BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) atau yang populer diistilahkan dengan narkoba di kalangan sekelompok masyarakat kita menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan.1 Penyalahgunaan ini akan menyebabkan gejala kecanduan jangka panjang (paling sedikit satu bulan lamanya) serta berulang yang dapat dikarakteristikkan melalui keinginan atau dorongan kuat untuk menggunakan obat tersebut sepanjang hari maupun hilangnya kontrol diri terhadap batasan jumlah obat yang boleh dikonsumsi. Penggunaan narkoba merupakan suatu pola pemakaian zat yang bersifat patologik, sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial atau okupasional. Pola penggunaan yang bersifat patologik dapat berupa intoksikasi sepanjang hari, timbul keinginan untuk menggunakan zat tersebut meskipun penderita tahu bahwa dirinya sedang menderita sakit fisik yang hebat akibat menggunakan zat tersebut.2 United Nations Office Drugs and Crime dalam laporannya mengenai penyalahgunaan obat terlarang di dunia, seperti yang dikutip dari tulisan Rooban dkk telah memberikan data bahwa pada tahun 2007, sebanyak 200 juta penduduk dunia merupakan pengguna narkoba yang berarti yaitu sekitar 4,8 % dari seluruh penduduk dunia. Di negara berkembang seperti India, sekitar 11,35 juta penduduknya diketahui merupakan pecandu narkoba.3 Jumlah pengguna narkoba di Indonesia sendiri
Universitas Sumatera Utara
mencapai angka 3,5 juta jiwa dan di Medan menurut data BNN, yaitu sebesar 6,4 % dari seluruh pengguna narkoba di Indonesia.4 Narkoba dapat diperoleh baik secara alamiah ataupun berbentuk sintetis. Narkoba yang biasa disebut dengan NAPZA sendiri merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya, dimana ketiga zat ini termasuk tiga bagian besar dari obat-obat terlarang. Narkotika adalah zat atau bahan yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintestis yang dapat memberikan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya. Zat adiktif yaitu jenis zat psikoaktif tertentu yang dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan atau psikologis. Psikotropika yaitu zat atau obat alamiah atau sintetis yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.2 Cara menggunakan narkoba ada bermacam-macam. Pertama melalui oral yaitu dengan cara menelan. Kedua dengan cara dihirup atau inhalansia, dibakar seperti rokok lalu dihisap langsung ke paru-paru. Ketiga dihisap atau intranasal, yaitu dengan cara menghirup langsung melalui hidung sehingga diserap oleh saraf-saraf dalam hidung ke otak. Keempat
injeksi intravena yaitu memasukkannya dalam
bentuk cair ataupun dicairkan melalui jarum suntik ke dalam darah pada nadi masuk ke paru-paru, hati, jantung dan otak. Kelima yaitu ditaruh dalam luka dengan cara menaburkannya pada bagian kulit tubuh yang terlebih dahulu dibuat luka. Keenam, insersi anal yaitu memasukkannya lewat lubang dubur.5 Kondisi kesehatan pengguna narkoba pada umumnya berbeda dengan populasi normal. Beberapa peneliti menunjukkan prevalensi berbagai penyakit
Universitas Sumatera Utara
ditemukan lebih tinggi pada kelompok pengguna narkoba dibandingkan kelompok yang tidak menggunakan narkoba seperti endokarditis, hepatitis dan HIV.2 Lebih lanjut terdapat bukti bahwa narkoba berpengaruh terhadap kesehatan rongga mulut penggunanya yang meliputi efeknya terhadap jaringan keras (berupa peningkatan insiden karies dan periodontitis), dan efeknya terhadap jaringan lunak (leukoplakia dan fibrosis mukosa oral), mengurangi produksi kelenjar ludah parotid khususnya pada pemakai amphetamin dan ganja. Selain itu narkoba merupakan faktor predisposisi terjadinya beberapa infeksi oral seperti kandidiasis dan gingivitis.3 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengguna narkoba mempunyai kondisi kesehatan periodontal yang lebih buruk dibandingkan kelompok yang tidak menggunakan narkoba terutama dalam hal tingginya skor plak, perdarahan gingiva dan meningkatnya prevalensi gingivitis serta periodontitis. Molendijk dkk (1995) menemukan adanya perbedaan status kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar antara kelompok pengguna narkoba dan kelompok bukan pengguna narkoba. Molendijk melakukan penelitian terhadap tiga kelompok remaja pengguna narkoba dan menemukan bahwa dijumpai penumpukan plak di daerah servikal pada satu atau lebih permukaan gigi
sebanyak 76,5% , 82,4% , dan 88,2%. Molendijk juga
