PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN UKURAN DEWAN DIREKSI TERHADAP INDEKS ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX TAHUN 2011-2013
SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM DEPARTEMEN EKONOMI SYARIAH
DIAJUKAN OLEH
VINA SEPTIANA PERMATASARI NIM: 041114097
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 i
SURABAYA, .............................................. SKRIPSI TELAH SELESAI DAN SIAP UNTUK DIUJI MENGETAHUI DOSEN PEMBIMBING
DR. RADITYA SUKMANA, S.E., M.A. NIP. 197604132002121003
ii
SKRIPSI
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN UKURAN DEWAN DIREKSI TERHADAP INDEKS ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX TAHUN 2011-2013
DIAJUKAN OLEH: VINA SEPTIANA PERMATASARI NIM: 041114097
TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH: DOSEN PEMBIMBING,
DR. RADITYA SUKMANA, S.E., M.A.
TANGGAL...........................
NIP. 197604132002121003
A.N KETUA PROGRAM STUDI
NOVEN SUPRAYOGI, S.E., M.Si
TANGGAL...........................
NIP. 197711052008121001
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Saya, (Vina Septiana Permatasari, 041114097), menyatakan bahwa: 1. Skripsi saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya saya sendiri, dan bukan hasil karya orang lain dengan mengatasnamakan saya, serta bukan merupakan hasil peniruan atau penjiplakan (plagiarism) dari karya orang lain. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Airlangga, maupun di perguruan tinggi lainnya. 2. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar kepustakaan. 3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademi berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis Skripsi ini, serta sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku di Universitas Airlangga. Surabaya, 2 Agustus 2015
Vina Septiana Permatasari NIM: 041114097 iv
DECLARATION Vina Septiana Permatasari, (041114097), declare that: 1. My thesis is genuine and truly my own creation, and is not another's person work made under my name, nor piracy or plagiarism. This thesis has never been submitted to obtain an academic degree in Universitas Airlangga or in any other universities/ colleges. 2. This thesis does not contain any work or opinion written or published by anyone, unless clearly acknoledged or reffered to by quoting the author's name and stated in References. 3. This statement is true, if on the future this statement is proven to be fraud and dishonest, I agree to recieve an academic sanction in the form of removal of the degree obtained through this thesis, and regulations in Universitas Airlangga.
Surabaya, 2 Agustus 2015
Vina Septiana Permatasari NIM: 041114097
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil-ʽālamīn, segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga sholawat serta salam senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan para sahabatnya serta seluruh pengikutnya hingga hari akhir nanti. Skripsi yang berjudul "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Ukuran Dewan Direksi terhadap Indeks Islamic Social Reporting pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index Tahun 2011- 2013" ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya. Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah senantiasa mendoakan, membimbing, memberikan nasihat, dukungan, semangat, dan kasih sayangnya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa doa, bimbingan, nasihat, dukungan, semangat, dan kasih sayang dari berbagai pihak, akan lebih sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Khoirul Ma'sum dan Ibu Kitin Yulin Asnani, selaku orang tua penulis. Terima kasih atas setiap doa, cinta, kasih sayang, teladan, dan segala yang telah ayah dan mama berikan selama ini. Semoga Vina bisa
vi
menjadi anak yang shalehah yang berbakti dan membahagiakan kedua orang tuanya di dunia dan di akhirat kelak. 2.
Dr. Raditya Sukmana, S.E., M.A., selaku Ketua Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga dan dosen pembimbing yang telah senantiasa meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan serta saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Prof. Dr. Muslich Anshori, SE., M.Sc., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, beserta jajarannya.
4.
Noven Suprayogi, SE., M.Si., Ak, selaku ketua program studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
5.
Prof. Roszaini Haniffa (Heriot Watt University) selaku penulis jurnal yang menjadi ide dasar penelitian ini yang telah memberikan saran untuk penelitian
ini
dan
pengembangan-pengembangan
pada
penelitian
selanjutnya. 6.
Nenekku tercinta, dan adik-adikku yang sangat ku sayangi. Seluruh keluargaku yang masih bersamaku di dunia ini maupun yang telah terlebih dulu meninggalkan dunia yang fana ini. Aku bersyukur kepada Allah atas takdirku berada di garis keturunan keluarga kita. Semoga vina bisa menjadi anak perempuan yang baik, yang tidak mengecewakan kalian.
7.
Teman-teman terkasih penulis, teman-teman mahasiswa ekonomi Islam khususnya angkatan 2011, kos JKT 46 (Jalan Kedung Tarukan baru RT: 4 RW : 6), MoSAIC (Moslem Students Association of Economics and vii
Bussiness
Faculty)
khususnya
pengurus
tahun
2013,
Himpunan
Mahasiswa Ekonomi Islam khususnya divisi keilmuan tahun 2012, maaf jangan sedih karena penulis tidak menyebutkan nama, kalian tahu Vina menyayangi kalian. Penyebutan nama satu persatu dapat menimbulkan kekecewaan pada seseorang yang lupa disebutkan. Jadi teman-temanku semuanya terima kasih atas dukungan kalian baik secara langsung maupun tidak langsung, yang kalian ketahui maupun tidak, aku bersyukur mengenal kalian, semoga persaudaraan kita terjaga selamanya hingga kita bisa bertetangga di surga kelak, amin. 8.
Untuk orang-orang yang belum penulis ketahui mereka siapa, tapi dari hati yang terdalam penulis telah sangat menyayangi mereka, Insya Allah my future husband dan Insya Allah anak-anakku kelak, mereka telah menjadi semangat sejak penulis belum mengetahui siapa mereka. Semoga Vina bisa menjadi istri dan ibu yang baik untuk mereka kelak, amin.
9.
Seluruh staf dan karyawan Departemen Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Universitas Airlangga, terima kasih banyak, semoga Allah SWT menjadikan pahala atas setiap kebaikan yang diberikan kepada penulis.
10. Teman-temanku dan seluruh guruku dari SDN Sumberjo I (Kediri), SDN Karang Tengah IV (Blitar), SDN Grogol I (Kediri), SMPN I Grogol (Kediri), SMAN 7 Kediri, Tempat-tempat mengaji penulis sejak kecil hingga dewasa (seluruh ustadz dan ustadzah yang pernah mengajar ilmu agama kepada penulis). viii
Penulis mengucapkan terima kasih banyak untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini dan semua pihak yang telah berjasa dalam kehidupan penulis. Semoga skripsi ini dapat berkontribusi pada ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat yang berguna di dunia dan di akhirat.
Surabaya, 2 Agustus 2015
Vina Septiana Permatasari
ix
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGA PROGRAM STUDI
: EKONOMI ISLAM
DAFTAR No.
: .................................... ABSTRAK
SKRIPSI SARJANA EKONOMI ISLAM NAMA
:
VINA SEPTIANA PERMATASARI
NIM
:
041114097
TAHUN PENYUSUNAN
:
2015
JUDUL: Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Ukuran Dewan Direksi terhadap Indeks Islamic Social Reporting pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index tahun 2011-2013 ISI: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index tahun 2011-2013. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Data dalam penelitian ini adalah data panel. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil persamaan regresi adalah Y(ISR) it = αi + 9,200027 TA it + 15,88550 ROA it - 0,229852 Dir it + wit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Ukuran perusahaan dan profitabilitas secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting, sedangkan ukuran dewan direksi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan yang penting bagi investor dan praktisi bisnis dan menambah keilmuan dalam bidang pengungkapan laporan perusahaan yang sesuai dengan prinsip Islam. Kata kunci: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Dewan Direksi, Islamic Social Reporting
x
MINISTRY OF RESEARCH AND TECHNOLOGY FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS AIRLANGGA UNIVERSITY
STUDY PROGRAM
: ISLAMIC ECONOMICS
LIST NUMBER.
: ....................................
ABSTRACT THESIS OF ISLAMIC ECONOMICS BACHELOR NAME
:
VINA SEPTIANA PERMATASARI
STUDENT ID
:
041114097
YEAR OF WRITING
:
2015
TITLE: The Effect of Company Size, Profitability and Board of Directors Size Toward Index of Islamic Social Reporting for Companies Listed in Jakarta Islamic Index During 2011-2013. CONTENT: This research aims to find out the effect of company size, profitability and board of directors size toward the reporting index of Islamic Social Reporting for companies listed in Jakarta Islamic Index during 2011-2013. It uses qualitative approach panel type of data. This research uses multiple regression linear analysis technique. The regression equations results is Y(ISR) it = αi + 9,200027 TA it + 15,88550 ROA it - 0,229852 Dir it + wit. The result shows that simultaneously the company size, profitability and board of directors does not have significant effect toward the reporting index of Islamic Social Reporting. Company size and profitability partially have significant effect toward the reporting index of Islamic Social Reporting, while board of directors partially doesn't have significant effect toward the reporting index. The result of this study is expected to extend the knowledge which is important for investors and business practitioners and to contribute knowledge for company reporting based on Islamic principle. Keywords: company size, profitability, board of directors size, Islamic social reporting
xi
وزارة البحوث التكنولوجية والتعليم العالي كلية إلاقتصادية و الاتجارية جامعة إيرالنغا شعبة رقم التسجيل
اسم ّ رقم القيد سنة إلاعداد
:إلاقتصاد إلاسالمي ......:
ّ امللخص بحث علمي َ خريج إلاقتصاد إلاسالمي :فينا سبتياها بزمتاساري 111111140 : 5112 :
املوضوع: التأثير حجم الشركة ،الربحية وحجم مجلس اإلادار من المؤشر االجتماعي اإلسالمي اإلبالغ عن شركة مسجلة في المؤشر اإلسالمي جاكرتا في 3124-3122
املدتويات: الهدف لهذا البدث هو معزفة ثأثير حجم الشزكة والزبذ وحجم مجلس إلادارة على دليل إفصاح التقاريز إلاجتماعية إلاسالمية في الشزكة املدرجة باملؤشز إلاسالمي جاكزثا سنة .5112-5111املنهج املستخدم للبدث هو املنهج الكمي. البياهات للبدث هي لوخة البياهات .التقنية التدليل في هذا البدث هي الاهددار الخطي املتعد .الخصل من معادلة الاهددار الخطي املتعدد هو ّ .wit +Dirit 18554,25 - 15,88550 ROAit + 9,200027TAit + αi = Y(ISR)it ثدل هتائج البدث إلى أن في وقت واخد لدجم الشزكة والزبذ وحجم مجلس إلادارة جزئيا أثزا كبيرا بدليل إفصاح التقاريز إلاجتماعية إلاسالمية .لدجم الشزكة وحجم مجلس إلادارة جزئيا أثزا كبيرا بدليل إفصاح التقاريز إلاجتماعية إلاسالمية أما ليس هناك الزبذ جزبيا أثزا كبيرا بدليل إفصاح التقاريز إلاجتماعية إلاسالمية .تحتاج ًتائج ُرٍ الدزاسة التوسع في المعرفة وهو أمر مهم للمستثمرين وممارسي األعمال وزيااد المعرفة في مجال الكشف عن الشركات وفقا لمباادئ اإلسالم.
كلمات املزور :حجم الشزكة ،الزبذ ،حجم مجلس إلادارة ،التقاريز إلاجتماعية إلاسالمية.
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi ArabLatin. Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI no. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
1. Konsonan tunggal No. Arab Latin Keterangan
No. Arab Latin Keterangan
1.
ا
-
2.
ب ت ث
B
Tidak dilambangkan -
T
-
ṡ
ج ح
J
s (dengan titik di atasnya) -
21.
خ د ذ
Kh
H (dengan titik di bawahnya) -
D
-
23.
Ż
24.
R Z
-
S
-
Sy
-
14.
ز ش س ش ص
z (dengan titik di atasnya) -
ṣ
15.
ض
ḍ
S (dengan titik dibawahnya) d (dengan titik dibawahnya)
3. 4. 5 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
ḥ
16.
ط
ṭ
17.
ظ
ẓ
18.
ع
‛
19.
غ
G
t (dengan titik di bawahnya) z (dengan titik di bawahnya) koma terbalik letak di atas -
20.
ف ق ك ل م ى و ٍ ء ي
F
-
Q
-
K
-
L
-
M
-
N
-
W
-
H
-
‘
Apostrof
Y
-
22.
25. 26. 27. 28. 29
2. Konsonan Rangkap
ّ
Konsonan rangkap, termasuk tanda syiddah ( ) ditulis rangkap. Contoh:
ًَ اditulis innahu
xiii
3. Tā’marbūtah di akhir kata 3.1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya. Contoh: 1. جوأ عةditulis jamā’ah
2. هكتبةditulis maktabah
3.2. Bila dihidupkan ditulis t Contoh : هكتبة الجاهعةditulis maktabatu’l-jāmi’ah 4. Vokal Panjang (mad) Fathah (baris di atas) di tulis ā, kasrah (baris di bawah) di tulis ī, serta dammah (baris di depan) ditulis dengan ū. Misalnya; الٌا سditulis an-nās,
السحينditulis ar-rahīm الوسلووىditulis al-muslimūn. 5. Vokal pendek yang berurutan dipisahkan dengan tanda pisah (-)
شيء قد يس, ditulis syai-in qadīr 6. Kata Sandang Alif+Lam Bila Alif + lam diikuti oleh huruf-huruf qamariyah, yang terkumpul dalam kata َ ابغي حجل وجق عقوalif, b, g, y, h, j, k, w, kh, f, ’, q, m, t) ditulis al, misalnya; الوسلووىditulis al-muslimūn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah (huruf hijaiyah selain huruf qamariyah), huruf lam diganti dengan huruf yang mengikutinya, misalnya; السحويditulis ar-rahmān. 7. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat, misalnya : Penghubung antar kata menggunakan tanda petik (’), sedangkan penghubung dalam satu kata menggunakan tanda pisah (-).
بسن هللا السحواى السحينdibaca bismi’l-Lāhi’r-rahmāni’r-rahīm
xiv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................ii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...........................................................iv DECLARATION ......................................................................................................v KATA PENGANTAR............................................................................ ...................vi ABSTRAK.......................................................................................... .......................viii ABSTRACT........................................................................................... ....................x ABSTRAKSI BAHASA ARAB............................................................ ....................xi PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN.......................................................xii DAFTAR ISI........................................................................................... ...................xv DAFTAR TABEL................................................................................... ...................xix DAFTAR GAMBAR.............................................................................. ...................xx DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... ....................xxi BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................8 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................8 1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. .................9 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi............................................................ ..................10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................. ...................12 2.1 Landasan Teori Perspektif Konvensional........................................... .................12 2.1.1 Teori Agensi.................................................................................... ..................12 xv
2.1.2 Teori Signaling................................................................................ ..................13 2.1.3 Pengungkapan (Disclosure)............................................................. .................14 2.1.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure). .................15 2.2 Landasan Teori Perspektif Syariah..................................................... .................17 2.2.1 Akuntabilitas Sosial......................................................................... .................17 2.2.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure) Perspektif Syariah .....................................................................................................18 2.2.3 Islamic Social Reporting (ISR)....................................................... ..................21 2.3 Aktivitas yang Dilarang dalam Pasar Modal....................................................... 40 2.4 Jakarta Islamic Index (JII)................................................................. ..................42 2.5 Penelitian Terdahulu.......................................................................... ..................43 2.6 Pengembangan Hipotesis................................................................... ..................50 2.6.1 Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) .................................................................................50 2.6.2 Hubungan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) .........................................................51 2.6.3 Hubungan Ukuran Dewan Direksi Terhadap Tingkat Pengungkapaan Islamic Social Reporting (ISR) .......................................................53 2.7 Model Analisis................................................................................... ..................55 2.8 Kerangka Berpikir.............................................................................. ..................56 BAB 3 METODE PENELITIAN...............................................................................59 3.1 Rancangan Penelitian......................................................................... ..................59 3.2 Identifikasi Variabel........................................................................... ..................60 xvi
3.3 Definisi Operasional.............................................................................................61 3.3.1 Ukuran Perusahaan............................................................................................61 3.3.2 Profitabilitas..................................................................................... .................62 3.3.3 Ukuran Dewan Direksi.................................................................... ..................62 3.3.4 Islamic Social Reporting (ISR)....................................................... ..................63 3.4 Jenis dan Sumber Data...................................................................... ...................65 3.5 Populasi dan Sampel.......................................................................... ..................65 3.6 Prosedur Pengumpulan Data............................................................. ...................68 3.7 Teknik Analisis.................................................................................. ..................68 3.8 Statistik Deskriptif............................................................................. ..................70 3.9 Pemilihan Model Estimasi Data Panel............................................... ..................70 3.9.1 Membandingkan Fixed Effect Model dengan Random Effect Model. .............72 3.9.2 Uji Hausmen................................................................................... ..................74 3.10 Uji Normalitas Data.......................................................................... .................74 3.11 Uji Asumsi Klasik Penggunaan Regresi......................................... ...................75 3.11.1 Uji Multikolinearitas.................................................................... ...................75 3.11.2 Uji Heteroskedastisitas................................................................ ....................75 3.11.3 Uji Autokolerasi.......................................................................... ....................76 3.12 Pengujian Statistik..............................................................................................76 3.12.1 Uji Parsial (t-test)....................................................................... .....................76 3.12.2 Uji Simultan (F-test)................................................................... ....................78 3.12.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2).......................................... .....................79 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ .....................80 xvii
4.1 Analisis Hasil Konten Analisis....................................................... .....................80 4.2 Analisis Hasil Penelitian dan Pembuktian Hipotesis...................... .....................100 4.2.1 Uji Hausmen................................................................................ .....................100 4.2.2 Hasil Regresi................................................................................ .....................101 4.2.3 Uji Normalitas............................................................................. ......................102 4.2.4 Uji Multikolinearitas................................................................... ......................103 4.2.5 Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokolerasi.......................... .........................103 4.2.5 Analisis Koefisien Determinasi (R2).......................................... .......................104 4.2.6 Uji F............................................................................................ ......................105 4.2.7 Uji t............................................................................................ .......................105 4.3 Pembahasan................................................................................... .......................107 4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Secara Parsial Terhadap Indeks Pengungkapan Islamic Social Reporting ..................................................................107 4.3.2 Pengaruh Profitabilitas Secara Parsial Terhadap Indeks Pengungkapan Islamic Social Reporting ..................................................................111 4.3.3 Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Secara Parsial Terhadap Indeks Pengungkapan Islamic Social Reporting .......................................................115 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN.............................................. .............................119 5.1 Simpulan....................................................................................... .......................119 5.2 Keterbatasan Penelitian................................................................. .......................119 5.3 Saran.....................................................................................................................120 DAFTAR PUSTAKA........................................................................... .....................122
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai-nilai Al Quran dalam Corporate Social Responsibility ...................20 Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu...................... .................48 Tabel 3.1 Tabel Penyeleksian Populasi.................................................... ..................67 Tabel 4.1 Total Skor Masing-Masing Tema Tahun 2011-2013............... ..................82 Tabel 4.2 Skor Indeks Tema ISR Tertinggi............................................. ..................84 Tabel 4.3 Uji Hausmen............................................................................ ..................100 Tabel 4.4 Hasil Estimasi REM................................................................ ...................101 Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas................................................................ ..................103 Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi Berganda (R2)................................... ...........104 Tabel 4.7 Hasil Uji t................................................................................. ..................106 Tabel 4.8 Statistik Deskriptif X1.............................................................. ..................108 Tabel 4.9 Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan Tertinggi dan Terendah.....................................................................................................................109 Tabel 4.10 Skor ISR Astra International Tbk dan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .............................................................................................................................110 Tabel 4.11 Statistik Deskriptif X2.............................................................. ................111 Tabel 4.12 Perusahaan dengan Profitabilitas Tertinggi dan Terendah.....................................................................................................................113 Tabel 4.13 Skor ISR Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan Sentul City Tbk............................................................................................. ................................114 Tabel 4.14 Statistik Deskriptif X3.............................................................. ................115
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jumlah Perusahaan yang Pernah Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) .....................................................................................................2 Gambar 2.1 Model Analisis................................................................. ......................55 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir............................................................ ......................56 Gambar 4.1 Skor Indeks Pengungkapan ISR Tahun 2011-2013......... ......................80 Gambar 4.2 Nilai ISR pada Ukuran Dewan Direksi Diatas 7 ....................................116 Gambar 4.3 Nilai ISR pada Ukuran Dewan Direksi Dibawah 7................................116
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Indeks Pengungkapan Islamic Social Reporting ...................................127 Lampiran 2 Daftar Perusahaan JII Periode 2011-2013 yang menjadi sampel penelitian ...................................................................................................................132 Lampiran 3 Total Skor Indeks ISR Tahun 2011 .......................................................133 Lampiran 4 Total Skor Indeks ISR Tahun 2012 .......................................................134 Lampiran 5 Total Skor Indeks ISR Tahun 2013 .......................................................135 Lampiran 6 Tabulasi Data .........................................................................................136 Lampiran 7 Output Eviews dan Ms. Excel ................................................................138 Lampiran 8 Jumlah dan Rata-rata Tingkat Pengungkapan ISR Setiap Tahun ..........141
xxi
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal syariah di Indonesia terus mengalami perkembangan. Sejak dimulainya pasar modal syariah di Indonesia dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997, hingga saat ini instrumen investasi syariah di Indonesia telah terus bertambah. Pasar modal syariah di Indonesia telah memiliki index syariah, daftar efek syariah, fatwa dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), hingga UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat berharga Syariah Negara (SBSN). Selain itu Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam) dan DSN-MUI telah menyepakati kesepahaman untuk mengembangkan pasar modal berbasis syariah di Indonesia (www.ojk.go.id). Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia juga ditunjukkan oleh semakin bertambahnya jumlah perusahaan yang pernah terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII). Perkembangan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1. Jakarta Islamic Index (JII) terbentuk atas kerjasama Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) dengan PT. Danareksa Investment Management pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan adanya Jakarta Islamic Index (JII), maka para investor bisa memilih saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (dahulu BapepamLK) juga telah membentuk Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun
1
2
2003. Jumlah penduduk muslim di Indonesia yang sangat besar dapat menjadi investor muslim potensial sehingga pasar modal syariah di Indonesia masih akan terus mengalami peningkatan.
Sumber : Daftar saham Jakarta Islamic Index (JII), idx.co.id (data telah diolah) Gambar 1.1 Jumlah Perusahaan yang Pernah Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) Dukungan dari investor khususnya investor muslim sangat diperlukan dalam pengembangan pasar modal syariah, maka dari itu kebutuhan-kebutuhan investor muslim tersebut perlu diperhatikan. Investor muslim memiliki kewajiban untuk mengetahui prinsip-prinsip syariah dalam berinvestasi. Investor muslim harus bebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh syariah Islam seperti spekulasi (maysir), ketidakjelasan (gharar), riba, kedholiman, dan keharaman. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW: ْ الَ ُي َبالِي ْال َمرْ ُء َما أَ َخ َذ ِم ْن ُه أَم َِن ْال َحالَ ِل أَ ْم م َِن ْال َح َر ِام، ٌاس َز َمان ِ َيأتِي َعلَى ال َّن
Ya'ti ʽalannāsi zamān, la yubālī al-mar 'u mā 'khaża minhu 'mina al-ḥalāli 'am minal ḥarām "akan datang kepada manusia suatu masa ketika seseorang tidak peduli dari mana ia mendapatkan hartanya, apakah dari (sumber dan cara) halal atau (sumber dan cara) haram" (Shahih al-Bukhari 2059, www.sunnah.com).
3
Berdasarkan hadits tersebut investor muslim wajib mengetahui dan memahami dari mana hartanya berasal dan kemana hartanya akan dialokasikan dalam investasi, sehingga informasi yang komprehensif tentunya akan lebih diminati oleh para investor khususnya investor muslim maupun para pembuat keputusan lainnya. Salah satu alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi tentang seluruh kegiatan perusahaan kepada investor dan para pemangku kepentingan adalah laporan tahunan. Laporan tahunan juga merupakan alat yang digunakan oleh para investor untuk membantu membuat keputusan dalam berinvestasi, oleh karena itu pengungkapan laporan perusahaan khususnya laporan tahunan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Salah satu faktor penting yang perlu diungkapkan oleh perusahaan adalah pengungkapan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial merupakan wujud dari pemenuhan etika bisnis perusahaan. Perusahaan tidak boleh bertujuan semata-mata hanya untuk mencari laba dan keuntungan tetapi juga harus memenuhi tanggung jawab sosial kepada masyarakat dan lingkungan. Hal ini selaras dengan ajaran Islam yang terdapat dalam QS. Al Fathir(35): 39 berikut ini.
