BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Infrastruktur merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat
berlangsung. Infrastruktur yang sering disebut sebagai prasarana dan sarana fisik dapat diartikan sebagai bangunan fisik untuk kepentingan dan keselamatan umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, transportasi termasuk jalan, irigasi, air bersih maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dapat ditunjukan dengan indikasi bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi lebih baik, mempunyai tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pula. Infrastruktur dalam konteks ekonomi dikenal sebagai Social Overhead Capital, untuk membedakannya dari sektor produksi langsung (Directly Productive Activities), seringkali dilihat sebagai ‘perantara’ yang menghubungkan produksi dengan konsumsi akhir, atau antara wilayah produksi dengan pusat pasar. Infrastruktur yang lebih lengkap dan dapat berfungsi penuh di dalam sistem tersebut dapat menekan biaya produksi, sehingga keberadaan infrastruktur dapat memberikan gambaran tentang kemampuan berproduksi masyarakat dan sekaligus mencerminkan tingkat kesejahteraan atau standar kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan kota Binjai yang semakin pesat akibat faktor kedekatan lokasi dengan kota Medan (sebagai hinterland Medan) mempunyai konsekuensi bertambahnya kebutuhan akan prasarana dan sarana perkotaan, seperti air bersih, drainase, saluran air kotor, perparkiran, listrik, persampahan, permukiman, fasilitas sosial dan umum, jalan raya, dan lain-lain. Begitu juga, dengan penetapan kota Binjai sebagai salah satu kota di kawasan Mebidang (Medan-Binjai-Deli Serdang) dengan hirarki fungsional pusat pelayanan primer menyebabkan kota ini diarahkan sebagai pusat aktivitas sekunder dan tersier bagi provinsi Sumatera Utara (Bappedasu, 2009). Untuk itu, agar kota mempunyai hubungan yang saling menguntungkan (kota generatif) dengan daerah belakangnya maka kota tersebut harus mampu menjalankan berbagai fungsinya sebagai pusat inclustri, perdagangan dan jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk daerah belakangnya yang bersifat saling menguntungkan atau mengembangkan (Tarigan, 2005). Pembangunan ruas jalan yang menghubungkan antara Kota Binjai dengan Kota Medan atau yang lebih dikenal dengan nama Jalan Medan-Binjai merupakan salah satu upaya pengembangan akses masyarakat di Provinsi Sumatera Utara hingga Provinsi Tetangganya seperti Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam perencanaannya. Oleh karena demikian pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai yang telah selesai beberapa tahun yang lalu tentunya akan senantiasa memberikan pelayanan yang lebih berkesinambungan seperti menghubungkan berbagai aktivitas masyarakat menuju Kota Medan sebagai daerah core bagi Kota Binjai. Sehingga banyak kalangan baik dari lapisan masyarakat sekitar jalur ruas jalan Medan-Binjai telah
Universitas Sumatera Utara
merasakan adanya perbaikan dan perubahan khususnya dalam dimensi pencaharian yang akan meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat yang dalam konteks penelitian ini tersebar disepanjang ruas jalan Medan-Binjai
dan masih tercakup
dalam Wilayah Administratif Kota Binjai. Namun di lain sisi, Krisis ekonomi yang disusul dengan krisis Global yang berlangsung mulai pertengahan 1997 dan awal tahun 2007 telah melemahkan produksi dan distribusi secara luas, sehingga menurunkan kemampuan pendanaan pemerintah, swasta maupun masyarakat dan menelantarkan berbagai kegiatan strategis. Meskipun telah dilakukan reformasi ekonomi, permasalahan yang dihadapi belum pulih secara penuh,sesuai kondisi ekonomi seperti sebelum krisis. Infrastruktur pendukungnya terutama jalan terpengaruh pula dampak krisis ekonomi yang ditunjukan permasalahan kinerja jalan yang belum memadai dibandingkan kebutuhan adanya infrastruktur jalan yang efisien untuk mendorong pemulihan ekonomi. Menurut Laporan Staf Ahli Menteri Bidang Otonomi dan Keterpaduan Pembangunan Daerah, Dep. Kimpraswil (2009) penurunan pelayanan jalan antar kota dan jalan perkotaan ditandai dengan masing-masing sekitar 15% Jalan Nasional, 28% Jalan Provinsi, dan 50% Jalan Kabupaten dan Kota dalam keadaan rusak, disamping belum sepenuhnya dapat melayani kawasan-kawasan tertinggal/terisolir termasuk kawasan perbatasan. Menghadapi permasalahan tersebut, sektor infrastruktur dituntut agar makin mampu berperan mendukung pergerakan orang, barang, dan jasa nasional demi mendukung tumbuhnya perekonomian nasional.
