BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah.
1.1 Latar Belakang Visi Indonesia 2030 dimana Indonesia termasuk negara dengan GNP (Gross National Product) USD 18,000 serta menjadi Negara dengan kekuatan ekonomi kelima terbesar di dunia (Ishadi, 30), merupakan faktor pendorong dari dalam dan dari luar bagi penyelenggaraan pendidikan nasional yang bermutu karena kunci utama pencapaiannya adalah tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Maka secepatnya dilakukan inovasi bidang pendidikan bagi penyiapan sumber daya manusia Indonesia yang mampu melakukan pembaharuan kehidupan masyarakat dan sekaligus bersaing secara global terutama lahirnya para entrepreneur. Menurut Ciputra masalah yang terjadi di Indonesia tentang pendidikan adalah pendidikan kita memiliki orientasi membentuk sumber daya manusia mencari kerja bukan pencipta kerja (Ishadi, 2009). Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih tetap belum mampu menyediakan sumber daya manusia Indonesia di persaingan tenaga kerja dunia. Sektor-sektor pekerjaan informal ternyata masih tetap menjadi andalan dimana perlakuan-perlakuan yang kurang
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
1
manusiawi telah banyak dialami tenaga kerja kita di luar negeri. Hal ini terjadi pasti ada andil dunia pendidikan. Saat ini penyelenggaran pendidikan nasional masih berkutat pada masalah rendahnya kualitas pendidikan. Berbagai upaya sudah dilakukan seperti pemberian tunjangan profesi guru, pelaksanaan KTSP, pengucuran BOS dan sebagainya. Namun permasalahan pendidikan terus mengemuka dan mengusik kepedulian kita untuk memperbaikinya terutama sebagai praktisi pendidikan. Sudah tidak tersedia waktu lagi untuk hanya mencoba-coba sistem pendidikan dari negara lain untuk ditiru dan digunakan di Indonesia. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan yang penting adalah ditujukan untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia. Manusia Indonesia yang selalu mampu mengatasi segala persoalan dan tantangan hidup masa kini dan masa depan yang semakin kompleks dan berubah-ubah. Potensi anak-anak Indonesia sebenarnya tidak jauh berbeda dari anak-anak lain di dunia. Buktinya jika di bina dan dilatih secara baik dan benar, anak-anak Indonesia mampu meraih prestasi internasional seperti keberhasilan dalam olimpiade-olimpiade tingkat internasional berikut ini: “Pelajar Indonesia berhasil meraih dua emas, dua perak, dan satu perunggu dalam ajang Olimpiade Fisika Internasional (The International Physics Olympiad, IPhO) ke-39 di Hanoi, Vietnam, 20-29 Juli 2008. Hasil ini menunjukkan kita punya potensi yang sangat besar untuk maju, kata Ketua Tim Olimpiade Fisika Indonesia Prof Yohanes Surya PhD. Ia yakin sumber daya manusia (SDM) pelajar Indonesia begitu luar biasa kalau dipoles meskipun memang bidang pendidikan nasional secara menyeluruh masih belum baik” (Kompas, 28 Juli 2008) Azwar (2010) mengatakan pendidikan di Indonesia belum dirancang dengan baik untuk menampung perbedaan individual dan banyak guru yang masih
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
2
beramsumsi bahwa kelas merupakan satu-satunya klasifikasi kemampuan yang harus diikuti sebagi dasar perlakuan terhadap peserta didik akibatnya anak yang memiliki bakat kecerdasan istimewa menjadi frustasi, nakal, atau bahkan dikeluarkan dari sekolah/madrasah. Diperlukan terobosan-terobosan atau program khusus bagi dunia pendidikan Indonesia misalnya dana 20% APBN, program akselerasi, Sekolah Standar Nasional (SSN), SBI, Dana BOS maupun program beasiswa S1, S2 maupun S3 pendidikan di luar negeri bagi guru (Mulyana A.Z , 2010). Terkait program akselerasi, payung hukum telah disiapkan, beberapa bentuk landasan yuridis bagi keberadaan pelayanan pendidikan bagi anak memiliki potensi kecerdasan dan bakat akademik/ intelektual yang istimewa, dinyatakan sejak GBHN tahun 1983, yang menyebutkan perlunya perhatian khusus diberikan kepada anak-anak yang berbakat istimewa agar mereka dapat mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Tekad ini berlanjut dan dipertahankan dalam GBHN tahun 1988 yang berbunyi Anak didik berbakat istimewa perlu mendapat perhatian khusus agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan tingkat pertumbuhan pribadinya. UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang SISPENAS dalam pasal 8 ayat (2) menegaskan bahwa Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Implementasi pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa diatur dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0489/U/1992, peserta didik yang memiliki
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
3
tingkatan bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa, dapat menyeleseikan program belajar
lebih awal atau lebih cepat daripada siswa reguler. Jenjang SMA
sekurang-kurangnya dalam waktu dua tahun. Komitmen program akselerasi dilanjutkan melalui GBHN tahun 1993 yang menyatakan peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa perlu mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya, tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya. GBHN tahun 1999 mengamanatkan perlunya melakukan pembaruan kurikulum berupa difersifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kembali menegaskan bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (pasal 5 ayat 4). Begitu pula dalam pasal 12 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (a) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; (b) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Dukungan paling nyata pemerintah terhadap program akselerasi adalah: “Sejak tahun 2000 yaitu dalam Rakernas Depdiknas Menteri Pendidikan Nasional mencanangkannya menjadi program pendidikan nasional dengan memberikan Surat Keputusan (SK) Penetapan Sekolah Penyelenggara Program Percepatan Belajar kepada 11 (sebelas) sekolah. Kebijakan yang bersifat nasional ini juga berimplikasi kepada penyelenggaraan percepatan pendidikan di lingkungan Departemen agama terutama di tingkat madrasah aliyah” (Depag RI, 2005).