4
39. huwal- ladhī jaʿalakum khalāʾifa fīl-ʾarḍi fa-man kafara fa-ʿalayhi kufruhū wa-lā yazīdul- kāfirīna kufruhum ʿinda rabbihim ʾillā maqtan wa-lā yazīdulkāfirīna kufruhum ʾillā khasāra "Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka." (QS. 35:39, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 702). Berdasarkan ayat tersebut manusia dalam ajaran Islam merupakan seorang khalifah yang memiliki tugas memimpin, mengelola, dan menjaga bumi serta bertanggung jawab atas kondisi lingkungan sekitarnya. Jadi melaksanakan tanggung jawab sosial merupakan kewajiban bagi setiap individu dan secara lebih luas merupakan kewajiban bagi setiap organisasi atau perusahaan. Tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan dikenal dengan program corporrate social responsibility (CSR). Tanggung jawab tersebut meliputi aspek ekonomi (profit), aspek sosial (people), dan aspek lingkungan (planet) atau yang biasa disebut dengan triple bottom line (3P). Pada tahun 2006 International Organization for Standardization (ISO) menambahkan aspek prosedur (procedure) pada komponen triple bottom line (3P) pada petunjuk tanggung jawab sosial (Guidance on Social Responsibility). Corporrate social Responsibility (CSR) di Indonesia telah diatur dalam undang-undang oleh pemerintah. Pada awalnya perusahaan-perusahaan di Indonesia melakukan kegiatan-kegiatan sosial hanya secara sukarela dan tidak ada aturan khusus terkait kegiatan-kegiatan tersebut, hingga kemudian pemerintah menanggapi secara baik terhadap hal ini. Pada tahun 2007 pemerintah
5
mewajibkan pelaporan kegiatan CSR melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 (Fauziah dan Yudho J, 2013). Kewajiban pelaporan corporrate social responsibility (CSR) ini juga berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang sesuai dengan prinsip syariah. Para investor baik muslim maupun non muslim akan melihat pelaporan ini sebagai informasi yang membantu dalam membuat keputusan, tetapi investor muslim membutuhkan informasi lebih tentang kesyariahan perusahaan. Investor muslim harus yakin bahwa investasinya tidak melanggar aturan syariah, jadi perusahaan harus memperhatikan poin apa saja yang diungkapkan dalam laporan perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia kebanyakan menggunakan Global Reporting Initiative (GRI) dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam dan LK) No. X.K.6 sebagai acuan pengungkapan CSR nya. Kerangka pelaporan GRI terdiri dari konten umum dan konten sektor spesifik yang telah disepakati oleh para pemangku kepentingan di seluruh dunia yang secara umum berlaku untuk pelaporan kinerja keberlanjutan suatu organisasi. Konten umum dan konten sektor spesifik dalam GRI belum mengandung konten yang dapat menjelaskan aspek-aspek syariah yang dibutuhkan oleh para investor muslim, begitu pula dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam LK) No. X.K.6. Investor muslim di Indonesia telah terfasilitasi dengan adanya daftar efek syariah yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Daftar efek syariah berisi daftar saham syariah yang ada di Indonesia yang dapat memudahkan para investor muslim untuk mengetahui saham-saham yang termasuk saham syariah. Bapepam-
6
LK bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional juga memilih 30 saham yang digabungkan menjadi Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index (JII) tersebut berisi saham-saham syariah dengan kapitalisasi pasar terbesar dan memiliki likuiditas terbaik selama satu tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) juga belum menyajikan informasi-informasi syariah dalam laporan tahunannya. Hal ini dapat disebabkan oleh belum adanya aturan khusus mengenai pengungkapan laporan sosial syariah oleh perusahaan. Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) telah mengeluarkan aturan umum mengenai pengungkapan laporan keuangan bagi bank Islam dan institusi keuangan namun belum ada aturan yang lebih khusus mengenai pengungkapan laporan sosial syariah pada laporan tahunan perusahaanperusahaan syariah ataupun perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam indeks syariah. Othman dkk (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan faktor-faktor syariah pada laporan perusahaan syariah yang terdaftar di Bursa Malaysia. Penelitian tersebut mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk mengungkapkan Islamic Social Reporting. Islamic Social Reporting adalah perpanjangan pelaporan sosial yang meliputi tidak hanya harapan dewan pengurus atas pandangan masyarakat terhadap peran perusahaan dalam ekonomi tetapi juga pemenuhan perspektif spiritual untuk pengguna laporan yang muslim (Haniffa, 2002).
7
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan laporan sosial oleh perusahaan secara konvensional telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Amran Azlan dan Devi S.Susela (2008), Said Roshima dkk (2009), Siregar S.Veronica dan Bachtiar Yanifi (2010), Rouf Md. Abdur (2011), dan Esa Elinda
dan
Ghazali
Nazli
A.M
(2012).
Penelitian-penelitian
tersebut
mengidentifikasi faktor-faktor perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan Corporrate social Responsibility (CSR). Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting dilakukan oleh Othman dkk (2009). Penelitian ini akan meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII). Faktor yang akan diteliti adalah faktor keuangan perusahaan dan faktor sumber daya manusia. Faktor keuangan perusahaan yang akan diteliti adalah ukuran perusahaan dan profitabilitas, sedangkan faktor sumber daya manusia yang akan diteliti adalah ukuran dewan direksi perusahaan. Ukuran perusahaan dan profitabilitas telah diteliti sebelumnya oleh Othman dkk (2009) pada perusahaan yang tercatat dalam Bursa Malaysia, sedangkan faktor sumber daya manusia yang diteliti oleh Othman dkk (2009) adalah jumlah direktur muslim. Hal ini tidak dapat diterapkan di Indonesia karena informasi agama direktur tidak tercantum dalam laporan tahunan perusahaan dan di Indonesia agama seseorang tidak dapat dilihat hanya dari namanya saja. Penelitian ini akan meneliti kembali ukuran perusahaan dan profitabilitas untuk melihat apakah hasilnya akan sama pada perusahaan yang terdapat di Indonesia khususnya
8
perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII), dan meneliti jumlah direktur sebagai variabel baru yang masih jarang diteliti pengaruhnya terhadap pengungkapan laporan sosial perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi memiliki pengaruh secara parsial pada pengungkapan Islamic Social Reporting pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII)?. 2. Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi memiliki pengaruh secara simultan pada pengungkapan Islamic Social Reporting pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII)?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi memiliki pengaruh secara parsial pada pengungkapan Islamic Social Reporting pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII). 2. Mengetahui apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi memiliki pengaruh secara simultan pada pengungkapan Islamic
9
Social Reporting pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII). 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi investor dan pengguna laporan perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Islamic Social Reporting sehingga dapat membantu pembuatan keputusan. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai Islamic Social Reporting dan menjadi tambahan pertimbangan untuk mengungkapkan Islamic Social Reporting pada laporan perusahaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan spiritual pengguna laporan perusahaan dan menambah nilai perusahaan. 3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan bahan pertimbangan untuk membuat peraturan terkait pengungkapan laporan sosial syariah pada perusahaan-perusahaan yang beroperasi sesuai prinsip syariah dan item-item yang harus diungkapkan oleh perusahaan. 4. Bagi akademisi dan penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai Islamic Social Reporting dan prinsip pengungkapan yang sesuai dengan prinsip Islam serta dapat menambah penelitian tentang Islamic Social Reporting dan pengungkapan laporan perusahaan.
10
5. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII), Islamic Social Reporting dan hal-hal yang terkait dengan penelitian ini, dan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: BAB 1 : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi. Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari landasan teori perspektif konvensional (teori agensi, teori signaling, dan pengungkapan
(disclosure)) dan
landasan
teori
perspektif
syariah
(akuntabilitas sosial, pengungkapan corporate social responsibility (CSR disclosure) perspektif syariah, Islamic Social Reporting (ISR)(, dan Jakarta Islamic Index (JII). Landasan teori tersebut diperoleh dari berbagai studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu, bab ini juga berisi penjelasan mengenai penelitian tedahulu, pengembangan hipotesis, model analisis, dan kerangka berpikir.
11
BAB 3 : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian, antara lain rancangan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, prosedur pengumpulan data, teknik analisis, pengujian asumsi klasik dan pengujian statistik model. BAB 4 : PEMBAHASAN Bab ini berisi penjelasan mengenai analisis dan nterpretasi dari hasil temuan yang diperoleh selama proses penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas,
dan
ukuran
dewan
direksi
terhadap
indeks
pengungkapan Islamic Social Reporting pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index tahun 2011-2013. Bab ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan yang diperoleh dari hasil keseluruhan penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori Perspektif Konvensional 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi berhubungan dengan hubungan pemilik (prinsipal) dan manajemen (agen). Definisi yang diutarakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengenai teori agensi adalah suatu pendelegasian wewenang yang telah diberikan oleh pihak pemilik kepada pihak perusahaan dalam bentuk pembuatan keputusan dalam perusahaan. Hubungan tersebut memberi konsekuensi, manajemen yang bertindak atas nama perusahaan dituntut melaksanakan kepentingan prinsipal, dengan kata lain manajemen yang telah diberi otorisasi dalam pengambilan keputusan secara sadar harus bertindak dalam konteks yang memberi keuntungan pada kepentingan prinsipal. Hal ini akan dapat menyebabkan konflik antara pemilik dan manajemen. Konsekuensinya adalah biaya agensi yang terdiri dari monitoring cost dan controlling cost yang dikeluarkan oleh prinsipal dan bonding cost yang dikeluarkan oleh agen. Monitoring cost dan controlling cost adalah biaya pengawasan dan pengendalian yang dikeluarkan prinsipal untuk mengawasi agen yaitu mengukur, mengamati, dan mengendalikan perilaku agen. Bonding cost merupakan biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal. Berdasarkan teori agensi, perusahaan (manajemen) termotivasi untuk mengungkapkan lebih banyak informasi secara sukarela untuk
12
13
meyakinkan para pemangku kepentingan bahwa mereka bertindak secara optimal atas nama pemangku kepentingan untuk mengurangi biaya agensi (Ousama dan Fatima, 2010). Perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) dapat mengungkapkan lebih banyak informasi yang terdapat dalam indeks Islamic Social Reporting (ISR) untuk para pemangku kepentingan khususnya investor muslim secara sukarela untuk mengurangi biaya agensi dan juga untuk meyakinkan para pemangku kepentingan bahwa mereka telah bekerja semaksimal mungkin. 2.1.2 Teori Signaling Teori signaling dikembangkan dalam literatur ekonomi karena asimetri informasi, yaitu salah satu pihak dalam sebuah transaksi memiliki lebih banyak informasi daripada yang lain (Watts dan Zimmerman, 1986). Watts dan Zimmerman (1986), berpendapat bahwa masalah asimetri informasi berlaku untuk informasi akuntansi yaitu manajemen perusahaan memiliki informasi lebih tentang nilai perusahaan daripada investor. Konsekuensinya, manajemen perusahaan yang memiliki nilai yang baik mencoba untuk membedakan diri dari perusahaan lain dengan mengungkapkan informasi dalam secara sukarela untuk menunjukkan atau signaling nilai perusahaan mereka. Signal yang baik adalah yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan lain yang memiliki nilai lebih rendah. Mengungkapkan lebih banyak informasi yang dibutuhkan oleh para investor khususnya investor muslim dalam laporan perusahaan dapat menjadi signal yang baik yang tidak mudah diikuti oleh perusahaan lain sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII)
14
dapat mengungkapkan informasi-informasi yang terdapat dalam indeks Islamic Social Report (ISR) sehingga dapat menjadi signal yang baik yang tidak mudah diikuti oleh perusahaan yang lain. 2.1.3
Pengungkapan (Disclosure) Pengungkapan (disclosure) merupakan suatu istilah yang relatif, akan
tetapi merupakan tujuan dasar laporan keuangan setelah menentukan untuk siapa dan untuk apa informasi keuangan itu disajikan (Hendriksen, 1994). Laporan keuangan disajikan oleh perusahaan untuk memberikan informasi yang berguna untuk
pengambilan
keputusan.
Pengambilan
keputusan
membutuhkan
pengungkapan yang layak mengenai data-data perusahaan. Menurut Hendriksen (1994), terdapat tiga hal penting yang menjadi perhatian dalam pengungkapan (disclosure) yaitu untuk siapa informasi diungkapkan, apa tujuan informasi diungkapkan, dan berapa banyak informasi yang harus diungkapkan. Laporan keuangan pada dasarnya diarahkan kepada para pemegang saham, para investor, dan kreditur, tetapi para karyawan, instansi pemerintah, dan masyarakat luas juga merupakan penerima laporan tahunan dan bentuk pengungkapan lainnya (Hendriksen, 1994). Berapa banyak informasi tersebut harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, akan tetapi juga pada standar yang dibutuhkan (Hendriksen, 1994). Tiga konsep pengungkapan yang umumya diusulkan adalah pengungkapan cukup (adequate disclosure), pengungkapan wajar (fair disclosure), dan pengungkapan penuh (full disclosure).
15
Pengungkapan cukup (adequate disclosure) adalah pengungkapan minimum yang harus diungkapkan agar laporan perusahaan tidak menyesatkan untuk pengambilan keputusan. Pengungkapan wajar (fair disclosure) adalah pengungkapan yang memiliki tujuan untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca laporan agar semua pihak mendapatkan informasi yang sama. Sedangkan pengungkapan lengkap (full disclosure) adalah pengungkapan menyajikan semua informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan. Pengungkapan merupakan salah satu bentuk akuntabilitas perusahaan. Konsep pengungkapan penuh dalam Akuntansi Islam adalah sebuah hasil dari konsep akuntabilitas sosial, dimana masyarakat memiliki hak untuk mengetahui tentang pengaruh aktivitas dan operasional perusahaan pada masyarakat mereka (Baydoun dan Willett, 1997; Maali, dkk 2006). Pengungkapan penuh dapat diartikan bahwa perusahaan harus mengungkapkan semua informasi yang diperlukan tentang aktivitas mereka, meskipun kemungkinan informasi tersebut tidak menguntungkan bagi perusahaan (Maali dkk, 2006). Hal ini tidak berarti perusahaan harus mengungkapkan seluruh detail perusahaan, tetapi perusahaan harus mengungkapkan semua informasi yang diperlukan oleh pengguna untuk membantu mereka dalam membuat keputusan ekonomi dan juga keputusan religius. Dengan melakukan pengungkapan penuh hal ini berarti manajemen telah memenuhi kewajiban akuntabilitasnya. 2.1.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure) Corporate Social Responsibility (CSR) secara umum mengacu pada keputusan bisnis yang terkait dengan nilai-nilai etika, ketaatan pada persyaratan
16
hukum, menghormati manusia, keterlibatan dalam aktivitas sosial, komunitas, dan lingkungan (Hasan dan Harahap, 2010). CSR menjelaskan komitmen perusahaan pada pemangku kepentingan dan menetapkan metode yang membuat pemangku kepentingan dapat mempercayai akuntabilitas perusahaan atas tindakantindakannya. Dengan menetapkan standar seperti dapat mengelola dampak ekonomi, sosial, dan dampak lingkungan dari operasional mereka (Hasan dan Harahap, 2010). Pelaporan sosial perusahaan/ pelaporan keberlanjutan sosial perusahaan adalah proses untuk mengungkapkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi publik (www.globalreporting.org). Bentuk yang paling umum dari pengungkapan CSR adalah pengungkapan dalam laporan tahunan (Siregar dan Bachtiar, 2010). Kent and Chan (2003) memberikan sejumlah alasan mengapa dibenarkan untuk menggunakan laporan tahunan: 1. Laporan tahunan adalah sumber utama komunikasi perusahaan kepada investor dan digunakan secara luas oleh perusahaan untuk mengungkapkan kegiatan sosial mereka 2. Penyajian informasi keuangan dan sosial dalam satu dokumen (laporan tahunan) adalah salah satu cara untuk mengurangi biaya pengungkapan 3. Laporan tahunan juga jenis informasi yang paling aktif dicari 4. Pengungkapan melalui media lain, memiliki risiko interpretasi jurnalistik dan
distorsi
sedangkan
pengungkapan
melalui
editorialnya benar-benar dikendalikan oleh manajemen.
laporan
tahunan
17
2.2 Landasan Teori Perspektif Syariah Pada perspektif Islam, konsep akuntabilitas didefinisikan sebagai hubungan antara individu dan perusahaan dengan Tuhan (Othman, 2010). Akuntabilitas harus dilakukan untuk memenuhi pertanggung jawaban kepada Allah sebagaimana penjelasan dalam Al-Quran Surat Al Zalzalah(99): 6-8 berikut ini.
6 yawmaʾidhin yaṣdurun- nāsu ʾashtātan li-yuraw ʾaʿmālahum 7 faman yaʿmal mithqāla dharratin khayran yarahū 8 wa- man yaʿmal mithqāla dharratin sharran yarahū "Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" (QS. Al-Zalzalah(99): 6-8, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 1087). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertanggung jawaban kepada Allah berarti akuntabilitas kepada masyarakat (Maali dkk, 2003). 2.2.1 Akuntabilitas Sosial Menurut ajaran Islam Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam dan seluruh isinya, maka dari itu kepemilikan mutlak adalah milik Allah SWT. Manusia di muka bumi hanyalah seorang khalifah yang memiliki tanggung jawab atas dirinya, perbuatannya, dan perlakuannya terhadap semua ciptaan Allah lainnya. Manusia memiliki kewajiban untuk menaati seluruh
18
perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Manusia harus menerapkan perintah Allah yaitu ajaran-ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan, karena manusia akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya pada hari kiamat kelak sebagaimana penjelasan ayat Al-Quran Surat Yasin(36): 65 berikut ini: ٰ ال َيو َم َنخ ِت ُم َع بون َ ِيديهم َو َتش َه ُد أَر ُجلُهُم ِبما كانوا يَكس ِ َلى أَفواه ِِهم َو ُت َكلِّمُنا أ
Alyauma nakhtimu ʽalā 'afwāhihim wa tukallimunā 'aydiyhim wa tasyhadu 'arjuluhum bimākānu yaksibūna Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan (QS. Yasin (36): 65, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 713) Penerapan ajaran Islam ini juga mencakup hingga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kejujuran yang secara lebih spesifik adalah akuntabilitas. Mengingat pandangan bahwa akuntabilitas dalam Islam termasuk akuntabilitas kepada masyarakat, Baydoun dan
Willett
(1997)
berpendapat
bahwa
perusahaan-perusahaan
harus
mengungkapkan informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan dan masyarakat mereka, untuk memenuhi tanggung jawab mereka termasuk menyediakan informasi secara sukarela, dan dalam hal ini termasuk pula perusahaan-perusahaan yang masuk dalam indeks syariah. 2.2.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR Disclosure) Perspektif Syariah Menurut
pandangan
Islam,
tanggung
jawab
perusahaan
untuk
mengungkapkan kegiatan CSR nya tidak hanya sebatas memenuhi tanggung jawab pada sesama manusia, tetapi juga merupakan pertanggung jawaban kepada Tuhan. Setiap individu harus berpedoman pada firman Tuhan yaitu Al-Quran dan
19
mengikuti ajaran Rasul yaitu Sunnah, hal ini harus diaplikasikan pada semua aspek kehidupan termasuk dalam praktik perusahaan. Pengungkapan CSR dan pelaporan berlangsung dalam kerangka hubungan sosial. Oleh karena itu menurut perspektif Islam mengenai pengungkapan CSR adalah pemahaman tentang konsep akuntabilitas, keadilan sosial, dan kepemilikan yang penting bagi hubungan sosial (Hasan dan Harahap, 2010). Keadilan sosial-ekonomi merupakan hal penting dalam Islam. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Hadiid(57): 25 berikut ini,
la-qad ʾarsalnā rusulanā bil-bayyināti wa-ʾanzalnā maʿahumul- kitāba walmīzāna li-yaqūman- nāsu bil- qisṭi wa-ʾanzalnāl- ḥadīda fīhi baʾsun shadīdun wamanāfiʿu lin- nāsi wa-li-yaʿlamal- lāhu man yanṣuruhū wa-rusulahū bil- ghaybi ʾinna llāha qawiyyun ʿazīz "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa buktibukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat Lagi Maha Perkasa" (QS. AlHadiid(57): 25, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 904). Selain itu terdapat banyak nilai-nilai bisnis Islam yang menjelaskan tentang kegiatan inti CSR. Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Quran yang berkaitan dengan praktek corporate social responsibility.
20
Tabel 2.1 Nilai-nilai Al Quran dalam Corporate Social Responsibility Al-Quran 1. QS. Al A'raaf(7): 56 2. QS. Al Baqarah(2): 30 3. QS. Ath Thalaaq(65): 12 1. QS. Az Zumar(39): 9 2. QS. Al An'aam(6): 165 3. QS. Al Qashash(28): 5 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Praktek Bisnis Pentingnya merawat lingkungan
Perlakuan yang adil; kesempatan yang sama, dan pelatihan dan pengembangan karyawan Kualitas produk, kejujuran dan transparansi transaksi Keadilan sosial-ekonomi
QS. Huud(11): 85 QS. Al An'aam(6): 152 QS. Al A'raaf(7): 85 QS. Al Baqarah(2): 177 QS. Al Hajj(22): 41 QS. Asy Syu'araa(26): 181-183 Sumber: Topik Al Quran. Alquran-digital.com
Kaitan dengan Praktek CSR Tanggung jawab kepada lingkungan Tanggung jawab kepada karyawan Tanggung jawab kepada pelanggan Tanggung jawab kepada masyarakat
Kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan juga dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW, salah satunya adalah hadits berikut ini: َّ لَ َع َّل،ُ َفإِ َذا َرأَى مُعْ سِ رً ا َقا َل لِ ِف ْت َيا ِن ِه َت َج َاو ُزوا َع ْنه،اس َّ َف َت َج َاو َز،َّللاَ أَنْ َي َت َج َاو َز َع َّنا َّللا ُ َع ْن ُه َ ان َتا ِج ٌر ُي َد ِاينُ ال َّن َ َك
kāna tājirun yudāyinunnāsa, fa'iżā ra'ay mu'siran qāla lifityā żihi tajāwazū 'anhu, 'la'allaallaha 'an yatajāwaza'annā, fatajāwazaallahu 'anhu Ada seorang pedagang yang memberi pinjaman kepada manuia sehingga jika ia melihat mereka dalam kesulitan dia berkata, kepada para pembantunya: "Berilah dia tempo hingga mendapatkan kemudahan semoga Allah memudahkan urusan kita. Maka kemudian Allah memudahkan urusan pedagang tersebut" (HR. alBukhari 2078, www.sunnah.com) Beberapa ayat Al-Quran diatas membuktikan bahwa praktek CSR sejalan dengan ajaran Islam, atau dengan kata lain Islam telah mengajarkan mengenai tanggung jawab sosial sebelum konsep CSR modern dikembangkan.
