NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI TUGAS PERAWAT DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
Oleh : DIYAN PRATIWI SUS BUDIHARTO
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI TUGAS PERAWAT DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Sus Budiharto, S.Psi., Psikolog)
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI TUGAS PERAWAT DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
Pengantar Motivasi kerja adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia dalam bekerja. Hal tersebut dapat terjadi karena manusia memiliki motif yang segera harus dipuaskan dan mendorong manusia untuk berbuat dan bertindak. Motivasi bagi karyawan akan menjadi tenaga pendorong di dalam bekerja, sehingga akan turut menentukan kinerja. Motivasi merupakan proses psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Kreitner dan Kinicki, 2003). Rumah Sakit merupakan salah satu pusat pelayanan yang bertanggung jawab memberikan jasa pelayanan kesehatan. Seiring dengan bertambahnya waktu, jumlah rumah sakit di Indonesia saat ini mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dengan jumlah rumah sakit pada tahun 2005 sebanyak 1.268 unit rumah sakit dan tahun 2006 berjumlah 1.292 (http://www.yanmedik-depkes.net.03/02/08). Hal tersebut kemudian membuat rumah sakit yang awalnya merupakan unit pelayanan kesehatan yang bersifat sosial menjadi saling berlomba layaknya usaha komersial untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien untuk mendapat kepercayaan pasien.
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
836/MENKES/SK/VI/2005 Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan, salah satu prinsip dalam pengembangan manajemen kinerja perawat
adalah
meningkatnya
mutu
kualitas
pelayanan
dari
perawat
(http://bankdata.depkes.go.id.27/03/08). Seperti yang sudah disinggung di atas, dimana karyawan merupakan pemegang peran utama dalam menjalankan perusahaan, dan motivasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam mencapai tujuan yang diinginkan, maka motivasi kerja yang tinggi dari seluruh komponen rumah sakit sangat diperlukan dalam mencapai peningkatan mutu kualitas pelayanan. Komponen rumah sakit yang dimaksud ialah karyawan cleaning service, para perawat dan bidan, tenaga medis dan non-medis, para dokter umum maupun spesialis, karyawan administrasi dan dewan direksi. Motivasi yang tinggi pada setiap tenaga medis dan non-medis dalam sebuah rumah sakit, diharapkan akan membuat setiap tenaga medis maupun non medis mau bekerja dengan optimal dan memberikan pelayanan terbaik bagi para pasien, dan sebaliknya, jika terdapat motivasi yang rendah pada diri mereka, maka diperkirakan produktivitas yang berupa pelayanan terhadap pasien pun tidak berjalan dengan optimal. Menurut model Vroomian, rendahnya prestasi kerja ditentukan oleh motivasi, disamping kemampuan individu tersebut (As’ ad, 2004). Kepala Bidang Pelayanan di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan mengatakan kualitas pelayanan kepada pasien sebagian besar ditentukan oleh para perawat yang notabene memiliki frekuensi berinteraksi dengan pasien yang paling
sering jika dibandingkan dengan tenaga medis yang lain termasuk para dokter. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja yang tinggi pada perawat merupakan faktor penting dalam tercapainya peningkatan mutu kualitas pelayanan Rumah Sakit. Motivasi kerja juga dirasa relevan dengan tugas perawat karena tugas perawat melibatkan keselamatan jiwa pasien sehingga bila perawat tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam bekerja, maka keselamatan jiwa pasien yang menjadi taruhannya. Seorang perawat yang ditugaskan menjadi terapis seorang pasien stroke, jika dalam pelaksanaan tahapan terapi tersebut perawat tidak termotivasi untuk membantu pasien dalam mengikuti terapi tersebut, bagaimana pasien akan tertarik untuk mengikuti terapi tersebut. Menurut Kepala Bagian Personalia