1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sekitar 8,98 juta kasus hepatitis di Asia dengan kematian sekitar 585.800 kematian (WHO, 2011.b). Di Asia Tenggara ditemukan kejadian hepatitis B sekitar 1.380.000 kasus (lebih dari 5,6% dari total populasi) dengan 300.000 kematian per tahun dengan prevalensi penularan virus hepatitis B di Asia Tenggara termasuk tinggi yaitu lebih dari 8% (WHO, 2011.b). HBsAg merupakan antigen permukaan yang terdapat didalam darah seseorang yang terinfeksi virus hepatitis B, sehingga sejauh mana keberadaan virus hepatitis B dalam tubuh seseorang dapat dilakukan pemeriksaan HBsAg. Tenaga medis merupakan profesi yang berisiko terinfeksi virus. Penularan ini dapat terjadi melalui kulit yang terluka oleh jarum, pisau dan benda tajam lain atau paparan selaput lendir dengan cairan tubuh. maka resikonya 1% mengidap hepatitis fulminant, 4% hepatitis kronis (aktif), 5% menjadi pembawa virus (Syamsuhidajat dan Wim De Jong, 1997). Profesi perawat di Rumah Sakit berperan merawat pasien selama 24 jam sehingga menjadi kunci atas kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui tingkat kepositifan HBsAg pada perawat. B. Identifikasi Masalah 1. Apakah perawat beresiko terpapar virus hepatitis B ? 2. Bagaimana tingkat kepositifan HBsAg pada perawat di Rumah Sakit ? C. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada pemeriksaan HBsAg strip test pada perawat di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya. D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan HBsAg pada perawat di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepositifan hasil pemeriksaan HBsAg pada perawat di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, yaitu : 1. Memberikan informasi kepada pihak RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya tentang gambaran HBsAg perawat.
2
2. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan imunisasi dan vaksinasi hepatitis B, pada perawat dan tenaga medis lainnya. 3. Sebagai pengetahuan bagi masyarakat tentang penyakit hepatitis B, karena penyakit hepatitis terkadang tidak memberikan gejala dan tanda yang khas sehingga penderita tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit hepatitis B. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hati Hati berperan dalam banyak proses tubuh, diantaranya memproduksi berbagai protein penting, memproses dan menyimpan nutrisi, menghancurkan toksin dan racun(National cancer centre Singapore, 2009). Karena berfungsi sebagai penawar racun hati sangat mudah menjadi sasaran utama ketoksikan.
Gambar 1. Hati Fungsi hati adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Menawarkan dan menetralkan racun (detoksifikasi). Mengatur komposisi darah yang mengandung lemak, gula, protein, dan zat lain. Mempertahankan suhu tubuh dengan menaikan suhu darah yang mengalir melalui hati. Membentuk urea yang merupakan hasil dari perombakan asam amino. Urea dikeluarkan melalui ginjal dalam bentuk urin. 5. Membantu mengurai dan mendaur ulang sel-sel darah merah.(Yusri,2011) Pekerjaan utama liver/ hati adalah untuk menyaring darah yang berasal dari saluran pencernaan, sebelum melewati ke seluruh tubuh. Hati juga mendetoksifikasi bahan kimia hasil metabolisme obat-obatan dalam tubuh. Selama proses ini, hati mengeluarkan empedu, yang merupakan cairan hasil pembakaran sel-sel darah yang sudah tua atau mati. Cairan empedu yang masih bermanfaat akan dipergunakan lagi oleh tubuh untuk pembentukan sel darah yang baru, sedangkan yang sudah tidak terpakai lagi akan dibuang melalui ginjal dan usus halus. B. Hepatitis Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Dikatakan akut apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan. Keadaan kronis pada anak-anak lebih sukar dirumuskan karena perjalanan penyakitnya lebih ringan daripada orang dewasa.
3
Penyebab hepatitis ternyata tidak semata-mata virus tetapi bisa juga disebabkan oleh keracunan obat dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon titraklorida, choloform, fosfor, arsen, dan zat-zat yang digunakan sebagai industri modern juga bisa menyebabkan penyakit kerusakan hati. (Waluyo dan Budhi,2011)
Gambar 2. Hati Hepatitis C. Hepatitis B Hepatitis B merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B termasuk anggota famili Hepadviridae, genomnya merupakan partially double-stranded DNA yang tersusun sekitar 3200 nukleotida. (Mulyanto,2010). Virus hepatitis B berupa partikel dua lapisan berukuran 42 nm yang disebut dengan “Partikel Dane”. Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada partikel inti terdapat hepatitis B core antigen (HBcAg) dan hepatitis B antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipoprotein, virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari.