21
2.2.3 Islamic Social Reporting (ISR) Pengungkapan menurut perspektif Islam terdiri dari dua persyaratan umum, yaitu pengungkapan penuh dan akuntabilitas sosial (Baydoun dan Willet, 2000; Haniffa, 2002). Konsep sosial akuntabilitas berhubungan dengan prinsip pengungkapan penuh dengan tujuan melayani kepentingan publik (Othman dkk, 2009). Umat (masyarakat) menurut Islam memiliki hak untuk mengetahui efek operasional suatu organisasi terhadap kesejahteraan dan hal ini disarankan dalam persyaratan syariah untuk mengetahui apakah perusahaan tetap melakukan operasional sesuai syariah dan mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan telah dicapai (Baydoun dan Willet, 1997). Perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi kriteria syariah dan perusahaan-perusahaan yang memiliki saham syariah di Indonesia diharapkan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang memenuhi persyaratan pengungkapan dalam perspektif Islam, tetapi hingga saat ini belum terdapat standar pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan secara syariah yang dapat dijadikan standar secara internasional. AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) merupakan organisasi yang mengembangkan akuntansi dan auditing bagi lembaga keuangan syariah di tingkat dunia. AAOIFI telah mengeluarkan aturan umum mengenai pengungkapan laporan keuangan bagi bank Islam dan institusi keuangan, tetapi aturan tersebut belum dapat dijadikan sebagai standar pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah kerena belum terdapat penjelasan mengenai item-item terkait pelaporan tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan oleh perusahaan. Begitu
22
pula dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam dan LK) Nomor. X.K.6 mengenai pengungkapan laporan perusahaan. Peraturan tersebut belum mencakup informasi-informasi mengenai aspek-aspek syariah atau kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan syariah yang dilakukan oleh perusahaan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan secara syariah adalah dengan menggunakan Islamic Social Reporting (ISR). ISR adalah perpanjangan pelaporan sosial yang meliputi tidak hanya harapan dewan pengurus atas pandangan masyarakat terhadap peran perusahaan dalam ekonomi tetapi juga pemenuhan perspektif spiritual untuk pengguna laporan yang muslim (Haniffa, 2002). Praktek pengungkapan tanggung jawab sosial Islam akan berbeda dengan pelaporan sosial konvensional karena prinsip yang mendasari berbeda meskipun konsep dasarnya yaitu tanggung jawab sosial dan akuntabilitas ditunjukkan oleh keduanya (Haniffa, 2002). Pengungkapan tanggung jawab sosial menurut perspektif Islam adalah sebuah usaha untuk memastikan pemangku kepentingan berhati-hati mengenai kesesuaian dan ketidaksesuaian prinsip syariah pada suatu aktivitas bisnis untuk membantu mereka dalam membuat keputusan ekonomi dan keputusan religius untuk memcapai falah (kesuksesan di dunia dan di akhirat) (Haniffa, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Othman dkk (2009) adalah pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Haniffa (2002). Indeks ISR yang dirancang oleh Othman dkk (2009) juga merupakan pengembangan dari indeks ISR yang dirancang oleh Haniffa (2002). Haniffa (2002) mengembangkan indeks ISR
23
berdasarkan enam tema yaitu keuangan dan investasi, produk, karyawan, peminjam dana, masyarakat, dan lingkungan. Othman dkk (2009) menambahkan satu tema pada indeks pengungkapan ISR yang dikembangkannya yaitu tata kelola perusahaan. Penelitian ini akan menggunakan indeks ISR yang dirancang oleh Othman dkk (2009) dengan sedikit tambahan dan penyesuaian. Berikut adalah enam tema pengungkapan Islamic Social Reporting yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Keuangan dan Pendanaan Item pengungkapan yang termasuk dalam tema keuangan dan pendanaan adalah informasi mengenai: a. Kegiatan yang mengandung riba (beban bunga dan pendapatan bunga) Riba telah jelas dilarang dalam Islam. Larangan tersebut salah satunya terdapat dalam Al-Quran dan Hadits berikut ini. Al-Quran Surat Ali Imran(3): 130,
Yā 'ayyuhallażīna āmanū lā ta'kulūrribā 'ḍʽāfammuḍāʽafah waattaqullaha laʽallakum tufliḥūn "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan". (QS. Ali Imran(3): 130, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 97). Hadits Nabi Muhammad SAW, َّللا صلى َّللا عليه وسلم آ ِك َل الرِّ َبا َومُو ِكلَ ُه َو َشا ِه َد ْي ِه َو َكا ِت َب ُه ِ َّ َقا َل لَ َع َن َرسُو ُل
Qāla la'ana Rasūlullahi ṣalallahu 'alaihi wa-sallam ākilarribā wa-mūkilahu wa-syāhidaihi wa-katibahu
24
"Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, pembayarnya, penulisnya, dan dua saksinya" (HR. At Tirmidhi 1206, www.sunnah.com). Selain itu masih terdapat banyak ayat Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW yang melarang riba dalam kegiatan ekonomi. b. Kegiatan yang mengandung ketidakjelasan (gharar) Syariah melarang transaksi yang mengandung ketidakjelasan (gharar). Gharar terjadi ketika terdapat incomplete information, sehingga ada ketidakpastian antara dua belah pihak yang bertransaksi (Nurhayati dan Wasilah, 2009: 80). Kegiatan yang mengandung ketidakjelasan (gharar) dapat berupa informasi mengenai Hedging, future non delivery trading/margin trading, arbitrage baik spot maupun forward, short selling, pure swap, warrant, dan lain-lain. Judi dan segala bentuk pertaruhan, spekulasi, forward selling, games of chance adalah cara-cara mencari nafkah yang haram (Chaudhry, 2012:9). Amr bin Syuaib melaporkan bahwa ayahnya mendengar dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW bersabda: ك َ ْس عِ ْن َد َ ان فِي َبي ٍْع َوالَ َب ْي ُع َما لَي ِ الَ َي ِح ُّل َسلَفٌ َو َب ْي ٌع َوالَ َشرْ َط
Lā yaḥillu salafun wa-bay'un wa-lā syarṭāni fī bay'in wa-lā bay'u mā laysa 'indaka "Uang muka pinjaman dan penjualan adalah haram, dan jangan ada dua syarat dalam satu jual beli, dan tidak boleh ada laba sebelum barang dimiliki, dan tidak sah jual beli barang yang tidak kau miliki" (HR. AnNasa'i 4611, www.sunnah.com). c. Zakat Informasi mengenai zakat dalam laporan tahunan perusahaan dapat berupa informasi mengenai metode yang digunakan, jumlah zakat, penerima
25
zakat, dan lain-lain. Perintah melaksanakan zakat salah satunya terdapat dalam Al-Quran dan Hadits berikut ini. Al Quran Surat Al Baqarah(2): 43,
Wa 'aqīmuṣ-ṣalāta wa 'ātuzzakāta warkaʽu maʽa-rākiʽīna "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang ruku' ". (QS. Al Baqarah(2): 43, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 16) Hadits Nabi Muhammad SAW, َّ َو ُت ْؤتِي،َصالَة ُ َوالَ ُت ْش ِر،َّللا ح َم َّ َو ُتقِي ُم ال،ك ِب ِه َش ْي ًئا ِ َّ َو َتصِ ُل الر،َالز َكاة َ َّ َتعْ ُب ُد،ُأَرَ بٌ مَالَه
'arabu mālahu taʽbudul-lāha wa-lā tusyriku bihi syai'an wa-tuqīmuaṣṣolāta wa-tu'tī-azzakāta wa-taṣilu-arraḥima "Dia membutuhkannya. Yaitu kamu menyembah Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, kamu mendirikan shalat, kamu tunaikan zakat, kamu sambung hubungan kerabat (silaturrahim)" HR. alBukhari 1396, www.sunnah.com) Selain itu masih terdapat ayat Al Quran dan Hadits mengenai perintah melaksanakan zakat lainnya. d. Kebijakan atas piutang tak tertagih Dalam Islam transaksi hutang piutang diperbolehkan. Pihak yang berhutang memiliki kewajiban untuk melunasi hutangnya, dan pihak yang memberikan piutang dapat melakukan penangguhan atau penghapusan piutang apabila pihak yang berhutang tidak sanggup melunasi hutangnya sesuai dengan Al Quran Surat Al Baqarah(2): 280.
26
Wa 'in-kāna żūʽusratin fanaẓiratun ilāmaysaratin wa-an-taṣaddaqū khayrul-lakum in-kun-tum taʽlamūna "Dan jika (orang yang berhutang itu) dalm kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah(2): 280, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 70) e. Pernyaataan nilai tambah oleh manajemen Menurut Nurhayati dan Wasilah (2009), pernyataan nilai tambah perusahaan adalah suatu usulan pengganti laporan laba rugi atau sebagai laporan tambahan atas laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi. Usulan ini mempertimbangkan bahwa dibandingkan kinerja operasional (laba bersih) unsur terpenting dalam akuntansi syariah adalah kinerja dari sisi pandang para stakeholders dan nilai sosial yang dapat didistribusikan secara adil kepada kelompok yang terlibat dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah. Laporan nilai tambah dianggap lebih sesuai dengan aktivitas ekonomi Islam yang adil dan beretika, serta sejalan dengan tujuan akuntabilitas dari akuntansi syariah, khususnya pendapatan dan beban yang harus ditanggung oleh publik (Dewi, 2012:22). Akan tetapi di Indonesia belum terdapat standar yang mengatur dan mengharuskan penerapan nilai tambah, sehingga penerapannya belum lazim dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dalam penelitian ini, penyataan nilai tambah akan diasumsikan berdasarkan pernyataan "nilai-tambah" yang tersurat dalam laporan tahunan yang biasanya terdapat dalam visi dan misi perusahaan, seperti yang terdapat dalam Raditya (2012:30).
27
f. Informasi pajak Dalam penelitian ini, informasi pajak ditambahkan ke dalam indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Pengungkapan mengenai informasi pajak terdapat dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam dan LK) mengenai pengungkapan laporan perusahaan, sehingga diharapkan informasi ini dapat lebih melengkapi indeks pengungkapan ISR. Pengungkapan mengenai informasi pajak perlu diungkapkan oleh perusahaan. Keengganan membayar zakat dan pajak lain maupun keengganan membayar jasa yang telah diterima, secara tegas dilarang (Chaudhry,
2012).
Selain
itu
pengungkapan
informasi
pajak
mencerminkan ketaatan perusahaan dalam melaksanakan kewajiban pembayaran pajak. Dalam penelitian ini, pengungkapan mengenai current value balance sheet yang terdapat dalam Othman dkk (2009) tidak dimasukkan dalam indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Klasifikasi current value balance sheet tidak relevan sebagai kriteria pengungkapan karena PSAK masih memberlakukan nilai historis atas nilai-nilai di neraca dan perusahaan di Indonesia berpedoman pada PSAK (Ayu, 2010). Berdasarkan dengan penjelasan yang telah diberikan, pengungkapan yang termasuk dalam tema pendanaan dan investasi dapat dilihat pada lampiran 1.
28
2. Produk dan Jasa Item pengungkapan yang termasuk dalam tema produk dan jasa adalah informasi mengenai tanggung jawab perusahaan atas produk dan jasa yang diperjualbelikan, item pengungkapan tersebut antara lain adalah: a. Produk ramah lingkungan Pengungkapan informasi mengenai produk perusahaan yang ramah lingkungan perlu dilakukan oleh perusahaan. Allah SWT menciptakan alam dan seluruh isinya agar manusia dapat memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya, maka dari itu produk-produk yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya tersebut seharusnya tidak merusak alam baik secara langsung maupun tidak langsung. b. Status kehalalan produk Status kehalalan produk sangat penting diungkapkan oleh perusahaan terutama perusahaan dengan produk yang dapat dikonsumsi karena sebagian besar konsumen di Indonesia merupakan konsumen muslim. Chaudhry (2012) menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari minuman keras, narkotika, dan semua hal haram lainnya adalah haram. Maka dari itu perusahaan juga perlu mengungkapkan bahwa pendapatan yang peroleh merupakan pendapatan yang halal. c. Keamanan dan kualitas produk Pengungkapan mengenai keamanan dan kualitas produk merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan kepada konsumen bahwa produk perusahaannya aman dan berkualitas.
29
d. Pelayanan atas keluhan konsumen Pengungkapan mengenai pelayanan atas keluhan konsumen berarti perusahaan secara tidak langsung bersedia untuk terus memperbaiki kualitasnya sesuai dengan harapan konsumen dan menghargai hak-hak konsumen untuk menyampaikan keluhan. Informasi dari konsumen dapat memberikan manfaat bagi perusahaan sendiri, karena produk yang sesuai dengan harapan konsumen dan pelayanan atas keluhan konsumen akan meningkatkan citra perusahaan di mata konsumen. Berdasarkan dengan penjelasan yang telah diberikan, pengungkapan yang termasuk dalam tema produk dan jasa dapat dilihat pada lampiran 1. 3. Karyawan Item pengungkapan yang termasuk dalam tema karyawan adalah informasi mengenai: a. Jam kerja Informasi mengenai jam kerja merupakan pengungkapan bahwa perusahaan tidak memperkerjakan karyawannya melebihi batas waktu kewajaran. b. Hari libur dan cuti Pengungkapan mengenai hari libur dan cuti memberikan informasi pada pengguna laporan bahwa perusahaan memberikan hari libur dan cuti untuk memenuhi hak para karyawan.
30
c. Manfaat lain yang diterima karyawan Informasi mengenai poin ini dapat berupa informasi mengenai tunjangan karyawan. Tunjangan ini merupakan kompensasi yang diberikan oleh perusahaan untuk para karyawannya. Kompensasi adalah penghargaan atau imbalan yang diterima para tenaga kerja atau karyawan atas kontribusinya dalam mewujudkan tujuan perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2003:177). d. Pendidikan dan pelatihan karyawan (pengembangan sumber daya manusia) Perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas, maka dari itu perusahaan perlu memberikan pendidikan dan pelatihan pada sumber daya manusia yang dimilikinya. Kegiatan pendidikan dan pelatihan pada sumber daya manusia ini perlu diungkapkan sebagai wujud kepedulian perusahaan pada kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya, dan secara tidak langsung merupakan emenuhan hak karyawan untuk meningkatkan potensi atau kemampuannya. e. Kesetaraan hak antar karyawan Dalam pandangan Islam, lelaki dan wanita memiliki derajat yang sama. Islam telah mengharuskan persaudaraan dan kesamaan di antara kaum Muslimin serta telah menghapus semua jarak antarmanusia karena ras, warna kulit, bahasa, kebangsaan, maupun kekayaan (Chaudhry, 2012:193). Pengungkapan kesetaraan hak antar karyawan ini mencerminkan
31
perusahaan memenuhi hak-hak karyawannya secara adil tanpa membedabedakan asal-usul kayawan-karyawannya. f. Keterlibatan karyawan dalam diskusi manajemen Pengungkapan mengenai keterlibatan karyawan dalam diskusi manajemen menunjukkan kemauan perusahaan menerima pendapat dari para karyawannya. Informasi yang diungkapkan pada item ini dapat berupa keterlibatan karyawan dalam diskusi manajemen, pengambilan keputusan dan kegiatan operasional perusahaan, hak menyatakan pendapat/ berserikat, dan lain-lain. g. Kesehatan dan keselamatan kerja Informasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja harus diungkapkan oleh perusahaan, karena pengungkapan kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur oleh peraturan Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam dan LK) No. X.K.6. Pada masa Khulafaur Rasyidin, Khalifah Umar telah menetapkan salah satu kewajiban pemerintahannya adalah merawat orang sakit, terutama budak dan pembantu. Dari sini dapat disimpulkan oleh para fukaha bahwa majikan harus menyediakan dana yang cukup bagi pelayanan medis para pegawainya. h. Lingkungan kerja Pengungkapan tentang lingkungan kerja menjelaskan bahwa perusahaan menyediakan tempat kerja yang kondusif dan aman bagi para karyawannya.
32
i. Karyawan dari kelompok khusus lainnya Kelompok khusus yang dimaksud adalah cacat fisik, mantan narapidana, atau mantan pengguna narkoba. Informasi ini menunjukkan perusahaan bersedia memberikan kesempatan kerja pada kelompok khusus tersebut apabila memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. j. Ibadah bersama antara karyawan tingkat atas dan karyawan tingkat menengah kebawah k. Diperbolehkannya karyawan muslim melakukan ibadah l. Tempat beribadah yang memadai Pengungkapan-pengungkapan diatas menunjukkan bahwa perusahaan menyedikan
tempat
beribadah
bagi
para
karyawannya
dan
memperbolehkan karyawannya untuk melaksanakan ibadah, dan tidak ada kesenjangan antara karyawan tingkat atas hingga karyawan tingkat bawah dalam beribadah, karena bagi Allah baik karyawan tingkat bawah maupun tingkat atas memiliki derajat yang sama. m. Remunerasi dan gaji Informasi mengenai remunerasi dan gaji karyawan wajib diungkapkan sebagi wujud pemenuhan hak karyawan oleh perusahaan. Perintah Islam untuk memenuhi pembayaran karyawan salah satunya tercemin dari hadits berikut ini, ُ ْأَع ير أَجْ َرهُ َق ْب َل أَنْ َي ِجفَّ َع َرقُ ُه َ طوا األَ ِج
'aʽṭaw-al-'ajīra 'ajrahu qabla 'an-yajiffa ʽaraquhu "Bayarlah upah buruh sebelum kering keringatnya" (HR. Ibnu Majah. www.sunnah.com).
33
n. Kepedulian terhadap karyawan hamil atau melahirkan Pada penelitian ini, peneliti menambahkan pengungkapan mengenai kepedulian terhadap karyawan hamil atau melahirkan. Pengungkapan ini menunjukkan kepedulian perusahaan pada
karyawan
hamil
atau
melahirkan sebagai kelanjutan item kesetaraan hak antara karyawan. Karyawan perempuan memiliki kebutuhan khusus terkait hamil dan melahirkan, maka dari itu perusahaan perlu untuk mengungkapkan kebijakannya mengenai karyawan yang hamil dan melahirkan. Berdasarkan dengan penjelasan yang telah diberikan, pengungkapan yang termasuk dalam tema karyawan dapat dilihat pada lampiran 1. 4. Masyarakat Item pengungkapan yang termasuk dalam tema masyarakat adalah informasi mengenai: a. Donasi/shadaqah Kewajiban melaksanakan shadaqah salah satunya terdapat dalam AlQuran dan Hadits berikut ini. Surat Al Baqarah(2): 195,
Wa-an-fiqū fīsabīlil-lāhi wa-lā tulqū biaydīkum ilat-tahlukati wa-aḥsinū innal- lāha yuḥibbul-muḥsinīna "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik". (QS. Al Baqarah(2): 195, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 47)
34
Hadits Rasulullah SAW, َضيْتَ أَوْ أَ َك ْهتَ فَأ َ ْفنَيْتَ أَوْ نَبِسْتَ فَأ َ ْبهَيْت َ ِك ِي ْن َيان َ َيَقُى ُل ابْنُ آ َد َو َيانِي َيانِي َوهَمْ ن َ ص اد ْقتَ فَأ َ ْي َ َك إِلا َيا ت
Yaqūlub-nu adama mālī wa-hal laka min mālika 'illa mātaṣaddaqta fa'amḍayta 'aw 'akalta fa'afnayta 'aw labista fa'ablayta "Anak Adam (manusia) itu berkata, 'ini adalah harta kekayaanku! Inilah harta kekayaanku!' wahai anak Adam, tiada harta kekayaan yang engkau miliki selain sesuatu apa yang engkau makan kemudian habis, atau sesuatu yang engkau pakai kemudian rusak, atau sesuatu yang engkau sedekahkan kemudian menjadi simpanan bagimu" (HR. at Tirmidhi 2342, www.sunnah.com). Selain itu masih banyak ayat Al Quran dan Hadits lain yang menjelaskan tentang keutamaan shadaqah. Pada laporan perusahaan pengungkapan ini dapat berupa informasi mengenai pemberian donasi, sumbangan pada kegitan amal, kegiatan sosial, sumbangan bencana alam, dan lain-lain. b. Wakaf Perintah melaksanakan wakaf terdapat dalam QS. Ali Imran: 92.
Lantanālūl-birra ḥattātun-fiqū mimmā tuḥibbūna wa-mā tun-fiqū minsyay'in fainnal-llāha bihī ʽalīmun "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran(3): 92, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 91) Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan (Kasmir dan Jakfar, 2003:200). Imam Taqiyuddin mengutip sebuah pendapat lain yang mengatakan bahwa wakaf itu bersifat umum mencakup semua benda yang
35
dapat diambil manfaatnya (Ghazaly dkk, 2010:175). Jadi pengungkapan mengenai wakaf dapat berupa informasi mengenai wakaf pembangunan jalan, jembatan, atau wakaf sarana prasarana umum lain yang dilaksanakan oleh perusahaan. c. Pinjaman untuk kebaikan Sudarsono, Heri (2003: 97), menjelaskan al-qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Landasan hukumnya adalah QS. Al Hadiid(57): 11.
man-żal-lażī yufriḍūl-lāha qarḍanḥasanan fayużaʽifahu lahu wa-lahū ajrun karīmun "Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak". (QS. Al Hadiid(57): 11, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 902) Qardul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syariah (tidak ada riba) (Nurhayati dan Wasilah, 2009: 247). d. Kegiatan sukarela karyawan Pengungkapan mengenai kegiatan sukarela karyawan menunjukkan komitmen penuh perusahaan pada kontribusinya terhadap masyarakat. Komitmen ini tidak hanya dilakukan perusahaan secara manajerial tetapi juga dilaksanakan oleh para karyawan secara sukarela.
36
e. Pemberian beasiswa Pemberian beasiswa menunjukkan kepedulian perusahaan pada dunia pendidikan. f. Perekrutan lulusan sekolah atau penduduk sekitar Setiap proyek/ usaha baru yang didirikan pasti akan membutuhkan tenaga kerja tambahan dan hal ini tentu saja akan membuka peluang bagi tenaga kerja yang belum mendapatkan pekerjaan atau masih menganggur (Kasmir dan Jakfar, 2003:201), maka dari itu pengungkapan mengenai perekrutan lulusan sekolah atau penduduk sekitar wajib diungkapkan oleh perusahaan. Pengungkapan selanjutnya yang terdapat pada indeks Islamic Social Reporting dalam penelitian ini adalah informasi mengenai pengembangan tunas muda, peningkatan kualitas hidup masyarakat, kepedulian terhadap anak-anak dan atau
ibu
hamil,
mensponsori
kegiatan
masyarakat.
Item-item
tersebut
mencerminkan kepedulian perusahaan pada generasi muda, kualitas hidup masyarakat, anak-anak, ibu hamil, dan kegiatan-kegiatan masyarakat terkait kesehatan, rekreasi, olahraga, budaya, dan lain-lain. Pada penelitian ini, peneliti menambahkan pengungkapan mengenai mensponsori kegiatan ramadhan atau kegiatan Islami pada indeks pengungkapan ISR. Item ini menunjukkan kepedulian perusahaan sebagai perusahaan yang termasuk dalam index saham syariah pada kegiatan Islam dan bulan Ramadhan. Kegiatan Islam dan Bulan Ramadhan merupakan hal yang ramai dilaksanakan di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
37
Berdasarkan dengan penjelasan yang telah diberikan, pengungkapan yang termasuk dalam tema masyarakat dapat dilihat pada lampiran 1. 5. Lingkungan Item pengungkapan yang termasuk dalam tema lingkungan adalah informasi mengenai konservasi lingkungan hidup, kegiatan yang tidak menimbulkan polusi, pendidikan mengenai lingkungan hidup, audit lingkungan, dan sistem manajemen lingkungan. Kewajiban pengungkapan informasi tentang kegiatan sosial lingkungan oleh perusahaan ini dilandasi oleh beberapa peraturan seperti PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan lain-lain (kementrian lingkungan hidup, www.menlh.go.id). Selain itu, menjaga kelestarian lingkungan dalam Islam merupakan tugas manusia sebagai khalifah di bumi. Berdasarkan dengan penjelasan yang telah diberikan, pengungkapan yang termasuk dalam tema lingkungan dapat dilihat pada lampiran 1. 6. Tata Kelola Perusahaan Item pengungkapan yang termasuk dalam tema tata kelola perusahaan adalah informasi mengenai status kepatuhan syariah dan tujuan perusahaan untuk mencapai kesejahteraan bangsa. Muwazir Muhammad (2006) dalam Dewi (2012) menyatakan bahwa pengungkapan pada pernyataan misi perusahaan harus menyertakan:
38
a. Pernyataan yang menyatakan bahwa operasi perusahaan telah berdasarkan prinsip syariah b. Pernyataan yang menyatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk mencapai barakah (keberkahan) dan al-falah (kesuksesan di dunia dan akhirat), dengan menekankan pentingnya keuntungan yang halal. Barakah dan falah merupakan hal yang sulit dukur oleh manusia, maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti menambahkan kriteria penilaian dengan pernyataan bahwa tujuan perusahaan adalah mendukung kesejahteraan bangsa atau sejalan dengan tujuan pemerintah. Item pengungkapan yang termasuk dalam tema tata kelola perusahaan lainnya adalah rincian nama dan profil dewan direksi dan struktur kepemilikan saham. Pihak perusahaan maupun bursa saham di Indonesia tidak mempunyai data mengenai agama masing-masing pemegang saham. Pengungkapan mengenai profil direksi di Indonesia juga tidak disertakan dengan keterangan agama. Oleh karena itu dalam penelitian kedua item pengungkapan tersebut dinilai hanya dari pengungkapan tentang profil direksi dan informasi pemegang saham. Item pengungkapan selanjutnya adalah informasi mengenai aktivitas yang dilarang. Pengungkapan mengenai aktivitas yang dilarang merupakan informasi yang mengungkapkan bahwa perusahaan tidak terlibat dan tidak melakukan aktivitas yang dilarang seperti monopoli, penimbunan barang, manipulasi harga, kecurangan bisnis, perjudian, insider trading, penyalahgunaan kekuasaan, dan lain-lain. Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin al-Khatab mengenai larangan monopoli, Rasulullah saw bersabda,
39
ض َربَهُ ا س َ َي ِن احْ تَ َك َر َعهَى ْان ًُ ْسهِ ًِينَ طَ َعا َيهُ ْى ِ َّللاُ بِ ْان ُج َذا ِو َوا ِإل ْفال
Maniḥ- takara ʽalal- muslimīna ṭaʽāmahum ḍarabahul-lāhu biljużāmi wal'falsi "Barangsiapa memonopoli bahan makanan kaum Muslimin, Allah akan menimpakan epidemi dan kebangkrutan atas mereka" (HR. Ibnu Majah, www.sunnah.com). Penggelapan (dan tindakan yang dilarang lainnya) berarti pengkhianatan atas kepercayaan dan mengambil milik orang lain secara tidak sah untuk diri sendiri (Chaudhry, 2012:64). Selain itu larang-larangan tersebut salah satunya juga terdapat dalam Al-Quran Surat. Al Anfaal(8): 27.
