BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang ikut serta dalam kerjasama
internasional, maka dari itu perekonomian Indonesia tidak lepas dari yang namanya ekspor dan impor. Ekspor dilakukan pemerintah untuk menambah penerimaan devisa negara sehingga dengan bertambahnya penerimaan negara maka diharapkan dapat membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri yang tidak mampu dipenuhi oleh negara. Oleh karena itu perdagangan internasional merupakan aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dalam era globalisasi saat ini pertumbuhan penduduk sangat cepat, dari tahun ke tahun pertambahan jumlah penduduk terus meningkat. Dengan ledakan jumlah penduduk tersebut menuntut adanya penyediaan pangan yang cukup banyak. Sedangkan ketersediaan pangan di dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan yang diperlukan masyarakat Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut, jalan yang diambil pemerintah adalah melakukan impor bahan pangan ke luar negeri. Bagi masyarakat Indonesia beras merupakan komoditi pangan utama, namun disamping itu masih terdapat bahan pangan lainnya seperti tepung terigu, singkong, jagung dan lain-lain.
1
Tepung terigu bagi bangsa Indonesia memiliki arti tersendiri dalam kaitannya dengan ekonomi pangan. Pertumbuhan penduduk, pendapatan domestik, dan berkembangnya industri tepung terigu serta industri hilirnya seperti mie instant, roti, kue, dan biskuit mendorong peningkatan konsumsi tepung terigu. Tujuan penyediaan tepung terigu dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan pada satu komoditi pangan saja, yaitu beras dan selain itu terigu mudah diperoleh di pasaran luar ngeri dengan cara impor. Dilihat dari manfaat tepung terigu yang begitu besar dalam membantu mengurangi ketergantungan akan beras maka diperlukan persediaan tepung terigu yang cukup banyak dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, namun permasalahannya disini tidak lain bahwa dalam negeri sendiri tidak mampu memproduksi bahan baku dari terigu yaitu gandum secara optimal. Gandum merupakan satu-satunya bahan baku untuk pembuatan terigu hanya diproduksi di negara-negara yang memiliki ikim sub-tropis seperti Turki, Arab Saudi, Rusia dan negara sub-tropis lainnya. Oleh karena Indonesia tidak memproduksi gandum maka dari itu Indonesia akan melakukan impor tepung terigu dari luar negeri. Pada Tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan volume impor tepung terigu dari tahun 1999 – 2010. Volume impor tepung terigu tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 775.534 ton dan volume impor terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 255.734 ton. Sedangkan perkembangan volume impor tepung terigu Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 55,49% dan perkembangan volume impor tepung terigu terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu minus sebesar
2
44,29%. Meningkatnya volume impor tepung terigu Indonesia dikarenakan meningkatnya permintaan konsumsi akan makanan dari olahan tepung terigu. Sedangkan penurunanan impor ini diakibatkan karena kenaikan kurs dollar AS dari Rp. 9.595/US$ menjadi Rp. 10.435/US$ (lihat tabel 1.3).
Tabel 1.1 Perkembangan Volume Impor Tepung Terigu Indonesia periode 1999 – 2010 Tahun
Volume Impor Tepung Terigu (ton)
Perkembangan (%)
1999
366.945
-
2000
459.065
25,10
2001
255.734
(44,29)
2002
343.392
34,27
2003
343.145
(0,007)
2004
307.383
(10,420
2005
477.977
55,49
2006
537.004
12,34
2007
580.937
8,18
2008
530.918
(8,61)
2009
645.010
21,48
2010
775.534
20,23
Rata-rata perkembangan
9,48
Sumber :BPS Provinsi Bali, Statistik Perdagangan Impor Indonesia 1999 - 2010 Keterangan : tanda ( ) berarti ngatif Volume impor terigu Inonesia juga dipengaruhi oleh harga terigu tersebut. Kualitas barang dan situasi perekonomian menentukan tinggi rendahnya harga.