Gambar 3. Struktur Virus Hepatitis B Bagian-bagian dari hepatitis B (HBV) adalah : 1. HBsAg 2. HBcAg 3. HBeAg 4. HBV-DNA D. Epidemiologi Prevalensi penyakit hepatitis B di antar negara bervariasi, berkisar antara 0,1%-20%. Diperkirakan terdapat sekitar 400 juta pengidap HBV diseluruh dunia, dengan 500.000 diantaranya meninggal akibat penyakit hati tersebut. Pola infeksi HBV dibagi menjadi 3 daerah endemisitas yaitu Endemisitas Tinggi, Sedang, dan Rendah; masing-masing dengan prevalensi HBV berkisar antara : 8%-20%, 3%-7%, dan 0,1%-2%. E. Patogenesis Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus non-sitopatik, sehingga terjadinya kerusakan hati pada infeksi HBV akut maupun kronik adalah dimediasi oleh respon imun
4
penjamu yang dipicu oleh replikasi virus. Sebagian besar kerusakan hati adalah akibat respon imun pejamu terhadap virus, bukan oleh virusnya secara langsung. Meskipun HBV bersifat hepatotropik kuat, namun virus ini dapat juga ditemukan dijaringan ekstrahepatik seperti kelenjar getah bening dan sel mononuklir darah tepi. (Budihusodo,2010). F. Patofisiologi Infeksi HBV kronik ditentukan oleh pengaruh replikasi virus dan respon imun penjamu. Virus Hepatitis B (HBV) mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplsma virus hepatitis B (HBV) melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam asam nukleat virus hepatitis B (HBV) akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA (replikasi virus secara genetika) hopses dan berintegrasi pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA virus hepatitis B (HBV) memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan kerena respon imunologik penderita terhadap infeksi. G. Gambaran Klinis Hepatitis B Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu : 1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari tubuh hospes. Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu : a. Hepatitis B akut yang khas b. Hepatitis Fulminan c. Hepatitis Subklinik 2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB. H. Sumber dan Cara Penularan 1. Sumber Penularan Virus Hepatitis B Sumber penularan berupa darah, saliva, kontak dengan mukosa penderita virus, feses, urin, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang terkontaminasi virus hepatitis B. 2. Cara Penularan Virus Hepatitis B Penularan virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu parenteral dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus Hepatitis B, kontak seksual, atau pembuatan tattoo. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus hepatitis B ini menular yaitu secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan. Sedangkan secara horizontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita.
5
I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis B 1. Faktor Host (Penjamu) Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi: a. Umur b. Jenis kelamin. c. Mekanisme pertahanan tubuh d. Kebiasaan hidup e. Pekerjaan 2. Faktor Agent Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg.. 3. Faktor Lingkungan Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah: Lingkungan dengan sanitasi jelek. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata. Daerah unit laboratorium. Daerah unit bank darah. Daerah tempat pembersihan. Daerah dialisa dan transplantasi. Daerah unit perawatan penyakit dalam. J. Pencegahan Penularan Hepatitis B Upaya pencegahan merupakan hal terpenting karena merupakan upaya yang paling costeffective. Secara garis besar, upaya pencegahan dibagi menjadi dua, yaitu upaya yang bersifat umum dan upaya yang lebih spesifik (imunisasi HBV). 1. Pencegahan Umum : a. Uji tapis donor darah b. Sterilisasi c. Tenaga medis senantiasa menggunakan sarung tangan. d. Perilaku seksual yang aman. e. Penyuluhan agar para penyalahguna obat tidak menggunakan jarum secara bergantian. 2. Imunisasi Imunisasi dapat berupa aktif dan pasif. Untuk imunisasi pasif digunakan hepatitis B immunoglobulin (HBIg) yang dibuat dari plasma manusia yang mengandung anti-HBs titer tinggi (>100000 IU/ml). Imunisasi ini dapat memberikan proteksi secara cepat untuk jangka waktu yang terbatas (3-6 bulan). Individu berisiko terpapar HBV berdasarkan profesi kerja yang bersangkutan. Orang dewasa berisiko tertular HBV. Tenaga medis dan staf lembaga cacat mental. Pasien hemodialisa (imunisasi diberikan sebelum terapi dialisis dimulai). Pasien yang membutuhkan transfusi darah atau produk darah secara rutin. Penyalahguna obat.
