BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian masyarakat pedesaan sangat penting dalam
menunjang pembangunan nasional, karena sebagian besar penduduk Indonesia berada di daerah pedesaan. Wilayah pedesaan menyimpan banyak potensi yang dapat
menunjang
pertumbuhan
dan
kelancaran
pembangunan
nasional.
Berhasilnya pembangunan pedesaan yang menyentuh segala lapisan masyarakat memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Daerah Bali yang terkenal dengan adat istiadat yang diatur dalam desa pakraman tentunya diberikan hak yang otonom untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi termasuk di dalamnya mengatur mengenai pengelolaan kekayaan desa adat. Untuk pengelolaan kekayaan desa adat maka didirikanlah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang merupakan salah satu kebijakan strategis yang dapat menjangkau kelompok masyarakat pedesaan. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali dinobatkan sebagai lembaga pemberi pinjaman kepada masyarakat pedesaan yang terbaik se-Indonesia. LPD di Bali mampu berkembang dengan baik karena ditopang oleh sistem kemasyarakatan yang disebut Banjar. Kecamatan Buleleng merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Buleleng yang berdasarkan data yang diperoleh dari Pembina
Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten (PLPDK) Buleleng pada tahun 2010 tercatat ada 21 LPD. Kecamatan Buleleng menjadi salah satu daerah dengan perkembangan LPD yang pesat di Kabupaten Buleleng. Hal ini terlihat dari
1
meningkatnya jumlah dana yang terhimpun dari tabungan dan deposito, serta meningkatnya jumlah pinjaman yang diberikan kepada masyarakat. Data perkembangan LPD di Kecamatan Buleleng disajikan pada Tabel 1.1 yang menunjukkan perkembangan dari tahun 2008-2010. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah nasabah kredit menunjukkan pola yang berfluktuatif dengan peningkatan pada tahun 2008-2009, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2010.
Tabel 1.1 Perkembangan Total Kas, Total Asset, Total Pendapatan Operasional, Modal Sendiri, Jumlah Tabungan dan Deposito, Jumlah Kredit yang Diberikan, dan Laba LPD di Kecamatan Buleleng Periode 2008-2010 (Dalam Ribuan Rupiah). No 1 2
Uraian
2008 2.337.237 79.221.169 14.840.090
Total Kas Total Asset Total Pendapatan 3 Operasional 4 Modal Sendiri 837.582 Jumlah Tabungan dan 18.684.573 5 Deposito Jumlah kredit yang 55.368.006 6 diberikan 7 Laba 3.046.578 Sumber: PLPDK Buleleng, 2011
Tahun 2009 3.125.363 114.579.186 21.588.471
2010 3.560.627 198.736.092 27.666.338
849.373 26.925.451
890.654 33.321.783
80.972.301
98.961.070
4.301.198
5.090.489
Pada Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa total kas pada LPD di Kecamatan Buleleng terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2010 yang secara berturut-turut sebesar Rp 2.337.237.000; Rp 3.125.363.000; Rp 3.560.627.000. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya jumlah nasabah tabungan dan deposito. Selain itu, dapat juga dilihat bahwa total asset terus
2
mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2010 yang secara berturutturut sebesar Rp 79.221.169.000; Rp 114.579.186.000; Rp 198.736.092.000. Sama halnya dengan total kas, total asset terus mengalami peningkatan karena jumlah nasabah pada LPD di Kecamatan Buleleng terus meningkat. Total pendapatan operasional terus meningkat dari tahun 2008 sampai tahun 2010 yang secara berturut-turut sebesar Rp 14.840.090.000; Rp 21.588.471.000; Rp 27.666.338.000. Hal ini disebabkan karena jumlah nasabah debitur dan kegiatan operasional lainnya terus meningkat sehingga pendapatan yang diterima LPD juga meningkat. Jumlah modal sendiri yang dimiliki LPD di Kecamatan Buleleng dari tahun 2008 sampai tahun 2010 terus meningkat sebesar Rp 837.582.000; Rp 849.373.000; Rp 890.654.000. Hal ini disebabkan karena penyisihan laba dari tahun 2008 sampai tahun 2010 terus meningkat sehingga cadangan umum dan modal sendiri yang dimiliki LPD juga meningkat. Jumlah tabungan dan deposito pada LPD di Kecamatan Buleleng terus meningkat dari tahun 2008 sampai tahun 2010 secara berturut-turut sebesar Rp 18.684.573.000; Rp 26.925.451.000; Rp 33.321.783.000. Hal ini disebabkan karena tingkat kepercayaan masyarakat terhadap LPD mengalami peningkatan sehingga jumlah masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan LPD juga meningkat. Jumlah kredit yang diberikan meningkat dari tahun 2008 sampai tahun 2010 secara berturut-turut sebesar Rp 55.368.006.000; Rp 80.972.301.000; Rp 98.961.070.000. Hal ini disebabkan karena jumlah kas yang dimiliki LPD di Kecamatan Buleleng berada pada jumlah yang cukup besar sehingga dapat disalurkan ke masyarakat dalam bentuk pinjaman. Laba dari tahun 2008 sampai tahun 2010 terus mengalami peningkatan