Di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, tuntutan akan tingginya motivasi perawat rumah sakit dalam melayani pasien Di RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan ternyata belum sepenuhnya memenuhi harapan. Sebagian perawat terkesan hanya seperlunya dalam melayani pasien tanpa memiliki keinginan atau semangat untuk meningkatkan mutu pelayanannya terhadap pasien atau membuat pasien puas. Hal yang terpenting bagi sebagian perawat ialah tugas telah diselesaikan, tidak peduli hasilnya optimal atau tidak. Indikator lain rendahnya motivasi perawat di rumah sakit ini yaitu terkadang perawat mudah menyerah dan mengeluh terhadap tugas yang dibebankan meskipun usaha yang diberikan belum terlalu optimal. Hal serupa diakui oleh seorang perawat senior Rumah Sakit, namun menurut perawat senior tersebut, tidak semua perawat bersikap demikian. Ada juga beberapa
perawat yang selalu rajin bekerja dan mencurahkan semua usahanya dalam melaksanakan tugasnya, namun tidak dapat dipungkiri, sebagian lainnya tidak bersikap demikian. Salah satu faktor personal atau pribadi yang dipandang dapat berpengaruh terhadap motivasi mereka dalam penelitian ini adalah adanya efikasi diri yang baik dalam diri perawat ketika menghadapi tugas-tugas. Menurut Bandura (Luthans, 2006), efikasi diri merupakan mekanisme psikologis yang penting dalam self influence, yaitu mempengaruhi diri. Bandura menyatakan: Jika orang tidak yakin bahwa mereka dapat menghasilkan efek yang dinginkan dan mencegah hal yang tidak dinginkan dengan tindakan mereka, maka mereka memiliki sedikit dorongan untuk bertindak. Faktor apapun yang bertindak sebagai motivator, berakar dalam keyakinan utama bahwa seseorang punya kekuasaan untuk membuahkan hasil yang dinginkan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menyimpulkan jika perawat tidak yakin dengan kemampuannya sebagai perawat yang memikul tugas yang menantang, maka motivasi perawat untuk memberikan kinerja berupa pelayanan yang baik tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Luthans (2006), efikasi diri secara langsung mempengaruhi usaha motivasi. Misalnya orang mencoba lebih keras dan berusaha melakukan tugas dimana efikasi diri mereka lebih tinggi daripada mereka yang memiliki penilaian efikasi rendah. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa efikasi diri tugas perawat berpengaruh terhadap motivasi kerja, dan motivasi kerja berpengaruh pada produktivitas Rumah Sakit. Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka motivasi
kerja perawat menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena berpengaruh pada produktivitas yang diharapkan, dalam hal ini adalah pemberian layanan yang berkualitas kepada pasien oleh perawat. Oleh karena itu, motivasi kerja para perawat pun harus sangat diperhatikan dan dijaga oleh pihak rumah sakit.
Metode Penelitian
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh perawat RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan sebanyak 70 orang.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket dengan skala rating yang diisi oleh subjek.
Alat Ukur Penelitian Alat ukur penelitian yang digunakan dalam penelitian ialah skala efikasi diri tugas perawat dan skala motivasi kerja. Skala motivasi kerja dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala motivasi kerja yang disebutkan oleh Dipboye dkk (1994) dan kemudian dimodifikasi oleh peneliti dengan menambahkan teori motivasi yang terdiri dari tiga aspek oleh Vroom (Kinicki dan Kreitner, 2003; Muchinsky,
2003; Aamodt, 2004. Skala efikasi diri perawat yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan dari standar penyusunan skala efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (2003).
Metode Analisis Data Data dalam penelitian ini diolah menggunakan teknik korelasi product moment Pearson menggunakan program komputer SPSS versi 12.00 untuk mengetahui seberapa besar korelasi antara efikasi diri tugas perawat dengan motivasi kerja.
