BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu sasaran yang menjadi prioritas pembangunan pertanian adalah tercapainya peningkatan ketahanan pangan sebagai upaya penyediaan setiap saat kebutuhan pangan dalam jumlah dan mutu yang cukup, aman dan merata pada tingkat harga yang terjangkau masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, air memegang peranan penting dalam usaha pembudidayaan tanaman pangan, dimana pengaturan air yang baik menjadi salah satu jaminan ketersediaan pangan untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Irigasi menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan merupakan kebijakan pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional guna mempertahankan produksi swasembada beras. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi pada ketentuan umum Bab I Pasal 1 berbunyi irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya adalah irigasi permukaan, rawa, air bawah tanah, pompa, dan tambak. Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk yang dialirkan melalui sistem jaringan irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian. Air irigasi merupakan sumberdaya pertanian yang sangat strategis. Sumberdaya ini tidak hanya
1
2
mempengaruhi produktivitas tetapi juga mempengaruhi pengusahaan komoditas pertanian. Oleh karena itu kinerja irigasi bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan produksi pertanian tetapi juga berimplikasi pada strategi pengusahaan komoditas pertanian dalam arti luas. Mengingat arti penting air dalam peningkatan produksi pertanian tersebut, disamping besarnya biaya yang diperlukan dalam pengembangan dan pengelolaannya , maka air irigasi harus dikelola secara baik dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Dalam UU No. 7 Tahun 2004 pasal 29 ayat 3 disebutkan bahwa “Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhan”. Namun, sebagai salah satu prioritas utama dalam penyediaan air, irigasi pertanian masih juga memiliki beberapa masalah. Permasalahan irigasi mencakup meningkatnya kebutuhan terhadap air irigasi untuk memproduksi pangan yang juga meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat sehingga sering terjadi kekurangan air yang akan disalurkan. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan permintaan air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun industri semakin meningkat juga seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi. Dengan demikian kompetisi penggunaan air antar sektor meningkat. Waduk Wadaslintang terletak di sungai Bedegolan, desa Sumberejo, Kecamatan Wadaslintang, kira-kira 17 km sebelah utara kota Prembun.
3
Fungsi Waduk Wadaslintang adalah untuk menyediakan suplesi air irigasi untuk Sistem Irigasi Wadaslintang, Air minum, PLTA dan pengendalian banjir. Khusus untuk PLTA operasinya tergantung pada operasi irigasi. Daerah Irigasi Wadaslintang dibagi menjadi dua saluran pengairan yaitu Saluran Irigasi Wadaslintang Timur dan Saluran Irigasi Wadaslintang Barat. daerah irigasi Sudagaran merupakan bagian Saluran Irigasi Wadaslintang Timur. Daerah irigasi Sudagaran memiliki sebuah bendung yaitu Bendung Bandung yang sumber air utamanya dari Sungai Jali. Daerah Irigasi Sudagaran mengairi lahan seluas 3.665 ha. Berdasarkan luas daerah yang diairi, daerah irigasi Sudagaran dikelola oleh pemerintah pusat. Daerah irigasi Sudagaran mengairi 46 desa pada 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Kutoarjo 12 desa, Kecamatan Butuh 12 desa, Kecamatan Bayan 4 desa dan Kecamatan Grabag 18 desa. Air yang dialirkan dari Bendung Bandung akan disadap pada bangunan sadap dan bangunan bagi Silekor. Daerah irigasi Sudagaran dibagi menjadi sembilan saluran sekunder, yaitu saluran sekunder Dungus, saluran sekunder Sudagaran Kecil, saluran sekunder Sudagaran I, saluran sekunder Lugu, saluran sekunder Wringin Putih, saluran sekunder Pengampon I, Pengampon II, Pengampon III serta saluran sekunder Pengampon IV. Permasalahan yang sering dihadapi dalam merealisasikan rencana sistem operasi air irigasi yang optimal berasal dari keadaan jaringan irigasi dan masih kurangnya kesadaraan petani dan masyarakat untuk berkontribusi dalam kegiatan irigasi. Permasalahan utama tidak seperti pada daerah irigasi
4
biasanya yang sering bermasalah dengan kurangnya ketersediaan air, tetapi lebih ke kondisi saluran irigasi yang tidak baik walaupun masih berfungsi. Dengan kondisi saluran yang rusak, maka pada realisasinya air banyak yang hilang pada saat dialirkan sehingga tingkat efisiensi rendah. Selain kondisi saluran yang rusak, usia saluran yang tua juga sangat rentan rusak dan saluran menyempit karena adanya sedimen. Dengan adanya sedimen tersebut maka pengukuran debit air tidak akurat. Melihat luasnya daerah irigasi yang dialiri, sistem operasi dan pengelolaan yang diterapkan pada pelaksanaan kegiatan irigasi di DI Sudagaran sangat berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan irigasi mulai dari perencanaan tata tanam hingga sistem distribusi air irigasi. Selain itu, kondisi dan fungsi jaringan irigasi sangat berpengaruh terhadap kinerja pemberian air irigasi serta mempengaruhi efisiensi tingkat pemanfaatan air irigasi pada daerah irigasi Sudagaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pembahasan tentang evaluasi kinerja operasi irigasi di Daerah Irigasi Sudagaran, Waduk Wadaslintang sangat diperlukan serta dibutuhkan kalkulasi yang tepat agar kinerja operasi irigasi berjalan lebih baik dan pendistribusian air irigasi dapat merata serta dapat memenuhi kebutuhan air irigasi daerah irigasi Sudagaran, Waduk Wadaslintang. Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya kepada masyarakat petani, pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan air secara terpadu.
5
1.2. Tujuan 1.2.1. Mengukur tingkat pemanfaatan air irigasi yang dialirkan dari Bendung Bandung terhadap kebutuhan air Daerah Irigasi Sudagaran. 1.2.2. Menilai tingkat realisasi kinerja operasi irigasi berdasarkan rencana kegiatan irigasi di Daerah Irigasi Sudagaran. 1.2.3. Menghitung indikator kecukupan (KPA, RWS dan RIS), kemerataan, timeliness, predictability (keterdugaan) dan efisiensi penyaluran di Daerah Irigasi Sudagaran. 1.2.4. Mengevaluasi kinerja operasi irigasi secara keseluruhan berdasarkan nilai indikator kecukupan (KPA, RWS dan RIS), kemerataan, timeliness, predictability (keterdugaan) dan efisiensi penyaluran di Daerah Irigasi Sudagaran.
1.3. Manfaat Hasil evaluasi dan analisa data dalam skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan rencana kegiatan operasi irigasi di Daerah Irigasi Sudagaran dan selanjutnya diikuti dengan peningkatan pengelolaan operasi irigasi. Selain itu, hasil evaluasi ini dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya kinerja operasi irigasi di Daerah Irigasi Sudagaran dan memberi masukan agar pelaksanaan kegiatan operasi irigasi dapat dilakukan sesuai prosedur yang lebih baik.
6
1.4. Batasan Masalah Batasan masalah dalam skripsi ini adalah : 1.4.1. Wilayah kajian penelitian yaitu Daerah Irigasi Sudagaran dan Bendung Bandung sebagai sumber air irigasi utama. 1.4.2. Wilayah kajian penelitian dibatasi hanya saluran dan petak sekunder di DI Sudagaran tidak sampai penelitian tingkat petak tersier. 1.4.3. Data yang digunakan merupakan data sekunder periode 2009 – 2012. 1.4.4. Kinerja sistem irigasi yang dianalisis adalah karakteristik kebutuhan dan ketersediaan air di DI Sudagaran.