6
K. Pemeriksaan Laboratorium Untuk Hepatitis B HBsAg HBsAg merupakan antigen permukaan yang terdapat didalam darah seseorang yang terinfeksi virus hepatitis B. Pemeriksaan bisa dengan : 1. Pemeriksaan metode HBsAg Strip Test 2. Pemeriksaan dengan metode ELISA L. Pemeriksaan Pra Vaksin Tujuan pra vaksin adalah untuk mendeteksi sejauh mana virus hepatitis B dalam tubuh. Adapun pemeriksaan pra vaksin terdiri dari : 1. Anti HBc 2. Anti HBs BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif yaitu dengan menggambarkan tingkat kepositifan HBsAg pada perawat di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2015. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya. 2. Sampel Dalam penelitian ini teknik penelitian sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu semua perawat yang bersedia menjadi objek penelitian. Jumlah sampel yang digunakan adalah 33 orang perawat di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya. D. Instrumen Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sentrifuge, tabung reaksi, mikropipet, timer / stopwatch, strip test HBsAg, sampel darah (serum). E. Definisi Operasional Penelitian 1. HBsAg adalah infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). 2. Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah seseorang (seorang profesional) yang mempunyai
7
kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan. F. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tehnik observasi / pemeriksaan langsung. Peneliti melakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan HBsAg secara langsung pada perawat di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya dengan metode strip test, untuk selanjutnya hasil pengamatan akan ditulis pada table pengamatan. Prosedur pemeriksaan : 1. Sentrifuse darah vena tanpa EDTA selama 5 menit dengan kecepatan 3000rpm. 2. Setelah diperoleh serum, pisahkan serum kedalam tabung reaksi lainnya menggunakan mikropipet. 3. Masukkan strip test HBsAg kedalam tabung yang berisi serum tersebut dengan arah panah kebawah. Catatan : batas serum tidak boleh melebihi tanda batas maksimum pada strip test. 4. Tunggu 10-15 menit, kemudian amati terbentuknya garis pada strip test. Interpretasi Hasil : Positif ( + ) : Terbentuknya garis merah pada area C ( kontrol ) dan garis merah pada area T ( test ). Negatif ( - ) : Terbentuknya garis merah pada area C ( kontrol ) saja. Invalid : Tidak terbentuknya garis merah pada area C ( kontrol ) dan area T ( test ). Atau hanya terdapat garis merah pada area T ( test ) saja. (Leaflet Answer HBsAg)
Gambar. 4 Interpretasi Hasil G. Tehnik Analisis Analisis yang digunakan adalah analisa deskriftif, yaitu data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan terhadap jumlah perawat yang diperiksa. Hasil pengamatan tersebut dimuat dalam sebuah tabel pengamatan. Data dalam persentase didapat dalam menghitung frekuensi jumlah HBsAg yang positif pada perawat atau berdasarkan jumlah frekuensi yang dibagi dengan jumlah perawat ( n ) dan dikali dengan 100 % dengan rumus sebagai berikut ( Sugiyono,2003) :
P=
x 100 %
Keterangan: P
: Persentase kepositifan HBsAg
F
: Frekuensi ( jumlah positif terinfeksi )
8
N
: Jumlah perawat
100 %
: Bilangan pengali tetap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya yang terletak di jalan RTA. Milono Km. 2,5. Adapun jenis layanan kesehatan di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya, yaitu : Poliklinik Penyakit Dalam Poliklinik Jantung Poliklinik Kesehatan Anak Poliklinik Bedah Poliklinik Kebidanan dan Kandungan Poliklinik Gigi Poliklinik Umum Poliklinik Neurologi Medical Check Up B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya, didapatkan hasil sebagai berikut. Dari jumlah perawat yang ada di RSI PKU Muhammadiyah yang berjumlah 61 perawat, terdapat 33 orang yang bersedia menjadi objek penelitian. Dari hasil penelitian yang dilakukan bulan Juni 2015, hasil pemeriksaan 33 sampel didapatkan data sebagai berikut : Tabel 1. Jumlah perawat yang melakukan pemeriksaan Hepatitis B ∑ 33 %
Pemeriksaan HBsAg Laki-Laki 7 21,21%
Perempuan 26 78,79%
Tabel 2. Jumlah positif HBsAg pada perawat
Jumlah Sampel 33
Hasil Pemeriksaan Hasil Positif 1 (3,03%)
HBsAg Hasil Negatif 32 (96,97%)
Total 33 (100%)
9
Dari jumlah sampel yang didapat pada bulan Juni 2015 diperoleh sebanyak 1 orang perawat dengan hasil HBsAg positif terinfeksi virus hepatitis B. Hasil tersebut didapatkan dari sampel darah perawat yang berasal dari bagian kebidanan.
C. Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Juni 2015 di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya di peroleh 33 perawat yang diambil sampel darah dan didapatkan 1 orang perawat dengan HBsAg positif atau setara dengan 3,03% dari jumlah perawat yang diperiksa. Hasil 3,03% tersebut didapatkan dari sampel darah perawat yang berasal dari bagian kebidanan. Pemeriksaan HBsAg memberikan hasil positif setelah sampel direaksikan dengan antibodi monoklonal yang terdapat pada strip test/stick test HBsAg. Sampel serum awalnya bereaksi dengan antibodi monoklonal koloid konjugat emas pada sampel. Campuran ini kemudian berpindah arah oleh aksi kapilaritas pada membran kromatografi, dan bereaksi dengan anti-HBsAg pada area test. Jika sampel mengandung HBsAg garis akan terbentuk pada membran. Jika antigen tidak terdapat dalam sampel dan garis tidak muncul, maka menunjukkan sebuah hasil negatif. Campuran kemudian mengalir ke area kontrol pada membran, dimana muncul satu garis yang menunjukkan hasil test benar/valid. Kemungkinan sampel positif yang didapatkan di poli kebidanan, dikarenakan perawat membantu saat persalinan dimana persalinan tersebut banyak terdapat darah, dan virus Hepatitis B terdapat di dalam darah tersebut, atau ketika melakukan tindakan perawatan pada pasien. Hasil HBsAg positif hanya menyatakan bahwa dalam tubuh penderita terdapat virus Hepatitis B ( HBV ), tetapi tidak menyatakan bahwa penderita menderita penyakit hepatitis B atau sebagai pengidap yang sehat. Untuk mengetahui lebih lanjut maka harus dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan anti-HBs, HBcAg, dan HBeAg. Pemeriksaan HBsAg hanya sebagai tahap skrining dari pemeriksaan hepatitis B. Perawat di Rumah Sakit merupakan profesi yang berisiko tinggi terinfeksi virus hepatitis B. Penularan ini dapat terjadi melalui kulit yang terluka oleh jarum, pisau dan benda tajam lain atau paparan selaput lendir dengan cairan tubuh. Luka di kulit mempunyai risiko lebih tinggi terkena infeksi dibandingkan terpaparnya selaput lendir. Perawat sangat berpotensi terpapar patogen berbahaya terkait dengan mobilitas merawat pasien di ruangan/ rawat inap. Perawat sangat rentan terhadap penularan infeksi karena dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien kemungkinan terjadi kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh pasien yang mungkin mengandung virus. Profesi perawat di Rumah Sakit berperan merawat pasien selama 24 jam sehingga menjadi kunci atas kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Dari hasil penelitian ini yang dapat diketahui tingkat kepositifan pada perawat masih relatif rendah sehingga dapat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan Anti-HBs, HBcAg, HBeAg, HBV DNA. Selain itu bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya agar lebih memperhatikan penggunaan alat pelindung diri (APD) dan senantiasa cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan agar mencegah terjadinya penularan penyakit lainnya.
10
Sebagian besar didapatkankan hasil negatif (-) kemungkinan memang nyata negatif atau bisa juga negatif (-) palsu dikarenakan masuk pada masa window period. Bagi hasilnya negatif segera melakukan vaksinasi yang terlebih dahulu melakukan pra vaksin. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada penelitian tentang Gambaran HBsAg Pada Perawat RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya pada bulan Juni 2015 dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan hasil pemeriksaan HBsAg pada perawat di RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya, didapatkan hasil bahwa dari 33 perawat yang diperiksa diperoleh 1 orang (3,03%) dengan HBsAg positif atau terpapar virus HBV. 2. Bagi perawat yang kontak langsung dengan penderita HBV beresiko tinggi terinfeksi HBV. B. Saran 1. Bagi perawat yang hasil HBsAg positif diharapkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan Anti-HBs, HBcAg, HBeAg, dan HBV DNA. 2. Bagi perawat yang hasil HBsAg negatif diharapkan segera melakukan vaksinasi untuk mengurangi resiko tertular virus hepatitis B, yang sebelumnya melakukan pemeriksaan pra vaksin. 3. Bagi kelompok resiko tinggi tertularnya virus Hepatitis B seperti dokter, perawat, bidan, petugas laboratorium, dan petugas kebersihan yang behubungan langsung dengan penderita atau sampel penderita HBV diharapkan agar selalu menggunakan alat pelindung diri demi kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ), serta senantiasa mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan. 4. Bagi masyarakat diharapkan dapat mengubah gaya hidup yang lebih baik dan mengubah perilaku yang kurang baik seperti menggunakan jarum suntik secara bergantian dan melakukan seks bebas.