Hasil Penelitian
Uji Asumsi 1. Uji normalitas Hasil pengolahan data motivasi kerja menunjukkan, koefisien K-SZ=0.840 dengan p=0.481 (p>0.05) dan dari data efikasi diri diperoleh koefisien K-SZ=1.258 dengan p=0.084 (p>0.05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data motivasi kerja dan efikasi diri terdistribusi dengan normal.
2. Uji Linieritas Hasil pengolahan data menunjukkan, diperoleh F=6.917 dengan p=0.021 (p<0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi kerja dengan efikasi diri bersifat linier atau mengikuti garis lurus.
Uji Hipotesis Berdasarkan hasil pengolahan data motivasi kerja diperoleh koefisien korelasi r=0.295 dengan p=0.011 (p<0.05). Angka korelasi yang positif menunjukkan bahwa memang terdapat hubungan yang positif antara efikasi diri dan motivasi kerja. Dari hasil uji hipotesis tersebut maka diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri tugas perawat dan motivasi kerja.
Pembahasan Hasil analisis data dari data-data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan antara efikasi diri tugas perawat dengan motivasi kerja perawat RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan dapat diterima. Hal ini diketahui dengan hasil analisis yang diperoleh yaitu nilai koefisien korelasi yang bernilai positif yaitu r=0.295 dan p=0.011 (p<0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan Luthans (2006), efikasi diri secara langsung mempengaruhi usaha motivasi. Misalnya orang mencoba lebih keras dan berusaha melakukan tugas dimana efikasi diri mereka lebih
tinggi daripada mereka yang memiliki penilaian efikasi rendah. Hal ini juga diungkapkan Stajkovic dan Luthans (2006) bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan individu mengenai kemampuannya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan agar berhasil melaksanakan tugas dalam konteks tertentu. Dikatakan juga bahwa persepsi mengenai kemampuan untuk melakukan tindakan yang diperlukan (efikasi diri) menentukan apakah orang yang bersangkutan akan melakukannya, seberapa besar upaya yang dilakukannya, seberapa tekun ia akan melakukannya, sekuat apa orang itu mampu mengatasi masalah yang muncul, dan setangguh apa orang itu bisa menghadapi kegagalannya (Bandura, 1997). Pernyataan-pernyataan tersebut mendukung hasil penelitian kali ini bahwa efikasi diri tugas perawat begitu berpengaruh terhadap motivasi kerja perawat. Menurut Bandura dan Schunk (Schunk dan Meecee, 2005) efikasi diri memberikan pengaruh terhadap pilihan tugas yang diambil individu, usaha yang diberikan, ketekunan dan prestasi yang dicapai individu. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi keyakinan individu terhadap kemampuannya melaksanakan tugas tertentu mempengaruhi usaha yang diberikan dan ketekunan yang merupakan indikator motivasi kerja dalam diri individu. Sehingga dalam penelitian ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi efikasi diri tugas perawat yang tugas perawat akan berpengaruh terhadap tingginya motivasi kerja mereka. Kontribusi variabel efikasi diri pada motivasi kerja berdasarkan hasil analisis data ialah 0.087, ini berarti efikasi diri tugas perawat memiliki sumbangan efektif