Yā-ayyuhallażīna-āmanū lātakhūnul-lāha amānātikum wa-antum taʽlamūna
war-rasūla
wa-takhūnū
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui". (QS. Al Anfaal(8): 27, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an, 1971: 264). Item pengungkapan selanjutnya adalah pengungkapan mengenai kebijakan anti korupsi/gratifikasi. Kebijakan anti korupsi/gratifikasi adalah bentuk intregritas perusahaan terhadap tata kelola perusahaan yang baik. Korupsi dan gratifikasi adalah tindakan yang jelas melanggar norma. Abdullah bin Amr melaporkan bahwa Rasulullah SAW mengutuk pemberi dan penerima suap" (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah). Maka dari itu informasi mengenai kebijakan anti korupsi/gratifikasi wajib diungkapkan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan item audit internal dan audit eksternal dan ketaatan hukum pada indeks pengungkapan ISR. Audit internal dan
40
eksternal merupakan komite yang membantu pengawasan perusahaan, maka dari itu informasi mengenai audit internal dan eksternal perlu untuk diungkapkan. Item ketaatan hukum juga perlu untuk diungkapkan. Ketaatan hukum sangat penting bagi perusahaan karena sebelum usaha dijalankan, segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus harus terlebih dahulu telah terpenuhi (Kasmir dan Jakfar, 2003:24). Berdasarkan dengan penjelasan yang telah diberikan, pengungkapan yang termasuk dalam tema tata kelola perusahaan dapat dilihat pada lampiran 1. 2.3 Aktivitas yang dilarang dalam Pasar Modal Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 20/DSN-MUI/IV/2001, segala
bentuk
muamalah
diperbolehkan
selama
tidak
ada
dalil
yang
mengharamkannya. Sehingga perdagangan di pasar modal diperbolehkan apabila tidak melanggar kaidah fikih tersebut. Berikut ini adalah perdagangan yang dilarang menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 20/DSN-MUI/IV/2001 pasal 9 ayat 2: a. Najsy, yaitu penawaran palsu. b. Bay' l ma'dum, yaitu penjualan barang yang belum dimiliki (short selling). c. Insider trading, yaitu penyebarluasan informasi yang menyesatkan atau memakai informasi orang untuk memeroleh keuntungan transaksi yang dilarang. d. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi (nisbah) utangnya lebih dominan daripada modalnya.
41
Berdasakan pasal 10 Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 20/DSNMUI/IV/2001, kondisi emiten yang tidak layak adalah sebagai berikut: a. Apabila struktur utang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari utang yang intinya merupakan pembiayaan ribawi b. Apabila suatu emiten nisbah utang terhadap modal lebih dari 82% (utang 45%, modal 55%) c. Apabila manajemen suatu emiten diketahui telah bertindak melanggar prinsip syariah Berdasakan pasal 8 Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 20/DSNMUI/IV/2001, jenis usaha yang bertentangan dengan syariah Islam adalah sebagai berikut: a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan terlarang b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman haram d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barangbarang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat Menurut Ryandono (2009), saat ini masih banyak aktivitas pasar modal di Indonesia yang bertentangan atau melanggar prinsip syariah, diantaranya adalah sebagai berikut:
42
1. Sekuritas yang diperdagangkan merupakan sekuritas emiten yang memproduksi barang dan jasa yang haram serta melanggar syariah 2. Menjual sekuritas yang belum dimiliki 3. Adanya manipulasi dan penipuan terutama berkaitan dengan transparansi atau keterbukaan informasi (full disclosure), dan emiten beresiko tinggi 4. Transaksi yang mengandung ketidakjelasan sekritas yang diperdagangkan 5. Transaksi yang mengandung unsur riba 6. Rekayasa permintaan dan penawaran untuk mempermainkan harga 7. Transaksi perdagangan ang tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli 8. Transaksi yang dibatasi oleh waktu dan atau dikaitkan dengan transaksi lainnya 9. Dua transaksi atau lebih dalam satu perjanjian jual beli 2.4 Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index (JII) adalah salah satu produk pasar modal syariah di Bursa Efek Indonesia. Jakarta Islamic Index adalah indeks yang menggambarkan kinerja saham syariah di Indonesia. Jakarta Islamic Index pertama kali diluncurkan oleh BEI (yang pada saat peluncuran masih bernama BEJ) yang bekerjasama dengan PT Danareksa Investment Management pada tanggal 3 Juli 2000. Saham dalam JII terdiri atas 30 saham yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya pada prinsip-prinsip syariah sebagaimana termaktub dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 05/DSNMUI/IV/2000 tentang jual beli saham dan fatwa No. 40/DSN-MUI/IX/2003
43
tentang Pasar Modal, serta pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal. Saham yang dapat masuk ke dalam saham syariah harus memenuhi syarat yang disebutkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Resakdana Syariah, terutama pasal 8 dan pasal 10 (Ryandono, 2009:260). Kriteria yang digunakan untuk menentukan saham-saham yang masuk perhitungan JII adalah sebagai berikut (www.idx.co.id): a. Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang termasuk ke dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. b. Saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham berdasarkan urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir. c. 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut, kemudian dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan nilai transaksi terbesar di pasar reguler selama 1 tahun terakhir. Saham-saham syariah yang masuk dalam perhitungan JII terus dievaluasi dari sisi ketaatannya terhadap prinsip-prinsip syariah yang terdapat dalam fatwa DSN. Evaluasi terhadap saham-saham yang yang masuk dalam perhitungan JII dilakukan setiap enam bulan sekali. Saham-saham yang tidak lagi memenuhi prinsip-prinsip syariah akan dikeluarkan dari JII dan digantikan saham lain yang memenuhi prinsip-prinsip syariah. 2.5 Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terhadap pengungkapan laporan sosial perusahaan maupun faktor-faktor yang mempengaruhinya.
44
Penelitian sebelumnya telah dilakukan terhadap pengungkapan corporate social responsibility dan Islamic Social Reporting. Hasil dari beberapa peneliti sebelumnya akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini. Penelitian tersebut antara lain: 1. Haniffa R (2002) merancang kerangka pengungkapan tanggungjawab sosial menurut perspektif Islam berdasarkan Shari'ah Islami'iah. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa tujuan pelaporan tanggungjawab sosial berdasarkan perspektif Islam adalah untuk menjalankan tanggungjawab dan akuntabilitas kepada Allah, masyarakat, dan lingkungan, dan menjalankan transparansi dalam aktivitas bisnis dengan menyediakan informasi yang relefan dan terpercaya dalam memenuhi kebutuhan spiritual pembuat keputusan muslim. Pada penelitian ini terdapat enam tema pada laporan tanggungjawab sosial Islam yaitu keuangan dan investasi, produk, karyawan, peminjam dana, masyarakat, dan lingkungan. 2. Othman dkk (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Islamic Social Reporting (ISR) pada perusahaanperusahaan terbaik yang disetujui kesyariahannya di Bursa Malaysia. Othman dkk (2009) mengembangkan tema pengungkapan pada laporan tanggungjawab sosial Islam yang dirancang Haniffa (2002) menjadi enam tema yaitu keuangan dan pendanaan, produk dan jasa, karyawan, masyarakat, lingkungan, dan tata kelola perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk menguji hipotesis-hipotesisnya. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara ukuran
45
perusahaan, profitabilitas, dan komposisi dewan perusahaan dengan tingkat pengungkapan ISR, sedangkan tipe industri tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. 3. Said Roshima dkk (2009) melakukan penelitian tentang hubungan antara karakteristik tata kelola perusahaan yaitu ukuran dewan direksi, proporsi independen direktur, dualitas CEO, komite audit, sepuluh pemegang saham
terbesar,
kepemilikan
kepemilikan pemerintah,
manajerial,
kepemilikan
asing
dan
dengan tingkat pengungkapan CSR pada
perusahaan publik Malaysia. Penelitian ini menggunakan konten analisis dan analisis regresi untuk menguji hipotesis-hipotesisnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari laporan tahunan dan web site perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara ukuran dewan direksi, konsentrasi kepemilikan, dan proporsi saham yang dimiliki direktur eksekutif,
dengan tingkat
pengungkapan CSR. Proporsi independen direktur, proporsi independen direktur non eksekutif yang duduk sebagai komite audit, dan proporsi saham yang dimiliki pemerintah, memiliki hubungan positif dengan tingkat pengungkapan CSR. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa perusahaan dengan dualitas CEO memiliki tingkat pengungkapan CSR yang lebih rendah dan terdapat pula hubungan antara proporsi saham yang dimiliki asing dengan tingkat pengungkapan CSR. 4. Siregar dan Bachtiar (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran
dewan
direksi,
kepemilikan
asing,
profitabilitas,
ukuran
46
perusahaan, dan leverage terhadap tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan yang terdaftar di bursa Indonesia, dan kemungkinan efek pengungkapan CSR terhadap performa perusahaan di masa depan. Penelitian ini menggunakan konten analisis untuk menganalisis laporan tahunan dan analisis regresi berganda untuk menguji hipotesishipotesisnya. Hasil penelitian ini adalah dewan direksi yang besar akan lebih bisa melakukan pengawasan terhadap CSR pada laporan tahunan, tetapi ukuran dewan direksi yang terlalu besar akan membuat pengawasan menjadi tidak efektif. Kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap CSR. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap CSR. Profitabilitas dan leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap CSR. pengungkapan CSR akan memberikan efek positif pada performa perusahaan. 5. Rouf Md. Abdur (2011) melakukan penelitian tentang pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan publik di Bangladesh. Analisis regresi digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis-hipotesisnya. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara proporsi independen direktur dan pengungkapan CSR. Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan CSR. Struktur kepemimpinan dewan direksi, komite dewan audit, presentase ROE, memiliki hubungan positif dengan tingkat pengungkapan CSR. Proporsi independen direktur non eksekutif memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan CSR, tetapi tingkat
47
pengungkapan
CSR
memiliki
hubungan
negatif
dengan
ukuran
perusahaan. 6. Esa dan Ghazali (2012) melakukan penelitian tentang CSR dan tata kelola perusahaan di perusahaan negara Malaysia. Konten analisis digunakan untuk menganalisis laporan tahunan perusahaan dan analisis regresi digunakan
untuk
menguji
hipotesis-hipotesisnya.
Penelitian
ini
menemukan bahwa ukuran dewan direksi dan leverage memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR sedangkan independen direktur, ukuran perusahaan dan profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR. Pada Tabel 2.2 terdapat perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya diantaranya adalah penggunaan salah satu variabel yang sama baik variabel terikat maupun variabel bebas dan pengolahan data dengan metode analisis yang sama. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya diantaranya adalah penggunaan variabel yang berbeda pada variabel bebas atau variabel terikat, sampel penelitian, dan tahun penelitian. Penggunaan Islamic Social Reporting sebagai variabel terikat dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan masih jarang dilakukan, maka dari itu hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam ranah faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan.
48
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu No. Penelitian 1. Haniffa R (2002)
2. Othman dkk (2009),
3. Said Roshima dkk (2009),
Persamaan 1. Menjelaskan tentang pengungkapan Islamic Social Reporting
Perbedaan 1. Tidak 1. menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen 1. Menggunakan 1. Objek 1. ukuran penelitian perusahaan dan menggunaprofitabilitas kan sebagai variabel perusahaan bebas di Malaysia 2. Menggunakan 2. Item ISR sebagai pengungkap variabel terikat an ISR terdiri dari 43 item sedangkan penelitian ini 48 1. Menggunakan 1. Variabel 1. ukuran dewan terikatnya direksi sebagai CSR variabel bebas 2. Objek penelitian menggunakan perusahaan di Malaysia
Penemuan Pengungkapan tanggungjawab sosial menurut perspektif Islam
Ukuran perusahaan dan profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap tingkat ISR
Ukuran dewan direksi memiliki hubungan negatif dengan tingkat pengungkapan CSR
49
Tabel 2.2 (lanjutan) Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu 4. Siregar dan Bachtiar (2010),
5. Rouf Md. Abdur (2011),
6. Esa dan Ghazali (2012),
1. Menggunakan ukuran dewan direksi dan ukuran perusahaan (total aset) sebagai variabel bebas 2. Objek penelitian menggunakan perusahaan di Indonesia 1. Menggunakan ukuran perusahaan (total aset) sebagai variabel bebas
1. Menggunakan ukuran dewan direksi sebagai variabel bebas
1. Variabel terikatnya CSR 2. Ukuran dewan direksi diukur dengan jumlah direktur dan komisaris 1. Variabel terikatnya CSR 2. Objek penelitian menggunakan perusahaan di Bangladesh 1. Variabel terikatnya CSR 2. Objek penelitian menggunakan perusahaan di Malaysia
1. Ukuran dewan direksi memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkaapan CSR 2. Ukuran perusahaan (total aset) memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan CSR 1. Ukuran perusahaan (total aset) tidak memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan CSR
1. Ukuran dewan direksi memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
50
2.6 Pengembangan Hipotesis 2.6.1
Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR) Peneliti sebelumnya yang menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel bebas diantaranya adalah Othman dkk (2009), Siregar dan Bachtiar (2010), Rouf Md. Abdur (2010), dan Esa dan Ghazali (2012). Berdasarkan beberapa penelitian tersebut ukuran perusahaan dapat diukur menggunakan total aset, total penjualan, dan kapitalisasi pasar. Cooke (1992) juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat diukur dengan berbagai cara diantaranya menggunakan total aktiva, jumlah karyawan, jumlah pemegang saham, aset tetap, penjualan perusahaan ataupun modal dari perusahaan tersebut. Penelitian ini akan menggunakan total aset untuk menjelaskan ukuran perusahaan. Berdasarkan perspektif Islam pada akuntabilitas sosial dan pengungkapan penuh, perusahaan yang lebih besar akan lebih terlibat dengan masyarakat sehingga akan mengungkapkan lebih banyak informasi pada laporan tahunan untuk memenuhi akuntabilitas kepada pemangku kepentingan khususnya pemangku kepentingan Muslim (Othman dkk, 2009). Menurut teori agensi, perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan. Menurut Inchausti (1997) perusahaan besar memiliki kemungkinan konflik antara manajemen
dan
pemangku
kepentingan
sehingga
cenderung
untuk
mengungkapkan lebih banyak informasi secara sukarela untuk mengurangi konflik tersebut. Perusahaan yang lebih besar juga akan memiliki lebih banyak
51
aktivitas apabila dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil sehingga mengungkapkan lebih banyak informasi (Othman dkk, 2009). Perusahaan yang lebih besar memiliki lebih banyak sumber daya keuangan, fasilitas, dan sumber daya manusia untuk mengungkapkan lebih banyak Islamic Social Reporting, mereka akan mengungkapkan lebih banyak informasi meskipun dengan tidak adanya standar atau petunjuk yang bisa diikuti (Othman dkk, 2009). Maka dari itu hipotesis pertama dalam penelitian ini : H1 : Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting 2.6.2 Hubungan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Perusahaan publik setiap tahunnya memiliki tujuan untuk mencapai target profitabilitas tertentu. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat lebih banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru (Kasmir, 2013). Dengan demikian profitabilitas yang tinggi akan menunjang perusahaan untuk memiliki aktivitas yang lebih banyak. Aktivitas yang lebih banyak membuat perusahaan mengungkapkan lebih banyak informasi pada laporan tahunannya. Penelitian yang menggunakan profitabilitas sebagai variabel bebas antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Othman dkk (2009), Rouf Md. Abdur (2011), dan Esa dan Ghazali (2012). Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya
52
profitabilitas dapat diukur menggunakan rasio ataupun bukan rasio. Profitabilitas dapat dilihat dari komponen yang ada pada laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran profitabilitas menggunakan rasio dapat dilakukan dengan beberapa jenis rasio seperti return on assets (ROA), profit margin (profit margin on sales), return on investment (ROI), return on equity (ROE), laba per lembar saham. Penelitian ini akan menggunakan komponen yang ada pada laporan keuangan yaitu laporan laba rugi untuk mengukur profitabilitas. Komponen laporan laba rugi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola selruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya (Sudana, 2009: 26). Perusahaan yang lebih bisa menghasilkan laba akan mengungkapkan lebih banyak informasi apabila dibandingkan dengan perusahaan yang kurang bisa menghasilkan laba. Hal ini dikarenakan manajemen ingin menunjukkan bahwa mereka telah berbuat yang terbaik untuk kepentingan para pemangku kepentingan (Othman, 2009). Hasil penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan berbeda-beda, penelitian yang dilakukan oleh Esa dan Ghazali menunjukkan hasil negatif, sedangkan hasil positif ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Othman dkk (2009) dan
53
Rouf Md. Abdur (2011). Perusahaan yang lebih profitabel memutuskan untuk mengungkapkan lebih banyak ISR (Othman dkk, 2009). Maka dari itu hipotesis kedua dalam penelitian ini : H2 : Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting. 2.6.3
Hubungan Ukuran Dewan Direksi Terhadap Tingkat Pengungkapaan
Islamic Social Reporting (ISR) Penelitian sebelumnya yang menggunakan ukuran dewan direksi sebagai variabel bebas diantaranya adalah Said Roshima dkk (2009), Esa dan Ghazali (2012), dan Siregar dan Bachtiar (2010). Collier dan Gregory (1999) berpendapat bahwa ukuran dewan direksi yang lebih besar akan memudahkan untuk mengontrol CEO dan proses monitoring akan lebih efektif. Dewan Direksi merupakan organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas kepentingan kepengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan (Tim Studi Kementrian Keuangan Republik Indonesia Bapepam dan LK, 2010: 10). Setiap anggota direksi memiliki tugas dan kewenangan tertentu dalam perusahaan sehingga jumlah anggota direksi dapat mencerminkan banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, maka informasi yang harus diungkapkan juga semakin banyak. Jensen (1993) berpendapat bahwa ukuran dewan direksi yang lebih besar dapat mengakibatkan perbedaan pendapat, tetapi ukuran dewan direksi yang lebih besar dapat menyebabkan pertukaran ide-ide dan pengalaman yang lebih luas.
54
Pada penelitian yang dilakukan oleh Said Roshima dkk (2009) dan Esa dan Ghazali (2012) ukuran dewan direksi ditentukan dengan jumlah direktur, sedangkan Siregar dan Bachtiar (2010) menggunakan jumlah dewan komisaris dan direktur sebagai variabel bebas dalam penelitiannya. Othman dkk (2009) meneliti pengaruh komposisi dewan direksi pada tingkat pengungkapan ISR. Komposisi dewan direksi ditentukan dengan jumlah direktur muslim yang ada di perusahaan. Hal itu tidak dapat diaplikasikan dalam penelitian ini karena agama dewan direksi perusahaan tidak dicantuman dalam laporan perusahaan. Selain itu agama warga negara Indonesia tidak dapat dilihat dari nama saja. Penelitian ini akan menggunakan jumlah direktur untuk menentukan ukuran dewan direksi. Komposisi dewan direksi dalam penelitian yang dilakukan oleh Othman dkk (2009) memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan ISR. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Said Roshima dkk (2009) daan Esa dan Ghazali (2012) juga menunjukkan hasil positif terhadap tingkat pengungkapan CSR. Penelitian
mengenai
pengaruh
ukuran
dewan
direksi
terhadap
tingkat
pengungkapan ISR di Indonesia masih sangat jarang. Maka dari itu hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah : H3 : Ukuran dewan direksi memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting
55
2.7 Model Analisis
Ukuran Perusahaan (X1) Indeks Pengungkapan Islamic Social Reporting (Y)
Profitabilitas (X2)
Ukuran Dewan Direksi (X3)
Variabel Bebas (X)
Variabel Terikat (Y) Gambar 2.1 Model Analisis
Model Hubungan Islamic Social Reporting dengan variabel-variabel tersebut dapat disusun dalam fungsi atau persamaan sebagai berikut: Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e Dimana : Y a X1 X2 X3 e
= = = = = =
Indeks Pengungkapan Islamic Social Reporting konstanta Ukuran Perusahaan Profitabilitas Ukuran Dewan Direksi error
56
2.8 Kerangka Berpikir
Bursa Efek Indonesia
Perusahaan JII
Sumber Daya Modal / Keuangan
Total Aset
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Material
Profitabilitas
Sumber Daya Metode / Manajemen
Sumber Daya Mesin
Dewan Direksi
Laporan Tahunan Perusahaan
Index Islamic Social Reporting (ISR) Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Perusahaan terbuka khususnya yang termasuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) memiliki sumber daya utama dalam perusahaan, yaitu sumber daya modal, sumber daya manusia, sumber daya material, sumber daya metode/ manajemen, dan sumber daya mesin. Pada penelitian ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah
57
sumber daya modal dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia terdiri dari dewan direksi dan para karyawan, sedangkan sumber daya keuangan terdiri dari seluruh aspek keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini dewan direksi digunakan sebagai salah satu variabel bebas dari aspek sumber daya manusia dan sumber daya manajemen. Total aset dan profitabilitas mewakili sumber daya keuangan yang akan menjadi variabel bebas dalam penelitian ini. Dewan direksi mencerminkan manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan harus menjalankan perusahaan dengan baik agar tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai. Manajemen harus mengelola seluruh aset perusahaan untuk mencapai target keuntungan yang telah ditentukan dalam perencanaan sebelumnya. Pencapaian target keuntungan sangat penting karena dengan mencapai target yang telah ditetapkan atau bahkan melebihi target yang diinginkan, hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi pihak manajemen (Kasmir, 2013:2). Manajemen harus melakukan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap kinerja perusahaan agar perusahaan tidak hanya berjalan dalam periode tertentu saja. Seluruh kegiatan perusahaan dari perencanaan hingga evaluasi harus dicatat agar dapat menjadi pertimbangan bagi manajemen. Catatan ini selanjutnya disusun dalam sebuah laporan perusahaan sebagai bentuk pertanggung jawaban manajemen terhadap para pemangku kepentingan. Laporan perusahaan juga diperlukan oleh berbagai pihak seperti pemilik, kreditor, pemerintah, dan investor (Kasmir, 2013).
58
Bagi investor yang ingin menanamkan dananya dalam suatu usaha sebelum memutuskan untuk membeli saham, perlu mempertimbangkan banyak hal secara matang (Kasmir, 2013:23). Investor muslim memerlukan informasiinformasi tambahan dalam laporan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Bagi seorang muslim, semua bentuk investasi dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin di dunia dan akhirat baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang (Ryandono, 2009:70). Informasi-informasi yang dibutuhkan para investor muslim tersebut dapat disajikan dengan mengacu pada Islamic Social Reporting (ISR), karena ISR adalah perpanjangan pelaporan sosial yang meliputi tidak hanya harapan dewan pengurus atas pandangan masyarakat terhadap peran perusahaan dalam ekonomi tetapi juga pemenuhan perspektif spiritual untuk pengguna laporan yang muslim (Haniffa, 2002).
59
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini membahas metode penelitian yang menguraikan tentang pendekatan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berdasarkan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang mengkuantitatifkan data dan menerapkan satu bentuk analisis untuk menerima atau menolak hipotesis (Anshori dan Iswati, 2009: 13). Jadi tujuan dalam penelitian adalah menguji penjelasan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi terhadap variabel terikat yaitu indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Penelitian ini menggunakan hubungan kausal, yaitu bagaimana satu variabel mempengaruhi, atau "bertanggungjawab atas" perubahanperubahan dalam variabel lainnya (Cooper dan Emory, 1998: 136). Pembuktian pengaruh ini dilakukan dengan melakukan pengujian. Pengujian dilakukan menggunakan metode analisis ekonometrik berupa analisis regresi linier berganda (linier multiple regression) karena variabel bebas dalam penelitian ini berjumlah lebih dari satu variabel.
59
60
3.2 Identifikasi Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel perlu didefinisikan karena pertama, agar tidak menimbulkan kekaburan fokus penelitian dan menghilangkan kemungkinan salah penafsiran terhadap obyek yang menjadi fokus. Kedua, memudahkan pembuatan instrumen penelitian (Danim, 1997: 72). Berikut adalah penjelasannya: 1. Variabel bebas (variabel X1, X2, X3) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab apabila ada dua variabel yang saling berhubungan sedangkan bentuk hubungannya adalah bahwa perubahan variabel yang satu mempengaruhi atau menyebabkan perubahan variabel lain (Anshori dan Iswati, 2009: 57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi. 2. Variabel terikat (variabel Y) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang
disebabkan
apabila
ada
dua
variabel
yang
saling
berhubungan, sedangkan bentuk hubungannya adalah bahwa perubahan variabel yang satu mempengaruhi atau menyebabkan perubahan variabel yang lain (Anshori dan Iswati, 2009: 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai (skor) yang
61
didapat dari analisis tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). 3.3 Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan menyatukan pengertian agar tidak terjadi kesalahpahaman atau perbedaan pandangan dalam mendefinisikan variabel-variabel yang dianalisis. Variabel dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi yang akan diuji pengaruhnya terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Berikut ini adalah definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut. 3.3.1 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan nilai total aset perusahaan. Total aset adalah total sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga perusahaan yang ukurannya besar pasti memerlukan total aset (sumber daya) yang banyak untuk menjalankan kegiatan usahanya. Maka dari itu, dalam penelitian ini total aset digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan. Data total aset akan didapatkan dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Total aset akan dibentuk menjadi logaritma natural (ln) agar bentuk data variabel total aset sama dengan bentuk variabel data yang lainnya. Ukuran Perusahaan = ln (Total aset)
62
3.3.2 Profitabilitas Profitabilitas dapat dilihat dari komponen yang ada pada laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi tahunan. Pengukuran profitabilitas menggunakan rasio dapat dilakukan dengan beberapa jenis rasio seperti return on Assets (ROA), profit margin (profit margin on sales), return on investment (ROI), return on equity (ROE), laba per lembar saham. Penelitian ini akan menggunakan return on Assets (ROA). Data return on Assets (ROA) akan didapatkan dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Profitabilitas (ROA) = Laba bersih sebelum pajak Total Aset 3.3.3 Ukuran Dewan Direksi Dewan Direksi merupakan organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas kepentingan kepengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Direksi mencakup jumlah anggota direksi, jumlah direktur independen, dan jumlah remunerasi. Pada penelitian ini ukuran dewan direksi diukur dengan jumlah direktur. Data mengenai jumlah direktur akan didapatkan dari laporan tahunan masing-masing perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Ukuran Dewan Direksi = Jumlah Direktur
63
3.3.4 Islamic Social Reporting (ISR) Pengukuran pada Islamic Social Reporting (ISR) dilakukan dengan menggunakan nilai (skor) yang didapat dari analisis tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Nilai (skor) tersebut yang akan diteliti hubungannya dengan ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi. Nilai (skor) ISR didapatkan dari pemberian nilai content analysis terhadap laporan tahunan perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII). Dalam penelitian ini, indeks Islamic Social Reporting (ISR) digunakan untuk mengukur tingkat pengungkapan corporate social reporting (CSR) yang telah dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengungkapan CSR perusahaan yang sesuai dengan prinsip syariah. Indeks ISR yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan indeks ISR yang telah dirancang oleh Othman dkk (2009), tetapi tidak sepenuhnya menggunakan indeks tersebut karena terdapat sedikit modifikasi atas rancangan indeks tersebut pada penelitian ini. Indeks ISR yang dirancang oleh Othman dkk (2009) adalah pengembangan
dari
penelitian
Haniffa
(2002).
