BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dakwah pada dasarnya merupakan suatu ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkahlaku dan sebagainya. Dalam era informasi ini, banyak para ahli dan pakar
penelitian menganggap di era informasi dakwah mesti melibatkan
media masa modern sebagai media dakwah. Tanpa ini, maka keberhasilan dakwah akan sulit di capai pendapat demikian didasarkan pada alasan bahwa masyarakat di era informasi memiliki tingkat kesibukan yang insentif, sehingga tidak memiliki waktu
untuk
hadir
di masjid
maupun di majelis ta`lim untuk
memperdalam dan mengkaji ajaran keIslaman. Waktu senggang kerap kali digunakan untuk menyimak program atau acara yng ditayangkan dan di siarkan di media modern, hal demikian dapat di maklumi, mengingatmass media modrn telah memanjakan mereka tanpa harus keluar rumah, maka mereka dapat menyimak dan mendengarkan siaran keIslaman tanpa ke masjid maupun ke majelis ta`lim. Salah satu acara edukasi bersifat edukatif keIslaman adalah dakwah,acara ini sengaja di siarkan dan di programkan sebagai salah satu misi dakwah Islamiah. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dakwah diperlukan dalam kehidupan, perjalanan dan kesinambungan ajaran-ajaran agama sehingga agama apapun tidak terjamin kehidupan dan kelestariannya tanpa kerja
keras dan da`i yang
mendakwahnya. Dengan demikian dakwah merupakn salah satu faktor yang sangat penting bagi ke langsungan dan kesinambungan bagi kehidupan agama.
1
2 Berdasarkan hal di atas maka sasaran dakwah yang di selenggararakan Radio RRI memiliki nilai strategis dan urgensitas tinggi, baik kepentingan dakwah Islamiyah itu sendiri maupun bagi masyarakat. Sasaran sebagai sarana pembinaan mental
spiritual.
Namun
demikian,
studi awal juga
menunjukan
aspirasi
masyarakat, untuk mengikuti siaran rohani ini Nampak masih kurang. Hal ini terjadi bukan lantaran mereka merasa tidak membutuhkan, benar-benar menyita waktu, dan kesempatan mereka. Siaran keagamaan melalui radio RRI yang di siarkan setiap sore, secara berangsur angsur sedikit demi sedikit dapat merubah sikap dan tingkah laku yang karimah kebahagiaan yang bernaung dibwah lindungan Allah SWT. Yang membawanya pada suasana hidup lebih tenang, damai, tentram lahir dan batin. Radio sebagai media masa yang memiliki daya tarik yang luar biasa dengan kelebihan yang dipunyainya, merupakan langkah tepat bila dakwah Islamiah juga di kemas melalui radio, seperti halnya yang dilakukan oleh radio RRI BANDUNG dengan acara kegiatan siaran Islamiyah, merupakan kontribusi positif dan akan berdampak positif dan akan berdampak baik bagi perkembangan moral dan agama di masyarakat. Sehubungan dengan hal di atas, maka penulis mencoba judul ―Peranan Siaran Pro2 RRI Bandung dalam Pengembangan Dakwah Islamiyah‖yang berlokasi di jalan Diponogoro no. 61 Bandung yang cukup strategis, sebuah gedung yang berdiri dengan berwarna putih, yang menandakan kebonfidan radio RRI di lokasi inilah radio RRI mengudara di jalur FM yang begitu akbar dengan terdengarnya dan dengan semboyan ―sekali di udara tetap di udara”.
3 Pada awal masa revolusi nama Maladi sangat arat hubungannya dengan dunia radio, gagasannya untuk mempersatukan radio-radio yang berada diseluruh nusantara dalam satu wadah bernama Radio Republik Indonesia. Pada akhir bulan Agustus 1945, gagasan ini kemudian direalisasikan dengan mengundang seluruh pimpinan radio siaran khususnya yang berdomisili di Jawa untuk datang ke Jakarta. Undangan ini ternyata dapat sambutan positif dari seluruh pimpinan radio siaran di Jawa dan bersedia memenuhi undangan tersebut yang waktunya pertemuan ini telah ditentukan yaitu tanggal 11 September 1945 bertempat di Rumah Mr. Oetojo Ramlan.Yang hadir pada saat itu adalah delapan perwakilan stasiun siaran radio di Jawa, diantaranya: Adang kadarusman, Surjodipoero, Yosep Ronodipoero, Soekasmo, SJawal Mochtaruedin (Utusan dari radio siaran Jakarta) dan Koran Tjahaha, Sakti Alamsyah, R.A.Darja, Agoes marah soeltan (Utusan Radio Bandung), Soetarji dan Maladi (Utusan Radio Solo), Soehardi dan Harto (Utusan Radio Semarang), Soertadjo Utusan radio Purwekerto. Rapat yang dilakukan secara marathon teresebut telah melahirkan beberapa keputusan penting dan yang paling Utama adalah dibentuknya janji-janji dan kewajiban dari segenap karyawan radio. Keputusan tersebut tertuang dan diabadikan dalam sumpah yang dikenal dengan ‖Tri Prasetya RRI‖ Yang berbunyi: 1.
Kita harus menyelamatkan segala alat siaran radio dari siapapun yang hendak menggunakan alat tersebut untuk menghancurkan Negara kita, dan membela alat itu dengan segala jiwa raga, dalam keadaan bagai manapun dan akibat apapun.
4 2.
Kita harus mengemudikan siaran RRI sebagai alat perjuangan dan alat revolusi seluruh bangsa Indonesia dengan jiwa kebangsaan yang murni, hati yang bersih dan jujur serta budi yang penuh kecintaan dan kesetiaan kepada tanah air dan bangsa.
3.
Kita harus berdiri disegala Aliran dan keyakinan, partai atau golongan dengan mengutamakan persatuan bangsa dan keselamatan Negara serta berpegang pada jiwa proklamasi 17 Agustus 1945 Keputusan lainnya adalah diputuskannya bahwa pemancar radio diseluruh
Indonesia diberi nama Radio Republik Indonesia yang disingkat RRI dan ditetapkannya tanggal 11 September 1945 sebagai Hari RRI. Dalam keputusan itu pula semua pagawai radio dengan Sukarela memilih menjadi PNS. RRI Jakarta sebagai pusat dan Abdurahman Shaleh sebagai pemimpin Umum pusat RRI. Dalam menghadapi situasi pada masa peralihan ini diambil pula keputusan dalam upaya menyelamatkan peralatan pemancar radio dari pihak Jepang atau bahaya dari pihak sekutu, untuk itu dikeluarkan tiga buah pasal yangm mengatur hal tersebut antara lain : 1.
Setiap studio RRI diwajibkan mengusahakan sendiri penyerahan pemancar radio Hoso Kyoku Kepada pemerintah RI dengan jalan damai atau cara lainnya.
2.
Segera dilakukan penyelamatan pemancar dan peralatan yang lainya dari kota tempat perjuangan RI yang man dari serangan musuh (Inggris dan Belanda). Memilih tempat yang strategis dan aman untuk penyiaran perjuangan. Penyiaran Radio darurat dan studio mobil yang mudah di pindah-pindah bila diperlukan.
5 3.
Bila hubungan dengan pusat atau studio lainnya terputus karena serangan Belanda Atau Inggris, Maka masing-masing dan studio RRI boleh bergabung dengan Komite Nasional Indonesia. Semboyan “Sekali di Udara, Tetap di Udara” Untuk pertama kalinya diucapkan
pada saat penutupan acara ini dan telah menjadikan semboyan yang dapat menggugah semangat. Maka dakwah ynag di kemas dari mulai waktu, nama acara, dan kegiatannya, di olah semenarik mungkin agar dakwak sesuai dengan visi dan misi yang diharapkan dan keberhasilan yang memuaskan. Melihat fenomena yang ada peneneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk pengembangan yang dilakukan radio RRI dalam dakwah Islam dan sejauh mana radio RRI memegang peranan sebagai media dakwah Islam.
B. Perumusan Masalah Untuk lebih terarahnya peneliti ini, dirumuskan beberapa permasalahan yang di teliti sebagai berikut : 1.
Bagaimana pelaksanaan pengembangan dakwah Islam pada pro2 di RRI?
2.
Bentuk-bentuk pengembangan dakwah Islam pada program pro2 yang di lakukan di RRI ?
3.
Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan dakwah Islam di radio RRI ?
4.
Sejauhmana hasil yang dicapai dalam pengembangan dakwah Islam pada pro2 yang di lakukan RRI ?
6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini diarahkan untuk : 1.
Untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan dakwah Islam pada Pro2 di RRI.
2.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengembangan dakwah Islam pada Pro2 yang di lakukan di RRI.
3.
Untuk
mengetahui
faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
pengembangan dakwah Islam di radio RRI. 4.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang di capai dalam pengembangan dakwah Islam pada Pro2 yang di lakukan RRI.
D. Kegunaan Penelitian Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan secara praktis dapat memberikan kontribusi bagi pihak radio terutama dalam pengembangan dakwah Islam, secara teoritis, untuk mengkaji dan menerapkan teori-teori yang relevan serta untuk menemukan teori baru sebagai alat pengembangan dalam pemecahan masalah dan memberikan kontribusi bagi peneliti, terutama yang berkaitan dengan komunikasi penyiaran Islam. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan berguna lebih lanjut yang lebih sempurna dalam upaya
mengkaji,
mendalami
dan
mengembangkan
ilmu
komunikasi
7 khususnya yang berhubungan dengan masalah dakwah Islamiah di radio yang diorientasikan untuk masyarakat pendengar. 2.
Secara Akademis Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan diskusi serta acuan pengembangan ilmu komunikasi.
3.
Secara Praktis Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikikiran bagi acara ―kegiatan siaran dakwah Islamiah di radio RRI‖ dalam meningkatkan materi siaran agar dapat memberikan manfaat bagi pemirsa dan mewujudkan misi stasiun.
E. Kerangka Pemikiran Dakwah Islam pada esensinya merupakan proses penyampaian pesan-pesan ajaran Islam, maka dalam prakteknya akan berhubungan dengan kegiatan komunikasi, yaitu transpormatif dan dan adaptif (Ahmad Subandi, 1994: 118). Disebut kegiatan transpormatif, karena ia selalu berupaya mentranspormasikan ajaran Islam untuk kemudian dipahami, disikapi dan diwujudkan dalam prilaku keseharian pemeluknya. Sedangkan disebut adaptif karena dakwah pada prakteknya harus selalu memperhatikan kondisi dimana dakwah itu berlangsung. Seiring dengan kemajuan jaman di bidang teknologi dan informasi saat sekarang ini, dakwah Islamiyah tidak
cukup hanya disamapaikan dengan media
konvensional saja, namun juga memerlukan bantua media-media modern yang sejalan dengan perkembangan jaman, baik melalui media komunikasi masa visual maupun non visual. Hal ini akan membantu terwujudnya tujuan dakwah yang
8 dicanangkan dan di cita-citakan, dengan menganjurkan dan mengajukan perintahperintah Allah dan larangannya yang bersifat alamiyah dan qauliyah. Salah satu media modern yang dapat dijadikan media dakwah adalah radio, karena bukan hanya media masa yang efektif dan efisien namun juga media yang dapat pengaruh yang relatif cukup baik (Asmuni Sukir, 1983: 176). radio sebagai media dakwah memiliki bebrapa keutamaan diantaranya: 1) Program radio dipersiapkan oleh seorang da`i sehingga bahan-bahan yang dipersiapkan benarbenar bermutu; 2) Radio merupakan budaya masyarakat; 3) Radio dijangkau oleh masyarakat; 4) Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara tepat dan akurat. Hal demikian maka lebih jelas radio dijuluki kekuasaan kelima ―the fifth estate‖ itulah sebabnya suatu negeri terjadi revolusi, kudeta suatu pemberontakan maka nomor satu yang dikuasai radio. Menurut Onong Uchyana Efendi (1993: 139) menyebutkan tiga faktor penyebaba radio memiliki konsumen, yaitu : 1. Radio siaran bersifat langsung, ini mengandung makna bahwa radio dapat mendapat sasaran dengan mudah, tidak menglami proses yang komplek, berbeda surat kabar atau media cetak. 2. Radio siaran menembus jarak dan rintangan selang dan ruang waktupun bagi radio tidak merupakan masalah bagaimanapun jauhnya sasaran yang di tuju dengan radio dapat dicapainya. 3. Radio siaran mengandung daya tarik yang kuat dan untuk menikmatinya cukup dengan indra pendengaran. Daya tarik itu disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni musik, kata-kata dan efek suara. Ketiga faktor itulah yang menyebabkan radio siaran dapat menjadi media dakwah yang efektif, efisien dan dapat memiliki kelebihan (Jamaludin, Abiding, 1996: 125) mengatakan bahwa dalam sejarahnya hampir seluruh radio siaran di
9 Indonesia
menyajikan
informasi,
edukasi
dan
hiburan.
