BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata lain ada yang datang, yang berarti generasi tua senantiasa digantikan oleh generasi muda. Generasi muda inilah yang akan menjadi penerus kehidupan bangsa. Dengan demikian kedudukan generasi muda sangat penting artinya dalam kaitannya dengan kesinambungan kehidupan suatu bangsa. Secara nyata dapat kita lihat sendiri, bahwa tidak semua generasi muda itu lahir sebagai manusia yang sempurna. Sebagian dari generasi muda tersebut tanpa diminta harus lahir dengan ketidaksempurnaan. Salah satu dari bentuk ketidaksempurnan itu adalah mereka yang menyandang cacat netra. Di tambah lagi banyak dari mereka selain memiliki kecacatan, lahir dari keluarga miskin dan hidup serba kekurangan. Akibatnya mereka menghadapi berbagai permasalahan social dalam hidupnya. Berdasarkan survey tentang kesehatan indera penglihatan dan indera pendengaran yang dilakukan Departemen Kesehatan pada tahun 1993 – 1996 menunjukkan bahwa angka kebutaan di Indonesia adalah sebesar 1,5%, dengan penyebab terbesar adalah katarak (kekeruhan pada lensa) 0,78%, peringkat kedua glaucoma (tingginya tekanan pada bola mata) 0,20%, akibat kelainan refraksi sebesar 0,14%, serta kelainan-kelainan penglihatan lain akibat lanjut usia sebesar 0,38%. Para ahli penyakit mata berpendapat
Universitas Sumatera Utara
bahwa jika angka kebutaan mencpai 0,4%, masih merupakan permasalahan dokter mata itu sendiri, jika tlah mncapai 1% hal itu merupakan masalah kesehatan pada umumnya, sedangkan bila mencapai lebih dari 1% maka masalah kebutaan itu sudah merupakan maslah social, sehingga penanganannya pun membutuhkan keterlibatan berbagai komponen masyarakat yang terkait.(www.mitranetra.com) WHO memperkirakan jumlah orang buta di seluruh dunia adalah 45 juta, sepertiga diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Organisasi kesehatan dunia itu juga memperkirakan ada 12 orang menjadi buta setiap menit di dunia ini, 4 orang diantaranya berada di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada orang menjadi buta dengan berbagai sebab, dan sebagian besar dari mereka yang berada di daerah miskin. Menurut Survey Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) yang tertera dalam buku Analisis Deskriptif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun 2002, jumlah penyandang cacat sebanyak 1.492.080 orang diantaranya adalah cacat netra. Dari total penyandang cacat netra tersebut hanya sekitar 1% saja atau 2.046 orang dari total 197.080 orang yang belajar dibangku SLB dan pendidikan terpadu. Hal ini terjadi karena pada masyarakat kita masih melekat stigma seperti penyandang cacat adalah beban, orang yang tida berguna dan tergantung pada orang lain, hingga keberadaan dan fasilitas untuk mereka tidak di perhatikan. Padahal, sesuai Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang penderita cacat, mereka bagian dari masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. (www.liputan6.com) Kita mengetahui bahwa indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatan, sedangkan selebihnya
2
Universitas Sumatera Utara
berasal panca indera yang lain. Dengan demikian, dapat dipahami bila seseorang mengalami gangguan pada indera penglihatan, maka kemampuan aktifitasnya akan jadi sangat terbatas, karena informasi yang diperoleh akan jadi berkurang dibandingkan mereka
yang
berpenglihatan
normal.