Haniffa
(2002)
mengembangkan laporan Islam didasarkan pada enam tema yaitu, Keuangan dan Investasi, Produk, Peminjam dana, Karyawan, Masyarakat, dan Lingkungan. Othman dkk (2009) mengembangkan dan memodifikasi hasil
penelitian
Haniffa
(2002)
menjadi
43
item
pada
indeks
64
pengungkapan. 43 item tersebut terbagi ke dalam enam tema yaitu, Keuangan dan Pendanaan, Produk atau Jasa, Karyawan, Lingkungan, dan Tata Kelola Perusahaan. Pengembangan dan modifikasi dalam penelitian ini menghasilkan 48 item pengungkapan, sehingga nilai terbesar (skor) yang dapat diperoleh setiap tahunnya dari laporan pengungkapan perusahaan adalah 48 dan yang terkecil adalah nol (0). Metode pemberian nilai (skor) pada penelitian ini sama dengan yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Othman dkk (2009) yaitu pemberian nilai skor terhadap content analysis. Metode content analysis digunakan untuk mengidentifikasi jenis pengungkapan ISR dengan cara membaca dan menganalisis laporan tahunan perusahaan. Indeks pengungkapan ISR tersebut dikodekan ke dalam coding sheet. Karakteristik pengungkapan dalam bentuk kata, kalimat, gaambar, atau grafik dikodekan sesuai dengan tema pengungkapannya. Pemberian nilai pada content analysis yang terdiri dari 48 item indeks ISR pada penelitian ini tidak diukur untuk berapa kali jumlah kejadian untuk masing-masing item dalam satu tahun periode pengungkapan, tetapi selama minimal terdapat satu kali pengungkapan ISR, maka item tersebut dianggap telah ada dan diberi nilai (skor) 1. Apabila item tersebut tidak ditemukan diungkapkan dalam laporan perusahaan maka item tersebut akan diberi nilai (skor) 0. Pemberian skor ini tidak menilai kualitas perusahaan melalui item-item pada indeks ISR, tetapi hanya menilai tingkat atau jumlah skor pengungkapan pada indeks ISR. Penilaian item indeks pengungkapan ini
65
akan diidentifikasi dan dikumpulkan dari analisis atau penemuan dari laporan tahunan perusahaan. Seluruh nilai skor akan dijumlah dan akan menjadi nilai pada variabel terikat ISR, selain itu nilai skor juga akan dijumlah tiap tema dan tiap perusahaan untuk mengetahui pada tema apakah terdapat tingkat pengungkapan tertinggi yang dilakukan oleh perusahaan dan perusahaan mana yang memiliki tingkat pengungkapan ISR paling tinggi. 3.4 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh suatu organisasi atau perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi (Sugiyono, 2011: 79). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002: 147). Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan tahunan perusahaan. Laporan tahuan perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian ini didapatkan dari website masing-masing perusahaan atau dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Data pada penelitian ini termasuk data panel. 3.5 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti (Prasetyo dan Lina, 2012: 118). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar Jakarta Islamic Index selama periode 2011-2013. Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang
66
mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting pada perusahaanperusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index pada periode 20112013. Besarnya populasi yang masuk dalam Jakarta Islamic Index periode 2011-2013 adalah sebanyak 49 perusahaan. Sampel penelitian akan diambil dari laporan tahunan 49 perusahaan tersebut. Laporan keuangan perusahaan yang memenuhi kriteria sampel yang ditetapkan oleh peneliti juga akan menjadi sampel penelitian untuk melengkapi laporan tahunan perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Anshori dan Iswati, 2009: 94). Sampel terdiri dari beberapa unsur yang dipilih dari populasi yang nantinya kesimpulan penelitian akan diambil dari sampel tersebut dan digeneralisasikan pada populasi ini. Penelitian menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel. Metode purposive sampling adalah metode pengambilan sampel pada populasi tertentu yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan peneliti, yang bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat. Kriteria yang ditentukan untuk pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang termasuk dalam daftar Jakarta Islamic Index pada periode 2011-2013 diseleksi dengan tujuan konsistensi. Daftar perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index dievaluasi setiap enam bulan sekali, sehingga dari tahun 2011 hingga tahun 2013 terdapat tujuh kali penyeleksian (6 Desember 2010 - Mei
67
2011, 8 Juni 2011 - November 2011, 7 Desember 2011 - Mei 2012, 1 Juni 2012 - 30 November 2012, 3 Desember 2012 - 31 Mei 2013, 3 Juni 2013 - 29 November 2013, 1 Desember 2013 - 31 Mei 2014). Maka dari itu perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang minimal lolos empat kali dari penyeleksian tersebut. 2. Perusahaan-perusahaan tersebut diseleksi berdasarkan ketersediaan laporan tahunannya. 3. Perusahaan-perusahaan tersebut diseleksi berdasarkan penggunaan mata uang rupiah dalam laporan perusahaan. Berikut adalah tabel penyeleksian laporan tahunan perusahaan JII periode 2011-2013 yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Tabel 3.1 Tabel Penyeleksian Populasi No.
1.
Kriteria Penyeleksian
Jumlah Perusahaan
Jumlah Laporan Tahunan 147
Perusahaan yang terdaftar dalam 49 JII periode 2011-2013 2. Perusahaan yang konsisten 30 90 minimal empat kali lolos evaluasi JII selama 2011-2013 3. Perusahaan yang tersedia laporan 28 84 perusahaannya tahun 2011-2013 4. Perusahaan yang menyajikan 21 63 laporan keuangannya dalam mata uang rupiah Sumber : Laporan Tahunan Perusahaan, www.idx.co.id (data telah diolah) Berdasarkan kriteria tersebut laporan tahunan yang menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 63 laporan tahunan yang berasal dari 21
68
perusahaan yang masuk dalam daftar Jakarta Islamic Index periode 20112013, daftar perusahaan tersebut dapat dilihat pada lampiran 2. 3.6 Prosedur Pengumpulan Data 1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan literatur yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang akan diteliti seperti jurnal, skripsi yang terkait dengan penelitian, buku-buku teks, ataupun peraturan-peraturan yang terkait dengan isi penelitian. 2. Penelitian pendahuluan, yaitu mengadakan peninjauan dan penelitian secara umum untuk mendapatkan gambaran umum yang lebih jelas terkait penelitian yang akan dilakukan. 3. Pengumpulan
data
sekunder
yang diperoleh
dari
website
perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian atau dari situs resmi Bursa Efek Indonesia. 3.7 Teknik Analisis Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan program Eviews, Stata, Minitab, atau SPSS. Penelitian ini menggunakan data panel. Jenis data dalam penelitian antara lain adalah data cross section, data time series, dan data panel. Data cross section merupakan data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu. Data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Sedangkan data panel adalah data yang dikumpulkan secara cross section dan diikuti oleh periode waktu tertentu (Nachrowi dan Usman, 2006). Data panel
69
merupakan gabungan dari data cross section dan data time series sehingga akan memiliki kelebihan dan kekurangan. Penelitian menggunakan data panel akan memiliki jumlah data yang lebih banyak sehingga diharapkan lebih dapat menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, tetapi model yang digunakan dalam penelitian data panel akan lebih kompleks. Analisis atas pengelolaan data dibagi menjadi dua bagian yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial sama seperti yang dilakukan oleh Othman dkk (2009). Statisik deskriptif adalah peringkasan data dan penyajian dalam bentuk yang dapat dipahami (Mulyono, 2006). Oleh karena itu statistik deskriptif digunakan untuk menganalisa gambaran tingkat
pengungkapan
Islamic
Social
Reporting
dalam
laporan
pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index dan gambaran umum mengenai ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi. Statistik inferensial adalah suatu pernyataan mengenai suatu populasi yang didasarkan pada informasi dari sampel random yang diambil dari populasi (Mulyono, 2006). Oleh karena itu analisis statistik inferensial digunakan untuk membuat kesimpulaan atas hubungan antara variabel-variabel dan untuk menguji hipotesis. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda untuk melihat hubungan antara satu variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas. Berdasarkan variabel yang digunakan maka hubungan antar variabel dinyatakan dalam fungsi berikut: Y= f(X1, X2, X3)
70
Bentuk persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut: Yit= αi + β1X1it + β2X2it + β3X3it + e Keterangan : i t Yit
= = =
α = X1 = X2 = X3 = β1 β2 β3= e =
1, 2, ..., N (simbol untuk perusahaan cross section) 1, 2, ..., T (simbol untuk waktu time series) Tingkat pengungkapan indeks Islamic Social Reporting untuk perusahaan ke-i dan waktu ke-t koefisien konstanta Ukuran perusahaan Profitabilitas Ukuran Dewan Direksi Koefisien Regresi Variabel eror
Setelah data terkumpul, data akan dianalisis menggunakan metode kuantitatif. Berikut ini adalah tahapan-tahapan analisis : 3.8 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian. Hal-hal yang sering menjadi patokan analisis lebih lanjut antara lain tentang nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi atas variabel-variabel penelitian. 3.9 Pemilihan Metode Estimasi Data Panel Pendekatan paling sederhana dalam pengolahan data panel adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau sering disebut pooled least square (PLS) yang diterapkan dalam data yang berbentuk pool (Suwardi Akbar, 2012). Kritikan oleh Gujarati (2003) atas metode ini adalah metode PLS menawarkan kemudahan tetapi model dapat mendistorsi gambaran yang sebenarnya dari hubungan antara Y dan X pada
observasi,
maka
perlu
menemukan
beberapa
cara
untuk
71
mempertimbangkan sifat spesifik (kharakteristik) dari setiap individu (Suwardi Akbar, 2012). Beberapa cara tersebut antara lain dalah sebagai berikut: a. Efek Tetap (Fixed Effect) Intercept antar individu dalam penelitian dapat berbeda, tetapi intercept tiap individu tersebut tidak bervariasi sepanjang waktu (time invariant). Berikut ini adalah persamaan model efek tetap (fixed effect model): Yit = αi + β1X1it + β2X2it + β3X3it + eit Berdasarkan persamaan diatas, intercept sebagai αit berarti intercept setiap inividu adalah time variant. Fixed Effect Model (FEM) mengasumsikan bahwa koefisien dari regresor tidak bervariasi baik antar waktu maupun antar individu. Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka sebagai salah satu cara dalam menerapkan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable (LSDV) atau disebut juga Covariance Model. Pada LSDV menurut Gujarati (2003) dalam Suwardi Akbar (2012), apabila menggunakan variabel dummy terlalu banyak, dapat mengurangi degrees of freedom, dan dengan banyaknya variabel dalam penelitian, maka selalu ada kemungkinan multikolinearitas, yang mungkin membuat perkiraan sulit tepat dari satu atau lebih parameter. Apabila terdapat variabel yang tidak berubah dari waktu ke waktu (time invariant), maka pendekatan LSDV tidak dapat mengestimasi persamaan FEM tersebut,
72
karena LSDV tidak dapat mengidentifikasi dampak variabel timeinvariant, sehingga error term pada LSDV harus sangat diperhatikan. b. Efek Acak (Random Effect) Menurut Gujarati (2003) dalam Suwardi Akbar (2012), jika dummy variables adalah untuk merepresentasikan ketidaktahuan tentang model yang
sebenarnya,
dapat
menggunakan
disturbance
term
untuk
merepresentasikan ketidaktahuan tentang model yang sebenarnya. Hal ini dikenal dengan model efek acak (random effect model / REM). Secara esensial, semua individu yang masuk ke dalam sampel diambil dari populasi yang lebih besar dan mereka memiliki nilai rata-rata yang sama untuk intercept (α) dan perbedaan individual dalam nilai intercept setiap individu akan direfleksikan dalam error term (ui). Berikut ini adalah persamaan model efem acak (random effect model) : Yit = αi + β1X1it + β2X2it + β3X3it + eit + uit Asumsi REM menurut Gujarati (2003) dalam Suwardi Akbar (2012) adalah individual eror components tidak berkorelasi dengan individu lainnya. Tidak ada autocorrelated accros individu (unit) antara cross-section dan time-series. 3.9.1 Membandingkan Fixed Effect Model dengan Random Effect Model Menurut Suwardi Akbar (2012) Hal yang perlu diperhatikan saat membandingkan fixed effect model dengan random effect model adalah sebagai berikut:
73
a. Asumsi yang dibuat tentang korelasi antara cross-section error component (ui) dan regressor X. jika diasumsikan bahwa ui dan regresor X adalah uncorrelated, maka REM lebih tepat. b. Sampel penelitian. REM mengasumsikan bahwa ui adalah error yang diambil secara acak dari populasi yang jauh lebih besar, tetapi seringkali hal ini tidak dapat dipenuhi. Gujarati (2003) dalam Suwardi Akbar (2012) menyatakan terdapat beberapa pertimbangan teknis dan empiris yang dapat dijadikan panduan untuk memilih antara FEM dan REM yaitu: a. Apabila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda. Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan pada kenyamanan perhitungan, yaitu FEM. b. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan dapat berbeda secara signifikan. Jadi, apabila meyakini bahwa unit cross-section yang dipilih dalam penelitian diambil secara acak maka REM harus digunakan. Sebaliknya, apabila meyakini bahwa unit cross-section yang dipilih tidak diambil secara acak maka harus menggunakan FEM c. Apabila cross-section error component berkorelasi dengan variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan FEM tidak bias. d. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari REM dapat terpenuhi maka REM lebih efisien dibandingkan FEM
74
e. FEM berarti setiap unit cross-section memiliki nilai intercept tersendiri yang fixed f. REM berarti intercept α merepresentasikan nilai rata-rata dari seluruh cross-sectional intercept dan error component (ui) merepresentasikan deviasi acak intercept individu dari nilai intercept rata-rata. ui tidak secara langsung diobservasi, ui adalah unobservable variable. 3.9.2 Uji Hausmen Uji hausman perlu dilakukan untuk memilih pendekatan yang paling sesuai untuk model regresi Suwardi Akbar (2012). Hipotesis pada uji hausmen adalah sebagai berikut: H0 = Random Effect Model H1 = Fixed Effect Model Kriteria penolakan H0 adalah H0 ditolak apabila nilai p-value < α, atau signifikan pada α = 5%. 3.10 Uji Normalitas Data Uji normalitas hanya digunakan jika jumlah observasi adalah kurang dari 30, untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal (Ajija dkk, 2011: 42). Jika jumlah observasi lebih dari 30, maka tidak perlu dilakukan uji normalitas. Sebab, distribusi sampling error term telah mendekati normal. Uji normalitas dapat ditempuh dengan uji JarqueBerra (JB test).
75
3.11 Uji Asumsi Klasik Penggunaan Regresi Menurut Gujarati (2003: 65) terdapat tiga uji statistik yang bisa dilakukan untuk mengetahui ada penyimpangan atau tidak dalam suatu regresi yaitu uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. Tujuan dilakukannya uji asumsi klasik ini adalah untuk memastikan bahwa model regresi linier telah memenuhi asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) sehingga tidak terjadi penelitian yang bias. 3.11.1 Uji Multikolinearitas Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8, maka terjadi multikolinearitas (Ajija dkk, 2011: 35). 3.11.2 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas merupakan keadaan di mana semua gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak memiliki varians yang sama. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat pola residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual bergerak konstan, maka tidak ada heteroskedastisitas. Akan tetapi, jika residual membentuk suatu pola tertentu, maka hal tersebut mengindikasikan adanya heteroskedastistas (Ajija dkk, 2011: 36).
76
3.11.3 Uji Autokolerasi Gujarati (1999: 201) menjelaskan bahwa autokolerasi adalah suatu kolerasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Gejala yang ditimbulkan oleh autokolerasi ini adalah terdapat korelasi antara varian eror atau pengganggu pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis uji autokolerasi adalah uji Durbin Watson. Mendeteksi autokolerasi dengan menggunakan nilai durbin-watson dibandingkan dengan tabel durbin-watson (dL dan dU). Sujarweni (2014: 86) menjelaskan bahwa jika dU < d hitung < 4-dU maka tidak terjadi autokolerasi. Selain itu uji autokolerasi juga dapat dilakukan dengan melihat hasil dari uji wooldridge test. Apabila nilai (Prob>Chi2) kurang dari Alpha (0,05) maka terjadi masalah autokolerasi. 3.12 Pengujian Statistik 3.12.1 Uji Parsial (t-test) Uji t merupakan pengujian terhadap koefisien dari variabel bebas secara parsial. Uji ini dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi dari variabel bebas secara individu dalam mempengaruhi variasi dari variabel terikat. Langkah-langkah menguji hipotesis dalam uji t adalah sebagai berikut: 1. Menentukan formulasi H0 dan Ha H0 : b1, b2 = 0, H0 diterima berarti variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
77
Ha : b1, b2 ≠ 0, H0 ditolak berarti variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat. 2. Menetukan daerah penerimaan dengan menggunakan uji t. Titik kritis yang dicari tabel distribusi t dengan tingkat kesalahan atau level signifikansi (α) 0,05 dan derajat kebebasan (df) = n-1-k, dimana n=jumlah sampel, k = jumlah variabel bebas. 3. Mencari t hitung dengan rumus = b1/sb1 Dimana : b1 = koefisien regresi berganda sb1 = standart error pada b1 4. Membuat kesimpulan tolak H0 atau terima H0 Jika t hitung > t tabel berarti H0 ditolak Jika t hitung < t tabel berarti H0 diterima Metode yang digunakan adalah membandingkan nilai probabilitas parsial (sendiri-sendiri) engan tingkat kepercayaan (1%, 5%, 10%). Jika probabilitas variabel bebas yang bersangkutan lebih kecil dari tingkat kepercayaan maka secara parsial variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika probabilitas variabel bebas tersebut lebih besar dari tingkat kepercayaan maka secara parsial variabel tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Gujarati, 2001: 379).
78
3.12.2 Uji Simultan (F-test) Uji F merupakan uji model secara keseluruhan/simultan. Pada prinsipnya uji F memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dengan uji t. Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Langkah-langkah hipotesis dari uji-F adalah sebagai berikut: 1. Perumusan hipotesis H0 dan Ha a. H0 : b1 = b2 = 0 b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 2. Menentukan daerah penerimaan H0 dan Ha dengan menggunakan distribusi F dengan anova, titik kritis dicari pada tabel distribusi F dengan titik kepercayaan (α) 5% dan derajat kebebasan (df) = n-1k. 3. Perhitungan pada uji F dapat dilakukan menggunakan rumus berikut ini: R2 F=
K (1-R2) (n-k-1)
Dimana: R2 = korelasi ganda yang telah ditemukan n = banyaknya sampel k = jumlah variabel independen 4. Membuat kesimpulan tolak H0 atau terima H0 Jika F hitung > F tabel berarti H0 ditolak
79
Jika F hitung < F tabel berarti H0 diterima 3.12.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisisen determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam menganalis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara nol (0), dan satu (1). Koefisien determinasi (R2) nol, berarti variabel bebas sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Apabila koefisien determinasi mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Selain itu, koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui persentase perubahan variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X).
80
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Hasil Konten Analisis Metode
konten
analisis
digunakan
untuk
menganalisis
tingkat
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Analisis tersebut dilakukan untuk mendapatkan skor indeks pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Analisis dilakukan pada laporan tahunan perusahaan. Hasil konten analisis skor pengungkapan ISR secara lebih lengkap terdapat pada lampiran 3, lampiran 4 dan lampiran 5. Penjelasan hasil konten analisis akan dijelaskan secara keseluruhan dan dijelaskan pada masing-masing tema. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan jumlah item pengungkapan pada masing-masing tema.
