BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.
1.1. Latar Belakang Penelitian Segala institusi pendidikan yang ada tentunya diharapkan pada akhirnya dapat menghasilkan skill output yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya yakni melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar dapat bersaing dalam era globalisasi. Pendidikan memiliki andil yang sangat penting dalam membangun, membina, dan mengembangkan kualitas SDM. Di tingkat perguruan tinggi inilah mahasiswa diharapkan sebagai generasi baru tersebut dapat dibentuk lebih mendalam dari segi aspek kognitif, emosional, dan moral yang membekali mereka untuk berkarier di masa depan (Pandia, 2007). Menjalani masa perkuliahan memang tidaklah mudah, mahasiswa diharapkan dapat mampu menggunakan potensi yang dimiliki secara optimal agar dapat berprestasi (Warsito, 2004). Dalam proses kegiatan perkuliahan di perguruan tinggi, mahasiswa selalu dihadapkan oleh tugas-tugas baik itu yang bersifat akademik maupun non akademik—organisasi kemahasiswaan atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya (Delta, 2007). Dalam bidang akademik, mahasiswa sangat sering mendapatkan tugas berupa pengerjaan paper atau
1
tugas makalah, bahkan setiap satu mata kuliah bisa terdiri dari satu atau dua tugas, maka hal tersebut membutuhkan waktu pengerjaan yang tidak sebentar terlebih apabila jenis tugas bersifat penelitian dilapangan yang membutuhkan observasi, wawancara atau penelitian kepustakaan yang membutuhkan analisis dari berbagai sumber (Mastuti, 2009). Tugas-tugas yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan mahasiswa akan materi-materi yang telah dibahas dan hendaknya membuat mahasiswa tertantang dan berusaha mempelajari mata kuliah tersebut lebih dalam namun dalam kenyataannya seringkali mahasiswa merasa enggan atau malas untuk mulai mengerjakan atau menyelesaikannya. Steel
(2007)
mengemukakan
bahwa
seorang
individu
akan
menghindari stimulus yang dianggap tidak menyenangkan, semakin stimulus tersebut
dianggap
tidak
menyenangkan
maka
semakin
besar
pula
kemungkinan seseorang tersebut untuk menghindar darinya (dalam hal ini, penundaan tugas). Apabila hal ini terjadi maka proses penyelesaian tugas menjadi terhambat sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan gejala ini sudah termasuk prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda tugas atau hampir selalu menunda untuk memulai tugas-tugas akademik ataupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas yang dikerjakan tepat pada waktunya, dan hampir atau selalu bermasalah dengan kecemasan yang terkait dari penundaan yang dilakukan ini (Rothblum, Solomon, Murakami, 1986). Di Jakarta, fenomena prokrastinasi akademik dikalangan mahasiswa pun sudah bukan rahasia umum terjadi walaupun istilah prokrastinasi sendiri
2
kurang dikenal dalam masyarakat awam, namun tindakan atau perilaku yang mengindikasikan prokrastinasi akademik nampak jelas terlihat. Berdasarkan hasil wawancara singkat yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Februari 2011, peneliti mewawancara sebanyak enam orang mahasiswa dari tiga universitas berbeda yakni Universitas Bina Nusantara, Universitas Persada Indonesia YAI, dan Universitas Paramadina. Hasil wawancara ditemukan bahwa empat dari enam mahasiswa tersebut nampak melakukan perilaku prokrastinasi akademik, seperti dengan sengaja melakukan penundaan untuk mengerjakan tugas makalah hingga batas waktu pengumpulan tugas yang sudah sangat mendesak. Menurut mereka hal tersebut berulang kali terjadi karena mempersepsikan waktu deadline atau batas waktu pengumpulan tugas dirasakan
masih
lama
sehingga
mereka
cenderung
lebih
tertarik
menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas lain yang menyenangkan diluar hal akademik. Mereka juga mengaku seringkali baru mulai mempersiapkan belajar untuk ujian (Quiz, UTS, maupun UAS) dimalam terakhir ujian akan berlangsung (keesokan harinya) sehingga para mahasiswa tersebut pun memaksakan diri untuk dapat memahami keseluruhan materi dalam satu malam saja. Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan peneliti tentang penelitian lain mengenai prokrastinasi akademik, Burka dan Yuen (2008) yang melakukan penelitiannya di Amerika memperkirakan bahwa terdapat sekitar 75% mahasiswa pernah melakukan prokrastinasi akademik dan sebesar 50% mahasiswa telah melakukannya secara berulang kali dan menganggap prokrastinasi akademik yang dilakukannya bermasalah bagi diri mereka.