3
Penawaran akan terigu dari produsen serta permintaan akan terigu tersebut sangat ditentukan oleh harga barang itu sendiri. Sesuai dengan hukum permintaan semakin tinggi harga terigu maka diperkirakan permintaan konsumen akan barang tersebut semakin menurun dan sebaliknya semakin rendah harga barang tersebut permintaan konsumen akan barang tersebut semakin meningkat. Perkembangan harga impor tepung terigu di Indonesia pada tahun 1999 – 2010 dapat dilihat pada tabel 1.2. Tabel 1.2 Perkembangan Harga Rata-rata Impor Tepung Terigu Periode 1999 - 2010 Tahun
Harga Rata-rata Impor Terigu (kg/US$)
Perkembangan (%)
1999
0,183
-
2000
0,177
(3,27)
2001
0,189
6,77
2002
0,201
6,34
2003
0,219
8,95
2004
0,258
17,80
2005
0,267
3,48
2006
0,266
(0,37)
2007
0,310
16,54
2008
0,509
64,19
2009
0,345
(32,22)
2010
0,336
(2,60)
Rata-rata Perkembangan
7,13
Sumber : BPS Provinsi Bali, Statistik Perdagangan Impor Indonesia 1999 – 2010 (data diolah) Keterangan : tanda ( ) berarti negatif
4
Pada Tabel 1.2 dijelaskan bahwa harga rata-rata impor terigu dalam US$ per kilogram. Harga rata-rata impor terigu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Harga rata-rata impor terigu tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,509 US$ per kilogram sedangkan harga rata-rata impor terigu terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 0,177 US$ per kilogram. Perkembangan harga rata-rata impor terigu tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 64,19% sedangkan perkembangan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu minus sebesar 32,22%. Harga rata-rata impor terigu yang tinggi disebabkan karena terjadinya krisis global yang berawal dari krisis keuangan di Amerika Serikat yaitu kegagalan bisnis properti atau subprime mortgage yang akhirnya menularkan krisis keuangan ke negara-negara lain termasuk Indonesia sehingga menyebabkan naiknya kurs dollar terhadap rupiah. Dengan adanya peningkatan dan penurunan impor tepung terigu tentu ada faktor lain yang ikut berperan dalam keputusan pemerintah meng-impor tepung terigu, salah satunya adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk bisa mengimpor tepung terigu pemerintah memerlukan biaya, biaya tersebut tentunya diambil dari penerimaan negara yaitu PDB. Dimana PDB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang sejak tahun 1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional mengusahakan terciptanya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan dan taraf hidup
5
dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) periode 1999 – 2010 ditunjukkan pada Tabel 1.3
Tabel 1.3
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode 1999 – 2010
Tahun 1999
Produk Domestik Bruto (Trilyun rupiah) 1.324,8734
Pertumbuhan (%) -
2000
1.389,7703
4,89
2001
1.442,9846
3,82
2002
1.506,1244
4,37
2003
1.579,5589
4,87
2004
1.660,5788
5,12
2005
1.749,5469
5,35
2006
1.847,1267
5,57
2007
1.964,3273
6,34
2008
2.082,3159
6,00
2009
2.176,9755
4,54
2010
2.310,6898
6,14
Rata-rata Perkembangan
4,75
Sumber : BPS Provinsi Bali, Statistik Indonesia 1999 – 2010 Pada Tabel 1.3 menunjukkan penerimaan pemerintah melalui Produk Domestik Bruto menurut harga konstan tahun 2000. Pertumbuhan PDB tiap tahun terus mengalami peningkatan. Penerimaan negara tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 2.310,6898 trilyun rupiah sedangkan penerimaan terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 1.324,8734 trilyun rupiah. Perkembangan PDB tertinggi
6
terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,34% sedangkan perkembangan PDB terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 3,82%. Naik turunnya perkembangan PDB lebih disebabkan oleh tidak terjaganya stabilitas harga di dalam negeri yang diakibatkan oleh situasi dan kondisi sosial politik, inflasi dalam negeri serta kurs dollar amerika serikat. Selama kurun waktu 12 tahun PDB Indonesia terus mengalami peningkatan, kondisi keuangan negara yang seperti ini sangat mendukung dilakukannya impor tpung terigu dari luar negeri. Namun untuk bisa melakukan impor dari luar negeri tidak hanya dilihat dari pendapatan nasional saja melainkan juga tersedianya cadangan devisa negara karena untuk bisa melakukan impor ke negara lain diperlukan mata uang asing sesuai dengan mata uang yang berlaku di negara tempat kita mengimpor. Dengan adanya transaksi perdagangan internasional, maka tidak akan terlepas dari penggunaan valuta asing. Valuta asing memiliki peranan yang sangat penting untuk kelancaran perdagangan internasional karena setiap negara memiliki uang yang dipergunakan sebagai alat pembayaran. Perdagangan internasional menimbulkan kebutuhan akan mata uang asing karena perdagangan ini melibatkan orang-orang yang berbeda negaranya. Oleh karena itu, muncullah kebutuhan akan mata uang asing. Penentuan kurs valuta asing menjadi pertimbangan penting bagi negara yang terlibat dalam perdagangan internasional karena kurs valuta asing berpengaruh besar terhadap biaya dan manfaat dalam perdagangan internasional. Dengan melemahnya nilai tukar mata uang Indonesia menandakan lemahnya kondisi untuk melakukan transaksi luar negeri baik itu untuk ekspor-impor maupun hutang luar negeri.
7
Terdepresiasinya mata uang Indonesia menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap mata uang domestik. Dalam transaksi ekspor–impor valuta asing yang lazim digunakan adalah mata uang US$. Pada Tabel 1.4 menunjukkan perkembangan kurs dollar Amerika Serikat periode 1999 – 2010 yang menunjukkan kurs tengah Bank Indonesia (BI).
Tabel 1.4
Perkembangan Nilai Kurs Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah Tahun 1999 – 2010
Tahun 1999
Kurs (RP/US$) 8.029
Perkembangan (%) -
2000
9.595
19,50
2001
10.435
8,75
2002
8.940
(14,32)
2003
8.645
(0,53)
2004
9.290
9,74
2005
9.830
5,81
2006
9.020
(8,24)
2007
9.419
4,42
2008
10.950
16,25
2009
9.447
(13,72)
2010
9.085
(3,83)
Rata-rata Perkembangan
1,95
Sumber : BPS Provinsi Bali, Statistik Indonesia 1999 – 2010 Keterangan : tanda ( ) berarti negatif
8
Pada Tabel 1.4 terlihat bahwa kenaikan dollar Amerika Serikat terhadap rupiah antara tahun 1999 – 2010 relatif stabil. Kurs dollar Amerika Serikat yang tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar Rp. 10.950/US$ dan kurs dollar Amerika Serikat yang terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar Rp. 8.029/US$. Sedangkan perkembangan kurs Dollar Amerika Serikat tertinggi terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 19,50% dan perkembangan kurs dollar Amerika Serikat terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar minus 14,32%. Pada tahun 2008 nilai rupiah terhadap dollar AS melemah yaitu berkisar Rp.10.950/US$, dan ini merupakan nilai rupiah yang terendah diantara tahun 1999 hingga 2010 karena disebabkan terjadinya krisis global yang melanda Amerika Serikat akibat kegagalan bisnis properti (subprime mortgage) yang terjadi di Amerika. Ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat secara umum disebabkan karena belum stabilnya kondisi perekonomian, politik, dan keamanan dalam negeri Indonesia. Terigu dari gandum merupakan bahan baku untuk industri makanan skala besar yang menghasilkan produk seperti mie instant, biskuit dan lain-lain. Terigu juga sebagai bahan baku industri kecil dan menengah yang menghasilkan antara lain mie basah, kue kering, roti tawar, dan lain-lain. Selain itu, terigu juga sebagai bahan baku industri rumah tangga yang menghasilkan aneka makanan jajan pasar dan industri nonpangan untuk pembuatan lem dan lain-lain. Pada saat ini tidak ada anak di Indonesia yang tidak mengenal mie instant dan roti yang dibuat dari terigu (www.majalahpangan.com, 2010).
