi merupakan pihak dalam suatu
yang berwenang dan bertanggung jawab
entitas perusahaan yang bertugas untuk
penuh atas pengurusan perseroan untuk
melakukan, melaksanakan operasi dan
kepentingan
dengan
kepengurusan perusahaan. Anggota dewan
serta
direksi diangkat oleh RUPS. Dewan direksi
mewakili perseroan, baik didalam maupun
bertanggung jawab penuh atas segala
diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan
bentuk
anggaran dasar (UU No. 40 pasal 1 tahun
perusahaan dalam rangka melaksanakan
2007 tentang Perseroan Terbatas). Direksi
kepentingan-kepentingan dalam mencapai
sebagai organ perusahaan bertugas dan
tujuan perusahaan.
maksud
dan
perseroan,
sesuai
tujuan
perseroan
bertanggungjawab secara kolegial dalam
operasional
Colpan
dan
dan
kepengurusan
Yoshikawa
(2012)
mengelola perusahaan. Jumlah anggota
berpendapat bahwa ukuran dewan direksi
direksi disesuaikan dengan kompleksitas
berpengaruh positif pada hubungannya
perusahaan dengan tetap memperhatikan
antara
efektivitas dalam pengambilan keputusan
kompensasi eksekutif. Maka hipotesis yang
pertumbuhan
diajukan sebagai berikut: 4
perusahaan
dan
H1:
Ukuran
Dewan
Direksi
Dewan komisaris berperan untuk
Berpengaruh Terhadap Kompensasi Dewan
memonitoring dari implementasi kebijakan
Direksi
direksi. Dewan komisaris bertanggung jawab mengawasi tindakan direksi dan
2.3 Ukuran Dewan Komisaris Dewan Komisaris adalah organ perseroan
yang
bertugas
memberikan nasehat kepada direksi jika
melakukan
dipandang
perlu.
Komposisi
dewan
pengawasan secara umum dan/atau khusus
komisaris harus sedemikian rupa sehingga
sesuai
memungkinkan
dengan
anggaran
dasar
serta
dalam
pengambilan
memberi nasihat kepada direksi (UU No.
keputusan yang efektif, tepat dan cepat
40 Pasal 1 tahun 2007 tentang Perseroan
serta bertindak secara independen dalam
Terbatas). Dewan komisaris merupakan inti
artian tidak mempunyai kepentingan yang
dari corporate governance yang ditugaskan
dapat mengganggu kemampuannya untuk
untuk menjamin pelaksanaan strategi dalam
melaksanakan tugasnya secara mandiri dan
perusahaan, mengawasi manajemen dalam
kritis dalam hubungan satu sama lain
mengelola perusahaan serta mewajibkan
terhadap dewan direksi (Triwahyuningtias,
terlaksananya
2012).
akuntabilitas
(Palestin,
2009).
Conyon dan He (2012) berpendapat Hanas (2009) berpendapat bahwa
bahwa
dewan
komisaris
berpengaruh
Indonesia mengadopsi hukum kontinental
terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dapat
Eropa yang mempunyai sistem dua tingkat
meningkatkan
untuk struktur dewan dalam perusahaan.
sehingga pemberian kompensasi dewan
Dengan demikian, perusahaan di Indonesia
direksi akan semakin baik. maka hipotesis
memiliki badan yang terpisah yaitu dewan
yang diajukan sebagai berikut:
pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen
(dewan
direksi).
H2:
Dewan
kinerja
Ukuran
dewan
Dewan
direksi
Komisaris
Berpengaruh Terhadap Kompensasi Dewan
komisaris mengarahkan dan mengawasi
Direksi
direksi dalam mengelola dan mewakili
2.4 Komite
perusahaan. Dalam sistem, anggota dewan
Nominasi
direksi diangkat dan setiap waktu dapat
Komite
Remunerasi
kompensasi
dan
didalam
diganti oleh dewan komisaris. Sedangkan
perusahaan biasa disebut dengan komite
anggota dewan komisaris diangkat dan
remunerasi dan nominasi. Komite nominasi
diganti dalam Rapat Umum Pemegang
dan
Saham (RUPS).
