BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati dengan memiliki luas hutan yang sangat luas yang terbentang dari sabang sampai marauke, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang di kenal sebagai Mega Center keanekaragaman hayati karena memiliki Mega Diversity hayati di dunia, dan sebanding dengan Brazil yang memiliki Mega Diversity yang sama Indrawan dan Richard (1998: 457), kedua terbesar yang memiliki beberapa jenis biodersivitas setelah Brazil. Namun, seiring perkembangan zaman biodersivitas yang miliki oleh Indonesia mulai di ambang kepunahan karena faktor manusia. Flora dan fauna endemik Indonesia perlahan mulai menyusut jumlahnya. Kegiatan ekowisata akhir-akhir ini sedang marak dikembangkan diseluruh dunia, terutama di negara-negara yang banyak memiliki daya tarik wisata alam. Hal ini karena salah satu sifat dari ekowisata adalah konservatif. Salah satu prinsip penting dalam kegiatan ekowisata adalah kegiatan yang bersifat berkelanjutan untuk semua biodersivitas yang ada. Seperti dikatakan Fannel (1999:43 via Arida, 2009:18) bahwa ekowisata merupakan wisata berbasis alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan alam, dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberi dampak paling negartif paling rendah terhadap lingkungannya kemudian tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada lokal yakni dalam hal kontrol, manfaat yang
1
2
dapat diambil dari kegiatan usaha. Dengan demikian diharapkan semaksimal mungkin dapat mempertahankan keutuhan dan keaslian daerah ekowisata tersebut. Disisi lain harus dibedakan antara wisata alam dan ekowsiata. Wisata alam belum tentu adalah ekowisata, banyak biro perjalanan tour yang memakai slogan ekowisata tetapi sama sekali tidak mengubah bentuk perjalanan mereka dalam memasarkan produk-produknya. Dalam kegiatan wisata alam para pelaku wisata tidak dituntut untuk menjaga dan melindungi kawasan yang dikunjungi, malah sebaliknya tambah merusak lingkungan yang ada. Namun, dalam kegiatan ekowisata pengunjung harus ikut melindungi, memelihara dan menjaga lingkungan yang ada baik fisik maupun non fisik. Perbedaan lain adalah biasanya wisata alam pasti menarik pasar wisata masal dan dari berbagai kalangan, sementara ekowisata pasar wisata cenderung lebih sedikit, selektif dan memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan. Kota Balikpapan adalah salah satu kota yang berada di provinsi Kalimantan Timur. Kota yang mempunyai luas 503,3 Km1. ini sering disebut the Gate Way of Borneo yaitu pintu gerbang menuju Kalimantan, Kalimantan timur khususnya karena Kota Balikpapan merupakan kota yang paling maju di Provinsi Kalimantan Timur melebihi ibukota Kalimantan Timur yaitu Samarinda. Dalam perkembangan kepariwisataan kota Balikpapan memiliki berbagai jenis destinasi pariwisata yang menarik, baik wisata alam, budaya, dan religi. 1
http://www.balikpapan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=96&Itemid=67 &lang=in diakses 1 agustus 2014
3
Namun sampai saat ini daya tarik wisata yang berbentuk wisata massal masih menjadi daya tarik yang paling banyak dikunjungi, seperti pantai. Menurut Fandeli dan Nurdin (2005) kegiatan pariwisata yang menimbulkan wisatawan masal merupakan penyebab timbulnya berbagai dampak negatif bagi sosial budaya dan kerusakan lingkungan. Kota Balikpapan adalah salah satu daerah yang memiliki beberapa lokasi ekowisata. Namun, banyak orang yang tidak tertarik untuk mengunjunginya terutama masyarakat lokal hal itu mungkin disebabkan karena kurangnya promosi dan pengetahuan masyarakat lokal. Seperti dikutip dalam sebuah situs daerah wakil Menteri Singapura Massagos Zulkifli menilai bahwa kota Balikpapan belum maksimal menawarkan obyek wisatanya kepada wisatawan, karena masih terfokus pada pendapatan asli daerah (PAD) di sektor jasa terkait industri pertambangan dan migas 2. Hal tersebut dikarenakan kurangnya promosi destinasi wisata yang ada di kota Balikpapan.