Siaran
keagamaan
termasuk fungsi edukasi. Dari uraian-uraian di atas merupakan langkah tepat bila radio dijadikan media dakwah, bila kita analisis sendiri banyak manfaat yang penting dari radio dan betapa banyak informasi yang datang dari padanya sehingga di setiap desa sekalipun. Dari segi itu dakwah melalui radio akan sangat efektif dan efisien, disamping radio dapat dipancarkan keberbagai penjuru yang jauh jarak nya sekalipun juga radio hamper dimliki setiap keluarga. Jika dakwah melaui radio, berarti dakwah akan mampu menjangkau jarak yang jauh dan tersebar (Slamat. M Abda, 1994: 93). Dengan demikian kegiatan siaran dakwah Islamiyah yang akan di siarkan di radio akan memiliki daya tarik sehingga mereka dapat menerima dan merespon ajaran Islam dengan baik dan benar. Konsekuen yang diharapkan mereka dapat merespon memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam secara maksimal. 1) Efektifitas dakwah melalui radio memiliki nilai-nilai diantaranya: perubahan koginatif yaitu perubahan yang berkaitan dengan transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan, contohnya: pendekatan humanistik (kemanusiaan), pengetahuan dan pemahaman bertambah sehingga keimanan terhadap Allah SWT semakin kuat; 2) Perubahan efektif, yaitu perubahan yang terkait dengan apa yang dirasakan dan dibenci khlayak dan berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai. Contoh menggunakan bahasa yang dapat dimengerti, perubahan yang terkait dengan nuorma kesopanan dalam pergaulan kehidupan sehari-hariprilaku masyrakat semakin
10 baik. Jika dakwah melui radio dilakukan, berarti dakwah akan mampu menjangkau jarak yang jauh dan tersebar (Slamat M Abda, 1994: 93). Dengan demikian kegiatan dakwah Islamiyah yang disiarkan diradio akan memiliki daya tarik sehingga mereka menerima dan merespon ajaran Islam dengan baik dan benar. Konsekuen yang diharapkan mereka dapat merespon, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam secara maksimal Efektifitas dakwah melalui radio memiliki nilai-nilai diantaranya: 1) Perubahan kognitif, taitu perubahan yang berkaitan dengan transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan contohnya: pendekatan humanistic (kemanusian), pengetahuan dan pemahaman bertambah, sehingga keimanaan terhadap allah SWT semakin kuat; 2) Perubahan efektif; yaitu perubahan yang terkait dengan apa yang dirasakan dan dibenci khalayak yang berhubungan dengan emosi, perubahan yang terkait dengan norma kesopanan dalam pergaulan kehidupan sehari-hari, prilaku masyarakat semakin baik; 3) Perubahaan psikomotorik, yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku. Contoh: dengan adanya terpaan media masa, prilaku-prilaku obyektif akan bertambah baik (Jalaludin Rahmat, 1989: 249-286). Misalkan
perubahan
yang
berhubungan
dengan
ibadah,
taat
dalam
menjalankan perintah-nya. Yang akhirnya dengan adanya kesadaran masyarkat untuk mengatur antara manusia dalam rangka ta`awun. Radio sebagai alat komunikasi masa telah memberikan kemudahan dan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan akan hiburan, pendidikan dan informasi sebagaimana Djalaludin Rahmat mengemukakan ―kita tidak akan menggunakan media masa, apabila media masa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan kita‖ ungkapan tersebut akan menjadikan media komunikasi masa khususnya
11 radio lebih berkopetetif dalam memberikan suguhan untuk menjadikan medianya sebagai alat
pemuas
kebutuhan
khalayak
berupa
informasi,
hiburan dan
pendidikan juga akan menjadikan khalayak akan menjadi aktif dan selektif dalam menerima terapan sebagai infomasi yang di hadirkan oleh media. Persfektif tentang media masa sebagai pemuas akan kebutuhan khalayak di sekitarnya media perlu berbuat sesuatu, dalam penelitian ini akan berhubungan dengan teori-teori dalam model difusi informsi. Model difusi informasi, media adalah salah satu saluran komunikasi yang paling penting yang menentukan titik tertentu dalam penyebaran informasi melalui ruang dan waktu, dari yang lain ke yang lainnya. Karenanya, media masa mempunyai efek yang berbeda-beda pada titik waktu yang berlainan, berawal tidak tahu menjadi tahu hingga, mempengaruhi adopsi atau rejeksi (penerimaan atau penolakan) (Djalaludin Rahmat, 2000: 71). Model difusi peneliti meneliti bagaimana inovasi atau informasi tersebar pada unit-unit adopsi (penerimaan informasi) yakni berupa berita, peristiwa, pesan-pesan politik, gagasan baru dan lain sebagainya, sejauh mana media masa mempunyai efek difusi. Dalam kaitannya, konteks pengembanagan dakwah Islam di masyarakat, radio menjadi penting kehadirannya di masyarakat karena mangandung nilai-nilai yang bermuatan sosial dan edukatif. Didasari atau tidak, boleh jadi, radio dapat berubah
kultur
dan
buadaya
tradisioanal
kebudayaan
modern
terhadap
masyarakat. Namun demikian, sebagai acara yang disuguhkan kepada msyarakat baik itu radio RRI maupun radio lainnya, belum menyentuh pada sisi religius, meskipun pada tataran operasional acara-acara yang bermuatan dakwah tetep selalu ada, tetapi dalam kenyataannya acara atau progaran yang selama ini
12 dilakasanakan, lebih banyak mendobrak kultur masyarakat serata orintasi hanya untuk mengkomersilkan semata paling tidak walaupun hanya sedikit waktu untuk media dakwah yang di kemas dalam penyajian acara yang menarik atau acara bersifat umum tetapi di dalamnya terdapat sisi-sisi religinya. Dengan
demikian
peranan radio
dalam pengembangan dakwah Islam
dikalangan masyarakat Bandung terhadap Pengabangan Dakwah Islam, sesuai aspirasi masyarakat sebagai sasaran dakwah Islamiyah sehingga muncul ide-ide untuk mengembangkan dakwah Islam di masyarakat Bandung. Karena itu asumsi radio dipandang tepat sebagai media dalam pengembangan dakwah Islam jika dimanfaatkan secara maksimal dan positif.
F. Langkah-langkah Penelitian 1.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di radio RRI yang berlokasi Jl. Ponogoro no. 61
Bandung, dalam lokasi ini peneliti akan mendapat data-data primer mengenai radio RRI dan pelksanaan kegiatan siaran keagamaan dakwah di radio RRI. 2.
Metode Penelitian Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, hubungannya
dengan
yaitu dengan memaparkan segala sesuatu yang erat masalah
yang
di
teliti,
menginterprestasikan
dan
memecahkan masalah yang ada. Adapun penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan agar gambaran tentang fenomena sosial yang di sajikan dalam penelitian semakin jelas dan semkian hidup, dengan nuansa-niansa fenomena sosial dapat di tampilkan sebagaimana bodgam dan Taylor (dalam
13 Moleong, 1996: 3) metodelogi kualitatif berupa kata-kata atau lisan dari orangorang dan prilaku yang dapat diamati. 3.
Jenis Data Jenis penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang mengedepankan teori.
Sedangkan jenis penelitian kuantitatif yaitu jenis penelitian yang mengedepankan banyak perhitungan atau data statistik. Jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif. Jenis data kuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas. Walaupun populasi penelitian besar, tetapi
dengan mudah dapat dianalisis, baik melalui
rumus-rumus statistik maupun Komputer. Jadi pemecahan masalahya didominasi oleh peran statistik (Mashyuri, dan M. Zainuddin: 13). Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnyadengan menggunakan data empiris. Baik pada penelitian kuantitatif maupun kulitatif desainnya sama, yang
membedakan
adalah
kemauan
dan
kepentingan
peneliti itu sendiri.
Penelitian kualitatif dengan format deskriptif itulah yang disainnya mirip dengan disain penelitian kuantitatif (Mashyuri, dan M. Zainuddin: 14). Sedangkan jenis data kuatitatif adalah diperoleh melalui angket. 4.
Sumber Data Sumber data
yang di gunakan, pertama, data utama yang berupa kata-kata
dan tindakan orang yang diamati atau di wawancarai. Kemudian dicatat melalui catatan tertulis dan melalui rekaman tape recorder. Penelitian dilakukan dengan
14 cara mewawancarai pimpinan pro2 RRI Bandung sebagai key infoman, dan diikuti secara bergulir dengan melalui snow ball process. Kedua :data sekunder, merupakan data penunjang yang berupa buku, dokumen, arsip dan lain-lain yang berkaitan dengan “Peranan Siaran Pro2 RRI Bandung dalam Pengembangan Dakwah Islamiyah” 5.
Tehnik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara : a. Observasi Dalam observasi, peneliti secara langasung kelokasi serta mengamati dan mencatat langsung terhadap objek yang ditelati mengajukan surat riset peneliti meninjau lokasi, kondisi objektif radio, seperti bangunan, tower yang di gunakan dan hal-hal yang penunjang terselenggaranya siaran radio di RRI. b. Wawancara Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti mengadakan wawancara terpimpin yaitu wawancara menggunakan pedoman memimpin jalanya dialog.
Yakni dengan mengjukan pertanyaan yang sudah tersusun,.
Menanyakan data empiris tentang sejarah berdinya, frekuensi radio, struktur kepeengurusan serta bentuk-bentuk usaha yang dilakukan radio RRI dalam pengembangan di radio RRI. c. Studi pustaka untuk mempermudah dalam pengumpulan dan pengolahan data.
15 6.
Analisis data Untuk
mengnalisis
data-data
yang
di
peroleh,
peneliti menggunakan
pendekatan deduktif-empirik, yaitu pola berpikir dari premis yang bersifat umum menuju konsepsi yang khusus,
sehingga memunculkan konklusi ganeralisasi
masalah yang diteliti. Secara terkumpul data yang lengkap, selanjutnya peneliti melakukan analisis dengan langkah–langkah sebagai berikut: a. Pengumpulan data yang baik data primer ataupun data sekunder yang nantinya untuk siap di olah. b. Mangklasifikasikan sejumalah data yang didapat kemudian di spesifikasikan pada objek-objek tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, agar dalam penyelesaian masalah menjadi lebih terarah dan sistematis. c. Menginventarisir sejumlah data. d. Menafsirkan data yang sudah terpilih berdasarkan kerangka pemikiran. e. Menarik kesimpulan dari data yang sudah terkumpul sesuai dengan pembahasan dan tujuan penelitian.
16 BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG RADIO SIARAN DAN DAKWAH
A. Radio Siaran 1.
Pengertian Radio Siaran Kata radio menurut Onong (1989: 301) dalam kamus-kamus komunikasi
didefinisikan sebagai media komunikasi melalui udara tanpa kawat. Jadi radio hanya memancarkan gelombang suara yang dipancarkan dari suatu radio, sehingga dapat diterma oleh pesawat penerima. Sebagai bagian dari media masa, radio memiliki sifat dan ciri yang berbeda dengan media masa yang lainnya. Sifatnya yang santai merupakan keuntungan radio siaran bagi komunikan. Khalayak pendengar sebagai komunikan dapat menikmati acara radio sambil mengerjakan pekerjaan lain. Sambil makan, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudi mobil. Karena sifatnya Auditory untuk di dengarkan. lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam bentuk acara yang menarik (Onong Uchyana, 1990: 190). Dalam rangka suatu penyampaian hal yang menarik adalah penting bagi khalayak karena publik sifatnya selektif. Begitu banyak pilihan dari media komunukasai masa, dan banyak pula acara yang dapat dipilih dari sekian banyak acara yang disajikan oleh media masa. Siaran pun akn tetap bertahan dan akan bersaing dengan media masa yang lainnya dalam bentuk menarik khalayak pendengar melaluisiaran acara menarik sesuai dengan fungsinya.
16
17 2.
Fungsi Radio Siaran Radio siaran (Broadcast) dimulai pada tahun 1920 oleh stasiunr adio KDKA
pitsburg di Amerika Serikat. Ketika itu radio di rasakan sebagai hasil penemuan yang penting artiya bagi kehidupan manusia yang pengaruhnya dapat dirasakan dalam banyak bidang. Tapi sampai tahun tiga puluhan belum telihat adanya gejala yang menjadikan radio mendapat julukan kekuasaan kelima. Pada itu radio berfungsi sebagai : a. Alat Hiburan b. Alat Penerangan c. Alat Pendidkan Akan tetapi setelah radio itu menyebar kenegara-negara eropa, radio dimanfaatkan menjadi alat propaganda terutama setelah nazi jeman bertambah kuat dengan pimpinan Adolf Hitler, radio dimanfaatkan untuk mempropgandakan ide-idenya. Dalam fungsi radio siaran dalam masyarakat menurut Phillastrd (1986: 61) berfungsi sebagai infomasi
(To Inform), untuk mendidik (To Intertaint) dan
sebagai alat penghubung. Radio siaran merupakan lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah kehidupan masyarakat dan mampu untuk masuk sampai ke pelosok
masyarakat
secara
efektif,
sehingga
mudah
selayaknyalah
radio
menyiarkan segala bentuk aktivitas yang dilakukan masyarakat, baik dibidang Politik, Ekonomi, Sosial, Perbankan, Budaya dan sebagainya.
18 Radio siaran telah mengalami proses perkembangan yang cukup lama sebelum menjadi menjadi media komunikasi masa seperti sekarang ini. Mc. Nicole (Dalam Onong, 1991: 21). Dalama bukunya radio concuestof space menyatakan bahwa terkalahkannya ruang angkasa oleh radio (The Conquestof Space Of Radio) dimulai pada tahun 1802 oleh Dane yang merupakan karya yang sederhana, yakni ditemukannya suatau penerima pesan (Massage) dengan jarak pendek yang menggunakan kawat beraliran listrik. Penemuan Dane tersebut dianggap sebagai titk awal sejarah perkembangan radio. Perkembangan radio selanjutnya berkat ketekunan tiga orang cendikiawan muda, yaitu seorang ahli ilmu alam berkebangsaan inggris bernama James Maxwell yang
mendapat julukan ―Cienufic Fatherof
Pwireless”
berhasil
menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang Elektomagnetik, yakni gelombang yang digunakan radio dan televisi yang rumus tersebut ditemukan pada tahun 1865 pada waktu ia berumur 29 tahun. Adanya
gelombang elektromagnetik
tersebut dibuktikan Heinrich Hertz
dengan jalan eksperimen, selaian membuktikan bahwa dengan suatu permukaan dari logam yang cocok, gelombang-gelombang elektro magnetik itu dapat direfleksiksn kepada suatu cahaya yang terjadi pada tahun 1884. Setelah itu, guglemo marconi yang terkenel sebagai penemu telegraf tanpa kawat, mulai menggunakan pengetahuan itu untuk tujuan praktis pada tahun 1894 membaca eksperimen Hertz dalam majalah itali. Setahun kemudian ia mendapat tanda-tanda pada kawat dalam jarak satu mil dari sumbernya dan pada tahu 1896 jaraknya menjadi 8 mil. Menut Albig dalam bukunya ―Modern Public Opinion”
19 memberi penjelasan pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda tanpa kawat itu telah dapat melintasi Samudra Atlantik. Di Amerika serikat, Dr Lee Dee Forest lebih lanjut mengembangkan penemuan Marconi pada tahun 1906, ia berhasil menemukan lampu Vacumnya, yang memungkinkan siaran dapat di siarkan. Sementara itu yang berkaitan dengan radio siaran (Broadcating), Albig (Dalam Onong, 1990: 21-22) menyebutkan bahwa ―yang mula-mula yang memperkenalkan adalah David Sarnoff tahun 1915 karena Dr. Lee Forest dianggap orang pertama yang menyirkan berita lewat radio, maka ia dijuluki pelopor radio (The Father Of Rado) pada tahun 1916. Pada tahun 1920 masyarakat Amerika mulai dapat menikmati radio siaran secara tertur sebagai programnya. Sejak saat itu radio mengalami kemajuan sangat pesat. Pada tahun 1926 berdirilah National Broadcasting Company (NBC) sebagai badan
radio yang besar dan luas. Setahun kemudian muncul Colmbia
Broadcasting Company system (CBS), Mutual Broadcasting System (MBS) sebagai jaringan radio siaran yang merupakan gabungan dari badan-badan radio siaran yang kecil. Dalam bidang teknologi, usaha untuk menyempurnakan radio itu telah mencapai kemajuan, pada tahun 1933, Prof. EH. Amstrong dari Universitas Colombia telah memeperkenalkan System Frequency Modulation (FM) sebagai penyempurnaan Amplitude Modulation (AM) yang biasa digunakan radio siaran. Dengan system baru itu, untuk pendengaran dapat dicapai Fidelity yang lebih tinggi.