bertugas
remunerasi untuk
adalah
komite
menyusun
yang kriteria
pemilihan komisaris dan direksi serta 5
mengusulkan besaran remunerasi komisaris
pemberian tunjangan dan fasilitas lainnya
dan direksi. Agar dapat melaksanakan
serta memantau pelaksanaannya.
tugasnya dengan baik, komite nominasi dan remunerasi
harus mampu
penilaian
secara
Anggraini
memberikan
objektif
bahwa
terhadap
(2014)
komite
berpengaruh
menyatakan
remunerasi terhadap
tidak
pemberian
kompetensi yang dimiliki calon pemangku
kompensasi dewan direksi. Maka hipotesis
jabatan, sehingga besaran remunerasi yang
yang diajukan sebagai berikut:
ditetapkan
mampu
kontribusi
yang
kepada
mencerminkan
telah
H3:
disumbangkan
perusahaan.
Hal
Nominasi
tersebut
tidak
Terhadap
Dewan
komisaris
independen
akan
adalah anggota dewan komisaris yang tidak
berimplikasi kepada meningkatnya kinerja
terafiliasi dengan direksi, anggota dewan
perusahaan (Puteri, 2013).
komisaris lainnya dan juga para pemegang
Peraturan
langsung
Berpengaruh
dan
2.5 Dewan Komisaris Independen
pengambilan keputusan oleh perusahaan, secara
Remunerasi
Kompensasi Dewan Direksi
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
yang
Komite
Menteri
Keuangan
saham
pengendali,
serta
bebas
dari
Republik Indonesia No 152/PMK.010/
hubungan bisnis atau hubungan lainnya
2012 tentang tata kelola perusahaan yang
yang dapat mempengaruhi kemampuannya
baik
perasuransian
untuk bertindak independen atau bertindak
menyatakan tugas dan tanggung jawab
semata-mata demi kepentingan perusahaan
komite remunerasi dan nominasi yaitu: (1)
(Susilo,
menyusun kriteria seleksi dan prosedur
diharapkan
nominasi bagi anggota direksi, anggota
permasalahan agensi yang muncul antara
dewan komisaris, anggota dewan pengawas
dewan direksi dan pemegang saham,
syariah dan para eksekutf lainnya di dalam
sehingga kinerja yang dihasilkan oleh
perusahaan
perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah
bagi
perusahaan
asuransi
dan
perusahaan
reasuransi yang bersangkutan. (2) Membuat sistem
penilaian
dan
2010).
Peran dapat
komisaris
ini
meminimalisir
direncanakan (Aji, 2012).
memberikan
Komisaris
independen
memikul
rekomendasi mengenai kebutuhan jumlah
tanggung jawab untuk mendorong secara
anggota direksi, anggota dewan komisaris
proaktif
dan anggota dewan pengawas syariah
melaksanakan tugasnya sebagai pengawas
perusahaan
asuransi
dan
reasuransi
yang
dan
perusahaan
bersangkutan.
agar
penasehat
komisaris
direksi
agar
dalam
dapat
(3)
memastikan perusahaan memiliki strategi
membantu menyusun sistem penggajian,
bisnis yang efektif (termasuk di dalamnya 6
memantau jadwal, anggaran dan efektifitas
(BEI) periode 2011-2013, (ii) Perusahaan
stragtegi tersebut), memastikan perusahaan
manufaktur
memiliki informasi, sistem pengendalian,
keuangan
dan sistem audit yang bekerja baik,
Perusahaan
memastikan perusahaan mematuhi hukum
menyampaikan laporan keuangan periode
dan perundangan yang berlaku maupun
2011-2013
nilai-nilai
yang
perusahaan
Tersedianya data yang lengkap mengenai
dalam
menjalankan
operasinya,
variabel yang digunakan yaitu kompensasi
memastikan resiko dan potensi krisis selalu
dewan direksi, ukuran dewan direksi,
diidentifikasi dan dikelola dengan baik
ukuran
serta
remunerasi
ditetapkan
memastikan
praktek
Good
dipatuhi
dan
prinsip-prinsip
Corporate diterapkan
dan
Governance dengan
baik
Rupiah
manufaktur
secara
dewan
laporan
(Rp), yang
aktif
berturut-turut,
komisaris,
dan nominasi
(iii)
(iv)
komite
dan dewan
3.2 Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat tiga
Conyon dan He (2012) menyatakan dewan
dalam
menyajikan
komisaris independen.