3
Dalam penelitian Solomon dan Rothblum (1984) yang dilakukan terhadap 291 subyek penelitian, sebanyak 42% mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik pada tugas yang bersifat term paper, sebanyak 27.6% melakukan prokrastinasi akademik pada persiapan ujian, dan sebanyak 30.1% pada tugas membaca bahan mingguan. Selain itu, penelitian yang dilakukan di Indonesia sendiri, Rizvi dkk. (1997) melakukan penelitian tentang prokrastinasi akademik yang dikaitkan dengan self-efficacy dan self control pada mahasiswa
Psikologi
Universitas
Gadjah
Mada
(UGM)
hasilnya
menunjukkan bahwa dari 111 mahasiswa yang mereka teliti, terdapat 20,38% dari jumlah mahasiswa tersebut telah melakukan prokrastinasi akademik dalam setiap proses penyelesaian tugas. Penelitian lain yang dilakukan Kartadinata dan Sia (2008) menurut angket yang disebar di Fakultas Psikologi Universitas Negeri Universitas Surabaya dari 60 subyek penelitian sebanyak 95% mahasiswa mengaku pernah melakukan prokrastinasi akademik, setelah dirinci alasan terbesar adalah sebanyak 42% mahasiswa merasa malas untuk mengerjakan tugas dan 25% karena banyak tugas lain yang harus dikerjakan dan sebanyak 28% sisanya adalah karena ada hal-hal lain. Perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa memiliki dampak negatif pada bidang akademik. Para pelaku prokrastinasi atau bisa disebut prokrastinator cenderung kurang memiliki kemampuan dalam mengatur waktu yang baik sehingga berdampak pada sedikitnya waktu yang tersedia untuk memahami materi kuliah (Suridjah & Tjundjing, 2007). Dampak negatif lain dari prokrastinasi akademik, menurut Burka dan Yuen
4
(2008) adalah timbulnya konsekuensi internal seperti merasakan penyesalan, rasa bersalah hingga putus asa atau merasa tidak berdaya, sedangkan konsekuensi eksternal seperti mengalami kemunduran dalam hal akademik seperti penurunan nilai akademik. Selain itu prokrastinasi akademik juga dapat membuat pelakunya terpaksa mengulang mata kuliah bersangkutan sampai mulurnya jangka waktu studi (Suridjah & Tjundjing, 2007). Lebih
lanjut,
Rothblum,
Solomon,
dan
Murakami
melihat
prokrastinasi dari segi afeksi, kognitif, dan perilaku individu menurut Rothblum, Solomon, & Murakami (1984). Ditinjau dari segi afeksi, banyak para prokrastinator melaporkan bahwa mereka merasakan adanya emosi kecemasan yang bersifat gangguan fisik seperti gelisah, gangguan tidur, jantung berdebar, hal ini terkait dengan konsekuensi dari prokrastinasi akademik yang dilakukan. Dari segi kognitif, para prokrastinator merasa bahwa apabila ia mengalami kegagalan atau keberhasilan pada suatu tugas yang ia kerjakan, hal itu terjadi karena adanya faktor-faktor eksternal (misalkan, adanya faktor x) bukan berasal dari dalam diri seperti berasumsi bahwa hal tersebut terjadi karena usaha atau kecakapan diri. Selain itu, adanya penilaian diri negatif seperti takut akan mengalami kegagalan (fear of failure) bahkan sebelum berlangsungnya pekan ujian dan keengganan terhadap hal yang berkaitan dengan tugas (task aversiveness) sehingga para prokrastinator sudah membentuk persepsi awal bahwa tugas/ujian adalah sesuatu yang sulit, dan menimbulkan kecemasan. Dan yang terakhir, dari segi perilaku, para prokrastinator merasakan bahwa ia kurang memiliki selfcontrol yakni memulai mengerjakan tugas mengikuti suasana hati atau mood
5