20 Di Indonesia, perkembangan radio itu sangat cepat, walaupun pada waktu itu Indonesia berada pada alam jajahan, jika dibandingkan denagan negara-negara sebagai tempat lahirnya radio siran seperti di Amerika. Radio siaran Indonesia muncul pada tanggal 16 juni 1925 dengan munculnya Bataviase Radio Verenging (BRV) setelah lima tahun di Amerika dan tiga tahun di Inggris. Dan sejak adanya BRV muncullah badab-badab radio siaran lainnya seperti Nederland Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta, Bandung dan Medan, Solosche Radio Verniging (SRV) di Surakarta, Mataramse Verniging Voor Radio Omroep (MAVRO), VORL dan lain sebagainya. Sejak proklamasi kemerdekaan, radio siaran belum terorganisir. Namun karena orang-orang radio menganggap penting, mengingat radio merupakan media masa yang dapat di gunakan secara efisien untuk memperthankan dan mengisi kemerdekaan, maka pada tanggal 11 september ditetapkan sebagai hari Radio Republik Inndonesia (RRI). Di samping RRI, muncul pula radio siaran non-pemerintah yang bergabung dalam PRSSNI (Produksi Radio Swasta Nasional Indonesia) yang didirikan pada tanggal 17 desember 1974. Dengan hadirnya PRSSNI maka semakin maraknya radio siaran yang tersebar di seluruh nusantara. 3.
Sejarah Perkembangan Radio RRI Bandung Radio Komunikasi pertama di Nusantara dimulai dari Bandung tanggal 2 mei
1923, ketika seorang ahli teknik J.G. prins bersama kawannya memprakarsai pembuatan studio pemancar Radio.siaran perdananya bisa dinikmati warga kota sejak 8 Agustus 1926. Studio radio tersebut diberi nama De Bandoengsche Radio
21 Vereeniging, yang dibangun oleh percetakan corking (Kini percetakan sumur Bandung di Jalan Asia Afrika), siaran Radio ini bisa didengar keseluruh priangan. Radio siaran yang pertama didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda (Niderlan Indie) Pada tanggal 16 Juni 1925 disebut dengan bataviase Radio Vereniging
(BRV) di Batavia.
Sedangkan pada Tahun-tahun
berikutnya
bermunculan pula radio-radio siaran lainnya antara lain: Nederland Indische, Radio Omproep Mij (NIROM) Di Batavia, Bandung dan medan, Sodosche Radio Vereniging (SRV) Di Surakarta, Matamase Vereniging Voor Radio Omproep (MAVRO) Di Jogyakarta, Vereniging Oesterse Radio Luistaraars (VORL) Di Bandung dan masih banyak lagi Siaran yang dikelola oleh Pribumi maupun pemerintah Hindia Belanda dibeberapa kota besar diseluruh Indonesia. Diantara sekian banyak stasiun penyiaran radio tersebut, NIRO adalah yang terbesar dan tertangkap, Hal ini disebabkan mendapat bantuan penuh dari pemerintah Hindia Belanda. Perkembangan NIROM yang sangat pesat disebabkan pula oleh keuntungan besar dalam bidang keuangan yang diambil dari pajak Radio. Dengan demikian NIROM dapat meningkatkan daya pancaranya dan mengadakan stasiun-stasiun Relay,dan membangun sambungan telepon khusus yang bisa digunakan untuk modulasi siaran langsung ke kota-kota besar. Antara lain Batavia, Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jogjakarta, Magelang, Surabaya, Malang yang jumlahnya kira-kira 1.200.000 Meter.Lain halnya denagn siaran-siaran diluar NIROM (swasta) yang pada umumnya dimi.,iki oleh pribumi yang keuanganya diperoleh hanya dari iuran anggota.
Munculnya
perkumpulan
radio
siaran
dikalangan bangsa pribumi
22 disebabkan oleh kenyataan bahwa NIROM yang mendapat bantuian dari pemerintah hindia Belanda lebih bersipat perusahaan yang mencari keuntungan secara financial dan membantu kukuhnya penjajah di hindia balanda,Diaman pada saat itu semangat kebangsaan dikalangan penduduk pribumi semakin berkobar sejak tahun 1908. Sebagai pelopor timbulnya radio siaran pribumi (disebut dengan radio ketimuran) tercatat ialah Solosche Radio vereniging (SRV) yang didiriakan 1 April 1933
Oleh Ir.Sarsito
Mungunkusumo
dengan dikungan penuh dari
mangkinegoro VII, Menyusul kemudian radio-radio siaran pribumi dibeberapa kota besar di Hindia Belanda termasuk Bandung. Pada tahun 1936 terbetik kabar bahwa radio pemerintah Hindia Belanda (NIROM) akan menguasai seluruh radio ketimuran dengan pencabutan subsidi keputusan ini dilakukan dengan tujuan utamanya adalah guna melemahkan badanbadan radio pribumi dan intuk mematikan radio siaran ketimuran. Perkembangan siaran radio selama penjajahan Belanda berakhir pada tanggal 1 Maret 1942, pada saat tentera Jepang menyerbu pulau Jawa, pemerintah Belanda telah menghhancurkan semua peralatan siaran radio yang dimilikinya dengan maksud agar tidak bisa digunakan oleh Jepang dan pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang. Sejak Belanda menyerah kepada tentara Jepang, semua siaran yang berstatus swasta dimatikan, kemudian muncul radio pendudukan pemerintah Jepang yang berkedudukan di Batavia dengan nama HOSO KANRI KYOKU.Cabangcabangnya yang disebut HOSO KYOKU didirikan oleh Jepang antara lain di Bandung, Purwekerto, Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Malang dan Surabaya.
23 Radio-radio tersebut digunakan sebagai alat propaganda untuk kepentingan kegiatan militer Jepang. Sebagai bukti sejarah berupa microphone yang digunakan pada saat itu hingga kini masi tersimpan dimusium penerangan Taman Mini Indonesia Indah. Yang sebelumnya disimpan di museum wangsit siliwangi Bandung.
B. Dakwah 1.
Pengertian dakwah Secara Etimologi, kata ―dakwah‖ berasal dari bahasa arab yang merupakan
benyuk masdar yang berarti panggilan, seruan, ajakan, doa, undangan dan propaganda.
Pengertian
secara
bahasa
tersebut
merupakan
berarti
juga
menyerudengan satu tujuan untuk mendorong sesorangmelaksanakan cita-cita tertentu (Ahmad Subandi, 1994: 10). Menurut istilah (Terminologi), terdapat bebrapa definisi mengenai dakwah, diantaranya: a. Muhammad
Natsir
mendefinisikan
(Dalam
dakwah
Abdul
Rosyad
Shaleh,
1997:
8),
sebagai usaha menyeru dan menyampaikan
kepada perorangan manusia dan seluruh umat, konsepsi Islam
tentang
pandangan dan tujuan hudup manusia di dunia ini, yang meliputi Amal Ma`ruf Nahyi Munkar dengan berbagai macam media yang diperbolehkan Akhlak, perorangan,
dan
membimbing
perikehidupan
pengalamannya berumahtangga
bermasyarakat dan berperikehidupan bernegara.
dalam
perikehidupan
(Usrah),
perikehidupan
24 b. Sedangkan Endang Saepudin (1993: 178) membagi dakwah dalam arti terbatas dan luas dakwah Islam dalam arti terbatas. Penyampaian Islam kepada manusia baik secara tulisan maupun tulisan, ataupun secara lukisan (Panggilan, Seruan dan Ajakan kepada manusia pada Islam). Sedangkan dakwah Islam pelaksanaan Islam
dalam arti luas yaitu penjabaran dan
dalam perikehidupan dan penghidupan manusia
(Termasuk Didalam nya Politik, Ekonomi, Sosial, Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Kesenaian dan Penghidupan itu sendiri). c. Wan Husein Azmi (1984: 3) dalam bukunya ilmu dakwah mengatakan definisi dakwah yaitu : ―Merangsang manusia kepada kebaikan dan huda (Petunjuk Allah), berbuat ma`ruf (Kebaikan) dan melarang melakukan sumber munkar (Kejahatan), supaya mereka berjaya mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat‖ ―Menyelamatkan
manusia
dari
kesesatan
atau
kejahatan
dan
menginginkan mereka supaya menjauhi perkara-perkara yang boleh menyebabkan mereka mendapat balasan Adzab Allah‖ ―Pelaksanaan usaha alim ulama dan orang-orang yang memahami agama, mengajak orang ramai supaya mereka dapat memahami perkara-perkara agama dan di dunia mereka sekedar kuasa yang ada pada mereka‖ ―Program
yang
sempurna
meliputi semua
ilmu
pengetahuan
yang
diperlukan oleh seluruh manusia supaya mereka memahami tujuan hidup mereka dan supaya mereka mengetahui jalan-jalan yang menghimpun (Menyatukan) mereka itu dalam keadaan mendapat Hidayah‖
25 d. Menurut Quraish Shihab (1997: 194) dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi atau masyarakat. Ahmad subandi
(1994:18)
mengemukakan
bahwa,
dakwah
merupakan
komunikasi mengajak dan memanggil umat manusia kepada agama Islam, menginformasikannya,
Amr
Ma`ruf
Nahyi
Munkar,
agar
tercapai
kebahagiaannya dunia dan akhirat dan supaya terlaksana ketentuan Allah yaitu menyiksa orang-orang yang menolak dan memberikan pahala bagi orang-orang yang beriman dengan pesan-pesan komunikasi tersebut. Selain pengertian di atas, ada beberapa pengertian tentang dakwah menurut pakar dan praktisi dakwah yang akan dikemukakan dibawah ini. Dakwah adalah mengajak ke jalan Allah, yang dilaksanakan dengan cara terorganisir yang didalamnya merupakan kegiatan untuk mempengaruhi umat manusia supaya masuk kejalan Allah dengan sasaran fardyah dan juma`ah (M.Arifin, 1993: 20-21). Dakwah ialah usaha atau aktivitas dengan lisan atu tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT. Sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari`ah serta akhlaq Islami (Rafi`uddin dan Abdul Djalil, 1997: 24). Pengertian di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berdakwah itu merupakan satu perjuangan hidup untuk menegakkan dn menjungjung tinggi undang–undang ialahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat sehingga ajaran Islam
menjadi pondasi dasar, serta mewarnai tingkah laku
26 manusia dalam kehidupan dan pergaulan hidupnya, yang esensinya dakwah merupakan suatu usaha melalui berbagai cara dan media tidak bertentangan dengan Islam, untuk mengajak orang laian yang mengajak dari diri sendiri agar dan memahami agama Islam, dengan melakukan kebaikan yang di anjurkan dan menghindari serta meninggalkan yang dilarang guna tercapainya kebaikan di dunia dan akhirat. 2.
Unsur-Unsur Dakwah
a.
Subjek Dakwah Dakwah bisa terlaksana apabila disampaikan oleh orang-orang (da`i) yang
benar-benar menguasai berbagai ilmu dan pandai berdkwah secara baik dan sempurna, karena pengetahuan dan kemampuan mereka tidak sama dan terbatas. Maka dari itu, kewajiban da`i dalam berdakwah di bedakan dalm dua hal, seperti yang dikemukakan oleh Toto Tasmara dalam bukunya ―komunikasi dakwah‖, yaitu : 1) Secara umum setiap muslim dan muslimah yang mukallaf (dewasa). Dimana bagi mereka berkewajiban berdakwah merupakan suatu yang melekat tidak terpisahkan dari msinya sebagai penganut agama Islam . Sesuai dengan perintah ― sampaikanlah walaupun hanya satu ayat‖. 2) Secara khusus mereka yang mengambil keahlian khusus ( Mitakhasis) dalam bidang agam Islam yang di kenal ulama. (Tasmara, 1994: 41) Berhasil atau tidaknya suatu dakwah tergantung dari peranan da`imendorong umat. Untuk itu seorang da`i harus berusa untuk meyakinkan kebenaran untuk umatnya. Berkenaan dengan ini Toto Tasmara berpendapat pula bahwa :
27 Da`i tidak hanya menyampaikan kepada umat manusia akan tetapi harus ada partisipasinya dari pihak komunikator dan kemidian berharap agar komunikannya dapat bersikap dan berbuat sesuai dengan isi pesan yang disampaikannya (Toto Tasmara, 1987: 33). Da`i atau subek dakwah adalah orang yang melakukuan aktivitas dakwah. Pada prinsipnya orang yang mengaku dirinya muslim adalah da`i (pelaku dakwah). Mengingat tugas dakwah yang berat, menurut Jalaludin kafie (1993: 21) bagi seorang
da`i
sekurang-kurangnya
harus
memilki
kesanggupan
untuk
menyelesaikan beban yang di tugaskan pada dirinya, mempertahankan agamanya seabagai kebenaran yang mutlak, dan menyebar luaskan nilai-nilai keagamaan sebagi keyakinan dan prinsip hidup yang benar. Seorang da`i harus memiliki kemampuan mengubah hidup manusia lebih berharga dan memberi kemampuan kepada merekamenjadikan hidupnya sebagai investasi bagi kehidupan di akhirat, sehingga seoranga da`i ditungtut untuk memiliki kepribadian yang selalu eksis dan konsisten terhadap tujuan dakwah, fungsi dan perannya. Menurut Hamka (dalam Asmini Syukir, 1983: 34) jayanya atau suksesnya dakwah sangat tergantung kepada pribadi dan pembawa dakwah itu sendiri yang sekarang lebih populer disebut da`i. b.