(FCGI, 2003).
bahwa
yang
komisaris
variabel yaitu variabel dependen, variabel
independen
independen dan variabel kontrol. Variabel
berpengaruh negatif terhadap kompensasi
dependen
yang
digunakan
eksekutif. Maka hipotesis yang diajukan
kompensasi
sebagai berikut:
independen yang digunakan yaitu ukuran
dewan
direksi.
adalah Variabel
H4: Dewan Komisaris Independen
dewan direksi, ukuran dewan komisaris,
Berpengaruh Terhadap Kompensasi Dewan
komite remunerasi dan nominasi dan
Direksi.
dewan komisaris independen. Variabel
3.
kontrol yang digunakan adalah leverage,
Metodologi Penelitian
ukuran perusahaan dan umur perusahaan.
3.1 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam
3.3 Metode Analisis
penelitian ini adalah perusahaan yang
Penelitian ini menggunakan statistik
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
deskriptif untuk memberikan gambaran
pada periode 2011-2013. Sampel pada
atau deskripsi suatu data. Penelitian ini
penelitian
menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji
ini
ditentukan
berdasarkan
purposive sampling yang berarti pemilihan
normalitas,
sampel
multikolinearitas
berdasarkan
kriteria
tertentu.
uji
autokolerasi, dan
uji
Pengambilan sampel dilakukan dengan
heteroskedastisitas.
kriteria yaitu: (i) Perusahaan manufaktur
yang digunakan adalah uji F, uji R2 dan uji
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
t. 7
Pengujian
uji
hipotesis
Model Penelitian yang digunakan
4.2
dalam penelitian ini adalah model regresi berganda.
Persamaan
model
Hasil
Pengujian
Asumsi
Klasik
regresi
4.2.1 Hasil Pengujian Normalitas
berganda adalah:
Masing-masing
Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6
dikatakan
+β7X7+e
variabel
berdistribusi
dapat
normal
jika
memiliki nilai Asymp sig (2-tailed) > α dimana nilai α = 0,05.
Keterangan: Y
= Kompensasi Dewan Direksi
α
= Konstanta
Tabel 2 Pengujian Normalitas I
X1 = Ukuran Dewan Direksi X2 = Ukuran Dewan Komisaris X3 = Komite Remunerasi dan Nominasi X4 = Dewan Komisaris Independen X5 = Leverage X6 = Ukuran Perusahaan Berdasarkan tabel 2 diatas terdapat
X7 = Umur Perusahaan e
beberapa variabel yang tidak berdistribusi
= Error
normal. Pada variabel komite remunerasi
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
dan nominasi merupakan data dummy
4.1 Statistik Deskriptif pada
sehingga data tidak dapat dinormalkan
penelitian ini dapat dilihat pada tabel
karena tidak mempunyai suatu parameter
berikut:
sehingga tidak dapat didifinisikan. Pada
Hasil
statistik
deskriptif
variabel
Tabel 1
lainnya
yaitu
ukuran
dewan
direksi, ukuran dewan komisaris dan dewan
Statistik Deskriptif
komisaris
independen
dilakukan
penormalan data dengan menggunakan skewness dan kurtosis dimana data dapat dikatakan
berdistribusi
normal
apabila
berada diantara -2 dan 2. Hasil data dapat dilihat pada tabel berikut:
8
Tabel 3
4.2.4
Pengujian Normalitas II
Hasil
Pengujian
Heteroskedastisitas Pengujian ini variabel independen menunjukkan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel independen. Tabel 6
4.2.2 Hasil Pengujian Autokolerasi
Pengujian Heteroskedastisitas
Hasil pengujian kolerasi ini dilihat dari nilai Durbin-Watson (DW) yaitu sebesar 1,934. Nilai DW tersebut berada diantara nilai 1,8 dan 2,1 sehingga tidak terjadi autokolerasi. Tabel 4 Pengujian Autokolerasi
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis dapat diterima apabila 4.2.3
Hasil
nilai signifikan variabel independen lebih
Pengujian
kecil dari 0,05.
