Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah negara yang maju dibidang teknologinya. Teknologi yang diciptakan oleh negara Jepang tentunya berdasarkan kerja keras dan semangat dari bangsa Jepang itu sendiri. Semangat yang ada dan tumbuh pada diri bangsa Jepang dari dulu hingga saat ini, masih tertanam pada setiap individu, hal ini dibuktikan dengan masih adanya berbagai macam budaya bangsa Jepang yang membawa diri bangsa Jepang itu sendiri menjadi negara maju yang diakui oleh Negara-Negara lainnya. Oleh sebab itu, hingga pada saat ini banyak sekali perusahaan-perusahaan Jepang yang berdiri, bahkan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Secara hukum, sebuah perusahaan adalah suatu badan dimana anggotaanggotanyanya adalah pemegang saham. Konsep ini di Amerika Serikat tercermin dalam referensi yang termuat secara tetap dalam laporan kepada para pemegang saham yang menyebutkan “perusahaan anda” (your company). Tetapi di Jepang, seseorang yang menunjuk “perusahaan saya”, diterima untuk mengatakan bahwa ia karyawan perusahaan itu, dan bukan sebagai pemegang saham. Konsep pemegang saham sebagai anggota perusahaan, dalam masyarakat Jepang, hanyalah merupakan sebuah konsep hukum. Di Negara Jepang, deskripsi perusahaan Jepang sebagai badan serikat karyawan lebih mendekati kenyataan. Struktur perusahaan Jepang
1
seperti ini adalah unik, dan hal tersebut berhubungan erat dengan tingkat produktivitasnya yang tinggi (Matsumoto, 1988, hal.9). Keberhasilan yang diraih dalam bentuk apapun oleh negara Jepang, pasti melewati proses yang bertahap untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Bangsa Jepang sangat mementingkan proses dalam bekerja dari pada hasil yang mereka dapatkan, oleh karena bangsa Jepang meyakini bahwa apa yang mereka kerjakan melalui proses yang baik, maka akan membuahkan hasil yang baik pula. Bangsa Jepang menganut berbagai macam kebudayaan yang diyakini dapat menjadi proses dalam meraih apa yang mereka ingin dapatkan, terlebih dalam hal pekerjaan. Oleh sebab itu tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari untuk menerapkan budaya yang mereka anut, tetapi dalam berbagai hal yang mengisi aktifitas sehari-hari mereka. Seperti yang dikemukakan oleh Gea (2005, hal.153) bahwa budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya yang ada di suatu lingkungan, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan tersebut. Selain itu, bukan hanya dalam bersosialisasi, tetapi dalam mengerjakan suatu pekerjaan juga peran budaya bangsa Jepang sangat mempengaruhi jalan pekerjaan mereka. Oleh karena itu, banyak perusahaan Jepang yang hingga sampai saat ini menerapkan budaya Jepang dalam bekerja yang diterapkan oleh setiap elemen di perusahaan tersebut, guna mencapai tujuan yang sama dan melalui proses yang sama. Maka di dalam perusahaan Jepang, budaya kerja Jepang yang ada pada perusahaan itu diyakini akan sangat mempengaruhi tercapainya visi dan misi perusahaan tersebut. Gea (2005, hal.153) menjelaskan bahwa keahlian, kreativitas, kecerdasan, maupun motivasi yang tinggi dari karyawan memang merupakan unsur kredibilitas 2
yang harus dimiliki oleh karyawan agar perusahaan dapat mencapai sukses. Namun, unsur tersebut menjadi belum maksimal manfaatnya bila setiap karyawan belum memiliki satu budaya yang sama. Satu budaya yang sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat mereka memiliki persepsi yang sama tentang nilai dan kepercayaan yang dapat membantu mereka untuk memahami tentang bagaimana seharusnya berperilaku kerja pada perusahaan dimana mereka bekerja. Budaya kerja pada suatu perusahaan, biasanya akan bersifat berkelanjutan sampai kapanpun perusahaan itu berdiri. Menurut Gea (2005, hal.145), budaya perusahaan dapat membantu perusahaan meraih sukses yang diinginkannya. Untuk dapat memanfaatkan budaya perusahaan dengan maksimal, perusahaan perlu menanamkan nilai yang sama pada setiap karyawannya. Kebersamaan dalam menganut budaya atau nilai yang sama menciptakan rasa kesatuan dan percaya dari masing-masing karyawan. Bila hal itu telah terjadi maka akan tercipta lingkungan kerja yang baik dan sehat. Lingkungan seperti itu dapat membangun kreativitas dan komitmen yang tinggi dari