Sumber: hasil konten analisis laporan tahunan, lampiran 8 (data telah diolah) Gambar 4.1 Skor Indeks Pengungkapan ISR Tahun 2011-2013
80
81
Berdasarkan gambar 4.1, tingkat pengungkapan ISR secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu 572 pada tahun 2011, 629 pada tahun 2012, dan 669 pada tahun 2013. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaanperusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index telah melakukan peningkatan pengungkapan tanggung jawab sosial syariah selama tahun 2011 hingga tahun 2013. Hasil tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif pada perkembangan pengungkapan laporan sosial syariah perusahan-perusahaan yang memiliki saham syariah di Indonesia. Pengungkapan ISR pada tiap perusahaan setiap tahunnya berbeda-beda, tetapi rata-rata setiap perusahaan telah mengungkapkan lebih dari 50% indeks pengungkapan ISR. Berdasarkan lampiran 8, pada Tahun 2011 rata-rata tingkat pengungkaapan ISR oleh perusahaan yang terdaftar dalam JII adalah sebesar 57%, pada tahun 2012 sebesar 62%, dan pada tahun 2013 sebesar 66%. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan banyak pengungkapan ISR meskipun belum terdapat standar khusus mengenai pengungkapan laporan sosial syariah di Indonesia. Pada tahun 2011, total skor tertinggi indeks pengungkapan ISR adalah 34 atau sebesar 71% yang dimiliki oleh perusahaan Aneka Tambang (Persero) dan Astra International Tbk, sedangkan total skor terendah adalah 18 atau sebesar 38% yang dimiliki oleh perusahaan Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Pada tahun 2012 total skor tertinggi indeks pengungkapan ISR adalah 37 atau sebesar 77% yang dimiliki oleh Semen Gresik (Persero) Tbk / Semen Indonesia (Persero) Tbk dan perusahaan Unilever Indonesia Tbk, sedangkan total skor terendah adalah 17
82
atau sebesar 35% yang dimiliki oleh perusahaan Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Pada tahun 2013 total skor tertinggi indeks pengungkapan ISR adalah 40 atau sebesar 83% yang dimiliki oleh perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan total skor terendah adalah 18 atau sebesar 38% yang dimiliki oleh perusahaan Media Nusantara Citra Tbk. Perbedaan tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dapat disebabkan oleh belum adanya standar khusus mengenai pengungkapan laporan sosial syariah. Selain itu perbedaan tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Contoh faktor internal yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan adalah kegiatan operasional atau aktivitas perusahaan, kebijakan pimpinan, dan standar pengungkapan yang diikuti oleh perusahan. Sedangkan salah satu contoh dari faktor eksternal yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan adalah tekanan dari para pemangku kepentingan masing-masing perusahaan untuk melaksanakan, melaporkan, dan mengungkapkan tanggung jawab sosial yang sesuai dengan ketentuan syariah (Raditya, 2012). Tabel 4.1 Total Skor ISR Masing-Masing Tema Tahun 2011-2013 Tema A B C D E F Keuangan Produk KarMasyLingTata Kelola dan dan yawan rakat kungan Perusahaan Pendanaan Jasa 2011 95 50 123 119 70 115 2012 98 57 141 133 74 126 2013 94 55 155 152 85 128 Sumber: konten analisis laporan tahunan, lampiran 3 (data telah diolah)
Tahun
83
Berdasarkan Tabel 4.1 masing-masing tema pengungkapan indeks ISR tahun 2011 hingga tahun 2013 secara keseluruhan juga mengalami peningkatan. Tema A yaitu tema keuangan dan pendanaan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2013, begitu pula dengan tema B yaitu tema produk dan jasa yang mengalami penurunan pada tahun 2013. Tema C yaitu tema karyawan, tema D yaitu tema masyarakat, tema E yaitu tema Lingkungan, dan tema F yaitu tema tata kelola perusahaan terus mengalami peningkatan pengungkapan setiap tahunnya. Pada tabel 4.2 terdapat informasi mengenai perusahaan yang memiliki skor tertinggi pada masing-masing tema pengungkapan indeks ISR setiap tahunnya. Tema A adalah tema keuangan dan pendanaan. Tema ini terdiri dari enam item pengungkapan. Pada tahun 2011 terdapat dua perusahaan yang telah mengungkapkan seluruh informasi pada tema keuangan dan pendanaan yaitu Astra International Tbk dan Alam Sutera Realty Tbk. Pada tahun 2012 hanya terdapat satu perusahaan yang mengungkapkan seluruh informasi pada tema keuangan dan pendanaan yaitu Alam Sutera Realty Tbk. Sedangkan pada tahun 2013 juga hanya terdapat satu perusahaan yang mengungkapkan seluruh informasi pada tema keuangan dan pendanaan yaitu Astra International Tbk. Hal ini berarti Astra International Tbk dan Alam Sutera Realty Tbk adalah perusahaan yang konsisten mengungkapkan informasi dalam tema keuangan dan pendanaan pada indeks ISR. Tema B adalah tema produk dan jasa. Tema ini terdiri dari empat item pengungkapan. Sejak tahun 2011 telah terdapat perusahaan yang memiliki skor maksimal pada tema ini. Tema C adalah tema karyawan. Tema ini terdiri dari 14
84
item pengungkapan. Pada tahun 2011 hingga tahun 2013 tidak terdapat perusahaan yang telah mengungkapkan seluruh informasi pada tema karyawan. Tabel 4.2 Skor Indeks Tema ISR Tertinggi Tema A
2011 Kode Skor ASII 6 ASRI 6 UNVR 4
B
TINS
10
SMGR UNTR AALI ASII INTP KLBF LSIP UNTR
8 8 5 5 5 5 5 5
2012 Kode Skor ASRI 6
2013 Kode Skor ASII 6
ICBP INDF LSIP UNVR TINS
4 4 4 4 10
ICBP INDF UNVR
4 4 4
SMGR
9
ANTM ASII ICBP SMGR TINS TLKM
10 10 10 10 10 10
AALI BKSL ICBP INDF INTP KLBF UNTR UNVR
5 5 5 5 5 5 5 5
AALI ANTM ASRI ICBP INDF KLBF LSIP SMGR UNTR UNVR INDF
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 8
C
D
E
F
ANTM 7 INDF 8 JSMR 7 SMGR 7 TINS 7 TLKM 7 UNVR 7 Sumber: konten analisis laporan tahunan, lampiran 3 (data telah diolah)
85
Skor tertinggi pada tema karyawan pada tahun 2011 hingga 2013 adalah 10. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 hanya satu perusahaan yang memiliki skor 10 pada tema karyawan yaitu Timah Tbk. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat 5 perusahaan yang memiliki skor 10 pada tema karyawan. Perusahaan tersebut adalah Aneka Tambang (Persero) Tbk, Astra International Tbk, Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Semen Gresik (Persero) Tbk / Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan Timah Tbk. Tema D adalah tema masyarakat. Tema ini terdiri dari 11 item pengungkapan. Skor tertinggi pada tema masyarakat pada tahun 2011 adalah delapan. Skor tersebut dimiliki oleh dua perusahaan yaitu Semen Gresik (Persero) Tbk / Semen Indonesia (Persero) Tbk dan United Tractors Tbk. Pada tahun 2012 skor tertinggi pada tema karyawan mengalami peningkatan yaitu 9. Skor tersebut dimiliki oleh satu perusahaan yaitu Semen Gresik (Persero) Tbk / Semen Indonesia (Persero) Tbk. Sedangkan pada tahun 2013 skor tertinggi pada tema karyawan adalah 10 yaitu Telekomunikasi Indonesia Tbk. Tema E adalah tema lingkungan. Tema ini terdiri dari lima item pengungkapan. Sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 telah terdapat perusahan yang telah mengungkapkan seluruh informasi pada tema lingkungan dan jumlahnya terus mengalami peningkatan. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) telah memberikan banyak perhatian pada lingkungan dalam aktivitas perusahaannya dan mengungkapkannya pada laporan tahunan perusahaan. Pada tahun 2011 terdapat enam perusahaan yang telah mengungkapkan seluruh informasi pada tema lingkungan. Pada tahun 2012
86
meningkat menjadi delapan perusahaan, dan pada tahun 2013 menjadi 10 perusahaan. Tema F adalah tema tata kelola perusahaan. Tema ini terdiri dari delapan item pengungkapan. Pada tahun 2011, skor tertinggi pada tema tata kelola perusahaan adalah tujuh dan dimiliki oleh enam perusahaan. Sedangkan pada tahun 2012 dan tahun 2013 telah terdapat satu perusahaan yang mengungkapkan seluruh item pengungkapan pada tema tata kelola perusahaan yaitu Indofood Sukses Makmur Tbk. Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kecenderungan masing-masing dalam mengungkapkan lebih banyak informasi pada tema tertentu. Setiap perusahaan memiliki visi misi yang berbeda untuk mencapai tujuan perusahaan, sehingga kecenderungan pengungkapan tiap perusahaan menjadi berbeda. Selanjutnya adalah penjelasan hasil konten analisis untuk setiap tema pada indeks ISR: 1. Tema Keuangan dan Pendanaan Pada item pengungkapan kegiatan yang mengandung riba, hampir seluruh perusahaan yang menjadi sampel penelitian mengungkapkan informasi tersebut pada laporan tahunannya. Hanya satu perusahaan pada tahun 2013 yang tidak mengungkapkan informasi tersebut yaitu Sentul City Tbk. Pengungkapan tersebut berupa informasi pendapatan bunga, jumlah utang yang mengandung bunga, tujuan penggunaan utang yang mengandung bunga. Item pengungkapan yang kedua adalah kegiatan yang mengandung gharar. Pengungkapan pada item ini juga menunjukkan hal yang positif. Hanya dua perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi tersebut pada tahun 2011 yaitu
87
Astra Agro Lestari Tbk dan Jasa Marga (Persero) Tbk, dan dua perusahaan pada tahun 2013 yaitu Sentul City Tbk dan Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Hal ini dapat menjadi harapan yang baik bagi perkembangan pasar modal syariah di Indonesia, karena para investor khususnya investor muslim dapat melihat informasi mengenai kegiatan yang mengandung riba dan gharar pada perusahaan. Pada informasi mengenai zakat, sangat sedikit perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut. Pada tahun 2011, hanya dua perusahaan yang mengungkapkan informasi menenai zakat, yaitu Astra International Tbk dan Alam Sutera Realty Tbk, sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 hanya satu perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai zakat yaitu Astra International Tbk. Hal ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian pada aktivitas zakat meskipun sahamnya telah terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII). Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) seharusnya lebih memperhatikan pelaksanaan aktivitas zakat oleh perusahaan karena merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang besar dan sahamnya masuk dalam index syariah yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Item pengungkapan selanjutnya adalah pengungkapan mengenai kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang. Pengungkapan pada informasi ini cukup baik dan menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 hanya tiga perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi tersebut yaitu AKR Corporindo Tbk, Jasa Marga (Persero) Tbk, Lippo Karawaci Tbk. Pada tahun 2012 hanya satu perusahaan yang tidak mengungkapkan yaitu Lippo Karawaci Tbk dan pada tahun 2013 semua perusahaan telah mengungkapkan informasi tersebut. Pengungkapan
88
mengenai kebijakan atas keterlambatan pembayaan piutang kebanyakan diungkapkan perusahaan pada informasi mengenai risiko kredit. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya PSAK 50. Pada PSAK 50 disebutkan bahwa perusahaan harus mengungkapkan mengenai risiko-risiko yang melekat pada kegiatan usaha perusahaan, salah satunya adalah risiko kredit (Raditya, 2012). Maka dari itu skor pengungkapan mengenai kebijakan atas keterlambatan piutang menjadi tinggi Pada informasi mengenai pernyataan nilai tambah, setiap tahunnya terdapat tujuh hingga delapan perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi tersebut. Pernyataan nilai tambah kebanyakan diungkapkan pada bagian visi misi perusahaan, laporan Dewan Komisaris atau Dewan Direksi, atau pada bagian nilai-nilai perusahaan. Sedangkan pada informasi mengenai pajak seluruh perusahaan telah mengungkapkan informasi tersebut setiap tahunnya. Hal ini berarti seluruh perusahaan telah taat melaksanakan kewajiban membayar pajak. 2. Tema Produk dan Jasa Pada informasi mengenai produk ramah lingkungan setiap tahunnya terdapat lima hingga tujuh perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi tersebut. Pada informasi mengenai kehalalan produk, perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut dapat dibilang sedikit. Hal ini dikarenakan keberagaman jenis produk pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, telekomunikasi, properti, dan media tidak perlu mengungkapkan mengenai kehalalan produk, tetapi perusahaanperusahaan yang memiliki produk berupa barang konsumsi atau makanan dan minuman telah mengungkapkan informasi mengenai kehalalan produk pada
89
laporan tahunan mereka. Hal ini dapat memberikan dampak positif bagi para pemangku kepentingan Muslim khususnya konsumen Muslim, karena dapat mengetahui komitmen perusahaan pada kehalalan suatu produk yang diproduksi. Item pengungkapan selanjutnya adalah informasi mengenai kualitas produk dan pelayanan atas keluhan konsumen. Secara keseluruhan pengungkapan mengenai kualitas produk sangat baik, karena tentunya setiap perusahaan akan mengungkapkan kualitas produknya pada seluruh pemangku kepentingan. Pengungkapan informasi mengenai pelayanan atas keluhan konsumen juga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 terdapat sembilan perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi tersebut, pada tahun 2012 berkurang menjadi enam perusahaan dan pada tahun 2013 berkurang menjadi lima perusahaan. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan JII semakin peduli terhadap kebutuhan konsumen dan dalam menanggapi keluhan konsumen. 3. Tema karyawan Pada item pengungkapan mengenai jam kerja dan libur karyawan, sangat sedikit perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap karyawan, tetapi seharusnya terdapat informasi mengenai jam kerja dan libur karyawan karena hal itu menunjukkan bahwa perusahaan memberikan perhatian pada jam kerja kerja karyawan agar tidak ada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja seharusnya ataupun sebaliknya. Sedangkan informasi mengenai tunjangan karyawan dan pengembangan sumber daya manusia telah diungkapkan dengan baik. Hampir seluruh perusahaan mengungkapkan informasi mengenai
90
tunjangan untuk karyawan, hanya satu perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi mengenai tunjangan karyawan pada tahun 2011 yaitu Lippo Karawaci Tbk, dan satu perusahaan pada tahun 2013 yaitu Sentul City Tbk. Begitu pula dengan informasi mengenai pengembangan sumber daya manusia. Hanya satu perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi tersebut pada tahun 2011 yaitu Sentul City Tbk. Item pengungkapan selanjutnya adalah informasi mengenai kesetaraan hak karyawan. Pengungkapan mengenai informasi ini selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 terdapat 10 perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 12 perusahaan, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 16 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya perusahaan semakin peduli pada pengungkapan mengenai kesetaraan hak karyawan. Pada
informasi
mengenai
keterlibatan
karyawan
dalam
diskusi
manajemen, kebanyakan diungkapkan oleh perusahaan yang mengedepankan untuk mempersiapkan calon penerus pemimpin perusahaan, sehingga terdapat hubungan yang erat melalui diskusi antar karyawan. Selain itu informasi ini juga diungkapkan oleh perusahaan yang para karyawannya memiliki organisasi serikat pekerja untuk menyalurkan aspirasi mereka dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Pada tahun 2011, terdapat 12 perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut. Pada tahun 2012 dan 2013 meningkat menjadi 15 perusahaan. Pengungkapan informasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Pengungkapan pada informasi
91
tersebut dilakukan oleh 15 perusahaan pada tahun 2011 dan 2012, dan meningkat menjadi 17 perusahaan pada tahun 2013. Sedangkan pengungkapan informasi mengenai lingkungan kerja juga menunjukkan hal yang serupa. Pada tahun 2011 terdapat 12 perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut pada laporan tahunan perusahan dan meningkat menjadi 18 perusahaan pada tahun 2012 dan tahun 2013. Informasi mengenai karyawan dari kelompok khusus hanya diungkapkan dengan informasi karyawan dari kelompok khusus (cacat), dan pengungkapan informasi pada item ini sangat sedikit dilakukan oleh perusahaan. Pada tahun 2011 hanya satu perusahaan yang mengungkapkan tentang rekrutmen tenaga kerja tanpa memandang latar belakang termasuk cacat. Pada tahun 2012 dan 2013 meningkat menjadi dua perusahaan. Kedua perusahaan tersebut adalah Aneka Tambang (Persero) Tbk, Astra International Tbk. Menetapkan persyaratan khusus untuk calon karyawan adalah hak setiap perusahaan, tetapi akan lebih baik jika tetap memberikan kesempatan pada karyawan dari kelompok khusus ini dengan tetap mempertimbangkan kecakapan dan posisi pekerjaan yang akan ditempati oleh calon pegawai tersebut. Item pengungkapan selanjutnya adalah informasi mengenai kegiatan ibadah bersama antara jajaran manajer keatas dengan para karyawan. Pengungkapan mengenai informasi ini sangat sedikit diungkapkan oleh perusahaan-perusahaan. Pengungkapan mengenai item ini dapat berupa informasi seperti doa bersama, kegiatan safari ramadhan, peringatan hari raya keagamaan seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, silaturrahim ke rumah para karyawan,
92
halal bi halal, forum keagamaan, dan lain-lain. Pada tahun 2011 hanya tiga perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai kegiatan ini. Pada tahun 2012 dua perusahaan, dan pada tahun 2013 empat perusahaan. Pada item pengungkapan diperbolehkannya karyawan muslim melakukan ibadah juga menunjukkan pengungkapan yang sangat sedikit. Pada tahun 2011 tidak ada sama sekali perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut. Pada tahun 2012 dua perusahaan dan pada tahun 2013 tiga perusahaan. Pengungkapan pada item ini kebanyakan diungkapkan berupa informasi diperbolehkannya karyawan melaksanakan ibadah haji, ziarah, ibadah keagamaan, dan kegiatan baca Al Quran. Perusahaan yang memiliki saham syariah diharapkan mengungkapkan informasi mengenai diperbolehkannya karyawan melakukan ibadah. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, sehingga para karyawan perusahaan juga mayoritas beragama Islam. Shalat lima waktu adalah ibadah wajib yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam setiap hari, begitu pula dengan para karyawan. Tentunya ibadah shalat dapat dilakukan karyawan di tempat kerjanya, sehingga pengungkapan informasi mengenai diperbolehkannya karyawan melakukan ibadah menjadi penting untuk dilakukan, begitu pula dengan ibadah wajib lainnya seperti puasa dan membayar zakat. Pada item pengungkapan tempat beribadah yang memadai juga menunjukkan pengungkapan yang sangat sedikit. Pada tahun 2011 dan 2012 hanya satu perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut dan tiga perusahaan pada tahun 2013. Sebagaimana item pengungkapan diperbolehkannya
93
karyawan melakukan ibadah, informasi mengenai tempat ibadah yang memadai juga menjadi penting karena dua hal tersebut saling berkaitan. Pengungkapan yang tinggi terdapat pada item pengungkapan tentang gaji karyawan. Hampir seluruh perusahaan mengungkapkan mengenai informasi ini. Hal ini disebabkan karena gaji merupakan instrumen utama dalam pemenuhan kesejahteraan karyawan. Item pengungkapan terakhir pada tema karyawan adalah informasi mengenai kepedulian terhadap kebutuhan karyawan wanita terkait kehamilan dan masa-masa setelah kehamilan. Perusahaan yang mengungkapkan informasi pada tema ini dapat dikatakan masih sedikit, tetapi menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 terdapat empat perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut pada laporan tahunannya, lima perusahaan pada tahun 2012, dan delapan perusahaan pada tahun 2013. Hal ini berarti setiap tahunnya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di JII semakin peduli pada kebutuhan karyawan wanita. Karyawan wanita memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang dalam hal ini adalah kehamilan dan masa-masa setelah kehamilan, maka dari itu perhatian khusus untuk karyawan wanita patut diberikan sebagai bentuk kepedulian terhadap kebutuhan karyawan dan pemenuhan hak karyawan wanita. 4. Tema Masyarakat Item pengungkapan pertama pada tema masyarakat adalah informasi mengenai kegiatan amal/ kegiatan sosial/ shadaqah perusahaan. Pada tahun 2011 hanya tiga perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi tersebut. Pada tahun 2012 terdapat enam perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi tersebut,
94
tetapi seluruh perusahaan mengungkapkan informasi tersebut pada tahun 2013. Pada pengungkapan mengenai wakaf, sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 hanya terdapat dua kali pengungkapan mengenai wakaf. Sebenarnya telah banyak kegiatan pembangunan sarana dan prasana umum yang dilakukan oleh perusahaan sejak tahun 2011 hingga tahun 2013, tetapi tidak ada keterangan mengenai wakaf pada laporan tahunan mereka. Hal ini berarti sebenarnya kegiatan wakaf merupakan kegiatan potensial yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan. Item pengungkapan selanjutnya adalah informasi mengenai pinjaman untuk kebaikan. Pada tahun 2011 terdapat satu perusahaan yang mengungkapkan informasi ini, pada tahun 2012 lima perusahaan, dan sepuluh perusahaan pada tahun 2013. Pada item pengungkapan mengenai kegiatan sukarela karyawan, terdapat empat perusahaan yang mengungkapkan infomasi ini pada tahun 2011 dan 2012, dan lima perusahaan pada tahun 2013. Hal ini berarti belum banyak perusahaan yang memberikan pinjaman untuk kebaikan kepada masyarakat dan perusahaan yang melaksanakan kegiatan sukarela karyawan. Perusahaan
yang mengungkapkan informasi
mengenai
pemberian
beasiswa kuliah berjumlah 13 perusahaan pada tahun 2011 dan 2012, dan meningkat menjadi 18 perusahaan pada tahun 2013. Informasi mengenai perekrutan lulusan atau penduduk sekitar diungkapkan oleh 12 perusahaan pada tahun 2011, dan 16 perusahaan pada tahun 2012 dan 2013. Pada item pengungkapan mengenai pembangunan tunas muda atau kader masyarakat mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu 10 perusahaan pada tahun 2011, 13 perusahaan pada tahun 2012, dan 14 perusahaan pada tahun 2013. Sedangkan
95
pada item pengungkapan mengenai peningkatan kualitas hidup masyarakat, jumlah perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut sama setiap tahunnya yaitu 19 perusahaan, tetapi perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan tersebut setiap tahunnya berbeda. Hal ini berarti peningkatan kualitas hidup perusahaan sudah menjadi perhatian bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII). Item pengungkapan selanjutnya pada tema masyarakat adalah informasi mengenai kepedulian terhadap anak-anak dan ibu hamil. Informasi ini diungkapkan oleh sepuluh perusahaan pada tahun 2011, 15 perusahaan pada tahun 2012, dan 17 perusahaan pada tahun 2013. Pada item pengungkapan tentang mensponsori kegiatan kesehatan masyarakat/ proyek rekreasi/ olahraga/ budaya, informasi tersebut diungkapkan oleh 20 perusahaan pada tahun 2011 dan 2012, dan 21 perusahaan pada tahun 2013. Hal ini berarti setiap tahunnya semakin banyak perusahaan JII yang peduli pada anak-anak dan ibu hamil di Indonesia, selain itu kegiatan mensponsori kegiatan masyarakat juga telah banyak dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan memberikan sponsor pada kegiatan masyarakat dapat memfasilitasi perusahaan untuk menyalurkan dampak positif yang akan meningkatkan nilai perusahaan di mata masyarakat. Item pengungkapan terakhir pada tema masyarakat adalah mensponsori kegiatan ramadhan/ kegiatan Islami. Pada tahun 2011, informasi ini diungkapkan oleh 11 perusahaan, 13 perusahaan pada tahun 2012, dan 10 perusahaan pada tahun 2013. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan JII telah memberikan perhatian pada kegiatan Islami. Hal ini dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan
96
karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata masyarakat. 5. Tema Lingkungan Item pengungkapan pertama pada tema lingkungan adalah informasi mengenai konservasi lingkungan. Pada tahun 2011 hanya empat perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi pada item ini. Pada tahun 2012 berkurang menjadi tiga perusahaan, dan pada tahun 2013 hanya satu perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi mengenai konservasi lingkungan hidup. Selanjutnya adalah pengungkapan informasi mengenai kegiatan yang tidak membuat polusi lingkungan hidup. pada item ini pengungkapan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 terdapat 16 perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai item ini. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 17 perusahaan, dan 20 perusahaan pada tahun 2013. Hal ini perusahaan-perusahaan JII semakin peduli mengenai konservasi lingkungan hidup dan kegiatan yang tidak menyebabkan polusi lingkungan. Item pengungkapan selanjutnya adalah informasi mengenai pendidikan mengenai lingkungan. pada tahun 2011, terdapat 11 perusahaan yang mengungkapkan informasi ini. Pada tahun 2012 menurun menjadi 9 perusahaan, dan pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi 12 perusahaan. Penurunan ini dapat disebabkan terbatasnya dana yang dialokasikan untuk program pendidikan tentang lingkungan hidup, karena berdasarkan hasil analisis pada laporan tahunan, beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa kondisi perekonomian yang menurun mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
97
Selanjutnya adalah informasi mengenai audit lingkungan/ pernyataan verifikasi independen atau penghargaan/ sertifikasi dari lembaga. Pada tahun 2011, terdapat 11 perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai item ini. Pada tahun 2012 terdapat 13 perusahaan, dan pada tahun 2013 sebanyak 15 perusahaan. Ini menunjukkan setiap tahunnya terdapat perusahaan yang mendapatkan sertifikat dari lembaga tertentu atas kepedulian perusahaan pada lingkungan tersebut. Salah satu contoh sertifikasi di bidang lingkungan yang dimiliki oleh perusahaan adalah Penghargaan Penilaian Peringkat Kerja Perusahaan
dalam
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(PROPER).
Item
pengungkapan terakhir pada tema lingkungan adalah informasi mengenai sistem manajemen
lingkungan.
Pada
tema
ini
terdapat
15
perusahaan
yang
mengungkapkan informasi mengenai sistem manajemen lingkungan pada tahun 2011, 17 perusahaan pada tahun 2012, dan 18 perusahaan pada tahun 2013. Pengungkapan mengenai manajemen lingkungan oleh perusahaan dapat dilihat melalui penjelasan perusahaan mengenai tata cara perusahaan menjaga operasional perusaahan agar tidak menyebabkan kerusakan lingkungan, atau dapat ditandai dengan kepemilikan sertifikasi ISO 14001 Sistem Manajamen Lingkungan. Kondisi ini menunjukkan hal yang baik, karena berarti setiap tahunnya perusahaan-perusahaan JII semakin memperhatikan sistem manajemen lingkungan pada perusahaannya. 6. Tema Tata Kelola Perusahaan Item pengungkapan yang pertama pada tema tata kelola perusahaan adalah informasi mengenai status kepatuhan syariah. Penelitian ini dilaksanakan terhadap
98
perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) dengan indeks pengungkapan ISR yang mengacu pada penelitian Othman dkk (2009), sehingga pengungkapan pada item ini menjadi sangat minim. Sejak tahun 2011 hingga tahun 2013, hanya satu perusahaan yang pernah mengungkapkan informasi ini. Perusahaan tersebut adalah Indofood Sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk mengungkapkan tentang syarat pada salah satu transaksi keuangannya yaitu sukuk, syarat tersebut menyebutkan bahwa perusahaan tidak boleh terlibat pada kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah. Hal ini sudah cukup bisa dijadikan penilaian pada item pengungkapan status kepatuhan syariah. Item pengungkapan selanjutnya adalah informasi mengenai tujuan perusahaan untuk mencapai barokah/ kesejahteraan bangsa/ sejalan dengan tujuan pemerintah. Pada tahun 2011 hingga tahun 2013, terdapat 15 perusahaan yang mengungkapkan informasi ini, tetapi perusahaan yang mengungkapkan informasi tersebut setiap tahunnya tidak sama. Selanjutnya adalah informasi mengenai rincian nama dan profil dewan direksi. Seluruh perusahaan telah mengungkapkan informasi ini pada laporan tahunannya sejak tahun 2011 hingga tahun 2013. Begitu pula dengan informasi mengenai struktur kepemilikan saham. Seluruh perusahaan juga telah mengungkapkan informasi ini pada laporan tahunannya sejak tahun 2011 hingga tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh peratuan OJK (dahulu BAPEPAM-LK) Nomor X.K.6, yang mewajibkan pengungkapan mengenai struktur kepemilikan saham dan profil Dewan Direksi.