3
secara berturut-turut sebesar Rp 3.046.578.000; Rp 4.301.198.000; Rp 5.090.489.000. Hal ini disebabkan karena kualitas pelayanan LPD meningkat sehingga kepercayaan masyarakat untuk melakukan transaksi di LPD dan pendapatan yang diperoleh LPD juga meningkat. Dalam usaha LPD untuk memupuk modal melalui tabungan, deposito dan pinjaman dari masyarakat, kemudian diakumulasikan dalam bentuk pemberian kredit yang efektif, ditentukan oleh kemampuan menumbuhkan kepercayaan, sehingga masyarakat mempunyai rasa aman dalam menabung, mendepositokan dan meminjam uang kepada LPD. Menurut Boymont P. Kent, dikutip oleh Thomas Suyatno dkk (1990:15): “Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang”. Kepercayaan masyarakat akan keamanan uangnya yang ditempatkan pada LPD, memegang peranan yang penting (Damayanthi, 2006:2). Lau dan Lee (1999) dalam M.Rafki Nazar dan Syahran (2007) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan individu untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain dengan resiko tertentu. Kesediaan ini mencul karena adanya pemahaman individu tentang pihak lain yang didasarkan pada masa lalunya, adanya harapan pihak lain akan memberikan sumbangan yang positif (walaupun ada juga kemungkinan pihak lain memberikan sumbangan yang negatif). Menumbuhkan kepercayaan masyarakat tidaklah mudah, sebab dewasa ini banyak dijumpai lembaga-lembaga keuangan yang tidak sehat. Kepercayaan masyarakat bisa tumbuh apabila LPD memiliki komposisi badan pengawas yang memadai, jumlah modal yang minimal, tingkat
4
perputaran kas yang tinggi dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah yang tinggi. Semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat profitabilitas suatu LPD. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan merupakan salah satu cara untuk menilai sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasi suatu perusahaan. Untuk mencapai keuntungan yang optimal, LPD harus menjalankan usahanya secara efisien, efektif dan ekonomis (Nila dan Suartana, 2009). Hal ini bisa dilakukan dengan mangatur tingkat perputaran kas, tingkat kecukupan modal, loan to deposit ratio dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah LPD. Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan, semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan berarti semakin tinggi likuiditasnya, disisi lain semakin besar jumlah kas menunjukkan semakin rendah tingkat perputarannya. Perputaran kas juga menunjukkan efisiensi penggunaan kas sehingga untuk mengetahui efisiensi penggunaan kas dapat diketahui melalui tingkat perputaran kasnya (Riyanto, 2001:95). Semakin besar jumlah uang kas berarti semakin banyak dana yang tertanam pada kas dalam keadaan menganggur. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan kasnya, sehingga meningkatkan profitabilitas LPD. Akan tetapi, tingkat perputaran kas yang berlebihan dapat juga berarti bahwa jumlah persediaan kas yang tersedia adalah terlalu kecil dan nantinya dapat mengganggu kelancaran operasional LPD. Pendapatan yang diperoleh adalah total
5