para karyawan sehingga pada akhirnya mereka mampu memperbaiki kinerja serta mengakomodasi berbagai perubahan dalam perusahaan ke arah yang positif. Salah satu budaya kerja yang sampai sekarang masih diterapkan sebagai dasar organisasi di perusahaan Jepang yaitu budaya kerja horenso. Hou-Ren-Sou, adalah fitur dasar dari organisasi Jepang. Hou-Ren-Sou, adalah sebuah kombinasi dari tiga kata yang berbeda di Jepang: houkoku adalah melaporkan, renraku adalah menginformasikan dan soudan adalah konsultasi atau pra-konsultasi. Bawahan harus selalu melapor kepada atasan. Atasan dan bawahan saling berbagi informasi. Saat konsultasi dan sebelum konsultasi sangat diperlukan, tidak seorang pun yang dapat 3
membuat keputusannya sendiri bahkan bagi orang yang memiliki kekuasaan. Tidak ada kesempatan dimana yang berwewenang dapat menggunakan kekuasaannya. Gabungan dari kata-kata Houkoku, Renraku, dan Soudan, “Horenso” adalah nilai inti dari budaya Jepang. Memberikan saran untuk perbaikan tanpa konsultasi terlebih dahulu, dapat dianggap sebagai perilaku yang tidak sopan (menyinggung) dalam budaya Jepang. Semua orang dari bawahan sampai pemimpin, dari mulai awal masuk kerja sampai pensiun, semua harus mengikuti system penilaian “hou-ren-sou” (Miroshnik, 2009, hal.140). Organisasi Jepang tidak menyukai individu atau pekerja yang banyak tingkah dan mementingkan diri sendiri. Menurut mereka kesuksesan sebuah organisasi tidak boleh dianggap sebagai kesuksesan individu, tetapi sebagai hasil kerja sama kelompok. Bagi bangsa Jepang, perundingan dan pembicaraan akan menghasilkan keputusan yang baik. Mereka melibatkan orang lain dalam perkara yang hendak diperbincangkan. Dalam organisasi Jepang, setiap anggota, baik tingkat bawah, tengah, maupun atas, memiliki peran dan kepentingan yang sama. Hubungan antar individu tanpa melihat jabatan dan kedudukan membuat hubungan menjadi erat dan saling melengkapi satu sama lain (Seng, 2007, hal.23). Berdasarkan budaya kerja Jepang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai penerapan sistem horenso di perusahaan Jepang, khususnya di perusahaan Jepang yang ada di Indonesia, yaitu PT Nissan Motor Indonesia. PT Nissan Indonesia telah berdiri sejak pada tahun 1986 dan kantor pusat berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT Nissan Motor Indonesia adalah salah satu perusahaan asing yang bergerak di bidang perindustrian otomotif. PT Nissan Motor Indonesia pertama kali secara 4
resmi masuk ke Indonesia pada tahun 1969 dengan nama Datsun melalui agen tunggal PT Indokaya. Seiring berjalannya waktu, PT Nissan Motor Indonesia berkali-kali berganti nama perusahaan, mulai dari PT ISMAC menjadi PT ISMAC Nissan Manufacturing dan terakhir hingga sekarang yaitu PT Nissan Motor Indonesia. PT Nissan Motor Indonesia merupakan Perusahaan gabungan antara Nissan Motors dengan Indomobil Group. PT Nissan Motor Indonesia memiliki pabrik perakitan yang berlokasi di Purwakarta dan anak perusahaan yaitu PT. Indokaya (1969–1983) dan PT. Ismac Nissan (1983–1986). Hingga kini PT Nissan Motor Indonesia menjadi perusahaan yang berkembang pesat di bidang usahanya. PT Nissan Motor Indonesia didukung oleh keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas dan berpengalaman di bidangnya, serta didukung sarana dan prasarana yang baik sehingga menunjang kinerja para Karyawannya. Pada tahun 1998 PT Nissan Motor Indonesia mengalami dampak krisis global, akhirnya PT Nissan Motor Indonesia bersama PT Renault (perusahaan mobil ternama asal Prancis) beraliansi pada tahun 2001. PT Nissan Motor Indonesia berdiri sejak masa aliansi Nissan-Renault dan bergabung dengan Indomobil Group. Indomobil-Nissan sampai sekarang sudah memiliki lebih dari 60 dealer tersebar di seluruh indonesia yang assembly plant berada di kota karawang, Jawa Barat. PT Nissan Motor Indonesia kini menggunakan slogan “SHIFT_the way you move” yang penggunaannya digunakan secara global. SHIFT_ merupakan semangat PT Nissan Motor Indonesia dalam mengubah pakem atau nilai-nilai tradisional untuk menciptakan dan menawarkan serangkaian nilai-nilai baru. “SHIFT_the way you move” juga mengekspresikan aspirasi PT Nissan Motor Indonesia untuk mengubah
5