Objek Dakwah Mad`u adalah merupakan objek dakwah Islam, mereka adalah semua
manusia,
baik
eksistensinyasebagai
individu,
keluarga,
kelompok,
maupun
masyarakat. Sepeti juga di katakan Endang Saefudin (1983: 183) bahwa yang menjadi objek Dakwah Islam adalah segenap manusia, baik muslim maupun non muslim.
28 Manusia menurut pendekatan psikologis dapat didekati dari tiga sisi, yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk ketuhanan. Manusia sebagai makhluk individu memiliki tiga kebutuhan kebendaan, (material) yang memberikan rasa senang bagi kehidupannya, kebutuhan kejiwaan (spiritual)
yang
memberikan
ketenangan
dan
ketentraman
bagi
batinnya,
kebutuhan kemsyrakatan, (sosial) yang akan membawa kepuasan bagi hidup manusia. Seorang mubaligh/da`i harus mengenali objek dakwahnyadari berbagi segi, sasaran dakwah adalah sebagai berikut : 1) Klasifikasi masyarakat menurut derajat pikirannya terdiri dari umat yang berpikir kritis, umat yang di pengruhi dan umat yang bertaqlid. 2) Klasifikasi bidang pekerjaan, terdiri dari buruh, petani, nelayan, pegawai, militer dan seniman. 3) Klasifikasi masyarakat menurut ukuran biologis terdiri dari pria dan wanita. 4) Klasifikasi masyrakat menurut umur terdiri dari anak-anak, pemuda dan orang tua. 5) Klasifikasi masyarakat menurut geografis terdiri dari masyarakat kota dan masyarakat desa. 6) Klasifikasi masyarakat menurut ekonomi, terdiri dari golongan kaya, golongan menengah, dan fkir miskin. (Yakub, 1992: 33-34) Dengan demikian, maka tergambarlah sasran dakwah dan dapat diambil kesimpulan bahwa dalam prose dakwah seorang da`i di harapkan untuk memahami karakteristik masyarakat sebagai objek dakwah. Hal ini menjadi suatu tantangan
bagi seorang
didakwahinya.
da`ikhususnya,
umumnya
bagi kaummuslimin yang
29 c.
Media Dakwah Secara etimologis, pekataan media dakwah bersakl dari bahasa latin yaitu
Median yang berarti alat perantara. Sedangkan media bentuk jamak dari kata Medium tersebut. Pengertian semantik dari media adalah segala sesuatu yang di jadikan alat (perantara) untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan (Asmuni Syukir, 1983: 163). Mengingat pentingnya penggunaan media dalamproses dakwah , maka dalam memilih media menurut Asmuni Syukir (1993: 164) harus memperhatikan beberapa prinsip antara lain : 1) Tidak ada satu nediapun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah, sebab setiap media memiliki karakteristik (kelebihan, kelemahan dan keserasian)yang berbda-beda. 2) Media yang dipilih seuai dengan tujuan dakwah. 3) Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan secara berdakwah. 4) Pemilihan mediahendaknya dilakukan secara ojektif, artinya pemilihan media hendaknya bukan atas dasar kesukaan da`i. 5) Kesempatan dan ketersediaan media prlu mendapat perhatian. 6) Menperhatiakan efektivtas dan efesiensi. Karena prinsip dakwah analog dengan komunikasi, maka penyalurannyapun sama. Dengan hl ini Ahmad Subandi (1994: 89) membagi media dakwah dalam tiga bagian, yaitu media trdisionaldan modern. Media tradisional pernah digunakan oleh Rasulullah SAW pada zamanny yaitu denga bahasa, mengirim surat, mengirim utusan dan kepribadian beliau
30 sendiri. Selain itu juga media trdisonal berhubungan dengan kebudayaan dan merupakan kesenian yang bersifet tradisional daerah, diantaranya tabuhantabuhan, sandiwara, wayang golek dan sebagainya. Media
modern
merupakan
hasil perkembangan
ilmu
pengethuan dan
teknologi dalam hal ini termasuk media masa +(elektronik dan cetak) dan media nirmasa. Media modern ini terbagi dalam tiga jenis, yaitu media yang bersifat auditif, visual dan audio visual. Media auditif adalah radio, tape recoder, telephone. Media visual pers, photo, likisan, oster, pamplet dan brosur. Media audio visual adalah semua media yang dapat menghasilkan suara gambar sekaligus dalam pemakaiannya, seperti televisi, film dan sebagainya. Adapun perpaduan antara trdisional denga modern, yakni pemakaian media tersebut dalam suatu proses komunikasi tertentu, yang prkteknya dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, pesan dislurkan dengan kedua meda tersebut scra berurutan, bergantian setelah disalurkan melalui media tradisional atau sebaliknya. Kedua, media tersebut keduanya sama-sama menyajikan pesannya dalam prose komunikasi. Peranan media untuk berdakwah memiliki kedudukan yang sama penting seperti unsur lainnya, karena dakwah memiliki sistem yang didalamnya terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Hamjah Yakub (1992: 47-48) media yang dapat di gunakan dalam kegiatan berdakwah dapat di golonhkan menjadi lima golongan besar menurut bentuk penyampaiannya, antara lain :
31 1) Lisan; termasuk dalam bentuk ini khitobah, pidato, ceramah, seminar, musywarah,
nasihat,
pidati-pidato
radio,
dan
sejenisnya
yang
kesemuanyayang dilakukan denganlidah. 2) Tulisan;yang termasuk dalam bentuk ini buku, majalah, surat kabar dan sebagainyayang kesemuanya yang dilakukan dengan tulisan atau cetak. 3) Lukisan;yang termasuk dalam bentuk ini film, gambar, komik dan sejenisnya yang kesemuanya dengan lukisan. 4) Audio visual; yang termasuk dalam bentuk televisi, sandiwara, ketoprak, dan sejenisnyayang kesemuanya dapat terlihat dan terdengar. 5) Akhlak; yang termasuk dalam bentuk ini dalah silaturahmi, kunjunganke rumah sahabat, menziarahi yang sakit, membangun saran umum dan sebagainya yang kesemuanya yang dilakukan dengan sikap dan prilaku baik dan terpuji (Hamjah Yakub, 1992: 47-48). Penggunaan media tersebut di atas, dihubungkan dengan kondisi umat yang bersngkutan dengan kualitas da`i itu sendiri. perlu di perhatikan kemampuan da`i tersebut antara lain dari segi tebaga, daya pkir, waktu, biaya dan lain sebagainya. Abdul Khadir Munsyi, menambahkan pendapat Hamjah Yakub tentang media dakwah tersebut dengan organisasi. Baik organisasi politik, masyrakat, dan lain-lain (Munsyi, 1981: 42). Agama media dakwah tersbut dapat dilengkapi dengan alat perlengkapan dakwah seperti : 1) Ma`had atau lokakarya, tempat melatih dan mendidik juru dakwah. 2) Unit pengeras suara yang lengkap, termasuk alat perekam atau tape recorder.
32 3) Mobil unit yang di lengkapi dengan segala alat-alat penerangan. 4) Perusahaan penerbitan yang dilengpi dengan percetakan buku dan pabrik klise yang bertugas menerbitkan buku-buku, majalah-majalah dan surat kabar. 5) Pemancar radio dan televisi yang selalu menyiarkan suara dakwah aslamiayah. 6) Kantor berita yang bertugas menyaiarkan berita dakwah Islam iyah dan berita-berita dunia Islam . 7) Teater Islam
yang bertugas melaksanakan pementasan drama dan
pertunjukan yang bernafaskan dakwah Islam . 8) Studio film yang bertugas membuat film-film yang bernfaskan dakwah Islam. 9) Lembaga musik dan orkes
gambus yang dilengkapi dengan instrumen
yang memadai. 10) Dan lain-lain (Munsyi, 1981: 43) Dengan demikian ditarik kesimpulan bahwa da`i atau mubalgh benar-benar haraus dilengkapi dengan alat peraga., alat bantu yang canggih dan sarana prasarana yang lengkap dalam penyampaian dakwah Islam iayah supaya dapat terwujud tujuan dari dakwah itu sendiri. d.
Tujuan Dakwah Setiap rangkaian aktivitas atau memiliki tujuan yang hendak di capai. Agar
yang dilakukan dapt terarah sesuai dengan tujuan yang telah digariskan.
33 Mengenai tujuan dakwah Asmuni Syukir (1983: 51) membaginya menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum (major objektif) dan tujuan khusus (minor objektif). Untuk lebih jelasnya diuaraikan sebagai berikut : Tujuan
umum dakwah mengajak
umat manusia (meliputi orang-orang
Mukmin maupun orang kafir atau musrik) kepada alan yang benar yang di ridloi Allah SWT agara dapat hidup bahagi dan sejahtera didunia maupun diakhirat. Tujuan khusus dakwah sebagai terjemahan dari minor objek adaah sebagai berikut : 1) Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam
0untuk
selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT. 2) Membina mental agama (Islam ) bagi kaum yang msih mualaf. 3) Mengajak manusia yang belum beriman kepada Allah (Memeluk Agama Islam). 4) Mendidik
dan mengajak
anak-anak
agar tidak
menyiampang dari
fitrohnya. Endang Saefudin Anshari (1993:180) mengemukakan tujuan umum dakwah adalah identik dengan tujuan hidup muslim itu sendiri, yaitu tujuan vertikal yakni keridloan Allah SWT, dan tujuan horizontal adalah rahmatan lil alamin. Pada dasarnya tujuan dakwah telah di rumuskan di dalam pengertian dakwah itu sendiri yaiti terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan ini merupakan suatu hasil atau nilai yang di harapkan dapat di capai oleh keseluruhan usaha dakwah. Sementara itu, Mansyur Amin (1997: 15) mengatakan bahawa tujuan dakwah bisa dilihat dari dua segi : pertama dari objek dakwah dan kedua segi materinya.
34 Tujuan dakwah dari segi objeknya di bagi empat macam, yaitu : 1) Tujuan perorangan yaitu terbentuknya pribadi mulim yang mempunyai iman
yang
kuat,
berprilaku
sesuai
dengan
hukum-hukum
yang
diisyaratkan Allah SWT dan berakhlaq karimah. 2) Tujuan untuk keluarga, yaitu terbentuknya keluarga bahagia, penuh ketentraman, dan cinta kasih antara keluarga. 3) Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat yang sejahtera penuh dengan suasana ke-Islaman. 4) Tujuan untuk umat manusia seluruh dunia, yaitu terbentuknya masyrakat dunia yang penuh dengan kedamaian dan ketentrman dangan tegaknya keadilan persamaan hak dan kewajiban, tidak adanya diskriminasi dan eksploitasi. Saling menolong dan saling hormat menghormati. Sedangkan tujuan dakwah dari segi materinya, di bagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1) Tujuan aqidah, yaitu tertanamnya suatu aqidah yang mantap disetiap hati seseorang, sehingga keyakinan tentang ajaran-ajaran Islam
itu tidak lagi
dicampuri keraguan dan syak. 2) Tujuan hukum, yaitu kepatuhan setiap orang terhadap hukum-hukum yang telah disyariatkanoleh Allah SWT. 3) Tujuan akhlak, yaitu tebentuknya pribadi muslim yang berbudi luhur, dihiasi dengan sifat terpuji dan bersih dari sifat-sifat tercela. e.
Metode Dakwah Metode berasal dari bahasa latin yaitu methodos yang berarti cara kerja, di-
Indonesia-kan sering di baca metode (Siddik, 1987: 19).
35 Metode dakwah adalah cara atau jalan yang mencakup strategi, taktik atau tehnik untuk menyampaikan ajaran-ajaran isalam. Karna dakwah erat kaitannya dengan testrategi, maka strategi yang digunakan harus di perhatikan bebrapa azas dakwah, antara lain :azas filosofis, azas kemampuan dan keahlian da1i, azas sosiologis, azas efektivitas dan efesiensi (Asmuni Syukir,1983: 32). Dakwah mempunyai arena yang cukup luas dan mempunyai mdia yang multidimensi, sehingga seorang da`i hendaknya selalu memperhatikan dalam pemilihan dan penggunaan metode berdasarkan keadaan pertama, keadaan dimana dakwah itu dilaksanakan, serta pemilihan metode sesuai dengan waktu, materi dan tujuan dakwah. Al-Qur`an segaia kitab dakwah memberikan pedoman dasra atau prinsip dalam penggunaan metode, seperti yang terdapat dalam Al-Qur`an surat an—Nahl ayat125. Pada garis besarnya ayat tersebut terdapat tiga bentuk metode, yaitu : 1). Al-Hikmah . dalam pengertian kebijaksanaan; 2). Al-Mauidhotib Hasanah, dalam pengertian tutur kata yang baik dan 3). Mujadalah Allati Hiya Ahsan, dalam dakwah melalui pikiran, diskusi, debat dan lain sebagainya (Ahmad Subandi, 1994: 96). Menurut M. Natsir (dalam Ahmad Subandi, 1984: 97) dikemukakan bahwa alhikmah merupakan kebijaksanaan yang meliputi cara tau teknik dakwah yang diperlukan
untuk
menghadapi
golongan
manapun.