Universitas Sumatera Utara
Fenomena ini juga terlihat melalui berbagai pemberitaan media dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Keberadaan fenomena keberadaan ruas jalan Binjai – Medan yang senantiasa diwarnai kemacetan tentunya akan membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan wilayah Kota Binjai sendiri. Terdapat banyak aktivitas perekonomian masyarakat yang senantiasa menghadapi gangguan dari segi kemacetan tersebut yang semakin diperburuk oleh adanya kegiatan masyarakat tertentu. Misalnya Fenomena ini justru lebih jelas terlihat di waktu bulan ramadhan tiba hingga beberapa hari menjelang Lebaran. Arus lalu lintas di inti Kota Binjai mulai terganggu, karena macet. Kemacetan arus lalu lintas terjadi di Jalan Sudirman (Jalan Medan Binjai), Jalan A Yani, Jalan Bangkatan dan Jalan Wahidin. Penyebab kemacetan arus lintas di ruas Jalan tersebut tepatnya di bawah akibat badan jalan dijadikan tempat menjajakan berbagai jenis makanan untuk berbuka puasa. Jalan dua arus itu menjadi macet karena sudah menyempit akibat banyaknya pedagang musiman. Penyebab lainnya seperti parkir berlapis kendaraan roda dua tepat di depan Pusat Perbelanjaan Ramayana Binjai Kota. Toserba Ramayana Binjai yang setiap hari ramai diserbu pembeli tetapi belum memiliki lokasi parkir sendiri, sehingga pengunjung terpaksa memarkirkan sepeda motornya sampai memakan separuh badan jalan
umum
dan
belum
lagi
parkir
betor
yang
menanti
penumpang
(http://www.harian-global.com, edisi 10 September 2009, diakses pada hari Selasa 22 Februari 2011). Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas
Universitas Sumatera Utara
jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Jika fenomena tersebut terus dijumpai sebagaimana warna aktivitas masyarakat sehari-hari, maka akan memberikan dampak gangguan yang signifikan bagi upaya pengembangan wilayah Kota Binjai. Dengan demikian, dalam perekonomian global yang diwarnai liberalisasi perdagangan dan kesepakatan perdagangan regional seperti AFTA, APEC, WTO, serta makin berkembang pesatnya teknologi informasi dan telekomunikasi, menyebabkan sektor infrastruktur dihadapkan pula pada tuntutan besar akan kecepatan, keandalan, efisiensi, dan daya saing yang tinggi. Dalam dunia yang makin menyatu, jaringan fisik dan pelayanan infrastruktur nasional merupakan sub sistem dari jaringan pelayanan regional dan global. Konsep pembangunan yang akan menjawab berbagai tuntutan dan tantangan di masa depan tersebut, tentunya telah mulai dipikirkan oleh banyak kalangan khususnya para ahli perencanaan regional (regional planning), yang tentunya lebih menkankan pertumbuhan yang seimbang antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai juga akan membutuhkan beberapa hal penting berkaitan dengan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pembangunan wilayah. Dengan demikian proyek pembangunan yang juga meliputi pemeliharaan jalan akses tersebut dapat bersinergi dengan tujuan membangun penghidupan masyarakat di sekitarnya yang sebenarnya justru memiliki peluang yang
Universitas Sumatera Utara
lebih besar karena akses pada jalan tersebut merupakan jalur yang senantiasa padat. Sinergitas yang ada akan memperbaiki kondisi perekonomian wilayah serta beberapa aspek sosial dan kemudahan lainnya. Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas perekonomian dan pengembangan wilayah serta sebagai prasarana penunjang yang utama bagi wilayah yang dilewatinya. Infrastruktur Jalan tersebut juga membawa manfaat strategis yakni antara lain menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya, peningkatan keberadaan sumber daya lokal serta meningkatkan sektor riil melalui penciptaan multiplier effect bagi pembangunan masyarakat disekitarnya. Lebih dari itu, pembangunan ruas jalan Medan-Binjai juga sebagai prasarana transportasi yang efektif dan handal dalam bentuk sistem transportasi terpadu. Bentuk jalan non- tol yang telah dilaksanakan benar-benar akan memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan ekonomi, kemudahan mobilitas manusia, barang dan jasa yang akan berujung pada meningkatnya daya saing daerah melalui perubahan pencaharian dan pola pendapatan masyarakat di sekitar jalur jalan tersebut. Adapun motif tersebut menjadi fokus permasalahan yang akan ditelaah lebih mendalam dan eksplanatif dalam penelitian ini. Meski demikian harapan idealnya, namun pembangunan ruas jalan MedanBinjai tidak terlepas dari problem dan permasalahan yang senantiasa mewarnai seperti keruwetan dan kepadatan pada jam-jam tertentu. Hal ini sesuai dengan adanya pemberitaan media Harian Kompas on-line (Edisi Jumat, 7 Agustus 2009, 15:24
Universitas Sumatera Utara
WIB) bahwa frekwensi dan kepadatan ruas jalan Medan-Binjai pada tahun 2011 masih akan terus mengalami peningkatan yang tajam seiring dengan pertumbuhan kendaraan bermotor baik pribadi maupun non pribadi. Kondisi ini dikhawatirkan akan membawa dampak yang kontradiktif khususnya dalam mencapai cita-cita memperbaiki aspek perekonomian sebagai dampak dari kekurangnyamanan yang timbul di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai tersebut. Dengan kata lain terdapat penundaan dalam hal percepatan pembangunan di wilayah sekitar ruas jalan Medan-Binjai. Salah satu wilayah yang terkena dampaknya yakni masyarakat yang berdomisili di Kota Binjai yang dilintasi ruas jalan MedanBinjai. Kehadiran hambatan yang disampaikan tersebut cukup memberikan penundaan akses karena harapan masyarakat yang cukup besar. Dengan demikian ide dan penjelasan yang akan dihasilkan melalui tulisan ilmiah ini juga akan memberikan kajian yang cukup baik bagi rencana dan upaya yang akan dipertimbangkan di waktu yang akan datang. Sehingga meski pembangunan ruas jalan Medan-Binjai tersebut menghadapi berbagai hambatan dan tantangan, manfaat yang diharapkan masih dapat dipersiapkan mulai saat ini. Dengan kata lain pembangunan wilayah di sekitar ruas jalan Medan-Binjai tetap terjaga sustainibilitasnya. Berdasarkan penejelasan di atas penulis ingin melakukan penelitian mengenai “Dampak Pembangunan Ruas Jalan Medan-Binjai terhadap Pengembangan Wilayah” dengan fokus penelitian untuk mengetahui variabel pembangunan ruas jalan yang meliputi keberadaan ruas jalan, kondisi fisik ruas jalan dan kelancaran transportasi
Universitas Sumatera Utara
terhadap variable pengembangan wilayah yaitu kesejahteraan masyarakat di sepanjang ruas jalan. 1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dideskripsikan di atas, dapat
dirumuskan permasalan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh keberadaan ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai? 2. Apakah ada pengaruh kondisi fisik ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai? 3. Apakah ada pengaruh kelancaran transportasi pada ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan
demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1. Pengaruh keberadaan ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai. 2. Pengaruh kondisi fisik ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai dalam kerangka pengembangan wilayah di Kota Binjai.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengaruh kelancaran transportasi pada ruas jalan terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun kehadiran hasil penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat
sebagai berikut: 1. Secara Praktis, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi instansi pemerintah yang memiliki keterkaitan khususnya di bidang Pembangunan Wilayah yang dilalui ruas jalan Medan-Binjai. 2. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat dikembangkan berbagai dimensi keilmuan yang harus diperhatikan berkaitan dengan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan ruas jalam Medan Binjai dalam konteks Pembangunan Wilayah yang berkelanjutan. 3. Sebagai bahan pendukung untuk kegiatan penelitian yang sama atau penelitian selanjutnya bila diperlukan.
Universitas Sumatera Utara