Berikut daftar tabel kunjungan wisatawa mancanegara dan
nusantara ke kota Balikpapan tahun 2013 Tabel 1.1 : Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara Kota Balikpapan 2013 Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Nusantara Di Objek Wisata kota BalikpapanTahun 2013 1
Nama Objek Wisata PANTAI MELAWAI
2
PANTAI LAMARU
150.122
3
PANTAI MANGGAR
201.350
4
PANTAI POLDA / KEMALA
14.466
5
PENANGKARAN BUAYA TERITIP
36.471
No.
2
2013 160.922
http://balikpapanpos.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=124325 diakses 9 Mei 2014
4
6
TAMAN BEKAPAI
83.629
7
MONPERA
252.500
8
HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN
4.938
9
25.386
12
AGRO WISATA KM – 23 HUTAN MANGROVE MARGOMULYO PASAR INPRES KEBUN SAYUR
636.531
13
WATER PARK REGENCY
27.297
11
14
TUGU JEPANG DAN MAKAM JEPANG – LAMARU TOTAL
1.554
121 1.595.287
Sumber : Data Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota BalikpapanTahun 2013 Jika dilihat dari tabel di atas dapat dilihat bahwa daerah tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi adalah wisata masal seperti pantai dan tempat wisata buatan. Tempat-tempat yang meimiliki nilai pendidikan dan sejarah seperti hutan dan tugu jepang sangat sepi peminat. Salah satu hutan yang difungsikan menjadi objek ekowisata adalah Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) yang merupakan hutan primer hujan tropis yang masih alami dan di dalamnya masih banyak memiliki flora dan fauna endemik kalimantan seperti jahe raksasa Balikpapan (Etlingera Balikpapanensis), orang utan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) dan beruang madu (Herlactos Malayanus). Saat ini hutan lindung Sungai Wain selain berfungsi sebagai hutan lindung juga sebagai salah satu objek ekowisata yang ada di Balikpapan. Namun, dapat dilihat dari tabel di atas bahwa kunjungan ke hutan lindung Sungai Wain masih sedikit. Hal ini dapat menjadi acuan bahwa kunjungan lebih banyak ke objek wisata yang bersifat massal dan wisata buatan. Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat kurang berminat
5
adalah lemahnya aksesbilitas dan kurangnya fasilitas yang mendukung di lokasi ekowisata di kawasan hutan lindung Sungai Wain. Jika, pengembangan ekowisata hutan lindung Sungai Wain dibangun dengan masksimal hal ini juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)3. Isu lain yang sedang berkembang adalah keberadaan hutan lindung Sungai Wain mendapat ancaman yang cukup serius terutama dalam perusakan lingkungan. Isu yang marak beredar adalah banyaknya flora dan banyak fauna yang hilang dan mati di area hutan lindung Sungai Wain. Salah satu faktor isu tersebut adalah pembangunan jembatan pulau balang yang lokasinya melintasi kawasan hutan lindung Sungai Wain seperti yang dikutip dari sebuah situs daerah ilmuwan dari Departemen Zoologi, Universitas South Bohemia Republik Chechnya itu mengatakan bahwa pembukaan kawasan itu nantinya bisa akan menyebabkan perambahan dan perkembangan industri yang tidak bisa dibatasi jelasnya, jika jalan ini dibangun, semua hutan akan berangsurangsur hilang, tetapi bukan hanya perambahan mengancam hutan ini kegiatan perlindungan yang salah dalam perencanaannya bisa menyebabkan kerusakan alam juga contohnya usulan oleh pemerintah provinsi untuk membuat pagar di sepanjang jalan penghubung ke Jembatan Pulau Balang, papar dia4. Isu di atas dapat menjadi perhatian karena apabila hutan lindung Sungai Wain tidak segera diselamatkan maka lama kelamaan potensi yang ada akan hilang. Hal ini juga Ini pertanyaan mengapa di kawasan hutan lindung yang
3
Wawancara peneliti dengan pengelola BPHLSW 15 maret 2014 http://www.antarakaltim.com/berita/3678/ancaman-terhadap-hutan-lindungsungai-waindiakses 30 April 2013 4
6
dilindungi oleh negara secara hukum malah terjadi pengrusakan biodersivitas yang seharusnya aman. Hal ini sangat berkebalikan dengan prinsip-prinsip dasar ekowisata. Dengan demikian perlu strategi pengembangan yang tepat dalam rangkamembangun dan mempromosikan hutan lindung Sungai Wain sebagai objek ekowisata di kota Balikpapan dan memperkenalkan potensi ekowisata yang dimiliki oleh HLSW kepada wisatawan sebelum terjadi pengrusakan lebih jauh terhadap bentuk fisik kawasan hutan.Sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan perduli terhadap keberadaan HLSW baik pengelola, pemerintah, wisatawan dan masyarakat agar tidak terjadi pengikisan dan pengrusakan hutan terus menerus.