Dapat
diartikan
pula
sebagaiperkataan jelas da tegas disertai argumen yang dapat memperjelas kebenaran Al-Mau`idztaul Hasanah, merupakan tutur kata yang baik dan nasihat yang baik sebagaisuatu bimbingan, ajakan dan pengarahan yang penuh penting. Mujadalah AllatiHiya Ahsan, merupakan pemberian peringatan, pengertian dan
36 unyuk menemukan kebenaran dengan jalan berdiskusi dengan baik, tanpa menghina dan menekan pihak-pihak yang menentang, bukan ditujukan untuk mengalahkan
pihak-pihak
Mansur Amin,
tertentu.sementara
itu
Muahamma
Abduh
(dalam
1997: 33) menyimpulkan bahwa ayat 125 surat an-Nahl
menunjukan perbedaan taraf berfikir penerima dakwah yang harus dihadapi dengan cara penyampaian dakwah yang berbeda pula, yaitu hikamah yang ditujukan kepada ahli fikir dan ahli ilmu yang kritis, Maidztul Hasnah ditunjukan kepada orang awam,
dan biasanya ditunjukan kepada orang-orang yang
membangkang. Dalam tataran praktis, Slamet Muhaemin (1994: 80-86)
membagi metode
dakwah menjadi beberapa bagian antara laian : 1) Metode dari segi cara, terbagi dua bagian, yaitu cara tradisional dan cara modern, cara trdisonal yang dimaksud adalah metode ceramah, sedangkan cara modern adalah meliputi metode diskusi, seminar dan selanjutnya. 2) Metode dengan cara penyamoaian, yaitu penyampaian secara langsung (secara tatap muka) dan penyampaian tidak langsing (dengan menggunakan media masa). 3) Metode dari segi penyampaian mencakup penyampaian isi secara serentak. Dalam hal ini para da`i atau mubalgh dalam memilih dan menggunakan suatu metode hendannya tidak fanatik dalam memilih dan menggunakan metode dakwah yang efektif dan efisien. Lebih lanjut prof. Dr. Hamka (1987: 319) didalam menafsirkan surat anNahlatat 125, menjelaskan lagi tentang ketiga metode dakwah tersebut, yaitu : 1) Hikmah (kebijaksanaan), yaitu dengan cara bijaksana, akal budi yang mulia, dada yanglapang dan hati yang bersih, menarik orang kepada
37 agama, atau kepercayaan terhadap tuhan. Kebijaksanaan itu bukan hanya dengan kebijaksanaan mulut, melainkan juga tindakan dan sikap hidup. 2) Al-Mauzathil Hsanah, diartikan sebagai pengajaran yang baik, atau pesan-pesan yang baik yang di sampaikan dengan nasihat. 3) Jadilhum Billati Hiya Ahsan, banyahlah mereka dengan cara yang baik. Kalau terpaksa timbulperbantahan piokiran, ayat ini menyuruh agar dalam hal demikian, kalau sudah tidak dapat dielakkan lagi, pilihlah jalan yang sebaik-baiknya. Diantaranya ialah membedakan pokok soal yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang yang tengah diajak berbantah. Pada praktenya metode-metode tersebut, dapat digunakan pada hampir stiap media, diantaranya yaitu dengan media lisan , media tulisan, media lukisan, atau media masa laiannya dan akan enjadi saluran dalam penerapanmetode-metode di atas. Media televisi sempat digunakan oleh da`i yang menggunakan metode mujadalah dengan para pemirsanya. Selain itu dalam penggunaan metode, da`i memperhatikan situasi dan kodisi yang dihadapi. Sebab tidak selamanya metode dakwah bisa seragam dalam setiap waktu dan ruang. Tetapi harus di sesuikan dengan sitasi dan kondisi serta gerak umat. (Helmy, 1973: 16). f.
Materi Dakwah Materi dakwah merupakan suatu yang disampaikan da`i kepda mad`u yakni
keseluruhan agama Islam yang bersumber pada ajaran Al-Qur`an dan As-Sunnah,
38 ajaran-ajaran Islam
inilah yang wajib disampaikan kepada umay manusia dan
mengajak mereka agar mau menerima dan mengikutinya. Pada dasarnya meteri agama Islam
tergantung pada tujuan dakwah yang
hendak dicapi. Namin secara garis besar materi dakwah dpat diklsifikasisikan menjadi tiga hal pokok yaitu : masalah keimanan (akidah), masalah keIslam an (syari`ah) dan masalah budi pekerti (akhlakul karimah) (Asmuni Syukir, 1983: 60). Klasifikasi ajaran Islam
tersebut, sekalipun bisa dibedakan tidaklah dapat
dipisahkan, sebab yang stu dengan yang lainnya saling berhubungan. Materi dakwah yang akan disampaiakan hendaklah dipilih secara cermat disesuikan dengan situasi serta kondisi serta konteks dimana objek dakwah berada. Sehingga dakwah bisa bersntuhan dengan kompleksitas dan problematika masyarakat sebagai objek dakwah. Yang di maksud dengan materi dakwah adalah pesan yang disampaiakan da`i kepada pendengar dalam rangka penyebaran ajaranajaran Islam. Al-Qur`an dan Al-Hadits merupakan sumber pokok dakwah Islam yang didalamnya mengandungseluruh aspek dan dimensi hidiup, yang dapat menJawab segala persoalan kehidupan manusia baik didunia maupun diakhirat. Karena ajaran-ajaran Islam tersebut sudah diyakini sebagai ‖all encompassing the way of life‖ bagi kehidupan setiap muslim, maka pesan dakwah juga meliputi hampir setiap bidang kehidupan itu sendiri (Toto Tasmara, 1996: 43). Hamzah Yakub mengemukakan bahwa materi dakwah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4)
Aqidah Islam, rukun iman dan tauhid. Pembentukan pribadi yang sempurna. Pembangunanmasyarakat yang adil dan makmur. Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
39 5) Seruan ibadah kepada Allah SWT. 6) Seruan menjalankan hukum Islam dalam bidang perdata atau muamalah dan hukum dalam bidang pidana atau jinayah. 7) Seruan untuk berakhlak mulia sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW. 8) Larangan untuk berbuat kemungkaran, kefasikan dan kedhaliman. 9) Menerangkan keunggulan Islam dan universlitas hukum-hukumnya. (Yakun, 1992: 30) Materi dakwah trsebut hendaklah disampaikan dengan baik dan bijaksana, ibarat jur nasak yang pandai menghidangkan makanan yang lezat cita rasanya, sehingga manusia menikmatinya dengan benar dan merasa terpikat. 3.
Dasar Hukum Dakwah Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap orang yang mengaku muslim
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Adapun diantaranya ayat Al-Qur`an dan Hadits Nabi SAW tentang kewajiban manusia tentang berdakwah antara lain : a. Al-Qur`an Surat an-Nahl ayat 125 Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk‖ (Depag RI 1989) b. Al-Qur`an Ali Imran ayat 110
40 Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari pada yang munkar, dan briman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Depag RI 1989) c. Hadist Nabi SAW di Riwayatkan oleh Imam Muslim ―Abu Sa`id Alkhuduri ra saya telah mendengar dari Rasulullah SAW bersabda siapa diantara kamu melihat munkar, harus merubah dengan tangannya, bila tidak dapat maka lisannya, apanila tidak dapat maka dengan hatinya, dan ini selemah-lemahnya iman‖ (An-Nawawi, 1986: 197) . d. Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari ―Abdullah
bin
Amr
bin Ash ra berikut: bersabda Nabi SAW,
sampaikanlah dari ajaranku awalaupun hanya satu ayat‖ (An-Nawawi, 1986: 316). Menurut Muhammad Abu Zahra (dalam Ahmad Subandi, 1994: 57) mengemukakan bahwa "para ahli ilmu (Islam) telah sepakat bahwa melaksanakan dakwah Islam
adalah wajib. Kesepakatan itu adalah kesepakatan ijmak, yang
terjadi di masa sahabat, kemudian di masa tab`in. Ijmak tidaklah gugur apabila kaum muslimin mengabaikannya, berpangku tangan, tidak melakukan kegiatan dakwah‖. Pendapat di atas dipahami bahwa tidak ada perbedaan pendapat tentang hukum wajibnya dakwah Islam . Hal tersebut berdasarkan ijma berdasarkan sumber utama yaitu al-Qur`an dan hadist. Kewajiban ini memperuntukkan bagi umat Islam sesuidengan kadar kemampuannya.
41 4.
Pengembangan Dakwah Islam Radio sebagai alat komunikasi masa telah memberikan kemudahan dan
kepuasan dalam memenuhi kebutuhan akan hiburan, pendidikan dan informasi sebagaimana Djalaludin Rahmat mengemukakan ―kita tidak akan menggunakan media masa, apabila media masa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan kita‖ ungkapan tersebut akan menjadikan media komunikasi masa khususnya radio lebih berkopetetif dalam memberikan suguhan untuk menjadikan medianya sebagai alat
pemuas
kebutuhan
khalayak
berupa
informasi,
hiburan dan
pendidikan juga akan menjadikan khalayak akan menjadi aktif dan selektif dalam menerima terapan sebagai infomasi yang di hadirkan oleh media. Persfektif tentang media masa sebagai pemuas akan kebutuhan khalayak di sekiranya media perlu berbuat sesuatu, dalam penelitian ini akan berhubungan dengan teori-teori dalam model difusi informsi. Model difusi informasi, media adalah salah satu saluran komunikasi yang paling penting yang menentukan titik tertentu dalam penyebaran informasi melalui ruang dan waktu, dari yang lain ke yang lainnya. Karenanya, media masa mempunyai efek yang berbeda-beda pada titik waktu yang berlainan, berawal tidak tahu menjadi tahu hingga, mempengaruhi adopsi atau rejeksi (penerimaan atau penolakan) (Djalaludin Rahmat, 2000: 71). Model difusi peneliti meneliti bagaimana inovasi atau informasi tersebar pada unit-unit adopsi (penerimaan informasi) yakni berupa berita, peristiwa, pesan-pesan politik, gagasan baru dan lain sebagainya, sejauh mana media masa mempunyai efek difusi. Dalam kaitannya, konteks pengembanagan dakwah Islam
di masyarakat,
radio menjadi penting kehadirannya di masyarakat karena mangandung nilai-nilai
42 yang bermuatan sosial dan edukatif. Didasari atau tidak, boleh jadi, radio dapat berubah
kultur
dan
buadaya
tradisioanal
kebudayaan
modern
terhadap
masyarakat. Namun demikian, sebagai acara yang disuguhkan kepada msyarakat baik itu radio RRI maupun radio lainnya, belum menyentuh pada sisi religius, meskipun pada tataran operasional acara-acara yang bermuatan dakwah tetep selalu ada, tetapi dalam kenyataannya acara atau progaran yang selama ini dilakasanakan, lebih banyak mendobrak kultur masyarakat serata orintasi hanya untuk mengkomersilkan semata paling tidak walaupun hanya sedikit waktu untuk media dakwah yang di kemas dalam penyajian acara yang menarik atau acara bersifat umum tetapi di dalamnya terdapat sisi-sisi religinya. Dengan
demikian
peranan radio
dalam pengembangan dakwah Islam
dikalangan masyarakat Bandung terhadap Pengabangan Dakwah Islam , sesuai aspirasi masyarakat sebagai sasaran dakwah Islam iyah sehingga muncul ide-ide untuk mengembangkan dakwah Islam di masyarakat Bandung. Karena itu asumsi radio dipandang tepat sebagai media dalam pengembangan dakwah Islam
jika
dimanfaatkan secara maksimal dan positif.
C. Radio Siaran Sebagai Media Dakwah Di era informasi sekarang ini, keberadaan radio atau media masa yang laian menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Apabila dilihat dari aspek komunikasi, media masa merupakan sarana yang mempesona dalam membebani akal, memeertajam pikiran, mendorong semangat, menyiapkan jiwa sekaligus menaklukannya dengan berbagai sarana teknologi mutakhir.
43 Meskipun
media
masa
mempunyai kelebihannya
masing-masing,
tetapi
pandangan Phil Astrid (1986: 208) lebih cenderung pada media radio. Menurutnya pada saat yang sama, radio dapat mencapai khalyak seluas mungkin, lbih dari itu ia menegaskan : ―Selain itu penyebaran secara teoritis teknis mencapai khalayak tidak terbatas, berikutnya
telah
memberikan
televisi tidak
dan
akan
mempertahankan
eksistensinya,
mengurangi perana
radio
tahun
karna telah
membiktikan dari banyaknya pemilihan di dalam maupun diluar negeri‖ Menyadari akan kenyataan itulah, maka tidak aneh kalau media radio sebagai media komunikasi masa, selalu banyak dimanfaatkan termasuk bagi kegiatan dakwah Islam. Namun begitu, bukan berarti meremehkan media lain. Suatu komunikasi termasuk dakwah, dipandang efektik dan berhasil apabila keberadaan objek sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator atau da`i. Kaitannya dengann efektifitas radio sebagai media dakwah adalah akibat hasil dalam melakukan komunikasi atau dakwah melalui radio. Joseph Kepper dalam penelitiannya dalam efek media masa menegaskan bahwa radio sebagai media masa berpengaruh dalam memperkokoh sikap dan pendapat yang ada. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki prediposisi. Namun begitu jug di mengatakan, bahwa media masa juga efektif dalam mengubah sikap dan efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah baru bila tidak ada prediposisiyang harus dicegah (Djalaludin Rahmat, 1996: 232).
44 Asmuni Syukir (1983: 176-177) merumuskana beberapa kelebihan radio sebagai media dakwah, antara lain : 1. Program radio disiapkan oleh seorang ahli, sehingga bahan yangdisampaikan benar-benar berbobot (bermutu) 2. Radio merupakan bagian dari budaya masyarakat. 3. Harga dan biaya cukup murah, sehaingga masyarakat mayoritas memilikinya. 4. Mudah dijangkau msyarakat, artinya audien atau pendengar cukup di rumah. 5. Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, infomasi secara cepat dan akurat. 6. Pesawat mudah di bawa ke mana-mana Media radio merupakan saran yang efektif. Karena kuantitas pendengar sebagai sasaran dakwah jumlahnya sangat besar. Deengan potensi yang dimiliki radio, maka pelaksanaan dakwah dapat dilaksanakan dengan berbgai macam kemasan misalnya dalam bentuk monologis, dialogis, tanya Jawab, sandiwara, lagu-lagu yang bernafaskan Islam dan bentuk-bentuk lainnya. Keberadaan radio yang efektif untuk di jadikan sarana dakwah ini, akan lebih efektif lagi apabila pihak institusi media mengadakan program acara yang lebih menarik, sehingga media yang bersangkutan akan mendapat tempat yang strategis pula ada agenda khalayaknya.