menemukan bahwa kebanyakan dari pengguna tersebut juga mengalami pendarahan gingiva.5 Didukung dengan penelitian lain oleh Scheutz dkk (1984) menemukan bahwa 12-40% pada gigi pengguna narkoba yang diteliti mengalami kehilangan perlekatan gingiva lebih dari 4 mm. Selain itu, peneliti tersebut juga menemukan bahwa kondisi higiena oral pengguna narkoba yang diukur dengan Indeks Plak Visibel rata-rata
Universitas Sumatera Utara
cukup tinggi yaitu 77.4, demikian juga indeks perdarahan untuk menilai kondisi inflamasi yaitu rata-rata indeks perdarahan adalah 71.3. 6 Milosevic dkk (1999) dalam penelitiannya terhadap 30 orang pengguna ekstasi dibandingkan dengan 28 orang bukan pengguna ekstasi menemukan bahwa terdapat atrisi yang meliputi email hingga mencapai dentin pada 60% pengguna ekstasi dan hanya 11% pada bukan pengguna ekstasi.7 Keparahan atrisi serta banyaknya gigi yang terlibat pada pengguna ekstasi adalah disebabkan oleh grinding dan clenching yang merupakan efek samping dari penggunaan ekstasi. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Readfearn (1998) yang menemukan bahwa dari 30 orang sampel pengguna narkoba yang dibandingkan dengan 28 orang bukan pengguna narkoba, kehilangan struktur gigi terbesar didapati pada pengguna narkoba terutama di permukaan gigi posterior.8
Namun di sisi lain, penelitian oleh Nikson
dkk (2002) menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dari derajat atrisi antara pengguna narkoba dengan bukan pengguna narkoba walaupun keparahan atrisi pada gigi molar pertama bawah ditemukan lebih besar pada kelompok pengguna narkoba.9 Penyakit periodontal khususnya periodontitis kronis merupakan jenis yang paling sering dijumpai pada pengguna narkoba walaupun terjadinya gingivitis nekrosis akut juga pernah dilaporkan. Efek narkoba pada jaringan periodonsium adalah berkaitan dengan tingginya tingkat akumulasi plak yang dihasilkan dari buruknya higiena oral serta xerostomia yang diperparah dengan adanya penekanan sistem imun oleh narkoba yang digunakan serta adanya perubahan profil mikrobiologis rongga mulut.10
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Susetyo A menunjukkan semua pengguna narkoba (100%) memiliki kebiasaan merokok.2 Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengguna narkoba mengawali penggunaan narkoba dengan merokok. Banyak penelitian yang menunjukkan merokok merupakan kegiatan yang adiktif yang menjadi faktor resiko utama terhadap buruknya kondisi gigi dan mulut. Jadi, merokok merupakan salah satu faktor resiko yang menyebabkan buruknya kesehatan rongga mulut pengguna narkoba.2 Dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna obat terlarang di Indonesia saat ini berarti meningkat pula jumlah kelompok beresiko tinggi terhadap kelainan pada rongga mulut, terutama pada generasi muda.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul permasalahan yaitu : 1. Apakah ada pengaruh narkoba terhadap kesehatan periodontal tahanan narkoba di Poltabes MS ? 2. Apakah ada pengaruh yang ditimbulkan dari jenis narkoba terhadap kesehatan periodontal tahanan narkoba di Poltabes MS? 3. Apakah ada pengaruh lamanya waktu pemakaian narkoba terhadap kesehatan periodontal tahanan narkoba di Poltabes MS ? 4. Apakah ada pengaruh kebiasaan buruk pengguna narkoba tahanan narkoba di Poltabes MS terhadap kondisi kesehatan periodontal?
Universitas Sumatera Utara
1.3
Hipotesis
Penelitian ini menguji hipotesis nol (H 0 ) yaitu tidak ada pengaruh antara narkoba terhadap kesehatan periodontal tahanan narkoba di Poltabes MS.
1.4
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh narkoba terhadap kesehatan periodontal tahanan narkoba di Poltabes MS . 2. Untuk mengetahui
pengaruh yang ditimbulkan dari jenis narkoba
terhadap kesehatan periodontal tahanan narkoba di Poltabes MS 3. Untuk mengetahui pengaruh lamanya waktu pemakaian narkoba terhadap kesehatan periodontal tahanan narkoba di Poltabes MS. 4. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan buruk pengguna narkoba tahanan narkoba di Poltabes MS terhadap kondisi kesehatan periodontal.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi kepada pihak-pihak pengelola kesehatan gigi dan mulut tentang pengaruh narkoba terhadap kesehatan periodontal di Poltabes MS. 2. Memberi kesempatan kepada penulis dalam menggali kemampuan untuk mengetahui pengaruh narkoba terhadap kesehatan periodontal tahanan narkoba Poltabes MS . 3. Sebagai dasar penelitian-penelitian berikutnya. ………….000…………
Universitas Sumatera Utara