99
Pada pengungkapan informasi mengenai aktivitas yang dilarang, pada tahun 2011 terdapat 9 perusahaan yang mengungkapkan informasi ini. Pada tahun 2012 dan 2013 berjumlah 15 perusahaan. Informasi mengenai aktivitas yang dilarang ini diungkapkan perusahaan melalui pernyataan bahwa perusahaan tidak melakukan monopoli,
pencegahan
insider
trading, dan kebijakan atas
penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan. Pada informasi mengenai kebijakan anti korupsi atau gratifikasi, setiap tahunnya perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai item ini juga semakin bertambah. Pada tahun 2011 terdapat delapan perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai kebijakan anti korupsi dan gratifikasi, pada tahun 2012 meningkat menjadi 11 perusahaan, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 14 perusahaan. Pada item pengungkapan mengenai audit internal ataupun eksternal seluruh perusahaan sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 telah mengungkapkan informasi tersebut. Hal ini dikarenakan keberadaan dewan audit pada perusahaan merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan terbuka. Kewajiban tersebut diatur dalam Peraturan Pasar Modal Nomor: IX.I.5 perihal Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Item pengungkapan yang terakhir pada tema tata kelola perusahaan adalah informasi mengenai ketaatan hukum/ kepemilikan dokumen-dokumen hukum/ pencegahan tindakan kriminal. Pada tahun 2011, informasi ini diungkapkan oleh 19 perusahaan, 21 perusahaan pada tahun 2012, dan 20 perusahaan pada tahun 2013. Pengungkapan tersebut dilakukan perusahaan dengan mengungkapkan informasi mengenai metode perusahaan untuk pencegahan tindak kriminal atau
100
pelaporan kecurigaan atau informasi mengenai bahwa perusahaan telah mentaati seluruh ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. 4.2 Analisis Hasil Penelitian dan Pembuktian Hipotesis 4.2.1 Uji Hausman Penelitian ini menggunakan data panel dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Eviews. Maka dari itu uji hausman perlu dilakukan untuk memilih pendekatan yang paling sesuai untuk model regresi (Gujarati, 2003). Berikut ini adalah hipotesis pada uji hausmen: H0
= Random Effect Model (REM)
H1
= Fixed Effect Model (FEM) Kriteria penolakan H0 adalah H0 ditolak apabila nilai p-value < α, atau
signifikan pada α = 5%. Tabel 4.3 Uji Hausmen Hausman test for fixed versus random effects chi-sqr(3) = p-value =
6.3392019 0.0962243
Sumber : lampiran 7, hasil olah Eviews Berdasarkan hasil uji hausmen pada tabel 4.3 nilai p-value > alfa atau tidak signifikan pada α = 5%. Jadi model regresi yang dipilih adalah Random Effect Model (REM).
101
4.2.2 Hasil Regresi Analisis regresi linier berganda merupakan model analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting pada penelitian ini. Berdasarkan uji hausmen yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, model yang digunakan adalah Random Effect Model (REM), sehingga persamaan regresi dan hasil regresi yang diinterpretasikan adalah hasil estimasi Random Effect Model (REM). Tabel 4.4 Hasil Estimasi REM Variable Coefficient Standar Eror t Statistik C -90.01304 35.08193 -2.565795 X1? 9.200027 2.647498 3.474990 X2? 15.88550 5.081576 3.126098 X3? -0.229852 0.447782 -0.513312 Sumber : lampiran 7, hasil olah Eviews (data telah diolah) Berdasarkan tabel 4.4, persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Yit = αi + βi X1it + β2 X2it + β3 X3it + wit Y(ISR) it = αi + 9,200027 TA it + 15,88550 ROA it - 0,229852 Dir it + wit Penjelasan dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut: a. αi diperlakukan sebagai fixed, diasumsikan bahwa konstanta adalah variabel acak dengan nilai rata-rata α b. Koefisien regresi X1 sebesar 9,200027 berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1% dari ukuran perusahaan maka akan meningkatkan skor ISR sebesar 9,200027%. Begitu pula sebaliknya setiap penurunan 1% dari
102
ukuran perusahaan maka akan menurunkan skor ISR sebesar 9,200027% dengan asumsi bahwa variabel yang lain adalah konstan. c. Koefisien regresi X2 sebesar 15,88550 berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1% dari profitabilitas maka akan meningkatkan skor ISR sebesar 15,88550%. Begitu pula sebaliknya setiap penurunan 1% dari profitabilitas maka akan menurunkan skor ISR sebesar 15,88550% dengan asumsi bahwa variabel yang lain adalah konstan. d. Koefisien regresi X3 sebesar 0,229852 berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1% dari ukuran dewan direksi maka akan meningkatkan skor ISR sebesar 0,229852%. Begitu pula sebaliknya setiap penurunan 1% dari ukuran dewan direksi maka akan menurunkan skor ISR sebesar 0,229852% dengan asumsi bahwa variabel yang lain adalah konstan. e. wit adalah error term yang terdiri dari ei dan uit. ei adalah cross-section (random) error component sedangkat uit adalah combined error component. f. Variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap skor ISR adalah ukuran perusahaan dan profitabilitas. Berdasarkan nilai beta (β) variabel profitabilitas memiliki pengaruh lebih dominan daripada variabel ukuran perusahaan karena nilai beta (β) nya lebih besar. 4.2.3 Uji Normalitas Uji normalitas hanya digunakan jika jumlah observasi adalah kurang dari 30, untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal (Ajija dkk, 2011: 42). Pada penelitian ini jumlah observasi panel adalah lebih dari 30, yaitu
103
sebanyak 63, maka tidak perlu dilakukan uji normalitas. Sebab, distribusi sampling eror term telah mendekati normal. 4.2.3 Uji Multikolinearitas Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8, maka terjadi multikolinearitas (Ajija dkk, 2011: 35). Berikut ini adalah koefisien masing-masing variabel bebas Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas X1
X2
X3
X1 1 X2 -0,78074 1 X3 -0,07814 0,276751 1 Sumber: Lampiran 7, hasil analisis excel (data telah diolah) Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa nilai koefisien masingmasing variabel bebas tidak ada yang lebih dari 0,8, maka dari itu tidak terjadi multikolinearitas. 4.2.4 Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana semua gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak memiliki varians yang sama, sedangkan autokorelasi menunjukkan korelasi di antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang (Ajija dkk, 2011: 36). Uji heteroskedastisitas dan autokorelasi hanya dilakukan ketika menggunakan estimasi fix effect model (FEM) dan pooled least square (PLS). Apabila estimasi
104
menggunakan random effect model (REM), tidak perlu dilakukan uji heteroskedastisitas dan autokorelasi karena telah menggunakan general least square dalam estimasinya (Suwardi Akbar, 2012). Pada random effect model (REM) individual error components tidak berkorelasi dengan individu lainnya dan tidak ada autocorrelated accros individu (unit) antara cross-section dan time series Gujarati (2003) dalam Suwardi Akbar (2012). Jadi uji heteroskedastisitas dan autokorelasi tidak perlu dilakukan. 4.2.5 Analisis Koefisien Determinasi Berganda (R2) Koefisien determinasi berganda bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini hasil dari koefisien determinasi berganda ditunjukkan oleh tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Berganda (R2) GLS Transformed Regression R-squared 0.465980 Mean dependent var 31.52381 Adjusted R-squared 0.438827 S.D. dependent var 5.050893 S.E. of regression 3.783700 Sum squared resid 844.6666 Durbin-Watson stat 1.580737 Sumber : lampiran 7, hasil olah Eviews (data telah diolah) Berdasarkan tabel 4.6 nilai R-squared sebesar 0,465980 atau 47%. Hal ini berarti variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi dapat menjelaskan variabel dependen yaitu indeks pengungkapan
105
Islamic Social Reporting sebesar 47%, sehingga sisanya sebesar 53% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 4.2.6 Uji F Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Perhitungan pada uji F dapat dilakukan menggunakan rumus berikut ini: R2 F=
K (1-R2) (n-k-1)
Dimana: R2 = korelasi ganda yang telah ditemukan n = banyaknya sampel k = jumlah variabel independen F = F statistik
= = = =
0,465980 63 3 0,00493
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui nilai F adalah sebesar 0,00493 yang berarti lebih kecil dari F hitung yang sebesar 3,15 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen (ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi) tidak memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen yaitu indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. 4.2.7 Uji t Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Adanya pengaruh secara parsial dapat diketahui dengan nilai signifikansi yang kurang dari 0,05. dan membandingkan antara t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel maka variabel independen memiliki
106
pengaruh signifikan secara parsial terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Berikut ini adalah hipotesis dalam uji t: H0
=
Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan
direksi tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap indeks pengungkapan ISR H1 direksi
=
memiliki
Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan pengaruh
signifikan
secara
parsial
terhadap
indeks
pengungkapan ISR Berikut ini adalah hasil perhitungan t hitung dan t tabel pada penelitian ini: Tabel 4.7 Uji t Variabel t hitung t tabel Signifikansi Interpretasi Independen 3,474990 2,0003 0,0010 Signifikansi Ukuran < 0,05 Perusahaan Signifikansi Profitabilitas 3,126098 2,0003 0,0027 < 0,05 0,513312 2,0003 0,6096 Signifikansi Ukuran >0,05 Dewan Direksi Sumber : lampiran 7, hasil olah Eviews (data telah diolah)
Keterangan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan, dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan nilai signifikansi yang kurang dari 0,05, sedangkan variabel ukuran dewan direksi tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel dan nilai signifikansi yang lebih dari 0,05.
107
4.3 Pembahasan 4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Secara Parsial Terhadap Indeks Pengungkapan Islamic Social Reporting Berdasarkan hasil uji t pada pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa secara parsial ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Nilai positif pada koefisien ukuran perusahaan menunjukkan hubungan searah antara ukuran perusahaan dengan indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Hal ini berarti ketika ukuran perusahaan meningkat atau semakin besar maka skor pengungkapan Islamic Social Reporting juga akan meningkat. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Othman dkk (2009), Dewi (2012), dan Raditya (2012) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting. Tabel 4.8 adalah statistik deskriptif dari variabel dependen dan X1 yang dapat digunakan sebagai penjelasan asumsi pengaruh X1 terhadap Y. Pada nilai rata-rata dapat diasumsikan bahwa pada observasi dengan nilai X1 yaitu ukuran perusahaan diatas rata-rata X1 maka nilai Y yaitu tingkat pengungkapan ISR juga akan diatas nilai rata-rata Y. Nilai median juga dapat diasumsikan bahwa observasi dengan nilai X1 yaitu ukuran perusahaan diatas median X1 maka nilai Y yaitu tingkat pengungkapan ISR juga akan diatas median Y.
108
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif X1 Y
X1
Mean 29,68254 Mean 13,08926 Standard Error 0,759586 Standard Error 0,106333 Median 31 Median 13,16534 Minimum 17 Minimum 10,2589 Maximum 40 Maximum 14,7301 Sum 1870 Sum 824,6233 Count 63 Count 63 Sumber : Lampiran 7, Hasil olah Excel (data telah diolah) Berdasarkan nilai rata-rata, terdapat 36 observasi yang memiliki nilai X1 diatas rata-rata X1, dan 23 diantaranya atau sebesar 63% memiliki nilai Y diatas nilai rata-rata Y pula. Sedangkan pada nilai median, terdapat 31 observasi yang memiliki nilai X1 diatas median X1, dan 20 diantaranya atau sebesar 64% memiliki nilai Y diatas nilai median Y pula. Penjelasan mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan ISR juga dapat dilihat melalui nilai minimum dan maksimum pada variabel X1. Pada observasi yang memiliki nilai X1 maksimum, nilai Y nya sebesar 28, sedangkan pada observasi dengan nilai X1 minimum, nilai Y nya sebesar 24. Jadi nilai Y pada X1 maksimum lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai Y pada X1 minimum. Hal ini berarti benar bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Berdasarkan lampiran 6, dapat diketahui bahwa setiap tahunnya ketika X1 mengalami peningkatan, nilai Y juga mengalami peningkatan pada masingmasing observasi setiap tahunnya. Pada 63 observasi dalam penelitian ini, terdapat 47 observasi yang menunjukkan pola ini. Hal ini berarti benar bahwa koefisien
109
ukuran perusahaan menunjukkan hubungan positif atau searah antara ukuran perusahaan dengan indeks pengungkapan Islamic Social Reporting, sehingga ketika ukuran perusahaan meningkat atau semakin besar maka skor pengungkapan Islamic Social Reporting juga akan meningkat. Selain itu pembahasan mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting juga dapat dibuktikan melalui penjelasan berikut ini. Berdasarkan tabel 4.9 dapat terlihat bahwa nilai Y pada empat perusahaan tertinggi lebih besar daripada 4 perusahaan terendah. Jadi benar bahwa pada ukuran perusahaan yang lebih besar akan mempengaruhi tingginya indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Tabel 4.9 Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan Tertinggi Dan Terendah No. Perusahaan X1 Tertinggi
Y
No. Perusahaan X1 Terendah
Y
1.
INDF 2011
14,7301
28 1.
INTP 2011
10,2589
24
2.
ASII 2013
14,3304
35 2.
INTP 2012
10,3571
29
3.
ASII 2012
14,2607
34 3.
INTP 2013
10,425
31
4.
ASII 2011
14,1884
34 4.
TLKM 2012 11,0468
33
Sumber : lampiran 6 (data telah diolah) Pada laporan tahunan perusahaan, dapat dibandingkan pengungkapan perusahaan dengan ukuran lebih besar dengan perusahaan dengan ukuran perusahaan lebih kecil. Salah satu contoh perusahaan dengan ukuran perusahaan terbesar dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran perusahaan terkecil yaitu Astra International Tbk dengan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2012.
110
Tabel 4.10 Skor ISR Astra International Tbk dan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Tema A B C D E F Total
Astra International Indocement Tunggal Tbk Prakarsa Tbk 6 5 3 3 9 7 7 4 4 5 5 5 34 29 Sumber : lampiran 4 (data telah diolah)
Skor Maksimal 6 4 14 11 5 8 48
Berdasarkan tabel 4.10, dapat terlihat bahwa Astra International Tbk mengungkapkan lebih banyak informasi daripada Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Informasi-informasi yang tidak diungkapkan oleh Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada indeks ISR diantaranya adalah informasi zakat, kesetaraan hak antara karyawan, karyawan dari kelompok khusus, tempat beribadah yang memadai bagi karyawan, pemberian beasiswa sekolah, pengembangan atau pembangunan tunas muda, kepedulian terhadap anak-anak/ ibu hamil, mensponsori kegiatan ramadhan/ kegiatan Islami, tujuan perusahaan untuk mencapai barokah/ kesejahteraan bangsa, sehingga skor ISR nya menjadi lebih kecil. Penjelasan diatas membuktikan bahwa perusahaan yang berukuran besar mengungkapkan informasi yang lebih banyak karena ukuran perusahaan yang besar berarti tanggung jawab yang besar pula terhadap kesejahteraan para pemangku kepentingan dan lingkungan sehingga membutuhkan pengungkapan yang lebih lengkap dan lebih luas. Selain itu perusahaan yang lebih besar memiliki lebih banyak sumber daya keuangan, fasilitas, dan sumber daya manusia
111
untuk mengungkapkan lebih banyak Islamic Social Reporting, mereka akan mengungkapkan lebih banyak informasi meskipun dengan tidak adanya standar atau petunjuk yang bisa diikuti (Othman dkk, 2009). 4.3.2 Pengaruh Profitabilitas Secara Parsial Terhadap Indeks Pengungkapan Islamic Social Reporting Berdasarkan hasil uji t pada pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa secara parsial profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Nilai positif pada koefisien profitabilitas menunjukkan hubungan searah antara profitabilitas dengan indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Hal ini berarti ketika profitabilitas meningkat atau semakin besar maka skor pengungkapan Islamic Social Reporting juga akan meningkat. Hasil tersebut konsisten dengan hasil penelitian Othman dkk (2009), Rouf Md (2011), Dewi (2012), Raditya (2012) yang mengungkapkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan sosial perusahaan. Tabel 4.11 Statistik Deskriptif X2 Y X2 Mean 29,68254 Mean 23,12934 Standard Standard Error 0,759586 Error 9,030172 Median 31 Median 0,167626 Minimum 17 Minimum 0,006003 Maximum 40 Maximum 274,2057 Sum 1870 Sum 1457,149 Count 63 Count 63 Sumber : Lampiran 7, Hasil olah Excel (data telah diolah)
112
Tabel 4.11 adalah statistik deskriptif dari variabel dependen dan X2 yang dapat digunakan sebagai penejelasan asumsi pengaruh X2 terhadap Y. Pada nilai rata-rata dapat diasumsikan bahwa pada observasi dengan nilai X2 yaitu profitabilitas diatas nilai rata-rata X2 maka nilai Y yaitu tingkat pengungkapan ISR juga akan diatas nilai rata-rata Y. Nilai median juga dapat diasumsikan bahwa observasi dengan nilai X2 yaitu profitabilitas diatas median X2 maka nilai Y yaitu tingkat pengungkapan ISR juga akan diatas nilai median Y. Tetapi pada variabel profitabilitas, terdapat kesenjangan yang besar pada nilai profitabilitas masingmasing observasi, sehingga nilai rata-rata kurang dapat menjelaskan asumsi mengenai hubungan rata-rata nilai X2 dengan rata-rata nilai Y. Jadi nilai median yang akan digunakan untuk membuktikan asumsi mengenai hubungan nilai median X2 dan nilai median Y tersebut. Berdasarkan nilai median, terdapat 28 observasi yang memiliki nilai X2 diatas nilai median X2, dan 14 diantaranya atau sebesar 50% memiliki nilai Y diatas nilai median Y pula. Selain itu pada observasi dengan nilai X2 maksimum, nilai Y nya sebesar 29, sedangkan pada observasi dengan nilai X2 minimum, nilai Y nya sebesar 21. Dengan kata lain nilai Y pada X2 maksimum lebih besar apabilai dibandingkan dengan nilai Y pada X2 minimum. Hal ini berarti benar bahwa profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Berdasarkan lampiran 6, dapat diketahui bahwa setiap tahunnya ketika X2 mengalami peningkatan, nilai Y juga mengalami peningkatan pada masingmasing observasi setiap tahunnya. Pada 63 observasi pada penelitian ini, terdapat
113
23 observasi yang menunjukkan pola ini. Hal ini berarti benar bahwa koefisien profitabilitas menunjukkan hubungan positif/ searah antara profitabilitas dengan indeks pengungkapan Islamic Social Reporting, sehingga ketika profitabilitas meningkat atau semakin besar maka skor pengungkapan Islamic Social Reporting juga akan meningkat. Selain itu pembahasan mengenai pengaruh profitabilitas terhadap terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting juga dapat dilihat pada penjelasan berikut ini. Tabel 4.12 Perusahaan Dengan Profitabilitas Tertinggi Dan Terendah No. Perusahaan X2 Tertinggi
Y
No. Perusahaan X2 Terendah
Y
1.
INTP 2012
274,206
29 1.
BKSL 2013
0,006
21
2.
INTP 2011
259,388
24 2.
AKRA 2012
0,00687
22
3.
INTP 2013
247,873
31 3.
INDF 2011
0,01182
28
4.
SMGR 2012 236,556
37 4.
ANTM 2013 0,01926
35
Sumber : lampiran 6 (data telah diolah) Berdasarkan tabel 4.12 keseluruhan observasi dengan empat profitabilitas tertinggi memiliki nilai ISR lebih tinggi dari perusahaan dengan empat profitabilitas terendah. Jadi benar bahwa pada perusahaan dengan profitabilitas yang lebih besar akan mempengaruhi tingginya indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Pada laporan tahunan perusahaan, dapat dibandingkan pengungkapan perusahaan dengan profitabilitas lebih besar dengan perusahaan dengan profitabilitas lebih kecil. Contoh perusahaan dengan profitabilitas lima terbesar dibandingkan dengan perusahaan dengan profitabilitas lima terkecil yaitu
114
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013 dibandingkan dengan Sentul City Tbk pada tahun 2013. Tabel 4.13 Skor ISR Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan Sentul City Tbk Tema
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
A 5 B 2 C 7 D 6 E 5 F 6 Total 31 Sumber : lampiran 5 (data telah diolah)
Sentul City Tbk 1 2 4 7 4 3 21
Skor Maksimal 6 4 14 11 5 8 48
Berdasarkan tabel 4.13, Sentul City Tbk sangat minim dalam mengungkapkan informasi pada tema A yaitu tema keuangan dan pendanaan, tema C yaitu tema karyawan, tema F yaitu tata kelola perusahaan, sedangkan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menunjukkan skor yang lebih tinggi. Hal ini dapat membuktikan bahwa perusahaan yang lebih bisa menghasilkan laba akan mengungkapkan lebih banyak informasi apabila dibandingkan dengan perusahaan yang kurang bisa menghasilkan laba, karena profitabilitas yang tinggi akan menunjang perusahaan untuk memiliki aktivitas yang lebih banyak, misalnya melakukan investasi baru, meluncurkan produk baru, membuat program untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawan, dan lain-lain. Aktivitas yang lebih banyak membuat perusahaan mengungkapkan lebih banyak informasi pada laporan tahunannya. Jadi perusahaan dengan profitabilitas lebih tinggi akan memiliki skor ISR lebih tinggi pula.
115
4.3.3 Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Secara Parsial Terhadap Indeks Pengungkapan Islamic Social Reporting Berdasarkan hasil uji t pada pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa secara parsial ukuran dewan direksi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. Hal ini berarti nilai pada observasi tertentu ukuran dewan direksi bisa mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting, tetapi pada observasi lain ukuran dewan direksi dengan ukuran yang sama tidak mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting. Dengan demikian hasil tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian Othman dkk (2009), Siregar dan Bactiar (2010), Esa dan Ghazali (2012), tetapi konsisten dengan hasil penelitian Said Roshima dkk (2009) yang juga menemukan bahwa ukuran dewan direksi tidak memiliki pengaruh signifikan teradap pengungkapan laporan sosial perusahaan. Tabel 4.14 Statistik Deskriptif X3 Y X3 Mean 29,68254 Mean 6,809524 Standard Standard Error 0,759586 Error 0,205975 Median 31 Median 7 Minimum 17 Minimum 4 Maximum 40 Maximum 10 Sum 1870 Sum 429 Count 63 Count 63 Sumber : Lampiran 7, Hasil olah Excel (data telah diolah) Berdasarkan tabel 4.14 nilai median ukuran dewan direksi adalah 7, sehingga dengan melihat lampiran 6 terdapat 22 observasi yang ukuran dewan direksinya diatas 7 dan 30 observasi yang ukuran dewan direksinya dibawah 7.
116
Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa pada observasi dengan ukuran dewan direksi diatas 7, tidak selalu nilai skor ISR nya tinggi atau diatas nilai median. Begitu pula sebaliknya, pada gambar 4.3 dapat diketahui bahwa pada observasi dengan ukuran dewan direksi dibawah 7, tidak selalu nilai skor ISR nya rendah atau dibawah nilai median.
Sumber : Lampiran 6 (data telah diolah) Gambar 4.2 Nilai ISR pada Ukuran Dewan Direksi Diatas 7
Sumber : Lampiran 6 (data telah diolah) Gambar 4.3 Nilai ISR pada Ukuran Dewan Direksi Dibawah 7
117
Hal tersebut sebenarnya juga terjadi pada variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas, tetapi tingkat ketidaksesuaian pada variabel ukuran dewan direksi lebih besar. Pada variabel ukuran perusahaan terdapat 31 observasi dengan nilai X1 dibawah nilai median X1, tetapi 11 diantaranya atau sebesar 35% memiliki tingkat pengungkapan ISR diatas nilai median Y. Pada variabel profitabilitas terdapat 35 observasi yang memiliki nilai profitabilitas dibawah nilai median X2, tetapi 16 diantaranya atau sebesar 46% memiliki tingkat pengungkapan ISR diatas nilai median Y. Sedangkan pada variabel ukuran dewan direksi terdapat 30 observasi yang memiliki nilai X3 dibawah median, tetapi 14 diantaranya atau sebesar 47% memiliki tingkat pengungkapan ISR diatas nilai median Y. Dengan demikian tingkat ketidaksesuaian pada ukuran dewan direksi adalah yang paling besar. Pada nilai maksimum dan minimum variabel ukuran dewan direksi, juga memiliki perbedaan dengan variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas. Pada variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas nilai maksimum dan minimum hanya dimiliki oleh satu observasi, sedangkan pada variabel ukuran dewan direksi, nilai maksimum dimiliki oleh 3 observasi dan nilai minimum dimiliki oleh 4 observasi, sehingga kurang bisa menjelaskan hubungan searah pada nilai X3 maksimum Y juga maksimum, begitu pula dengan nilai minimum. Ukuran dewan direksi pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian dalam penelitian ini tidak banyak pengalami perubahan setiap tahunnya, sehingga ukuran dewan direksi tidak cukup bisa menjelaskan tingkat pengungkapan ISR. Variabel ukuran perusahaan memiliki 47 observasi yang menunjukkan hubungan
118
positif/ searah dengan tingkat pengungkapan ISR, variabel profitabilitas memiliki 23 observasi yang menunjukkan hubungan tersebut, sedangkan variabel ukuran dewan direksi hanya memiliki 17 observasi yang menunjukkan hubungan positif/ searah dengan tingkat pengungkapan ISR. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dibuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting.