1.2 Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang masalah di atas, ditemukan beberapa rumusan masalah yaitu : 1. Apa saja potensi yang dimiliki Hutan Lindung Sungai Wain baik dari potensi alam dan desa sungai wain beserta kehidupan kebudayaan masyarakatsebagai salah satu daya tarik wisata di Kota Balikpapan? 2. Bagaimana strategi pengembangan Hutan Lindung Sungai Wain agar menjadi salah satu daya tarik wisata ekowisata unggulan di kota Balikpapan ditengah ancaman kerusakan lingkungan yang datang? 1.3 Tujuan 1.
Untuk mendeskripsikan potensi apa saja yang ada di Hutan Lindung Sungai Wain sehingga semua potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik.
7
2.
Untuk merumuskan bagaimana strategi pengembangan potensi tepat di kawasan obyek wisata Hutan Lindung Sungai Wain sebagai obyek ekowisata unggulan di kota Balikpapan di tengah ancaman pemunahan spesies yang datang dari berbagai faktor baik alam mapun manusia.
1.4 Manfaat 1. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan lebih dalam dan ilmu mengenai pengembangan potensi hutan lindung Sungai Wain dan mengenai ekowisata. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu berbagai pihak baik pemerintah, badan pengelola hutan lindung Sungai Wain, mahasiswa, masyarakat dan seluruh stakeholder pendukung agar dapat memcahkan masalah-masalah yang ada di hutan lindung Sungai Wain dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkannya. Pada nantinya hutan lindung Sungai Wain dapat menjadi objek wisata berbasis ekowisata yang maju dan dapat menjadi salah satu objek wisata unggulan di kota Balikpapan.
1.5 Tinjauan Pustaka Sejauh ini banyak sekali penelitian yang di tulis meneganai ekowisata hutan diantaranya yang di tulis oleh Mariana Zainun dalam tesis “Strategi Pengembangan Ekowisata Hutan Lindung Gunung Lumut Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur” 2009. Dalam tesis tersebut ditemukan hasil
8
penelitian bagaimana strategi pengembangan ekowisata yang tepat untuk wilayah Hutan Lindung Gunung Lumut yang merupakan kawasan hutan hujan tropis yaitu dengan strategi turn around mengurangi kelemahan yang dan memperbanyak peluang, juga memperkuat dan mengoptimalkan peluang dan kekuatan yang ada. Peran serta stakeholder baik pemerintah maupun swasta sangat diperluka.Terkahir peran serta media pendukung promosi dan masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan tata kelola di dalam sautu objek ekowisata Hutan Lindung Gunung Lumut. Selanjutnya adalah tesis yang ditulis oleh Iman Rudi Kurnianto yang berjudul
“ Pengembangan Ekowisata (Ecotourism) di Kawasan Waduk
Cacaban Kabupaten Tegal”2008. Dari hasil penelitian tersebut disebutkan bahwa perencanaan pengembangan di waduk cacaban harus dibagi sesuai zonasi yang ada sehingga pengembangan tersebut tidak salah dan mengakibatkan pengrusakan lingkungan. Terakhir adalah “Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Ekowisata Sungai Mahakam Provinsi Kalimantan Timur” oleh Fandeli dkk 2004 , dalam bahasan ini digambarkan bagaiamana RIP ekowisata yang berada di sungai mahakam Kalimantan Timur. Dijelaskan juga bagaimana perencanaan dalam pengemasan
produk
ekowisata
sungai
akesesibiltas dan infrastruktur kedepannya.