sebesar 8.7% pada motivasi kerja perawat, walaupun bukan sumbangan yang terlalu besar, namun tidak bisa begitu saja diabaikan. Efikasi diri seperti yang diungkapkan oleh Bandura (Luthans, 2006) merupakan mekanisme psikologis yang penting dalam self influence, yaitu mempengaruhi diri. Bandura menyatakan: Jika orang tidak yakin bahwa mereka dapat menghasilkan efek yang dinginkan dan mencegah hal yang tidak dinginkan dengan tindakan mereka, maka mereka memiliki sedikit dorongan untuk bertindak. Faktor apapun yang bertindak sebagai motivator, berakar dalam keyakinan utama bahwa seseorang punya kekuasaan untuk membuahkan hasil yang dinginkan. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan, efikasi diri merupakan faktor penting dalam motivasi, karena apapun yang menjadi faktor motivasi, berakar dari keyakinan utama untuk membuahkan hasil yang diinginkan. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa sumbangan efektif efikasi diri tugas perawat pada motivasi kerja perawat sebesar ialah 8.7%, maka dapat diketahui sebesar 91.3% motivasi kerja dipengaruhi oleh hal lain. Seperti jika menggunakan teori Vroom, maka faktor-faktor lain tersebut bisa berupa self esteem perawat, kesuksesan sebelumnya yang dirasakan perawat dalam menjalankan tugas, bantuan
dari
atasan
ataupun
bawahan,
informasi
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan tugas-tugas perawat, bahan dan peralatan yang mendukung kerja perawat itu sendiri, kepercayaan dalam kendali internal melawan eksternal situasi aktual, komunikasi dengan orang lain, kebutuhan dan tujuannya dalam bekerja (Kreitner dan Kinicki, 2003; Munandar, 2004). Untuk analisis data tambahan yang dilakukan pada data yang tidak digunakan, diketahui bahwa hubungan antara kinerja dengan mendapat kenaikan
gaji yang dirasakan oleh subjek secara rata-rata masuk dalam kategori sedang. Ini dapat menjadi pertanda bagus pada motivasi kerja yang dimiliki perawat khususnya pada pencapaian kenaikan gaji, namun hal ini tetap bergantung pada nilai yang diberikan perawat terhadap kenaikan gaji (valence) dan hubungan antara usaha dan kinerja (expectancy) untuk mencapai kenaikan gaji.
Kesimpulan Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri tugas perawat dan motivasi kerja RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (r=0.295 dengan p=0.011 (p<0.05). Semakin tinggi efikasi diri tugas perawat, semakin tinggi motivasi kerja, dan demikian juga sebaliknya. 2. Sumbangan efektif yang diberikan efikasi diri tugas perawat pada motivasi kerja sebesar 8.7%.
Saran Berdasarkan hasil yang telah dicapai, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian dimana diketahui bahwa efikasi diri mempunyai hubungan yang signifikan dengan motivasi kerja, maka alangkah baiknya jika efikasi diri tugas perawat dapat diperhitungkan sebagai salah satu kriteria dalam
proses rekruitmen perawat baru. Untuk mengetahui tingkat efikasi diri tugas perawat dapat menggunakan alat ukur efikasi diri yang sudah ada, baik dalam penelitian ini maupun penelitian lainnya. Dengan diketahuinya skor total efikasi diri pada perawat, dapat dijadikan pertimbangan dalam seleksi perawat baru karena kaitanya dengan motivasi kerja yang dimiliki pada calon perawat kelak ketika mereka bekerja, meskipun bukan menjadi pertimbangan utama disamping kriteria utama lainnya yang sebelumnya sudah ditentukan tim seleksi tentunya. 2. Seperti yang disebutkan dalam bab satu dan empat sebelumnya, bahwa menurut Bandura (Luthans, 2006) efikasi diri merupakan mekanisme pada self influence (pengaruh diri), sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih mendalam terhadap efikasi diri dengan kaitannya pada hal lain, khususnya dalam kaitannya di dunia industri seperti kinerja dalam organisasi. 3. Sama halnya dengan efikasi diri, motivasi kerja juga mempunyai banyak kaitan dengan
hal
lain.
Maka
disarankan
untuk
penelitian
selanjutnya
untuk
mengungkap faktor-faktor lain pada motivasi kerja yang sudah disebutkan dalam bab dua dan empat seperti self esteem, dan lainnya agar dapat memperkaya referensi motivasi kerja.
Identitas Penelitian Nama
: Diyan Pratiwi
Alamat Rumah
: Jl Panjalu 142 Gama Permai 1 Pekalongan
Nomor Telepon/HP
: 085640066770
E-mail
:
[email protected]