Hal
ini,
apabila
tidak
mendapat
penanganan/rehabilitasi khusus, akan mengakibatkan timbulnya berbagai kendala psikologis, seperti perasaan inferior, depresi, atau perasaan hilangnya makna hidup. Kondisi ini tidak bias kita biarkan terus berlanjut. Bila tidak ingin muncul ancaman baru berupa krisis sumber daya manusia. Meminjam istilah PBB disebut krisis tak tampak (silent crisis) yang tidak hanya berpengaruh terhadap para penderita cacat netra dan keluarganya saja tetapi juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan social pada masyarakat luas. Perlu diingat kembali bahwa manusia adalah salah satu factor produksi yang amat penting dalam system ekonomi (www.mitranetra.com) Pada hakekatnya keadaan cacat yang dimiliki oleh seseorang hanya sekedar kelainan belaka. Sebenarnya mereka juga mepunyai kemampuan untuk mempertahankan diri. Hanya saja yang mereka perlukan untuk itu adalah adanya suatu pembinaan dan pelayanan yang intensif, dalam arti lebih tinggi intensitasnya dari orang yang normal, sehingga mereka mempunyai suatu bekal untuk hidup secara mandiri, tanpa perlu lagi bergantung pada orang lain. Disamping itu juga supaya dapat berinteraksi dengan sesame anggota masyarakat disekelilingnya. Hal ini sesuai dengan apa yang di tulis dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28c ayat (1) yang berbunyi “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
3
Universitas Sumatera Utara
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia” (Marsono,2003:89) Tentu bukan pekerjaan yang mudah dalam menangani penderita cacat. Diperlukan kepedulian dan keseriusan dari seluruh elemen masyarakat dalam menangani permasalahan ini. Selain itu juga, diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat guna membantu penderita cacat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dan diperlukan usaha-usaha yang spesifik sesuai dengan jenis kecacatan yang diderita. Demikian juga halnya dengan penderita cacat netra. Sebagai contoh kepedulian masyarakat terhadap penderita cacat khususnya cacat netra adalah dengan adanya Panti Asuhan Karya Murni. Panti Asuhan Karya Murni ini di kelola oleh Yayasan Seri Amal yang berada dibawah naungan Kongregasi Suster-Suster Santo Yoseph. Panti Asuhan Karya Murni didirikan dengan alas an untuk membantu para penderita cacat netra yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, yatim-piatu, dan terlantar agar mereka dapat memperoleh pembinaan yang dapat membantu mereka hidup mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Di Panti Asuhan Karya Murni ini, penderita cacat netra diberi pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan, pendidikan, keterampilan/latihan kerja, pembinaan mental dan kerohanian. Melalui Panti Asuhan ini diharapkan para penderita cacat netra dapat menemukan identitas mereka ditengah-tengah masyarakat. Dan menanamkan suatu rasa percaya diri di kalangan penderita cacat netra bahwa mereka memiliki kemampuan yang sama dengan orang-orang normal dan sanggup untuk hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
4
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atasbeserta alasannya di bawah ini penulis tertarik memilih judul penelitian yang akan di tuangkan ke dalam skripsi sebagai berikut : “Penerapan Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Penderita Cacat Netra di Panti Asuhan Karya Murni” Adapun hal-hal pokok yang dijadikan penulis sebagai alasan pemilihan judul adalah sebagai berkut: 1. Bahwa setiap Negara termasuk penderita cacat netra mempunyai hak yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. 2. Usaha-usaha pembinaan seperti penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dan pelayanan kesejahteraan sosial terhadap penderita cacat netra merupakan tanggung jawab orang tua, pemerintah dan masyarakat. 3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat membantu dalam memberikan sumbangan pemikiran yang positif dalam meningkatkan kesejahteraan sosial bagi penderita cacat netra yang ada di Panti Asuhan Karya Murni.
B. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Penerapan Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial dalam meningkatkan Kesejahteraan Penderita Cacat Netra di Panti Asuhan Karya Murni”
5
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial yang di terapkan di Panti Asuhan Karya Murni. 2. Untuk mengetahui apakah penderita cacat netra mampu menjalankan fungsi sosialnya dengan baik setelah mendapatkan prinsip-prinsip pekerjaan sosial.
C.2. Manfaat Penelitian 1. Secara Praktis a. Sebagai bahan referensi bagi lembaga dalam rangka merumuskan dan melaksanakan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita cacat netra. b. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang penerapan prinsip-prinsip pekerjaan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penderita cacat netra 2. Secara Akademis a. Sebagai bahan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan seperti pekerja sosial dan masyarakat b. Untuk digunakan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesejahteraan Sosial.
6
Universitas Sumatera Utara
D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas : BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan secara teoritis variable-variabel yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN Ban ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data.
BAB IV
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian.
BAB V
: ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.
BAB VI
: PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang penulis berikan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.
7
Universitas Sumatera Utara