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
4
Amril
Muhammad,
Sekretaris
Jenderal
Asosiasi
Penyelenggara,
Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, mengatakan: “Dari penelitian yang dilakukan, terdapat sekitar 2,2 persen anak usia sekolah yang memiliki kualifikasi cerdas istimewa dengan IQ di atas 125 belum terlayani pendidikan yang sesuai kebutuhan mereka. Padahal, anak-anak unggul ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang mampu mengembangkan potensi dan keistimewaan mereka” (Kompas, 29 Januari 2009). Penelitian terdahulu tentang program akselerasi telah dilakukan oleh Sulistyani (2008). Fokus penelitiannya menurut peneliti sangat luas meliputi tentang kurikulum, sarana prasarana, pelaksanaan pembelajaran, guru pengajar, dan pelaksanaan evaluasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini fokus masalah adalah mempertajam tentang kurikulum program pendidikan akselerasi. Kurikulum program akselerasi disebut dengan kurikulum differansiasi. Keberadaan kurikulum differansiasi sangatlah penting mengingat tujuan mulia program pendidikan akselerasi yaitu pengembangan bakat dan minat peserta didik yang berbeda-beda, mempercepat tumbuh kembangnya potensi istimewa peserta didik untuk terwujudnya sumber daya manusia yang mandiri dan kreatif. Dari pengamatan awal yang peneliti lakukan adanya perbedaan pendapat dari madrasah dan guru tentang kurikulum berdifferansiasi, lalu muncul pensiasatan untuk penyelenggaraan program pendidikan yang mulia ini. Madrasah Aliyah Negeri Tulungagung I Kabupaten Tulungagung yang merupakan lembaga pendidikan di bawah struktur kelembagaan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tulungagung, bila dibandingkan dengan Madrasah Aliyah Negeri se-Jawa Timur lainnya mempunyai prestasi yang
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
5
lumayan baik disamping sebagai salah satu MAN tertua di Kabupaten Tulungagung. Pada tahun pelajaran 2003/2004 MAN Tulungagung I menempati rangking ke-2 se-Jawa Timur dilihat dari rata-rata nilai UN kelas 3 (kelas 12) dan merupakan figur utama bagi peran Kementerian Agama dalam pendidikan anak bangsa di Kabupaten Tulungagung, terutama menjadi contoh dan pusat rujukan pengembangan Madrasah sejenis serta berbekal akreditasi A dari BAN tahun 2010 dan tekad kuat pengembangan pendidikan di lingkungan Madrasah dalam persaingan kemajuan pelayanan pendidikan di Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya, maka pada tahun pelajaran 2010/2011 mengeluarkan suatu kebijakan penyelenggaraan program pelayanan pendidikan melalui penyelenggaraan pendidikan program akselerasi. Menurut buku pedoman akselerasi dari Departemen Agama tahun 2005 (Kementerian Agama), kurikulum pendidikan program akselerasi dikembangkan melalui modifikasi kurikulum nasional dan muatan lokal dengan cara sebagai berikut: “1.modifikasi alokasi waktu yang disesuaikan dengan kecepatan belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa 2.modifikasi isi/materi, dipilih yang esensial 3.modifikasi sarana-prasarana, yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang m emiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yakni senang menemukan sendiri pengetahuan baru 4.modifikasi pengelolaan kelas, yang memungkinkan siswa dapat bekerja di kelas, baik secara mandiri, berpasangan maupun kelompok 5.struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran) sama dengan kelas reguler, hanya perbedaannya terletak pada waktu penyeleseian kurikulum tersebut lebih dipercepat dari pada kelas reguler. Untuk itu sekolah dapat menyusun kalender pendidikan khusus untuk program percepatan belajar” (Depag, 2005)
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
6
Namun dalam penyelenggaraanya program akselerasi ini, banyak menemui permasalahan, misalnya tentang kurikulum, sistem penerimaan peserta didik baru, pelaksanaan program pengembangan diri, sistem pengayaan dan sebagainya. Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang program akselerasi di MAN Tulungagung 1 terutama pembahasan tentang kurikulum program akselerasi dalam sebuah thesis dengan masalah utama “Bagaimanakah
implementasi
kebijakan program akselerasi bagi siswa berbakat istimewa” (menurut buku pedoman penyelenggaraan program akselerasi yang dikeluarkan Departemen Agama).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana alokasi waktu pada program akselerasi di MAN Tulungagung 1?