45 BAB III ANALISIS EMPIRIS TENTANG PERANAN SIARAN PRO2 RRI BANDUNG DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH ISLAM
A. Kondisi Objek Radio RRI Bandung 1.
Lokasi dan Sejarah Berkembangnya RRI FM Lokasi RRI ini tepatnya di jalan diponegoro no. 61 Bandung, jalur dan yang
cukup strategis, di laokasi inilah RRI Bandung siaran yang begitu akrab dengan pendengaran masyarakat Bandung khususnya melakukan aktivitas, sebagai sarana aktivitas udara (on air) yang mengudara pada jalur FM, freqwensi 96,FM dan sebagai sarana of air. Radio Komunikasi pertama di Nusantara dimulai dari Bandung tanggal 2 Mei 1923, ketika seorang ahli teknik J.G. prins bersama kawannya memprakarsai pembuatan studio pemancar Radio.siaran perdananya bisa dinikmati warga kota sejak 8 Agustus 1926. Studio radio tersebut diberi nama De Bandoengsche Radio Vereeniging, yang dibangun oleh percetakan corking (Kini percetakan sumur Bandung di Jlan Asia Afrika), siaran Radio ini bisa didengar keseluruh priangan. Radio siaran yang pertama didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda (Niderlan Indie) Pada tanggal 16 Juni 1925 disebut dengan bataviase Radio Vereniging
(BRV)
di
Batavia.
Sedangkan
pada
Tahun-tahun
berikutnya
bermunculan pula radio-radio siaran lainnya antara lain: Nederland Indische, Radio Omproep Mij (NIROM) di Batavia, Bandung dan medan, Sodosche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta, Matamase Vereniging Voor Radio Omproep (MAVRO) di Jogyakarta, Vereniging Oesterse Radio Luistaraars (VORL) di
45
46 Bandung dan masih banyak lagi Siaran yang dikelola oleh Pribumi maupun pemerintah Hindia Belanda dibeberapa kota besar diseluruh Indonesia. Diantara sekian banyak stasiun penyiaran radio tersebut, NIRO adalah yang terbesar dan tertangkap, Hal ini disebabkan mendapat bantuan penuh dari pemerintah Hindia Belanda. Perkembangan NIROM yang sangat pesat disebabkan pula oleh keuntungan besar dalam bidang keuangan yang diambil dari pajak Radio. Dengan demikian NIROM dapat meningkatkan daya pancaranya dan mengadakan stasiun-stasiun Relay, dan membangun sambungan telepon khusus yang bisa digunakan untuk modulasi siaran langsung ke kota-kota besar. Antara lain Batavia, Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jogjakarta, Magelang, Surabaya, Malang yang jumlahnya kira-kira 1.200.000 Meter. Lain halnya denagn siaran-siaran diluar NIROM (swasta) yang pada umumnya dimiliki oleh pribumi yang keuanganya diperoleh hanya dari iuran anggota.
Munculnya
perkumpulan
radio
siaran
dikalangan bangsa pribumi
disebabkan oleh kenyataan bahwa NIROM yang mendapat bantuian dari pemerintah hindia Belanda lebih bersipat perusahaan yang mencari keuntungan secara financial dan membantu kukuhnya penjajah di hindia Belanda, Dimana pada saat itu semangat kebangsaan dikalangan penduduk pribumi semakin berkobar sejak tahun 1908. Sebagai pelopor timbulnya radio siaran pribumi (disebut dengan radio ketimuran) tercatat ialah Solosche Radio vereniging (SRV) yang didiriakan 1 April 1933
Oleh Ir.Sarsito
Mungunkusumo
dengan dikungan penuh dari
mangkinegoro VII, Menyusul kemudian radio-radio siaran pribumi dibeberapa kota besar di Hindia Belanda termasuk Bandung.
47 Pada tahun 1936 terbetik kabar bahwa radio pemerintah Hindia Belanda (NIROM) akan menguasai seluruh radio ketimuran dengan pencabutan subsidi keputusan ini dilakukan dengan tujuan utamanya adalah guna melemahkan badanbadan radio pribumi dan intuk mematikan radio siaran ketimuran. Perkembangan siaran radio selama penjajahan Belanda berakhir pada tanggal 1 Maret 1942, pada saat tentera Jepang menyerbu pulau Jawa,pemerintah Belanda telah menghhancurkan semua peralatan siaran radio yang dimilikinya dengan maksud agar tidak bisa digunakan oleh Jepang dan pada tanggal 8 maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang. Sejak Belanda menyerah kepada tentara Jepang, semua siaran yang berstatus swasta dimatikan,kemudian muncul radio pendudukan pemerintah Jepang yang berkedudukan di Batavia dengan nama HOSO KANRI KYOKU.Cabangcabangnya yang disebut HOSO KYOKU didirikan oleh Jepang antara lain di Bandung, Purwekerto, Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Malang dan Surabaya. Radio-radio tersebut digunakan sebagai alat propaganda untuk kepentingan kegiatan militer Jepang. Sebagai bukti sejarah berupa microphone yang digunakan pada saat itu hingga
kini masi tersimpan
dimusium penerangan
Taman Mini Indonesia
Indah.Yang sebelumnya disimpan di museum wangsit siliwangi Bandung. “Lahirnya Radio Republik Indonesia” Pada awal masa revolusi nama Maladi sangat arat hubungannya dengan dunia radio,
gagasannya untuk mempersatukan radio-radio yang berada diseluruh
nusantara dalam satu wadah bernama Radio Republik Indonesia. Pada akhir bulan
48 Agustus 1945, gagasan ini kemudian direalisasikan dengan mengundang seluruh pimpinan radio siaran khususnya yang berdomisili di Jawa untuk dating ke Jakarta. Undangan ini ternyata dapat sambutan positif dari seluruh pimpinan radio siaran di Jawa dan bersedia memenuhi undangan tersebut yang waktunya pertemuan ini telah ditentukan yaitu tanggal 11 September 1945 bertempat di Rumah Mr. Oetojo Ramlan.Yang hadir pada saat itu adalah delapan perwakilan stasiun siaran radio di Jawa. Diantaranya:Adang kadarusman, Surjodipoero, Yosep Ronodipoero, Soekasmo, Sjawal Mochtaruedin (Utusan dari radio siaran Jakarta) dan Koran Tjahaha, Sakti Alamsyah, R.A.Darja, Agoes marah soeltan (Utusan Radio Bandung), Soetarji dan Maladi (Utusan Radio Solo),Soehardi dan Harto (Utusan Radio Semarang), soertadjo Utusan radio Purwekerto. Pertemuan ini diketuai oleh Mr.Oetojo Ramian dimulai sejak pagi hari tanggal 11 September 1945 berjalan sangat melelahkan, hal ini disebabkan oleh banayak permasalahan yang meski dibahas dan disimpulkan sehingga baru berakhir pada keesokan harinya tanggal 12 september 1945 pukul 06.00 Waktu Jawa. Kronologis terbentuknya radio Republik Indonesia diawali dengan setelah satu jam dibuka pertemuan tersebut secara resmi, Para delegasi radio pergi menuju Jl. Pegangsaan timur untuk menemui presiden soekarno, karena presiden saat itu sangat sibuk para delegasi radio diterima oleh mentri sekertaris Negara Mr.A.K.Pringgodigdo di Jl pejambon pada pukul 17:00. Sambil menunggu pertemuan Mensesneg, Para delegasi radio meneruskan perjalanan menuju gedung
49 Studio dan pemancar Radio Jakarta di Jl.Merseka Barat,Di ruang pekabaran para delegasi radio mengadakan pembicaraan bersama Adang kadarusman, Yoesep Ronodipoero dan Bachtiar Loebis antara lain membicarakan dibentuknha sebuah wadah untuk semua pemancar radio di Jawa yang akan di beri nama Radio Republik Indonesia. Rapat yang dilakukan secara marathon teresebut telah melahirkan beberapa keputusan penting dan yang paling Utama adalah dibentuknya janji-janji dan kewajiban
dari segenap
karyawan
radio.Keputusan
tersebut
tertuang dan
diabadikan
dalam sumpah yang dikenal dengan‖Tri Prasetya RRI‖ Yang
berbunyi: a. Kita harus menyelamatkan segala alat siaran radio dari siapapun yang hendak menggunakan alat tersebut untuk menghancurkan Negara kita, dan membela alat itu
dengan segala jiwa raga, dalam keadaan bagai
manapun dan akibat apapun. b. Kita harus mengemudikan siaran RRI sebagai alat perjuangan dan alat revolusi seluruh bangsa Indonesia dengan jiwa kebangsaan yang murni, hati yang bersih dan jujur serta budi yang penuh kecintaan dan kesetiaan kepada tanah air dan bangsa. c. Kita harus berdiri disegala Aliran dan keyakinan, partai atau golongan dengan mengutamakan persatuan bangsa dan keselamatan Negara serta berpegang pada jiwa proklamasi 17 Agustus 1945 Keputusan lainnya adalah diputuskannya bahwa pemancar radio diseluruh Indonesia diberi nama Radio Republik Indonesia yang disingkat RRI dan
50 ditetapkannya tanggal 11 September 1945 sebagai Hari RRI.Dalam keputusan itu pula semua pagawai radio dengan Sukarela memilih menjadi PNS. RRI Jakarta sebagai pusat dan Abdurahman Shaleh sebagai pemimpin Umum pusat RRI. Dalam menghadapi situasi pada masa peralihan ini diambil pula keputusan dalam upaya menyelamatkan peralatan pemancar radio dari pihak Jepang atau bahaya dari pihak sekutu, untuk itu dikeluarkan tiga buah pasal yangm mengatur hal tersebut antara lain. Setiap studio RRI diwajibkan mengusahakan sendiri penyerahan pemancar radio Hoso Kyoku Kepada pemerintah RI dengan jalan damai atau cara lainnya: a. Segera dilakukan penyelamatan pemancar dan peralatan yang lainya dari kota tempat perjuangan RI yang man dari serangan musuh (Inggris dan Belanda). b. Memilih
tempat
yang
strategis
dan
aman
untuk
penyiaran
perjuangan.Penyiaran Radio darurat dan studio mobil yang mudah di pindah-pindah bila diperlukan. c. Bila hubungan dengan pusat atau studio lainnya terputus karena serangan Belanda Atau Inggris, Maka masing-masing dan studio RRI boleh bergabung dengan Komite Nasional Indonesia. Semboyan ―Sekali di Udara, Tetap di Udara”Untuk pertama kalinya diucapkan pada semangat. 2.
Visi dan Orientasi Dakwah Islam di RRI fm Dakwah dalam Islam senantiasa mengandung muatan-muatan yang sifatnya
mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran-ajaran Islam, dalam arti selama
51 ini dimungkinkan, ketika manusia mulai jauh dari kehidupan agama damasyarakat yang dinamis, berarti manusia telah merupakan nilai-nilai Islam itu sendiri. Karena itu perlu dadnya media yang menggugah kembali rasa kesadaran keagamaan, yakni gerakan Islam di masyarakat diantaranya melalui media radio. Di masa mendatang tanntangan dakwah Islam akan semakin berat, perlu segera di antisipasi dengan
jalan melakukan pembenahan atas perangkat-
perangkat dakwah itu sendiri. Bila selama ini banyak didapatkan para mubaligh menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam dalam metode trdisional, maka hal tersebut harus segera di ubah haluannya dengan menggunakan pendekatan yang modern. Pendekatan pemanfaatan
modern
kemajuan
dalam ilmu
dakwah
pengetahuan
Islam dan
dapat
dilakukan
melalui
teknologi komonikasi yang
dirasakan dewasa ini semakin maju dan berkembang. Sejarah dengan kemajuan tersebut sangat tepat jika memanfaatkan media komunikasi massa sejenis radio, televisi, internet atau yang lainnya sebagai alternatif menumbuhkan semangat gerakan dakwah Islam (Marwah Daud Ibrahim, 1995: 90). Sebagai faktor penyeimbang atas kemajuan ilmu pengetahuan dakwah dan teknologi tersebut, semestinya dakwah dapt membantu mengarahkan masyarakat (umat Islam) untuk tidak hanya berhidmat pada nikmatnya kehidupan diniawi, melainkan
harus
diimbangi
dengan
kehidupan
rohaniayah,
yang
sekaligus
merupakan penyaring untuk membimbing sekalian masyarakat menuju suatu kondisi
yang dinamis dan religius. Dengan adanya dakwah, umat diharaokan
tidak mengalami suatau keadaan kesalahan dalam menuju arrti hidup dari perbuatan dinamika kehidupan.
52 Dakwah yang selama ini dilakukan, jelas akan senantiasa dihadapkan kepada tantangan dan identitas perubahan yang semakin kompleks, serta masuknya keberagaman budaya kepada struktur kehidupan masyarakat yang serba momplek juga. Dengan adanya dakwah, berarti mencoba meningkatkan manusia untuk selalu kritis dan peka terhadap perkembangan dunia Islam. Maka tidak salah kiranya Nurcholis
Majid
mengatakan,
perlu
adanya semacam dialog dan media,
gunamemperjelas kembali visi dan orientasi dakwah Islam dalam konteks kemodernanan dan keindonesian (Nurcholis Majid, 1995: 15) Dalam
kaitannya,
RRI
Bandung
dalam
menyiarkan
acara-acarayang
bermuatan agama, cenderung bersikap transparan. Barangkali sangatlah tepatnya kiranya, bahwa radio bukanlah milik dan suatu kelompok tertentu. Pelaksanaan dakwah di RRI Bandung selau dilandaskan kepada misi, (di butuhkan oleh pendengarnya) yang menerapkan karakteristik sebagai berikut : a. Pelaksanaan dakwah Islam selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral yang berpegang pada ajaran-ajaran pokok Islam yakni al-Qur`an dan asSunnah. b. Mengajak masyarakat untuk melaksanakan syariat Islam secara kaffah dalam berbagai aspek kehidupan demi tujuan amar ma`ruf nahi munkar. c. Penyampaian dakwah Islam selalu dilakukan secara bijaksana dan menggunakan cara yang baik, demi menciptakan kehidupan agama harmoni dan dinamis.