yang mana berakibat pada tidak puasnya akan hasil kerja karena waktu pengerjaan yang tersisa hanya tinggal sedikit, selain itu para prokrastinastor yang memiliki rasa self-efficacy pada suatu pengerjaan tugas rendah cenderung akan mudah menyerah dan putus asa bila menemukan kesulitan dalam pengerjaan tugas, sehingga tentu saja akan berdampak pada hasil tugas tersebut. Berdasarkan penjelasan dari segi afeksi, kognitif dan behavioral seorang prokrastinator, dalam penelitian ini akan lebih memusatkan pada pentingnya memiliki keyakinan self-efficacy yang kuat pada setiap pengerjaan tugas agar dapat mengurangi ataupun menghindari terjadinya prokrastinasi akademik. Keyakinan atas kemampuan diri atau self-efficacy yang ada dalam diri mahasiswa merupakan salah satu kunci yang penting dalam proses pengerjaan tugas/ujian serta keberhasilan dalam berprestasi di bidang akademik. Menurut Bandura (dalam Schultz dan Schultz, 2005) self efficacy merupakan penilaian atau keyakinan diri terhadap suatu kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengerjakan sesuatu. Self-efficacy yang ada dalam diri mahasiswa dapat memacu diri dalam hal performa akademik, Pajares (1996) mengemukakan bahwa self-efficacy dapat membantu individu dalam menentukan seberapa besar usaha yang akan dikeluarkan dalam mengerjakan tugas, seberapa lama individu tersebut bisa bertahan/tabah ketika menemukan hambatan ataupun kesulitan dalam pengerjaan tugas, dan keuletan mahasiswa untuk mencari solusi jawaban dari kesulitan tugas tersebut. Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawita, 2010) self-efficacy merupakan acuan keyakinan atau penilaian diri akan kemampuannya terhadap
6
suatu tugas yang dapat menggerakan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi segala tuntutan dari tugas tersebut. Ditambahkan menurut Gist dan Mitchell, self-efficacy dapat mempengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan kegigihan dalam berusaha (dalam Ghufron dan Risnawita, 2010). Keyakinan akan self-efficacy pada kemampuan diri juga dapat meningkat secara bertahap melalui hasil pencapaian yang diraih secara terus-menerus. Kemampuan inilah yang menurut Bandura (1997) dapat menjadi landasan diri untuk mau berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan sesuatu. Jadi, berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini penulis ingin melihat apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dan perilaku prokrastinasi akademik pada pengerjaan tugas mahasiswa.
1.2. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti menemukan rumusan permasalahan seperti berikut: •
Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dan perilaku prokrastinasi akademik pada pengerjaan tugas mahasiswa.
7
1.3. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka dapat ditarik hipotesis sementara yaitu: •
H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dan perilaku prokrastinasi akademik pada pengerjaan tugas mahasiswa.
•
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dan perilaku prokrastinasi akademik pada pengerjaan tugas mahasiswa.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang mendasari penelitian ini dan terkait dengan rumusan masalah yang sudah dijabarkan adalah untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara self-efficacy dan perilaku prokrastinasi akademik pada pengerjaan tugas mahasiswa. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dan masukan bagi Ilmu Psikologi khususnya di area Psikologi Kepribadian, yakni mengenai isu tentang self-efficacy mahasiswa dan di bidang Psikologi Pendidikan yakni hubungannya dengan prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa saat pengerjaan tugas akademik.