Multikolinearitas
Tabel 7
Pengujian ini menghasilkan nilai
Pengujian Hipotesis
tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 sehingga dapat dikatakan variabel independen dalam penelitian ini bebas dari multikolinearitas. Tabel 5 Pengujian Multikolinearitas
Uji
F
pada
penelitian
ini
menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,000 yaitu nilai ini lebih kecil dari 0,05. Sedangkan R2 menghasilkan nilai sebesar 0,439. Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh
9
variabel
independen
terhadap
variabel
komisaris
dependen sebesar 43,9%. 4.3.1
Pengaruh
Direksi
bekerja
untuk
meningkatkan laba perusahaan sehingga
Ukuran
Terhadap
yang
kurang mengawasi kinerja direksi dalam
Dewan
perusahaan.
Kompensasi
Hal
ini
menyebabkan
Dewan Direksi
pemberian kompensasi juga kurang baik.
Nilai signifikan pada ukuran dewan
Penelitian ini berbeda dengan penelitian
direksi menunjukkan nilai sebesar 0,023
yang dilakukan oleh Conyon dan He (2012)
lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis
dimana pada penelitian mereka menyatakan
diterima. Semakin banyak dewan direksi
dewan komisaris berpengaruh terhadap
yang bekerja pada suatu perusahaan akan
kompensasi dewan direksi.
semakin baik karena dapat meningkatkan
4.3.3 Pengaruh Komite Remunerasi
kinerja perusahaan seperti peningkatan laba
dan
perusahaan.
Kompensasi Dewan Direksi
Pemberian
kompensasi
Nominasi
Terhadap
merupakan bentuk pendisiplinan kinerja
Komite remunerasi dan nominasi
pada direksi. Banyaknya jumlah direksi
pada penelitian ini menghasilkan nilai
yang bekerja dalam suatu perusahaan dapat
signifikan 0,924 maka dapat dikatakan
menurunkan kompensasi yang diberikan
bahwa
karena
remunerasi dan nominasi ini belum banyak
pembagian
kompensasi
akan
hipotesis
Komite
semakin banyak sesuai dengan jumlah
terdapat
direksi yang bekerja. Penelitian ini sejalan
perusahaan.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
masih memberikan kewenangan kepada
Colpan dan Yoshikawa (2012) dan juga
dewan komisaris tanpa bantuan komite ini
penelitian Conyon dan He (2012) yang
dalam
menunjukkan hasil dewan direksi memiliki
dewan direksi. Penelitian ini sejalan dengan
pengaruh terhadap pemberian kompensasi
Anggraini (2014) yang menyatakan bahwa
dewan direksi.
komite
4.3.2
Pengaruh
Ukuran
dalam
ditolak.
keorganisasian
Banyak
pemberian
remunerasi
perusahaan
kompensasi
tidak
suatu yang
kepada
berpengaruh
terhadap kompensasi dewan direksi.
Dewan
Komisaris Terhadap Kompensasi
4.3.4 Pengaruh Dewan Komisaris
Dewan Direksi
Independen
Terhadap
Pada variabel ini nilai signifikan
Kompensasi Dewan Direksi
yang dihasilkan adalah sebesar 0,462
Nilai signifikan yang dihasilkan
dimana nilai ini lebih besar dari 0,05
variabel ini adalah 0,041 lebih kecil dari
sehingga hipotesis ditolak. Hal ini dapat
0,05 sehingga hipotesis diterima. Dewan
disebabkan oleh faktor lain seperti dewan
komisaris 10
independen
ini
merupakan
dewan komisaris yang tidak terikat apapun
perusahaan yaitu jumlah penjualan yang
dengan perusahaan dan pemegang saham
dapat dihasilkan oleh perusahaan. Semakin
sehingga keputusan yang diambil tidak
tinggi penjualan pada perusahaan maka
memihak
semakin baik laba yang akan diperoleh oleh
siapapun
termasuk
pada
keputusan pemberian kompensasi kepada
perusahaan.