pandangan masyarakat terhadap kendaraan, bukan lagi sebagai alat transportasi semata tetapi lebih ke pengalaman emosional. PT Nissan Motor Indonesia sebagian dari Nissan Global pun turut berpartisipasi dalam melaksanakan program GT 2012. GT 2012 menjadi acuan untuk terus mengembangkan jaringan dealer di seluruh Indonesia, memproduksi kendaraan-kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan fokus kepada kualitas produk. Tidak terbatas hanya itu, peningkatan kualitas juga dilakukan dalam hal pelayanan, merek dan manajemen. Nissan GT 2012 terdiri dari tiga komitmen perusahaan dan lima terobosan bisnis. Ketiga komitmen itu adalah: 1. Quality Leadership (terdepan dalam hal kualitas) 2. Zer0-emission leadership 3. Pertumbuhan keuntungan rata-rata sebesar 5% dalam 5 tahun (FY2008 ke FY2012) Ketiga komitmen dari Nissan GT 2012 tersebut akan didukung dengan lima terobosan bisnis, yaitu: 1. Terdepan dalam hal kualitas 2. Terdepan dalam hal kendaraan emisi 3. Ekspansi bisnis: Infiniti, Light Commercial Vehicles dan mobil murah 4. Ekspansi pasar: India, Timur tengah, Brazil, Rusia dan China 5. Terdepan dalam hal biaya
6
1.2 Rumusan Masalah Dalam skripsi ini, penulis ingin meneliti mengenai implementasi budaya kerja Horenso di perusahaan Jepang yang ada di Indonesia.
1.3 Ruang Lingkup Masalah Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi ruang lingkup permasalahan tersebut pada implementasi Horenso di PT Nissan Motor Indonesia pada saat ini, khususnya dari berbagai elemen yang ada pada perusahaan tersebut.
1.4 Tujuan dan Manfaat Tujuan penulis meneliti permasalahan ini adalah untuk mengetahui lebih dalam implementasi mengenai salah satu budaya kerja Jepang yaitu Horenso pada perusahaan Jepang yang ada di Indonesia, yaitu di PT Nissan Motor Indonesia. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memahami lebih dalam kepada pembaca mengenai penerapan budaya kerja Jepang Horenso secara umum yang ada di perusahaan Jepang, khususnya di PT Nissan Motor Indonesia.
1.5 Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis,
yaitu
mendeskripsikan,
menjabarkan
dan
menjelaskan
fakta-fakta
berdasarkan hasil penelitian, dan selanjutkan akan dilakukan analisis. Seperti yang 7
dijelaskan oleh Nazir (2003, hal.89) yaitu menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat, kemudian analisis ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan-hubungan. Penulis juga akan menggunakan metode kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2004, hal.135) dan metode wawancara, yaitu teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2004, hal.130). Penulis akan melanjutkan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Sehingga dari hasil kuesioner akan dibuat data kuantitatif, dan hasil wawancara dibuat data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2004, hal.14). Sedangkan data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar (Sugiyono, 2004, hal.14). Selain itu penulis juga melakukan riset kepustakaan (studi pustaka), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2008, hal.3). Data pustaka yang digunakan penulis yaitu data-data mengenai budaya kerja horenso dari buku-buku, jurnal dan artikel di internet. Buku-buku dan jurnal yang digunakan untuk mendukung penelitian ini berasal dari perpustakaan dan beberapa data pendukung yang berasal dari situs di internet, terutama situs resmi dari Jepang sebagai data pendukung utama. 8
1.6 Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, terdiri dari 5 bab yang masing-masing akan dibagi ke dalam sub bab untuk memberi penjelasan secara lebih jelas. Pada bab 1, pendahuluan, penulis akan menguraikan latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2, landasan teori. Berisi semua teori yang mendukung penelitian yang dimana teori tersebut berasal dari buku-buku, jurnal, dan data-data dari internet. Bab 3, berisi tentang analisis yang menguraikan permasalahan yang akan dibahas dan diteliti lebih dalam, dan menganalisanya berdasarkan teori-teori yang ada pada landasan teori. Bab 4, simpulan dan saran. Pada bab ini akan diuraikan simpulan dari hasil analisis pada bab sebelumnya dan saran kepada pembaca. Bab 5, ringkasan. Berisi tentang ringkasan dari keseluruhan isi skripsi.
9