2.
Bagaimana materi pembelajaran program akselerasi di MAN Tulungagung 1?
3.
Bagaimana
layanan
sarana-prasarana
program
akselerasi
di
MAN
Tulungagung 1? 4.
Bagaimana pengelolaan kelas program akselerasi di MAN Tulungagung 1?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1.
Alokasi waktu pada program akselerasi di MAN Tulungagung I.
2.
Materi pembelajaran pada program akselerasi di MAN Tulungagung I
3.
Layanan sarana prasarana program akselerasi di MAN Tulungagung I.
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
7
4.
Pengelolaan kelas program akselerasi di MAN Tulungagung I
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah : 1.
Bagi peneliti, dari penelitian ini mendapatkan pengetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya tentang pelaksanaan program pendidikan akselerasi;
2.
Bagi MAN Tulungagung 1, dari penelitian ini mendapatkan masukan yang sangat berharga bagi peningkatan mutu penyelenggaraan program pendidikan akselerasi;
3.
Bagi pemerintah baik daerah maupun pusat, dari penelitian ini didapatkan temuan-temuan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi munculnya kebijakan-kebijakan baru yang lebih tepat bagi pelaksanaan program akselerasi selanjutnya;
4.
Bagi Lembaga pendidikan pada umumnya, dari penelitian ini di dapatkan masukan-masukan
bagi
perbaikan
pelaksanaan
program
pendidikan
akselerasi. Sedangkan manfaat teoretisnya adalah sebagai berikut : 1.
Dari penelitian ini didapatkan data empirik pelaksanaan program akselerasi di tingkat paling bawah yaitu satuan pendidikan dan selanjutnya berguna bagi penemuan teori-teori baru terkait program akselerasi.
2.
Dari penelitian ini akan ditemukan anomali-anomali pelaksanaan program akselerasi dan selanjutnya berguna bagi dikeluarkannya payung hukum baru.
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
8
1.5 Penegasan Istilah 1.
Implementasi adalah pelaksanaan, pemraktekan sesuatu yang seharusnya yang sudah diatur atau ditetapkan.
2.
Kebijakan adalah keputusan formal oleh pemerintah terkait suatu keadaan atau pelayanan kepada masyarakat yang harus dilaksanakan aparatur negara termasuk sekolah/ madrasah yang pada dasarnya bersifat politis (Dunn, 2003).
3.
Program akselerasi adalah program layanan pendidikan kelas khusus bagi siswa berbakat istimewa dengan waktu yang lebih singkat dan materi yang lebih essensial (Depag RI:2005).
4.
Siswa berbakat akademik adalah siswa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) akademis, yang diperoleh dari skor rata-rata nilai Rapor, NUN, serta Tes Kemampuan Akademis dengan nilai sekurang-kurangnya 8.00; (2) psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis meliputi tes kemampuan intelektual umum, tes kreativitas, dan keterikatan pada tugas. Peserta yang lulus persyaratan psikologis adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius (IQ > 140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas (IQ > 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata; (3) informasi data subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri (self nomination), teman sebaya (peer nomination), orang tua (parent
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
9
nomination) dan guru (teacher nomination) sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan; (4) Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter; (5) kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua (Depag RI : 2005). 5.
Istimewa, berkaitan dengan kelebihan-kelebihan peserta didik di bidang kecerdasan, kreatifitas dan komitmen pada tugas yang berbeda dengan peserta didik lain pada umumnya.
Masrohaini 2011/Pendidikan program akselerasi
10