dewan direksi. Sehingga kompensasi yang
meningkatkan
diberikan kepada direksi sesuai dengan
dimana
kinerja direksi tersebut. Penelitian ini
kontribusi yang baik kepada perusahaan
sejalan dengan Aderson dan Bizjak (2003)
sehingga imbalan yang diterima berupa
dimana
kompensasi akan meningkat.
dalam
menyatakan
penelitiannya
bahwa
independen
dewan
juga
komisaris
berpengaruh
dewan
akan
variabel
akan direksi
memberikan
kontrol
umur
0,684. Nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis ditolak. Lama berdirinya
4.3.5 Pengaruh Leverage, Ukuran dan
perusahaan tidak menjamin keberhasilan
Umur
perusahaan tersebut karena peningkatan
Perusahaan Variabel
juga
perusahaan menunjukkan nilai signifikan
kompensasi dewan direksi.
Perusahaan
ini
kinerja
direksi
Pada
terhadap
Hal
leverage,
perusahaan
dan
umur
merupakan
variabel
ukuran
kinerja perusahaan dipengaruhi oleh kinerja
perusahaan
para eksekutif dan pegawai perusahaan itu
kontrol
dalam
sendiri.
penelitian.
5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran
Nilai signifikan variabel leverage
5.1 Kesimpulan
menunjukkan hasil sebesar 0,020 nilai ini
Berdasarkan pembahasan dari hasil
lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis
penelitian yang telah dilakukan maka dapat
diterima. Leverage merupakan pembagian
diambil kesimpulkan sebagai berikut: (i)
atas aktiva dan hutang. Semakin baik aktiva
Hasil
yang dimiliki perusahaan dan nilai hutang
menjelaskan bahwa ukuran dewan direksi
perusahaan
maka
berpengaruh terhadap kompensasi dewan
kinerja perusahaan tersebut akan baik. Hal
direksi. (ii) Hasil pengujian hipotesis kedua
ini
kepada
menjelaskan ukuran dewan komisaris tidak
kompensasi direksi yang akan semakin
berpengaruh terhadap kompensasi dewan
meningkat.
direksi. (iii) Hasil pengujian hipotesis
juga
dapat
akan
diminimalisir
berdampak
Ukuran perusahaan memiliki nilai
ketiga
pengujian
menjelaskan
hipotesis
bahwa
pertama
komite
signifikan sebesar 0,000 sehingga dapat
remunerasi dan nominasi tidak berpengaruh
dikatakan
terhadap kompensasi dewan direksi. (iv)
hipotesis
diterima.
Ukuran 11
Hasil
pengujian
menjelaskan independen
hipotesis
keempat
dewan
komisaris
bahwa
berpengaruh
selanjutnya
diharapkan
menggunakan
perusahaan yang berbeda seperti seluruh
terhadap
perusahaan
digunakan
sebagai
objek
kompensasi dewan direksi. (v) Secara
penelitian. (iii) Pada penelitian ini hanya
simultan
menggunakan
terdapat
pengaruh
signifikan
ukuran
direksi,
antara ukuran dewan direksi, ukuran dewan
ukuran
komisaris, komite remunerasi dan nominasi
remunerasi
dan dewan komisaris independen terhadap
komisaris independen sebagai variabel
kompensasi dewan direksi. (vi) Pengaruh
independen. Untuk penelitian selanjutnya
ukuran dewan direksi, ukuran dewan
disarankan dapat menambahkan variabel
komisaris, komite remunerasi dan nominasi
independen seperti gender diversity yang
dan dewan komisaris independen terhadap
memungkinkan
kompensasi dewan direksi pada perusahaan
penelitian.
manufaktur
sedangkan
menggunakan leverage, ukuran perusahaan
sisanyan 46,1% dipengaruhi oleh variabel
dan umur perusahaan sebagai variabel
lain yang tidak terdapat dalam penelitian
kontrol. Variabel kontrol lain seperti
ini.