1.6 Landasan Teori 1. Pengertian Hutan Lindung
mahakam
lalu
pengembangan
9
Indonesia sendiri memiliki berbagai macam jenis hutan berdasarkan fungsinya, Hutan lindung dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia tahun 2009 pasal 1 ayat 4 menyebutkan bahwa fungsi hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah5. Menurut SK Menteri Kehutanan No. 416/Kpts-II/1995 tanggal 10 Agustus 1995kota Balikpapan memiliki hutan lindung yaitu Hutan LindungSungai Wain yangluasnya adalah 9.782,8 Ha6. Fungsi dari Hutan Lindung Sungai Wain menurut Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 11 tahun 20047 tentang Pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain pasal 5bahwa kawasan Hutan Lindung Sungai Wain ditata menggunakan sistem blok yaitu blok perlindungan, blok kegiatan terbatas dan blok pemanfaatan, dikatakan pasal 6 ayat 2 dan 3 dalam kegiatan ekowisata sendiri termasuk di dalamnya 8. 2. Pengertian Potensi Ekowisata Potensi wisata adalah sebuah sumber daya yang terdapat di suatu daerah yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan potensi wisata bisa berupa berupa suasana, kejadian, benda maupun jasa (Pendit, 1994). Dengan adanya potensi wisata tersebut dapat membuat suatu daya tarik di suatu daerah. Menurut Sudarto (1999:20) unsur yang paling penting dalam suatu daerah 5
http://lpp.dephut.go.id/downlot.php?file=P.18-Menhut-II-2011.pdf diakses 11 Februari 2014 http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_BALIKPAPAN_11_2004.pdf diakses pada 11 Februari 2014 7 http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_BALIKPAPAN_11_2004.pdf 8 ibid 6
10
tujuan ekowisata adalah kondisi alamnya dan kondisi flora faunanya yang unik dan langka. Dalam penulisan ini akan dibahas mengenai ekowisata di Hutan Lindung Sungai Wain, ekowisata menurut (The International Ecotourism Society, 1990 dalam Nugroho, 2011:15) adalah perjalanan wisata ke wilayahwilayah alami dalam rangka mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal, dengan kata lain kegiatan ekowisata bukan hanya bertujuan untuk bersenang-senang dan mencari pengalaman baru namun memiliki keunggulan maanfaat terutama dalam rangka konservasi dan sangat perduli terhadap lingkungan. Sedangkan menurut Nugroho (2011:17) ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara professional, terlatih, dan memuat unsur pendidikan sebagai suatu sektor usaha ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan. Dalam
pengertian tersebut potensi ekowisata Hutan Lindung
Sungai Wain memang sangat tepat untuk dikembangkan untuk upaya konservasi dan membangun perekonomian penduduk lokal yang ada di kawasan tersebut. 3. Pengembangan Potensi Ekowisata Pada dasarnya setiap destinasi pariwisata yang ada di suatu daerah harus dapat dikembangkan dengan baik melalui sebuah perencanaan yang baik dan matang. Alasan utama pengembangan pariwisata sangat erat hubungannya
11
dengan pembangunan ekonomi di daerah tempat di mana daerah tujuan wisata itu berada (Yoeti, 1997 : 33). Hutan lindung Sungai Wain adalah merupakan kelompok wisata alam yang berkembang manjadi ekowisata. Menurut (Fandeli, 2002:172) bahwa pengembangan pariwisata diperlukan untuk meningkatkan nilai ekonomi disuatu tempat dan pariwisata. Berikut ini bisa dilihat tabel pola pengembangan hutan wisata : Tabel 1.2 Pola Pengembangan Kawasan Hutan Untuk Wisata
Kawa san Huta n Lind ung
Kelembagaan Atraksi Wisata Ekosistem hutan, keanekaraga man fauna dan flora, fauna dan gejala proses alam, sosial budaya masyarakat adat asli
Ameni tas Pondok wisata
Akslitas esbilitas Rendah
Kelemba gaan
Jenis wisata
Dinas perhutan an bekerjasa ma dengan swasta
Piknik, Rekreasi, berkemah, tracking, hiking, adventurin g, minat khusus, survival
Sumber : Fandeli dan Mukhlison (2000:70) Terakhir hal yang sangat penting dalam rencana pengembangan hutan untuk ekowisata adalah setiap rekomendasi pengembangan harus mengandung prinsip ekowisata. Empat prinsip pengembangan ekowisata tersebut menurut (Fandeli dan Mukhlison, 2000:49) yang harus dijalankan adalah :
12
a.