119
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. 2. Profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. 3. Berdasarkan nilai beta (β) profitabilitas memiliki pengaruh lebih dominan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. 4. Ukuran dewan direksi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks pengungkapan Islamic Social Reporting. 5. Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi secara simultan
tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
indeks
pengungkapan Islamic Social Reporting. 5.2 Keterbatasan Penelitian Pada perusahaan yang bukan merupakan entitas syariah, pelaporannya secara komperehensif memungkinkan adanya pelaporan syariah di dalam laporan perusahaan khususnya laporan tahunan, karena perusahaan tersebut memiliki hak untuk mengungkapkan ataupun tidak mengungkapkan aktivitas syariah pada laporan perusahaannya. Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang menggambarkan kinerja saham syariah di Indonesia yang kriteria penentuan
119
120
saham-saham yang masuk JII adalah berdasarkan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kapitalisasi pasar, rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%; dan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. Karena perusahaan syariah hampir tidak ada di Bursa Efek Indonesia, maka penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) yang bukan merupakan perusahaan syariah sebagaimana Othman (2009). Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya terhadap entitas syariah di Indonesia. 5.3 Saran 1. Otoritas Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan diharapkan agar menerbitkan daftar saham yang terdiri dari entitas-entitas syariah. Langkah Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam dan LK) untuk mengembangkan pasar modal syariah di Indonesia dengan menerbitkan Jakarta Islamic Index sebenarnya adalah langkah yang sangat baik. Tetapi sosialiasi kepada perusahaan yang bersangkutan dapat dikatakan masih kurang. Sehingga kesadaran perusahaan mengenai index syariah masih kurang pula. Perusahaan terkesan kurang menyadari sorotan dari para pemangku kepentingan Muslim yang berharap bahwa perusahaan-perusahaan tersebut dapat melaksanakan aktivitas yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, termasuk dalam aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan.
121
2. Praktisi Bisnis dan Perusahaan yang Terdaftar dalam JII Perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan dan profitabilitas yang besar diharapkan mengungkapkan lebih banyak informasi bagi para pemangku kepentingan, khususnya perusahaan yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Perusahaan-perusahaan tersebut telah terdaftar dalam index syariah, sehingga diharapkan untuk lebih memperhatikan aspek-aspek syariah dalam aktivitas atau operasional perusahaan dan mengungkapkannya pada laporan tahunan perusahaan karena informasi tersebut dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan Muslim. 3. Akademisi Akademisi pada dimensi Perguruan Tinggi dapat melakukan kegiatan seperti diskusi berkala dengan Otoritas Jasa Keuangan dan perusahaanperusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index terkait hasil-hasil penelitian mahasiswa. Hasil-hasil penelitian para mahasiswa tersebut diharapkan dapat menjadi tambahan bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan dan untuk membuat aturan-aturan baru demi peningkatan perkembangan pasar modal syariah. 4. Penelitian selanjutnya Memperbanyak jumlah sampel dan memperpanjang periode penelitian. Selain itu juga mengembangkan indeks pengungkapan Islamic Social Reporting dengan memperhatikan kondisi di Indonesia, agar penelitian dan indeks ISR tersebut dapat lebih mencerminkan tanggung jawab sosial yang sesuai dengan prinsip syariah dan dapat diterapkan di Indonesia.
122
DAFTAR PUSTAKA Adyani, LR. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA). Skripsi. Semarang Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Ajija, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta. Salemba Empat. Al Quran digital. 2004. Al Quran digital. (aplikasi). (www.alquran-digital.com) Amran dan Devi. 2008. The Impact of Government and Foreign Affiliate Influence on Corporate Social Reporting The Case of Malaysia. Managerial Auditing Journal Vol. 23 No.4 pp. 386-404. Anshori dan Iswati. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya : Airlangga University Press. Aribi dan Gao. 2012. Narrative Disclosure of Corporate Social Responsibility in Islamic Financial Institution. Manajerial Auditing Journal Vol. 27 No. 2 pp.199-222. Ayu, D.F. 2010. Analisis Pengaruh Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Perusahaan yang Masuk Daftar Jakarta Islamic Index (JII). Skripsi. Depok Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Baydoun, N dan Willet, R. 1997. Islam and Accounting: Ethical Issues in the Presentation of Financial Information. Accounting, Commerce and Finance: The Islamic Perspective Vol. 1 No. 1 pp 1-25 Bursa
Efek Indonesia. 2015. Laporan Tahunan. (Online). (http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx. diakses 02 April 2015).
Chaudhry M Sharif. 2012. Sistem Ekonomi Islam. Terjemahan oleh Suherman Rosyidi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Collier, P dan Gregory, A. 1999. Audit Comitte Activity and Agency Cost. Journal of Accounting & Public Policy Vol. 18 No.4 pp 311-332 Cooper, Donald R. Dan C William Emory. 1998. Metode Penelitian Bisnis, edisi kelima. Jakarta : Erlangga. Danim, Sudarwan. 1997. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku Acuan Dasar Bagi Mahasiswa Program Sarjana dan Peneliti Pemula. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara. Dewi. 2012. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuidittas, Ukuran Perusahaan, dan Porsi Kepemilikan Publik atas Saham Terhadap
122
123
Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Perusahaan Jakarta Islamic Index. Skripsi. Depok Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Endrianto, Wendy. 2010. Analisa Pengaruh Penerapan Basel dan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Risiko Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Tesis. Depok Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Esa dan Ghazali. 2010. Corporate Social Responsibility and Corporate Governance in Malaysian Government-linked Companies. Corporate Governance Vol. 12 No. 3 pp. 292-305. Fauziah dan Yudho J, 2013. Analisis Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan Islamic Social Reporting Index. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 5 No. 1 pp. 12-20 Firdaus Muhammad. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ghazaly dkk. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Global Reporting Initiative. 2013. Pedoman Amsterdam: Global Reporting Initiative.
Pelaporan
Keberlanjutan.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga Haniffa, R. 2002. Social Reporting Disclosure-An Islamic Perspektif. Indonesian Management & Accounting Research Vol. 1 No. 2 pp. 128-146 Happyani, Prima Nur. 2009. Pengujian Teori Static Trade Off dan Pecking Order Theory Pada Sektor Manufaktur, Pertambangan, dan Properti di BEI 20002007. Skripsi. Depok Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Harahap, Sofyan Syafri. 2003. The Disclosure of Islamic Values - Annual Report The Analysis of Bank Muamalat Indonesia's Annual Report. Managerial Finance Vol 29 No. 7 pp 70 Hasan dan Harahap. 2010. Exploring Corporate Social Responsibility Disclosure: The Case of Islamic Banks. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Mangement Vol 3. No. 3 pp. 203-227 Hendriksen, Eldon S. 1994. Accounting Theory. 4th edition. Terjemahan oleh Nugroho Widjajanto. Jakarta: Penerbit Erlangga. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
124
Jensen dan Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal Of Financial Economics Vol. 3 No. 4 pp. 305-360 Jensen, M.C. 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit and Failure of Internal Control Systems. The Journal of Finance Vol. 48 No. 3 pp. 831-80 JII
Analisa. Pengumuman Komposisi JII. 2015. (Online). (http://jiianalisa.com/file/PENGUMUMAN-DAFTAR-KOMPOSISI-JAKARTASILAMIC-INDEX-DESEMBER-2014-MEI-2015.pdf diakses 25 Maret 2015).
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Kementrian Lingkungan Hidup. 2015. (Online). (menlh.go.id diakses 1 mei 2015) Kent, P dan Chan, C. 2003. Application of Stakeholder Theory to the Quantity and Quality of Australian Voluntary Corporate Environmental Disclosure. Working paper. Brisbane UQ Business School. University of Queensland Australia. Maali, B dkk. 2006. Social Reporting by Islamic Banks. ABACUS Vol 42. No. 2 pp. 266-289. Media Nusantara Citra. Laporan Tahunan. (Online). (http://www.mnc.co.id/. diakses 25 Maret 2015). Mulyono, S. 2006. Statistik untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Nachrowi, N. D., dan Usman, H. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Nurhayati dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat Othman dan Thani. 2010. Islamic Social Reporting of Listed Companies in Malaysia. The International Business and Economics Research Journal Vol. 9 No. 4 pp 135 Othman dkk. 2009. Determinant of Islamic Social Reporting Among Top ShariahApproved Companies in Bursa Malaysia. Journal of International StudiesIssue 12. Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Pasar Modal Syariah. (http://www.ojk.go.id/sharia-capital-id. diakses 1 Mei 2015)
(online).
125
Ousama dan Fatima. 2010. Factors Influencing Voluntary Disclosure : Empirical Evidence From Shariah Approved Companies. Malaysian Accounting Review. Vol 9 No 1. 85-103. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada PT.
Telkom Tbk. 2015. Laporan Tahunan. (Online). (http://www.telkom.co.id/en/investor-relations/laporan-laporan/laporantahunan. diakses 11 April 2015)
PT.
Timah (Persero) Tbk. 2015. Laporan (http://www.antam.com/. diakses 11 April 2015).
Tahunan.
(Online).
Raditya, AN. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Perusahaan yang Masuk Daftar Efek Syariah (DES). Skripsi. Depok Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Rouf, Md Abdur. 2011. The Corporate Social Responsibility Disclosure: A Study of Listed Companies in Bangladesh. Business and Economics Research Journal Vol. 2 No. 3 pp. 19-32. Rukmana, LH. 2015. Pengaruh Pembiayaan Modal Kerja, Pembiayaan Investasi dan Pembiayaan Konsumsi Terhadap Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia. Skripsi. Surabaya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Ryandono. 2009. Bursa Efek dan Investasi Syariah. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Said dkk. 2009. The Relationship Between Corporate Social Responsibility Disclosure and Corporate Governance Characteristics in Malaysian Public Listed Companies. Social Responsibility Journal Vol. 5 No. 2 pp. 212-2226. SemenIndonesia.LaporanTahunan.(Online).(http://www.semenindonesia.com/pag e/get/laporan-tahunan.diakses 01 April 2015). SentulCity.LaporanTahunan.(Online).(http://www.sentulcity.co.id/investor.php?id s=15&id=28#tabsi-15. diakses 01 april 2015). Sinarmas Land. Laporan Tahunan. (Online). (http://www.sinarmasland.com/site/annual-reports. diakses 01 April 2015). Siregar dan Bachtiar. 2010. Corporate Social Reporting: Empirical Evidence from Indonesia Stock Exchange. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management Vol. 3 No. 3 pp. 241-252. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
126
Sujarweni, . Wiratna. 2014. SPSS untuk Penelitian. Yogyakaarta: Pustaka Press Sulaiman, M dan Willet, R. 2003. Using the Hofstede-Gray framework to Argue Normatively for an Extension of Islamic Corporate Report. Malaysian Accounting Review Vol. 2 No. 1 pp. 1-39. Sunnah.com. 2015. Jami' at-Tirmidhi. (Online). (sunnah.com/tirmidhi. diakses 1 mei 2015) Sunnah.com. 2015. Sahih al-Bukhari. (Online). (sunnah.com/bukhari. diakses 1 mei 2015) Sunnah.com. 2015. Sunan an-Nasa'i. (Online). (sunnah.com/nasai. diakses 1 mei 2015) Sunnah.com. 2015. Sunan Ibn Majah. (Online). (sunnah.com/ibnmajah. diakses 1 mei 2015) Suwardi Akbar. 2012. Data Panel : Teori Dasar dan Aplikasi di Stata. Depok. Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia Tim Studi Kementrian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2010. Analisis Pelaksanaan Tata Kelola Emiten dan Perusahaan Publik. Jakarta. Tim Analisis Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Publik Unilever Indonesia. Laporan Tahunan. (Online). (http://www.unilever.co.id/. diakses 25 Maret 2015). Watts dan Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. New Jersey: PrenticeHall, Inc Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an. 1971. Al-Quran dan Terjemah. Makkah. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur'an Zubairu dkk. 2011. Social Reporting Practices of Islamic Banks in Saudi Arabia. International Journal of Business and Social Science Vol 2 No. 23
127
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Indeks Islamic Social Reporting A
Tema Keuangan dan Pendanaan
1.
Kegiatan yang mengandung riba (beban bunga dan pendapatan bunga)
Kegiatan yang mengandung ketidakjelasan (Gharar) (Hedging, future non delivery 2. trading/margin trading, arbitrage baik spot maupun forward, short selling, pure swap, warrant, dan lain-lain)
3.
Zakat (metode yang digunakan, jumlah zakat, penerima zakat)
4.
Kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan ketidakmampuan klient untuk membayar piutang/penghapusan hutang tak tertagih
5.
Pernyataan nilai tambah (Value Added Statement)
6.
Informasi Pajak
B
Tema Produk dan Jasa 7.
Produk ramah lingkungan (Green Produk) Status kehalalan produk
8.
127
Sumber Referensi Haniffa (2002), Othman dkk 1 (2009), Dewi (2012) Haniffa (2002), Chaudhry 1 (2012), Othman dkk (2009), Dewi (2012) Haniffa (2002), Chaudhry (2012), Ousama 1 dan Fatima (2006), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Ousama dan 1 Fatima (2006), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Ousama dan 1 Fatima (2006), Othman dkk (2009) Chaudhry (2012), 1 Peraturan OJK No. X.K.6 Sumber Poin Referensi Haniffa (2002), 1 Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Chaudhry 1 (2012), Othman dkk (2009) Poin
128
9.
Keamanan dan kualitas Produk
10.
Pelayanan atas keluhan konsumen
C
Tema Karyawan 11.
Jam kerja karyawan
12.
Hari libur dan cuti
13.
Manfaat lainnya yang diterima karyawan (tunjangan karyawan)
14.
Pendidikan dan pelatihan karyawan (pengembangan sumber daya manusia)
15.
Kesetaraan hak antara karyawan
Keterlibatan karyawan dalam diskusi manajemen, pengambilan keputusan dan 16. kegiatan operasional perusahaan, hak menyatakan pendapat/berserikat
17.
Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan
18.
Lingkungan kerja
19.
Karyawan dari kelompok khusus lainnya (cacat fisik, mantan narapidana atau
Haniffa (2002), Ousama dan 1 Fatima (2006), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), 1 Othman dkk (2009) Sumber Poin Referensi Haniffa (2002), 1 Othman dkk (2009) Haniffa (2002), 1 Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Ousama dan Fatima (2006), 1 Othman dkk (2009), Dewi (2012) Haniffa (2002), Ousama dan 1 Fatima (2006), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Chaudhry 1 (2012), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Othman dkk 1 (2009), Dewi (2012) Haniffa (2002), Ousama dan 1 Fatima (2006), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), 1 Othman dkk (2009) Haniffa (2002), 1 Othman dkk
129
mantan pengguna narkoba) Pejabat tinggi/ karyawan tingkat atas di perusahaaan melaksanakan ibadah 20. bersama-sama dengan manajer/ karyawan tingkat menengah dan rendah Karyawan muslim diperbolehkan menjalankan ibadah di waktu-waktu shalat 21. dan berpuasa di bulan Ramadhan pada hari kerja mereka/ ibadah lainnya
(2009)
1
Haniffa (2002), Othman dkk (2009)
1
Haniffa (2002), Othman dkk (2009)
22.
Tempat beribadah yang memadai bagi karyawan
1
23.
Remunerasi/ Gaji/ Upah karyawan
1
24.
Kepedulian terhadap karyawan hamil/ melahirkan/ menyusui/ tersedianya penitipan anak
1
Tema Masyarakat
Poin
D
Shadaqah/ Pemberian donasi/ Sumbangan 25. atas kegiatan amal atau kegiatan sosial (Sumbangan bencana alam)
1
26.
Wakaf (pembangunan jalan/ jembatan/ sarana prasarana umum)
1
27.
Pinjaman untuk kebaikan (Qard Hasan)
1
28.
Kegiatan sukarela karyawan
1
29.
Pemberian beasiswa sekolah/ mengelola sekolah/ pemberian biaya pendidikan
1
Haniffa (2002), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Othman dkk (2009), Dewi (2012) Penelitian ini Sumber Referensi Haniffa (2002), Ousama dan Fatima (2006), Othman dkk (2009), Dewi (2012) Haniffa (2002), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Nurhayati dan wasilah (2009), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Ousama dan Fatima (2006), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Othman dkk (2009)
130
30.
Perekrutan para lulusan sekolah/ kuliah/ bermitra dengan penduduk sekitar
1
31.
Pengembangan atau pembangunan tunas muda/ guru/ kader masyarakat
1
32.
Peningkatan kualitas hidup masyarakat
1
33. Kepedulian terhadap anak-anak/ ibu hamil Mensponsori kegiatan kesehatan masyarakat/ proyek rekreasi/ olahraga/ budaya Mensponsori kegiatan ramadhan/ kegiatan 35. Islami 34.
E
Tema Lingkungan
36.
Konservasi lingkungan hidup
37.
Kegiatan yang tidak membuat polusi lingkungan hidup (pengelolaan limbah, penguraian emisis, dan lain-lain)
38.
Pendidikan mengenai lingkungan hidup
Audit lingkungan/ Pernyataan verifikasi 39. independen atau Penghargaan/ sertifikasi dari lembaga 40. F
Sistem manajemen lingkungan Tema Tata Kelola Perusahaan
41.
Status kepatuhan syariah
42.
Tujuan perusahaan untuk mencapai barokah/ kesejahteraan bangsa/ sejalan
1
1 1
Haniffa (2002), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Othman dkk (2009) Penelitian ini
Sumber Referensi Haniffa (2002), Ousama dan 1 Fatima (2006), Othman dkk (2009) Haniffa (2002), Othman dkk 1 (2009), Dewi (2012) Haniffa (2002), 1 Othman dkk (2009) Haniffa (2002), 1 Othman dkk (2009) Haniffa (2002), 1 Othman dkk (2009) Sumber Poin Referensi Ousama dan Fatima (2006), 1 Othman dkk (2009) Othman dkk 1 (2009), Dewi Poin
131
dengan tujuan pemerintah
(2012)
43.
Rincian nama dan profil dewan direksi
1
44.
Struktur kepemilikan saham
1
Aktivitas yang dilarang: praktek monopoli, penimbunan barang, manipulasi harga, 45. praktek kecurangan bisnis, perjudian, insider trading, penyalahgunaan kekuasaan
1
46.
Kebijakan anti korupsi/gratifikasi
1
47.
Audit internal/eksternal
1
Ketaatan hukum/ kepemilikan dokumen48. dokumen hukum/ pencegahan tindakan kriminal total
48
1
Othman dkk (2009), Dewi (2012) Othman dkk (2009) Ousama dan Fatima (2006), Othman dkk (2009) Othman dkk (2009) Kasmir dan Jakfar (2003) Kasmir dan Jakfar (2003)
132
Lampiran 2 Daftar Perusahaan JII Periode 2011-2013 yang menjadi sampel penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kode AALI AKRA ANTM ASII ASRI BKSL CPIN EXCL ICBP INDF INTP JSMR KLBF LPKR LSIP MNCN SMGR
18 19 20 21
TINS TLKM UNTR UNVR
Nama Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk AKR Corporindo Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Astra International Tbk Alam Sutera Realty Tbk Sentul City Tbk Charoen Pokphand Indonesia Tbk XL Axiata Tbk Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Jasa Marga (Persero) Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatra Indonesia Tbk Media Nusantara Citra Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk / Semen Indonesia (Persero) Tbk Timah Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk
133
Lampiran 3 Total Skor Indeks ISR Tahun 2011
134
Lampiran 4 Total Skor Indeks ISR Tahun 2012
135
Lampiran 5 Total Skor Indeks ISR Tahun 2013
136
Lampiran 6 Tabulasi Data Tahun 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012
KODE 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 7 8 8 8 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12
Y 24 28 30 24 22 29 34 34 35 34 34 35 20 19 29 20 28 21 18 17 19 29 29 32 26 34 39 28 36 40 24 29 31 24 33
X1 13,0088 13,0941 13,175 12,9252 14,0714 13,1653 13,1819 13,2947 13,3398 14,1884 14,2607 14,3304 12,7787 13,04 13,1592 12,7235 12,7892 13,028 12,9469 13,0916 13,1965 13,4938 13,5497 13,6051 13,1862 13,2509 13,3277 14,7301 13,7737 13,8926 10,2589 10,3571 10,425 13,3205 13,3936
X2 0,32661 0,28381 0,1741 0,08791 0,00687 0,0501 0,16899 0,19766 0,01926 0,167 0,15306 0,12862 0,11172 0,1226 0,07498 0,02965 0,04035 0,006 0,33618 0,27343 0,21952 0,12399 0,10579 0,03451 0,17876 0,17028 0,13951 0,01182 0,10637 0,05976 259,388 274,206 247,873 0,07603 0,08303
X3 6 6 6 6 7 7 6 6 6 9 9 8 4 5 5 8 5 6 7 5 7 7 7 7 8 9 9 9 8 9 8 9 9 5 5
137
2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 16 16 16 17 17 17 18 18 18 19 19 19 20 20 20 21 21 21
35 29 35 35 25 27 30 30 31 31 19 21 18 33 37 39 33 33 33 33 33 35 32 32 35 33 37 38
13,4528 12,9177 12,974 13,0537 13,2615 13,3957 13,4955 12,832 12,8781 12,9017 12,9444 12,9524 12,983 13,2936 13,4245 13,4885 12,8176 12,7875 12,8967 14,0131 11,0468 11,107 13,6669 13,7016 13,7586 13,0204 13,0786 13,1254
0,06045 0,24017 0,24507 0,22735 0,05394 0,06342 0,0615 0,3078 0,18169 0,12502 0,17168 0,25228 0,24893 0,25888 236,556 0,22474 0,18073 0,09916 0,10167 0,2024 217,529 212,183 0,16763 0,14804 0,11484 0,53186 0,53957 0,53632
5 6 5 5 7 8 6 10 8 7 4 4 4 6 7 7 5 6 6 8 8 8 6 6 5 9 10 10
138
Lampiran 7 Output Eviews dan Ms. Excel
Estimasi Regresi
Method: GLS (Variance Components) Date: 08/03/15 Time: 14:04 Sample: 2011 2013 Included observations: 3 Number of cross-sections used: 21 Total panel (balanced) observations: 63 Cross sections without valid observations dropped Variable Coefficient Std. Error C -90.01304 35.08193 X1? 9.200027 2.647498 X2? 15.88550 5.081576 X3? -0.229852 0.447782 Random Effects AALI--C 0.602805 AALI--C 0.602805 AALI--C 0.602805 AKRA--C -1.575448 AKRA--C -1.575448 AKRA--C -1.575448 ANTM--C 0.180315 ANTM--C 0.180315 ANTM--C 0.180315 ASII--C -0.959410 ASII--C -0.959410 ASII--C -0.959410 ASRI--C 0.355729 ASRI--C 0.355729 ASRI--C 0.355729 BKSL--C 1.612622 BKSL--C 1.612622 BKSL--C 1.612622 CPIN--C -0.216614 CPIN--C -0.216614 CPIN--C -0.216614
t-Statistic -2.565795 3.474990 3.126098 -0.513312
Prob. 0.0129 0.0010 0.0027 0.6096
139
GLS Transformed Regression R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Durbin-Watson stat Unweighted Statistics including Random Effects R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Durbin-Watson stat
0.465980 0.438827 3.783700 1.580737
Mean dependent var 31.52381 S.D. dependent var 5.050893 Sum squared resid 844.6666
0.526509 0.502433 3.562820 1.782810
Mean dependent var 31.52381 S.D. dependent var 5.050893 Sum squared resid 748.9274
Uji Hausmen Hausmen test for fixed versus random effects
chi-sqr(3) =
6.3392019
p-value =
0.0962243
Uji Multikolinearitas X1 X1
X2
X3
1
X2 -0,78074
1
X3 -0,07814 0,276751
1
140
Statistik Deskriptif y
Mean Standard Error
x1 29,68 25 Mean 0,759 Standard 59 Error
Median
31 Median
Minimum
17 Minimum
Maximum
40 Maximum
Sum Count
1870 Sum 63 Count
x2 13,08 93 0,106 33 13,16 53 10,25 89 14,73 01 824,6 23 63
Mean Standard Error Median Minimum Maximum Sum Count
x3 23,12 93 9,030 17 0,167 63 0,006 274,2 06 1457, 15 63
Mean Standard Error
6,809 52 0,205 97
Median
7
Minimum
4
Maximum
10
Sum Count
429 63
141
Lampiran 8 Jumlah Dan Rata-Rata Tingkat Pengungkapan ISR Setiap Tahun No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kode
2011 ISR 24 24 34 34 20 20 18 29 26 28 24 24 29 25 30 19 33 33 33 32 33 572
% AALI 50% AKRA 50% ANTM 71% ASII 71% ASRI 42% BKSL 42% CPIN 38% EXCL 60% ICBP 54% INDF 58% INTP 50% JSMR 50% KLBF 60% LPKR 52% LSIP 63% MNCN 40% SMGR 69% TINS 69% TLKM 69% UNTR 67% UNVR 69% 57% RataJumlah Rata
2012 ISR 28 22 34 34 19 28 17 29 34 36 29 33 35 27 31 21 37 33 33 32 37 629
2013
% ISR % 58% 30 63% 46% 29 60% 71% 35 73% 71% 35 73% 40% 29 60% 58% 21 44% 19 40% 35% 60% 32 67% 71% 39 81% 75% 40 83% 60% 31 65% 69% 35 73% 73% 35 73% 56% 30 63% 65% 31 65% 44% 18 38% 39 81% 77% 69% 33 69% 69% 35 73% 67% 35 73% 38 79% 77% 62% 669 66% RataRataJumlah Rata Jumlah Rata