profitabilitas
5.2
sebesar
43,9%
Keterbatasan
Penelitian
dewan
dewan
komisaris,
dan nominasi
(iv)
komite
dan dewan
berdampak Penelitian
pada
hasil
ini
hanya
kemungkinan
dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
dan
Saran Penelitian
ini
masih
DAFTAR PUSTAKA
memiliki
Aji,
keterbatasan antara lain: (i) penelitian ini hanya menggunakan data dengan jangka waktu
tiga
tahun
dimana
pergantian
anggota dewan direksi, dewan komisari, dewan komisaris independen dan juga komite
remunerasi
dan
nominasi
Almalia, Spica Luciana dan Meliza Silvy. 2006. Analisis Kebijakan Dividen Dan Kebijakan Leverage Terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial Dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit. Jurnal Akuntansi dan Bisnis (Journal of Accounting & Business), Vol. 6 No. 1, Februari 2006. ISSN 1412-0852.
berpengaruh pada hasil penelitian. Untuk peneliti
selanjutnya
disarankan
untuk
memperpanjang waktu penelitian, karena semakin panjang jangka waktu penelitian akan diketahui variasi yang terjadi dalam suatu perusahaan. (ii) Penelitian ini hanya menggunakan sebagai
objek
perusahaan penelitian.
Bayu Bimo. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Anderson, Ronald C dan John M. Bizjak. 2003. An Empirical Examination of
manufaktur Peneliti 12
the Role of the CEO and the Compensation Committee in Structuring Executive Pay. Journal of Banking and Finance 27 (7). 1323-1348.
The Audit Committe in Corporate Governance. http://www.fcgi.org.id. Hanas, Azwar. 2009. Pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Komite Audit Terhadap Good Corporate Governance. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Anggraini, Silvia. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Kompensasi Kepada Dewan Direksi Di Perusahaan yang Go Public Di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Bunghatta.
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11, No. 3, Desember 2009, Hlm 189-207.
Aprina, Desi. 2012. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan yang Diukur Menggunakan Economic Value Added. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Bukhori, Iqbal. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Indonesia. Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. UU No 40 tahun 2007. LN No. 106 Tahun 2007. TLN No. 4756. Irpan. 2011. Analisis Pengaruh Skema Bonus Direksi, Jenis Usaha, Profitabilitas Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earning Management. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.
Colpan, Asli M dan Toru Yoshikawa. 2012. Performance Sensitivity of Executive Pay: The Role of Foreign Investor and Affiliated Directors in Japan. Corporate Governance: An International Review, 2012, 20(6): 547-561.
Jensen,
Michael C dan Willian H Meckling. 1976. Theory of the firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Oktober, Vol. 3, No 4, pp. 305-360.
Kerin,
Paul. 2003. Executive Compensation: Getting The Mix Right. The Australian Economic Review, Vol. 36, No. 3, Pp. 324332.
Conyon, Martin J dan Lerong He. 2012. CEO Compensation and Corporate Governance in China. Corporate Governance: An International Review, 2012, 20(6): 575-592. Dessler, Gary. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks. Forum
for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2003. The Roles of the Board of Commissioners and
Palestin, Halima Shatila. 2009. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, 13
Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Masters Thesis Universitas Diponegoro.
Governance dan Remunerasi http://www.jakartaconsulting.com/p ublications/articles/organizationdevelopment/corporate-governanceremunerasi.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 152/ PMK.010/ 2012 tentang tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaan perasuransian.
Triwahyuningtias, Meilinda. 2012. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas dan Leverage Terhadap Terjadinya Kondisi Financial Distress.Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Puteri, Putu Ayu Winda Adi. 2013. Karakteristik Good Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan Manufaktur. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Vidyatmoko, Dyan, Bunasor Sanim, Hermanto Siregar dan M. Said Didu. 2009. Analisis Faktor Penentu Kompensasi Eksekutif dan Hubungan Kompensasi Eksekutif dengan Kinerja Perusahaan. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, Vol. 11, No. 3, Desember 2009, Hlm. 181-187.
Rachmat, Dian Puspita. 2013. We Believe in Corporate Governance. http://dekacg.blogspot.com/2013_06_01_archi ve.html. Setiawati, Indah. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Sulistiono. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI Tahun 20062008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang. Susilo, Budi. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Komite Audit dan Keahlian Komite Audit terhadap Manajemen Laba. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. The Jakarta Consulting Group (JCG) Partner in Change. 2014. Corporate 14