8
1.5.2 Manfaat Praktis Bagi para pembaca atau mahasiswa aktif yang masih berada di bangku kuliah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, pengayaan diri bagi mahasiswa untuk mengetahui isu tentang keyakinan akan self-efficacy yang dimiliki dan perilaku prokrastinasi akademik pada saat pengerjaan tugas. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat membantu mahasiswa untuk mengantisipasi atau menghindari melakukan prokrastinasi akademik
yang
dapat
menghambat
proses
perkuliahan
dengan
meningkatkan self-efficacy yang merupakan faktor pendorong dalam melakukan segala kegiatan tugas akademik. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama dengan penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat mempermudah dalam mencari referensi, dan data-data yang dapat digunakan
sebagai
acuan
tambahan
ataupun
untuk
melengkapi
kekurangan dalam penelitian ini kedepannya.
9
1.6. Definisi Terminologi Terdapat beberapa istilah utama dalam penelitian ini yang akan digunakan, yaitu: 1.6.1 Self-efficacy Menurut Bandura (1997) Self-efficacy adalah hasil dari proses kognitif akan penilaian diri, yaitu keyakinan dirinya atas kemampuan yang dimiliki untuk dapat melakukan suatu kegiatan atau tugas tertentu.
1.6.2 Prokrastinasi Akademik Menurut Lay & Schouwenburg prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda tugas akademik yang sebenarnya dirasakan tidak perlu, proses memulai mengerjakan tugas baru dimulai saat adanya peringatan diri (misalkan, batas waktu pengumpulan tugas sudah dekat) sehingga hal tersebut menimbulkan meninggalkan perasaan kecemasan (dalam Mastuti, 2009)
1.6.3
Mahasiswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, menurut Salam (dalam Song, 2009) selain itu mahasiswa berdasarkan fungsi yang digariskan oleh Menteri Pendidikan Nasional adalah sekelompok penganalisis yang memiliki tugas untuk mengembangkan kemampuan penalaran dan analisis individual.
10
1.6.4
Tugas-tugas akademik. Menurut Solomon & Rothblum terdapat enam jenis tugas akademik yang sering dijumpai mahasiswa (dalam Ahmaini, 2009), yaitu: 1. Writing paper tasks: Tugas mengarang seperti penulisan makalah, laporan penelitian, atau tugas mengarang lainnya 2. Studying for exams: Tugas belajar saat menghadapi ujian seperti Quiz, Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester. 3. Reading weekly assignments: Tugas membaca seperti membaca textbook atau buku referensi yang berkaitan dengan tugas akademik atau kegiatan tatap muka selanjutnya yang disuruh oleh dosen. 4. Administrative tasks: Tugas yang bersifat adminstratif seperti mengatur jadwal Kartu Rencana Studi (KRS) pada setiap semester, mengambil kartu Kartu Studi Mahasiswa (KSM) saat menjelang ujian, mengembalikan buku perpustakaan, daftar ulang tiap semester baru, dan lain-lain. 5. Attendance tasks: Tugas menghadiri pertemuan seperti menghadiri kegiatan tatap muka perkuliahan, praktikum lab, dan lain-lain. 6. Remaining school activities tasks in general: Tugas-tugas lain yang berkaitan dengan hal akademik seperti presentasi kelompok, dan lainlain.
11
1.7. Cakupan dan Batasan Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dan perilaku prokrastinasi akademik pada proses pengerjaan tugas akademik mahasiswa. Cakupan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya ingin melihat keyakinan akan self-efficacy yang dimiliki mahasiswa dalam proses pengerjaan tugas dan perilaku
prokrastinasi
akademik yang dilakukannya. Oleh karena itu pembahasan selain dua variabel tersebut dikesampingkan, kriteria subjek yang diteliti antara lain dibatasi hanya untuk mahasiswa aktif program S1 yang masih teratur mengikuti segala kegiatan perkuliahan dan diberikan tugas-tugas akademik oleh dosen dari semester I sampai dengan semester VIII. Mahasiswa yang sedang menjalani jalur skripsi ataupun magang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Area penelitian yang dilakukan adalah pada universitasuniversitas yang berada di Jakarta.
12