manfaat yang dihasilkan oleh semua komponen infrastruktur lembaga keuangan (Bratland, 2010:36). Pemeliharaan modal berhubungan dengan kemampuan lembaga keuangan untuk memelihara atau meningkatkan pendapatan lembaga keuangan itu sendiri. Modal merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan kemajuan LPD dan modal juga digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya resiko kerugian akibat pergerakan aktiva yang pada dasarnya berasal dari sebagian besar dana dari pihak ketiga. Salah satu kendala yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan untuk melakukan aktivitas perekonomian adalah masalah permodalan yang pada umunya rata-rata relatif lemah (Andrisani, 2010:2). Jumlah modal yang ada dalam suatu LPD mencerminkan kemampuan menutup resiko kerugian LPD, yang menjadi suatu persyaratan yang penting bahkan wajib didalam meningkatkan pertumbuhan LPD. Dalam perkembangan dunia perbankan di negara berkembang menurunkan tingkat bunga dan mengurangi biaya modal merupakan sebuah konsekuensi yang harus dilakukan untuk menghadapi para investor yang diajukan sebagai acuan perbandingan investasi untuk mengantisipasi laju inflasi (Anonymous, 2010:56). Jumlah modal yang minimal harus ada dalam sebuah LPD karena bertujuan untuk meniadakan atau meminimalkan resiko yang mungkin terjadi. Jika LPD tidak mempunyai jumlah modal minimum dalam keadaan LPD tertimpa resiko, maka LPD tersebut akan sulit dioperasikan dengan baik, oleh karena itu modal minimal harus ada (Agustini, 2005:3). Modal LPD yang cukup atau banyak sangat penting karena modal dapat memperlancar operasional sebuah LPD. Kebutuhan modal yang tinggi dibutuhkan untuk
6
melindungi nasabah dari kegagalan bank (Brinkman, 1995:848). Aktivitas bank menyangkut berbagai jenis resiko, untuk melindungi dari kegagalan bank harus mampu memelihara, memonitor dan melindungi modal (Alessandri, 2010:129). Kegiatan utama LPD yaitu menghimpun dana dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka serta melakukan kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada debitur. Pendapatan yang diperoleh LPD dapat ditingkatkan dengan memaksimalkan pemberian kredit atau pinjaman kepada masyarakat, tingkat kredit yang disalurkan oleh LPD kepada masyarakat dapat dilihat dari perhitungan loan to deposit ratio. Kredit yang disalurkan LPD bertujuan untuk menghindari adanya dana yang tidak produktif, adanya dana yang menganggur akan menyebabkan kerugian bagi LPD (Juun, 2011:6). Loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana yang diterima oleh LPD (Sudirman, 2000:93), juga memiliki pengaruh yang positif terhadap profitabilitas. Loan to deposit ratio yang menunjukkan pemberian penyaluran kredit tersebut akan semakin besar sehingga akan meningkatkan profitabilitas LPD (Victor, 2010:3). Lembaga keuangan dapat menghasilkan laba apabila memiliki jumlah nasabah penyimpan (kreditur) maupun nasabah debitur yang potensial karena nasabah merupakan sumber pendapatan LPD, dimana pendapatan utama LPD adalah dari transaksi yang dilakukan nasabahnya (Kasmir, 2005:208). Semakin banyak jumlah nasabah yang melakukan transaksi di LPD seperti kredit, maka semakin tinggi pendapatan yang akan diterima oleh LPD (Yessy, 2010:8). Dengan demikian pertumbuhan jumlah nasabah kredit mempunyai pengaruh pada
7
profitabilitas ekonomi LPD. Disisi lain, nasabah yang melakukan transaksi tabungan maupun deposito, maka jumlah yang dikeluarkan oleh LPD akan semakin tinggi. Dengan demikian pertumbuhan jumlah nasabah tabungan maupun deposito mempunyai pengaruh pada profitabilitas LPD. Kepuasan nasabah ditentukan oleh kualitas produk dan layanan yang dikehendaki nasabah, sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi bank (Hidayat, 2009:99). Selain itu nasabah selalu menilai dari suatu layanan yang diterima dibandingkan dengan apa yang diharapkan atau diinginkan (Parasuraman, 1993:5). Dengan demikian pertumbuhan jumlah nasabah tabungan maupun deposito mempunyai pengaruh pada profitabilitas LPD, selain itu pertumbuhan nilai perusahaan hanya dapat tercapai jika profitabilitas perusahaan meningkat pada saat garis maksimum (Trimertana, 2008:81). Penelitian yang dilakukan oleh Andrisani Prasetya (2010) dan Victor Hironimus Piere Gero (2010) berhasil membuktikan bahwa tingkat perputaran kas dan loan to deposit ratio secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Serta didukung dengan penelitian Ni Wayan Juun Sriyanthi (2011) yang juga berhasil membuktikan bahwa variabel loan to deposit ratio secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas, serta berhasil membuktikan bahwa jumlah nasabah aktif memiliki pengaruh secara parsial terhadap profitabilitas. Penelitian Ni Ketut Mas Adi Lestari (2010) juga menyatakan bahwa tingkat perputaran kas juga berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, serta berhasil menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan jumlah nasabah secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Namun penelitian
8
yang dilakukan Yessy Dwiyanti (2010) bertentangan dengan hasil penelitian Andrisani Prasetya, Victor Hironimus Piere Gero, Ni Wayan Juun Sriyanthi dan Ni Ketut Mas Adi Lestari. Pada penelitian Yessy Dwiyanti, tingkat perputaran kas dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah (tabungan dan kredit) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas, serta berhasil membuktikan bahwa tingkat pertumbuhan jumlah nasabah deposito secara parsial memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Perbedaan hasil penelitian tersebut, mendorong penulis untuk melakukan penelitian
lanjutan
guna
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
profitabilitas suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan empat variabel bebas yaitu tingkat perputaran kas, tingkat kecukupan modal, loan to deposit ratio dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah. Berdasarkan
uraian
latar
belakang,
maka
yang
menjadi
pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah tingkat perputaran kas berpengaruh pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng periode 2008-2010? 2) Apakah tingkat kecukupan modal berpengaruh pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng periode 2008-2010? 3) Apakah loan to deposit ratio berpengaruh pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng periode 2008-2010? 4) Apakah tingkat pertumbuhan jumlah nasabah berpengaruh pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng periode 2008-2010?
9
1.2
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh tingkat perputaran kas pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng periode 2008-2010. 2) Untuk mengetahui pengaruh tingkat kecukupan modal pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng periode 2008-2010. 3) Untuk mengetahui pengaruh loan to deposit ratio pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng periode 2008-2010. 4) Untuk mengetahui pengaruh tingkat pertumbuhan jumlah nasabah pada profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Buleleng periode 2008-2010. 1.2.2
Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memperluas wawasan bagi penulis dan berbagai pihak atas pengaruh tingkat perputaran kas, tingkat kecukupan modal, loan to deposit ratio dan tingkat pertumbuhan jumlah nasabah pada profitabilitas LPD di Kecamatan Buleleng periode 2008-2010 dan diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya serta meningkatkan perkembangan terhadap teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini.
10
2) Kegunaan praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya bagi pengurus LPD di Kecamatan Buleleng.
1.3
Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi dari makalah ini terdiri dari
lima bab pada bagian ini diuraikan sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka Merupakan bab yang menguraikan landasan teori yang relevan dan berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, hasil penelitian sebelumnya, dan hipotesis penelitian.
Bab III
Metode Penelitian Merupakan bab yang berisikan tentang metode penelitian yang meliputi lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metoda penentuan sampel serta teknik analisis data.
11
Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian Merupakan hasil dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum atau deskripsi hasil penelitian dari pengaruh efektivitas penggunaan modal kerja yang diukur dari perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan jumlah anggota berpengaruh pada profitabilitas. Pada bab ini juga diuraikan hasil analisis uji asumsi klasik serta analisis regresi linier berganda.
Bab V
Simpulan dan Saran Merupakan bab penutup yang mengemukakan simpulan akhir dari pembahasan yang menjadi jawaban dari permasalahan dan saran-saran kepada organisasi dan penelitian berikutnya yang memiliki keterkaitan terhadap penelitian ini.
12