53 d. Gerakan Dakwah Islam dilakukan secara positif dengan senantiasa memelihara
nilai-nilai
persatuan
dan
kesatuan
bangsa,
sehingga
menciptakan toleransi antar umat beragama yang positif. e. Meningkatkan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilandasi
oleh
nilai-nilai
perjuangan
secara
Islam berbagai aspek
kehidupan. Visi dakawah Islam yang sedemeikian lengkapnya dalam gambaran yang umum memang terkadang mudah untuk dipaparkan dalam retorika dakwah, namun bila di aplikasikan ternyata dapat berbenturan dengan kompleksitas dan heterogenitasmasyarakat.
Akan
tetapi,
hendaknya
perlu
di
pahami
dulu
keberadaan dakwah Islam di RRI Bandung pada dasarnya memiliki visi yang sama dengan radio yang lain. Dalam usaha dan aktivitas dakwah Islam RRI Bandung secara umum di maksudkan
untuk
menenamkan
kesadaran
akan
perbuatan
pada
tingkah
masyarakat agar kembali kepada ajaran Islam yang murni. Artinya usaha dari gerakan dakwah bertujuan untuk melaksanakan hak dan kewajiban beragama Islam di segala aspek, maka usaha-usah yang dilakukan antara lain dengan melakukuan pembinaan dan penyuluhan serta mengembangkan teologi amar ma`ruf nahyi munkar dalam segala lapangan dan segi kehidupan umat Islam. Kaitannya dengan pengembangan dakwah Islam tersebut, terdapat orientasi yang hendak dicapai antara lain : a. Meningkatkan
rasa
kehidupan masyarakat.
kesadaran
beragama
dalam
berbagai
dimensi
54 b. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam mendalami ajaran Islam secara universal. c. Memupuk rasa persaudaraan di kalangan umat Islam. d. Menghilangkan akses-akses negatif dari paham-paham yang sesat serta sfat-sifat sektariatan keagamaan. e. Mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif dalam mempercepat laju pembangunan di segala bidang. f. Mengikis segala pengaruh negatif dari arus masuknya budaya global yang tidak sesui dengan nilai-nilai Islam. Dengan dakwah Islam di radio, dengan sendirinya masyarakat akan mencoba mendalami tentang arti dan hakikat melaksanakan ajaran Islam. Dengan kata lain Islam tidak hanya identik dengan sesuatu yang sifatnya aqidah dan ubudiyah, yang lebih keliru dipahami merupakan kegiatan ritual semata. Dakwah Islam di radio sebenarnya mempunyai akses yang positif bagi keluarga untukmembina hubungan yang harmonis religius. Karena radio dapat berperan sebagai berikut : a. Menjadi agen educator dan role model dalam mendidik generasi muda, melelui pembinaan-pembinaan ilmu beragama serta membiasaka hal-hal yang berbau agama. b. Menjadi
motivator
yang
secar
formal
maupun
informal
memiliki
kecenderungan untuk menanamkan jiwa kreatifitas dalam berfikir dan bertindak secara Islamidi segala segi kehidupan. c. Menjadi fasilitator
dalam menyalurkan keinginan masyarakat dalam
memperoleh sejumlah informasi keagamaan. d. Sebagai sektor dalam membantu mennyaring berbagai informasi yang sampai kepada masyarakat.
55 Oleh sebab itu lebih memperjelas visi dan orientasi dakwah Islam melalui RRI Bandung hendaklah memperhatikan dasar-dasar sebagai berikut : a. Dibutuhkan pendengarnya b. Prinsip keterbukaan c. Prinsip saling melengkapi d. Prinsip multiplikasi e. Prinsip proaktif dan positif Tujuan pokok yang harus dicapai radio RRI Bandung dalam pengembangan dakwah Islam tidak hanya di dasarkan pada pentingnya menyiarkan ajran Islam, tetapi juga sudah merupakan kebutuhan masyarakat. Sedangkan RRI Bandung memposisikan kedudkannya sebagai mediator para da`i dan cendikiawan untuk mengemukakan dan menyampaikan ide-ide dan pemikiran tentang Islam. Bentuk pengembangan Islam yang majemuk yang dipandang memiliki semangat berfikir yang terbuka, diharapkan adanya kebebasan dan keterbukaan dalam memegang teguh syariat Islam (sumber wawancara dengan progremmer). 3.
Strutur Organisasi Pro 2 RRI Bandung a. Strutur Organisasi Dari Atas. Direktur Utama, Direktur Operasional, ke bawah ada Marketing, Programer, dan Administrasi. Kebawah ada penyiar, Operator, serta bagian Produksi. b. SDM dan Keahlianya Seluruh SDM di Radio RRI Pro Dua disesuaikan dengan posisi atau jabatan masing-masing, Misalnya seorang penyiar adalah mereka yang
56 memiliki Kualifikasi dibidang penyaran, Seperti S-1 Kehumasan, D-3 Penyiaran,
Bahkan seorang penyiar yang mempuyai atau memiliki
keterampilan
dibidang
Infotainmen
bisa
masuk
ketagori
penyiaran
dibidang Infonainmen Roud Show, dan lain-lain. 4.
Profile Radio RRI Pro Dua FM 96 MHz a. Nama Nama
: Radio RRI Pro Dua Bandung FM 96 MHz
Pengelola
: Pemerintah RRI Pusat
Alamat
: RRI Bandung Jl. Diponogoro No 61 Telp.(022) 72070317218075-7200996 Fax.7218073-7218075
Frekuensi
: FM 96 MHz
b. Stap Direksi :
5.
Penanggung Jawab
: Ketua RRI Pusat
Direktur Kasi Pro Dua
: Hj Leli Hernawati SE
Kord Musik dan Hiburan
: Drs Dany Purnawan
Kord Pendidikan dan Budaya
: Drs. Madroyani
Kord Berita dan Informasi
: Drs. Dody Hudaya
Kord Penyiar
: Oktavianus Kanna, Sp
Program Acara Untuk itu pihak RRI Bandung melakukan penataan Program acara
yang
disesuaikan dengan sasaran khalayak yang didukung oleh misi siar serta seluruh komponen yang ada, sehingga program acara yang disajikan diharapkan dapat
57 memenuhi kebutuhan khalayak pendengarnya. Untuk lebih jelasnya di uraikan dibawah ini. a. Kuliah Subuh b. Saur On The Road Adapun Acara Globalnya sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 6.
Hari Rabu Rabu Selasa Kamis Sabtu Selasa Kamis Senin Kamis sabtu Selasa Kamis Jum`at
Waktu
Acara
15.30-16.30 15.30-16.30 15.30-16.30 15.30-16.30 14.30-15.30 15.30-16.30 15.30-16.30 15.30-16.30 15.30-16.30 19.00-21.30 15.30-16.30 15.30-16.30 20.00-22.00
Debat mahasiswa Road Show Debat Mahasiswa Road Show DJ School Debat Mahasiswa Road Show On The Road School On The Air On The Road Ondigo Road Show Musi Kita
Program Siaran Keagamaan di RRI Bandung Dalam perkembangannya, radio bukan hanya sekedar media alternatif dari
dominasi media komunikasi massa lainnya, akan tetapi informasi dan pemberitaan melalui radio juga mampu memberikan gaya inovasi, variasi dan kualitas dalm pemberitaan media massa di indonesia. Keberadaan RRI Bandung itu sendiri, merupakan suatu bentuk yang menarik bila mana dikaitkan apa yang di sebut dakwah Islam. Dengan kata lain untuk saat ini radio di kesani hanya mampu menjaring masyarakat bawah, tetapi belum memuaskan dalam hal pemberitaan dan pelayanan informasi.
58 Keberadaan radio RRI Bandung sebagai media komunikasi dapat di usahakan menurut fungsi dan tujuannyadengan sebaik-baiknya, terutama yang berkaitan dengan mobilisasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam pembangunan. Radio juga hrus mampu memainkan perannya dalam mekanisme informasi sosial, budaya dan agama. Tentunya dalam kaitannyadengan pengembangan dakwah Islam, RRI Bandung senantiasa menjadi fasilitator baik secara kelembagaan maupun secara interpersonal dalam hal pelaksanaan dakwah Islam di media massa. Dalam Raharjo (1996: 127) mendeskripsikan opininya tentang ―Dakwah dan Perubahan Sosial‖ dapat dijadikan momentum yang tepat untuk memperlancar proses pembanginan dan perubahan sosial masyarakat. Karenanya, ia berpendapat pentingnya Ilmuan dalam sistem dakwah dan perubahan sosial. Pertama, tekanan langsung atau tidak langsungdari sistem politik yang adaharus diminimalkan dalam kerangka yang akomodatif dan fleksibel. Kedua, intensif material yang diberikan kepada Ilmuan dalam gerakan inteletual. Dakwah dan perubahan harus diakumulasikan secara objektif, sehingga dengan kedua faktor tersebutdapat menumbuhkan komunikasi dalam arah pembangunan dan pengembangan dakwah Islam. Lebih lanjut Drwan Darwanto menyinggung perkembangan dakwah tersebut dapat di gambarkan menjadi berbagai bentuk kegiatan baik pendidikan, sosial kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik dan sebagainya.menurutnya yang tidak boleh di hilangkan adalah terminologi ―pembangunan‖ itulah yang sebenarnya merupakan ―hakikat dakwah‖. Filosofi dakwah dalam hal perbuatanperubahan
59 sosialadalah
mengajak
dan
membawa
masyarakat
dari kekufuran
menuju
keimanan. Kemunduran menuju kemajuan, kemiskinan menuju kemakmuran dan segala implikasinya. Jadi dakwah dikatakan disini bahwa pengembangan dakwah tetap harus bersendikan nilai-nilai agama untuk menuju kemajuanpembangunan di berbagai bidang, bila dilihat dari tantangan dakwah Islam di masa yang akan datang, menurut pandangan Ahmad Azhar Basyir (1994: 256) tentang ―tajdid‖ peranan ulama dan umaromenyebutkan bahwa usahamenanamkan gerakan dakwah serta pengembangannya, dengan segala perangkat dan metodelodinya, dari dakwah Islam itu dijauhkan dari suatu ―grand sentral‖ gerakan ―tajdid‖ dalam dakwah Islam itu sendiri, kerena tajdid dalam gerakan dakwah merupakan upaya untuk mengembalikan umat ke dalam ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan alQur`an dan as-Sunnah. Diantara tajdid tersebut, dapat diterapkan dalam media-media dakwah baik scara lisan maupun tulisan, yang meliputi aspek-aspek berikut : a. Memurnikan
ajaran
Islam
dari
baerbagai
muatan-mauatan
yang
bersebrangan dengan al-Qur`an dan as-Sunnah, baik dalam segi aqidah maupun ibadah. b. Meluruskan berbagai bentuk pemikiran yang jauh menyimpang dari ajaran agama yang sebenarnya. c. Menyebar
luaskan
dan
mengembangkan
ilmu
bermanfaat bagi manusia demi kemaslahatan umat.
pengetahuan
yang
60 d. Mengembangkan pemahaman pemikiran Islam dengan berlandaskan alQur`an dan as-Sunnahyng mencakup atas keselurhaun bagian-bagian yang terpisah, kerena Islam sangat universal dan mlti dimensional. e. Mengembalikan posisi umat Isla dalam percaturan politk, bdaya, agama dan ekonomi supaya terlepas dari cengkraman kelompok lain yang selalu berkeinginan menekan umat Islam. f. Menyajikan
kreasi-kreasi
dan
menemukan
metode
baru
dalam
mengjarkan al-Quran dan asa-Sunnah di berbagai lapisan masyarakat dan segenap unsurkehidupan manusia. g. Menanamkan semangat gerakan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah berdasarkan
nilai-nilai
al-Quran
dan
as-Sunnah
dalam
bidang
kemasyarakatan menuju terwujudnya kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Berkaitan dengan al diatas, dalam hal pembangunan dakwahjelas sangat berhubungan dengan masyarakat Islam dengan memiliki karakteristik denga sebuah perpaduan keseluruhan sistem da pengamalan ajaran Islam di dalam segala aspek kehidupan,
sekaligus
merupakan
manivestasi akan
memahami umat
Islam
terhadapajran yang terkandung dalam ajaran al-Qu`an dan as-Sunnah. Oleh karena itu maju mundurnya gerakan pengembangan dakwah Islam . dalam hal ini Yusuf AlQardawi (1996: 190) dalam literaturnya tentang ― karakteristik Islam‖ menyebutkan kemajuan umat Islam tergantung dua hal yaitu : berlakunya sikap statis dari masyarakat Islam akan berdamapak pada ketertinggalan umat Islam itu sendiri di berbagai bidang. Ketidak konsistenan dan pemilihan sikap kontinyuitas menghambat laju perkembanagan dakwah serta pembangunan yang akan dilaksanakan.
61 Bertitik
tolak
dari dasar
itulah,
karenanya RRI Bandung senantiasa
berupayadengan segala perangkat dan unsur yang terlibat dalam Pengambangan Dakwah Islam dengan semaksimal mungkin. Walaupun dipahamibahwa RRI Bandung bukan hanya umat Isla semata, dan yang paling penting RRI Bandung menjadi fasilitator yang akomodatif dalam memberikan peluang kepada umat Islam untuk melaksanakan akwah Islam scara mpdern dan monumental. 7.
Bentuk-Bentuk Usaha Pengembangan Dakwah Islam yang Dilakukan RRI Bandung Pengembangan dakwah Islam dilakukan sebagai upaya meningkatkan syiar
Islam dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat yang di antaranya usaha-usaha tersebut adalah : a. Membuat acara yang berkaitan dengan dakwah Islam seperti Kuliah subuh 05.00-06.00 b. Selalu berusah mengisi acara dalam moment-momentkeagamaan dalam peringatan hari besar Isla seperti : di Bulan Maulid, Rajab Ramadhan dan lain-lain. c. Senantiasa mengadakan kerja sama dengan departemen agama yang berkaitan dengan masalah-masalah Syara yang harus di publikasikan kepada masyarakat. d. Senantiasa menghadirkan Mubaligh besar (Of Air) Dalam mencapai tujuannyabenar-benar selektif dalam menyiarakan acara yang berkaitan dengan dakwah Islam. Jelas sangat peka terhadap masala-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya dan khususnya masalah agama, kedudukannya
62 RRI Bandung sangat menetukan dalam memberikan komtribusi berupa informasi kepada masyarakat. Kunci pokok yang selama ini menjadi pegangan RRI Bandung, dalam peranannya
ikut
mambantu
dalam
pengembangan
dakwah
Islam
adalah
memberikan seluas-luasnyakepada da`i ayau mubaligh sebagai subjek dakwah dalam hal penyampaian dakwah Islam dan secara langsung RRI Bandung akan melibatkan diri di dalamnya. Di mana karyawan ikut mendapat pelayanan atas suatu kebutuhan mendalami ajaran Islam melalui dakwah di Radio, tinggal bagaimana umat Islam memanfaatkan peluang tersebut. Ini yang perlu dapat perhtian karena dakwah pada darnya merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam dan bikan hanya kewajiban radio. 8.
Hasil-Hasil yang Dicapai dalam Pengembangan Dakwah Islam di RRI Bandung Dalam funsinya radiosangat besar terutama dalam percepatan informasi di
masyarakat,
yang terbagi menjadi tiga hal : pertama, memegang fungsi
penerangan penyampaian informasi kepada masyarakat scara auditif. Kedua, dalam pendidikan. Dalam arti memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat tentang berbagi hal, seperti dakawh Islam dan ketiga, menjadi sarana untuk memberikan instrment-instrument yang menarik yang bermuatan pesanpesan moral bagi masyarakat. Dalam uaha pengembangan dakwah Islam, RRI Bandung dalam peneliatian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan besarnya perhatian terhadap acara keagamaan yang dikemas dalam berbagai bentuk acara yang baik brupa on
63 airmaupun of air, ini merupakan suatu proses terus dijalankan oleh RRI Bandung guna memenuhi kebutuhan masyarakat
Islam terhadap
pelayanan informasi
tentang ajaran Islam. Oleh karenanya dalam usianya yang sudah cukup tua, memberikan warna tersendiri dam arus pemberian informasi di masyarakat Bandung. Bila diakumulasikan hasil-hasil yang telah dicapai oleh RRI Bandung dalam membantu pengembangan dakwah Islam antara lain : a. Mendapatkan dukungan dari segenap lapisan masyarakat khususnya di Bandung, dalam menyiarkan acara-acara keindonesian dan ke Islaman. b. Menjadi
fasilitator
bagi
masyarakat,
baik
dalam
moment-momet
keagamaan maupun sosial. c. Dipandang telah cukup membantu memberikan peluang dan kesempatan bagi umat Islam dalam hal pengembangan dakwah melalui siaran yang bernuansa Islam. d. Turut memacu masyarakat Islam untuk berperanserta lebih aktif dalam membantu pemerintah menjalankan pembangunan. e. Dipandang mampu menjadi mediator bagi mempersatukan berbagai pandanngan yang berbeda diantara kelompok masyarakat, baik dalam bidang agma maupun bidang yang lainnya. f. Perhatian terhadap usaha pengembangan dakwah Islam baik dari direktur maupun kru lainnya. g. Bentuk-bentuk keberhasilan yang dicapai oleh RRI Bandung meski tidak tercantum secara tertulis akan tetapi Pead Back yang diterma dalam setiap moment selalu mendapat sambutan baik dari semua piahak masyarakat.
64 Tanpa melihat kelebihan dan kekurangan RRI Bandung sebagai media massa elekronik yang telah berperan dalam pengembangan dakwah Islam, menurut pandangan peneliti, perlu terus dipelihara keberlangsungannya agar setiap bentuk kegiatan dakwah Islam dapat dilaksanakan secara positif dan kontinyu. Bahkan tidak diharapkan tidakhanya melalui radio tetapi pengembangan dakwah Islam dapat diperluas melalui media-media lainnya. Namun bila diperhatikan lebih seksama, ternyata tidak sedikit mengalami kendala dalam menjankan program kerjanya. Selain keterbatasan sarana ataupun yang lainnya, juga harus mampu bersaing dengan berebut simpati dikalangan masyarakat dengan media-media lainnya. Dengan membentuk media massa yang unggul, maka RRI Bandung harus meberikan pelayanan dan informasi yang baik.
Hal ini dipandang dapat
meningkatkan perhatian dan simpati masyarakat terhadap pranan RRI Bandung di berbagai bidang. Karenanya suatu keharusan bagi RRI Bandung ditungtut karyawannya
untuk
meningkatkan
wawasan
dan
pengetahuan
dalam
meningkatkan profesionalismenya sebagai subjek komunikasi massa. Berkaitan dengan usaha RRI Bandung dalam pengembangan dakwah Islam, tidak
sedikit
resiko
yang mingkindihadapi,diantaranya faktor yang menjadi
penghambat dalam pengembangan dakwah Islam. a. Program
acara
yang
sebagian
tergantung
pada
sponsor
yang
membiayaianya, sehingga dakwah Islam pun menjadi terhambat. b. Masih belum lengkapnya fasilitas dan sarana sebagai pelengkap yang menjadi penunjang siaran keagamaan, teruama untuk kegiatan of air.
65 Namun di samping faktor penghambat tersebut, RRI Bandung juga memiliki keunggulan karena keluasan jaringan informasi yang cukup luas, karena itu terdapat unsur penunjang bagi RRI Bandung dalam pengembangan dakwah Islam. a. Sumberdaya manusia yang berkualiatas harus di oftimalkan, kaitannya dengan kegiatan dakwah Islam banyak di antara masyarakat Bandung khususnya memiliki potensi dalam pengembangan dakwah Islam. b. Adnya hubungan dengan Intansi lain, baik berupa bentuk sponsor ataupun kerjasama. Namun perlu di ingat usaha-usaha RRI Bandung dalam pengembangan dakwah Islam, dengan memperhatikan faktor penghambat dan penunjangnya, perlu mendapatkan perhatian dan dukungan yang fositif dari masyarakat terutama dalam hal ini umat Islam yang sangat terkait dengan dakwah Islam. Maka dari itu merupakan kewajiban semua pihak untuk mendukung dan membantu RRI Bandung dalam pengembngan dakwah Islam. Sehingga tercapai sasaran dan tujuan dakwah Islam dalam pembangunan nasional.
66 BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Sebagimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa radio merupakan media komunikasi massa yang sifatnya auditif, memiliki keunggulan-keunggulan bila dibandingkan dengan media massa lainnya, RRI Bandung adalah suatu bentuk media yang menjadi sarana
dalam memberikan layanan informasi kepada
masyarakat, dalam hal ini memiliki pengaruh kuat dalam mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif dalam pembangunan. Karenanya fungsi dan keberadaan RRI Bandung sangat diperlukan sebagai agen sosial control dalam masyarakat. Peranannya
sebagai
media
massa,
radio
membentuk
suatu
kondisi
masyarakat yang dinamis dalam peranannya, selain media yang memberikan penerangan, pendidikan dan hiburan kepada masyarakat juga mengarahkan wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam bidang idiologi (agama), ekonomi, sosial, politik, dan seni. Dalam hal ini, kaitannya dengan pengembangan dakwah Islam. RRI Bandung berperan menjadi fasilitator dalam menyiarkan momentmoment keagamaan yang mendorng dalam peningkatan dakwah Islam. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, kiranya peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1.
pelaksanaan pengembangan dakwah Islam di RRI bandung, radio menjadi penting kehadirannya di masyarakat karena mangandung nilai-nilai yang bermuatan sosial dan edukatif. Didasari atau tidak, boleh jadi, radio dapat berubah kultur dan buadaya tradisioanal kebudayaan modern terhadap 66
67 masyarakat.
Namun demikian, sebagai acara yang disuguhkan kepada
msyarakat baik itu radio RRI maupun radio lainnya, belum menyentuh pada sisi religius, meskipun pada tataran operasional acara-acara yang bermuatan dakwah tetep selalu ada, tetapi dalam kenyataannya acara atau progaran yang selama ini dilakasanakan, lebih banyak mendobrak kultur masyarakat serata orintasi hanya untuk mengkomersilkan semata paling tidak walaupun hanya sedikit waktu untuk media dakwah yang di kemas dalam penyajian acara yang menarik atau acara
bersifat umum tetapi di dalamnya terdapat sisi-sisi
religinya. 2.
Bentuk usaha yang dilakukan RRI Bandung dalam membantu pengembangan dakwah Islam diantarnya sebagai berikut : a. program acara yang berkaitan dengan dakwah Islam seperti dalam program acara (on air) : kuliah subuh b. Saur On The Road c. Ngobrol santai d. RRI Bandung membuat program acara yang berkaitan dengan dakwah Islam seperti dalam program acara (on air) : kuliah subuh e. Menyampaikan hadist di setiap menjelang dan setelah shalat f. Ngobrol santai Dalam program of air, Selalu berusaha mengisi acara dalam momentmoment keagamaan dalam peringatan hari besar Islam seperti : di Bulan Maulid, Rajab Ramadhan dan lain-lain.
68 Dalam
membantu
pengembangan
dakwah
Islam
tidak
sedikit,
dihadapkan pada kendala-kendala yang menjadi faktor penghambat dalam hal ini diantaranya sebagai berikut : pola penyajian yang menimbulkan rasa jenuh bagi masyarakat, kesempatan waktu yang terbatas, acara membutuhkan sponsor . sedangkan faktor yang menjadi penunjang antara laian : memegang aturan dalam jurnalisme radio, banyaknya potensi yangdimiliki masyarakat Bandung dalam mengembangkan dakwah Islam melalui radio. 3.
Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan dakwah Islam di radio RRI Bandung sebagai berikut: a. Faktor Pendukung bentuk
keberhasilan yang dicapai oleh RRI Bandung meski tidak
tercantum secara tertulis akan tetapi Pead Back yang diterma dalam setiap moment selalu mendapat sambutan baik dari semua piahak masyarakat tanpa melihat kelebihan dan kekurangan RRI Bandung sebagai media massa elekronik yang telah berperan dalam pengembangan dakwah Islam. b. Faktor Penghambat Program
acara
yang
sebagian
tergantung
pada
sponsor
yang
membiayaianya, sehingga dakwah Islam pun menjadi terhambat. 4.
Diakumulasikan
hasil-hasil
yang
telah
dicapai
RRI
Bandung
dalam
pengembangan dakwah Islam antara lain mendapat dukungan dari segenap lapisan
masyarakat Bandung khususnya dalam menyiarkan acara-acara
keagamaan, mampu menjadi fasilitator bagi umat Islam dalam momentmoment keagamaan maupun moment-moment yang laiannya membantu
69 membeerikan
peluang
dan
kesempatan
bagi umat
Islam dalam hal
pengembangan dakwah Islam mulai dari program acara yang bernuansa Islam, dapat memacu berperan serta aktif dalam membantu pemerintah dalam menjalankan roda pembangunan, tetap memberikan perhatian penuh terutama bagi karyawannya dalam pengembangan dakwah Islam,
mampu menjadi
mediator dalam mempersatukan masyarakat yang berbeda di antara kelompk masyarakat baik dalam keagamaan maupun masalah lainnya, serta dengan motto ―sekali di udara tetap di udara‖
memacu roda pembangunan di
berbagai bidang.
B. Saran Penting radio untuk dimanfaatkan sebagai perangkat atau media dakwah, karenanya radio harus pandai membaca setiap gejala yang ada di masyarakat khususnya yang berkaitan dengan agama Islam. Kontribusi yang cukup besar yang di berikan oleh RRI Bandung dalam pengembangan dakwah Islam. Selanjutnya peneliti menyampaikan pesan-pesan sebagai berikut : 1.
Perlu meningkatkan efetivitas pelayanan informasi dalam gerakan dakwah Islam di masyarakat dengan segala pendekatan dan metode.
2.
Perlu
meningkatkan
sarana
dan prasarana pendukung untuk
program
penyiaran, agar dikemas lebih mebih menarik simpatimasyarakat. 3.
Senantiasa melakukan evaluasi sebagai upaya untuk mengukur sejauhmana intensitas peranan RRI Bandung dalam pengembangan dakwah Islam.
70 Akhirnya peneliti memiliki harapan, RRI Bandung selalu berperan serta aktif dalam pengembangan dakwah Islam dengan tidak melihat kekurangan dan kelebihan yang dimiliki media.
71 DAFTAR PUSTAKA
Andy Dermawan dkk (ed), Metodologi Ilmu Dakwah, Jakarta: LESPI, 2002. Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas, Bandung: Armico, 1994. Agus A. Sabin, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Cik Hasan Basri, Penuntun Penyesuaian Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi, Jakarta: Raja Grafmdo Persadan, 2001. Djalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Rosda Karya, 2000. ____________ Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002. Deddy Mulyana, Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi, Bandung: Rosda Karya, 2000. ____________ Ilmu Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002. Denis Mequail, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga, 1991. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang: Mahkota, 1989. Drs. H.M. Hafi Ansari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993. Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam, Perpustakaan Salman, ITB: 1982 Helmi Masdar, Ilmu Dakwah, Lampung: Yayasan Amanah, 1986.
72 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2001. Muhyar Sani, Pedoman Dasar Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993. Munjid, Kamus Besar Bahasa Arab, Beirut Libanon: Maktabah Sarqiyyah, 1993. M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1997. Nur Syam, Metode Penelitian Dakwah, Surabaya: Ramadhani, 1991. Onong Uchjana Efendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni, 1986. ____________ Radio Siaran Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 1991. ____________ Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosda Karya, 1999. Rafi'uddin, Marnan Abdil Bjalil, Prinpsip dan Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Syaikh Abdurrahman Abdul Kholiq, Metode dan Strategi Dakwah Islam, Pustaka Al-Kautsar, 1996. Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, Jakarta: Widjaya Jakarta, 1992. Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: CV. Gaya Media Pratama, 1987. Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Winarno Surakhmad, Prosedur Penelitian, Jakarta: Pustaka, 1989.