9
Secara agregat total peningkatan kebutuhan untuk memenuhi sektor-sektor tersebut ditunjukkan oleh volume impor terigu dan hasil pengolahan atau penyaluran terigu yang mengalami kecenderungan naik. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah harga rata-rata, produk domestik bruto (PDB), dan Kurs dollar Amerika Serikat secara serempak berpengaruh signifikan terhadap impor tepung terigu Indonesia tahun 1999 – 2010? 2) Bagaimanakah pengaruh harga rata-rata, produk domestik bruto (PDB), dan kurs dollar Amerika Serikat secara parsial terhadap volume impor tepung terigu Indonesia tahun 1999 – 2010? 3) Bagaimanakah proyeksi perkembangan volume impor tepung terigu Indonesia lima tahun kedepan 2011 – 2015?
1.2
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengtahui pengaruh harga, produk domestik bruto (PDB), dan kurs dollar Amerika Serikat secara serempak terhadap volume impor tepung terigu Indonesia tahun 1999 – 2010.
10
2) Untuk mengetahui pengaruh harga, produk domestik bruto (PDB), dan kurs dollar Amerika Serikat secara parsial terhadap volume impor tepung terigu Indonesia tahun 1999 – 2010. 3) Untuk mengetahui proyeksi perkembangan volume impor tepung terigu Indonesia untuk lima tahun kedepan, yaitu 2011 – 2015. 1.2.2
Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kegunaan sebagai berikut : 1) Bagi Khasanah Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, wawasan dan referensi yang lebih luas terhadap konsep-konsep dan teoriteori yang berkaitan dengan bidang perdagangan internasional khususnya mengenai impor Indonesia terhadap kondisi riil yang terjadi. 2) Bagi Penyelesaian Operasional dan Perumusan Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah khususnya dalam merumuskan dan menentukan kebijakan yang berkaitan dengan impor tepung terigu Indonesia.
1.3
Sistematika Penyajian Pembahasan penelitian ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara
sistematis sehingga antara bab satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat, adapun sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut.
11
BAB I Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, dimana dalam penelitian ini penulis mengutarakan gambaran umum tentang ekonomi dan impor Indonesia yang kemudian difokuskan pada impor tepung terigu Indonesia. Selanjutnya mencoba meneliti dan menguraikan faktor-faktor yang diaanggap mempengaruhi volume impor tepung terigu Indonesia dalam kurun waktu 1999 – 2010. Kemudian menguraikan dan merumuskan pokok permasalahan, penentu tujuan, kegunaan penelitian serta sistematika penyajian.
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini diuraikan berbagai landasan teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan yaitu tentang teori perdagangan internasional, teori impor, konsep harga dan hubungannya dengan imor, konsep produk domestik bruto dan hubungannya dengan impor, konsep kurs dollar Amerika Serikat dan hubungannya dengan impor, serta dilengkapi juga dengan mempertimbangkan dan mengacu pada hasil penelitian sebelumnya.
BAB III Metode Penelitian Pada bab ini disajikan tentang hipotesis sesuai dengan landasan teori yang ada dan metodologi penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.
12
BAB IV Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini disajikan pembahasan yang menguraikan tentang gambaran umum industri tepung terigu di Indonesia, perkembangan impor tepung terigu Indonesia dan menyajikan pembahasan dari model yang digunakan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang ada.
BAB V Simpulan dan Saran Pada bab ini disajikan tentang kesimpulan dari analisis yang dilakukan serta saran-saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
13