Konservasi, dengan tujuan menyelamatkan kawasan lindung dari kerusakan dan kepunahan spesies,
b. Edukasi, dengan tujuan kowisata bukan hanya untuk kegiatan wisata dengan tujuan
bersenang-senang
namun
dapat
memberikan
pengetahun
dan
pembelajaran kepada wisatawan, c. Partisipasi masyarakat yaitu masyarakat di daerah kawasan ekowisata bukan hanya sebagai penonton namun juga sebagai sebagai pemain kunci dalam mengembangankan sebuah kawasan ekowisata tersebut. d. Ekonomi yaitu kegiatan ekowisata di suatu daerah harus bisa memberikan keuntungan ekonomi bagi suatu daerah baik untuk masyarakat sekitar kawasan ekowisata dan untuk meingkatkan PAD daerah 1.7 Metode Penelitian Metode pendekatan yang digunakan adalah analisis dekriptif kualitatif yaitu pengukuran yang cermat terhadap fenomena tertentu. Metode ini menganalisa tentang arti data. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi secara rinci dan mendalam mengenai upaya pengembangan ekowisata di hutan lindung Sungai Wain. 1.Teknik pengumpulan data a. Observasi Teknik observasi dilakukan dengan mengamati langsung objek lokasi penelitian yaitu hutan lindung Sungai Wain. Melihat dan mengamati bagaimana keadaan flora dan fauna yang ada disana. Mengamati kehidupan masyarakat di sekitar objek ekowisata hutan lindung Sungai Wain.
13
b. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan membaca berbagai macam penelitian yang berhubungan dengan ekowisata dan pariwisata. c. Wawancara Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait yaitu a) Pemerintah yaitu Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain (BPHLSW)karena BPHLSW adalah adalah sebuah instansi khusus yang mengelola HLSW. b) Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Balikpapan karena dinas tersebut membantu dalam mempromosikan HLSW. c) Masyarakat sekitar hutan lindung karena masyarakat merupakan orang yang paling mengerti dengan keadaan tempat tinggalnya yaitu desa sungai wain. d) Biro Perjalanan Wisata (BPW) karena biro perjalanan adalah salah satu pihak swasta yang turut andil dalam pemasaran produk ekowisata HLSW. 2. Teknik analisis data Untuk mempermudah mengembangkan suatu destinasi daerah tujuan wisata maka diperlukan juga strategi yang dihasilkan melalui suatu analisis. Analisis yang akan di pakai adalah analisis SWOT. Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunitty and Threat) adalah analisis lingkungan internal dan eksternal. Analisis ini digunakan untuk menganilis kondisi internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dan situasi eksternal yaitu peluang dan ancaman
14
yang nantinya dapat diperoleh suatu isu dalam konteks yang diemban Baquni (2004:27). Setelah di analisa berbagai faktor internal dan eksternal yang ada di HLSW selanjutnya analisa SWOT dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan strategi alternatif (Rangkuti 2006:18-21), yaitu : a.
Strategi Strength-Opportunities (SO). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran , yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b.
Strategi Weaknesses-Opportunities (WO), strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
c.
Strategi Strength-Threats (ST),
strategi ini adalah dengan menggunakan
kekuatan yang dimiliki destinasi untuk mengatasi ancaman dari luar. d.
Strategi Weaknesses-Threats (WT), strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancam Tabel 1. Matriks SWOT INTERNAL Kekuatan (Stengths)
Kelemahan
Tentukan 5 – 10 faktor
(Weaknesses) Tentukan
EKSTERNAL
kekuatan
5 – 10 faktor kelemahan
Peluang (Opportunities)
Strategi SO
Strategi WO
Tentukan 5 – 10 faktor
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
peluang.
menggunakan kekuatan
me- minimalkan
untuk memanfaatkan
kelemahan untuk
15
peluang
memanfaatkan peluang.
Ancaman (Threats)
Strategi ST
Strategi WT
Tentukan 5 – 10 faktor
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
ancaman
menggunakan kekuatan
me-minimalkan
untuk mengatasi ancaman.
kelemahan dan menghindari ancaman.
Sumber : Rangkuti (2006:19) 1.8
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri atas 4 bab yang akan dijelaskan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Gambaran umum mengenai Kota Balikpapan mulai dari sejarah kota, letak geografis, demografi, sosial ekonomi, potensi daya tarik wisata kota Balikpapan. Gambaran umum mengenai Hutan Lindung Sungai Wain Bab III : Pembahasan dan menjawab rumusan masalah. Bab IV : Penutup, berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan