BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan mengemukakan hal yang melatar belakangi pengambilan judul penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup yang menjadi batasan penelitian. Dalam bab ini juga diungkapkan hal-hal yang menjadi alasan judul dipilih sebagai penelitian serta fakta-fakta yang mendukungnya.
1.1
Latar Belakang Permukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan dan merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasaan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan (Koestoer, 1995). Dalam setiap permukiman terdapat dasar-dasar perencanaan perumahan permukiman menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, lokasi kawasan perumahan yang layak adalah tidak terganggu oleh polusi (air dan udara), tersedia air bersih, memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya, mempunyai aksesibilitas yang baik, mudah dan aman mencapai tempat kerja, tidak berada dibawah permukaan air setempat, dan mempunyai kemiringan rata-rata. Dasar-dasar perencanaan perumahan tersebut, harus memperhatikan standart prasarana lingkungan perumahan, seperti yang terdapat dalam buku Pelatihan Substantif
1
2
Perencanaan
Spasial
tentang
Dasar-dasar
Perencanaan
Perumahan
oleh
Pusbindiklatren Bappenas (Tahun 2003: 2-4). Akan tetapi perumahan permukiman Kampung Jawa yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, berbeda halnya dengan permukiman muslim 'Kampung Jawa' yang berada di Desa Dauh Peken, Tabanan. Kampung Jawa yang berada di pusat Kota Tabanan, merupakan sebuah pemukiman padat penduduk dan mayoritas adalah warga pendatang diantaranya suku Jawa, Madura, Bugis, Sunda dan Lombok. Hal tersebut terlihat dari jarak antar satu rumah dengan rumah lainnya yang saling berdekatan. Aksesibilitas yang kurang baik karena padatnya penduduk dan lahan yang terbatas, menjadikan wilayah ini terlihat kurang teratur/ tertata. Ramainya suasana permukiman dan adanya masjid besar yaitu Masjid Agung Tabanan menjadi pusat dan ciri kampung Jawa dengan dominasi warga beragama islam. Berdasarkan hasil wawancara kepala kampung dan tokoh desa pada periode awal sekitar tahun 1920-an masyarakat pendatang muslim membentuk suatu kelompok atau perkampungan yang warga sering menyebutnya dengan sebutan ’Kampung Jawa’. Cikal bakal Kampung Jawa pada mulanya terdiri dari 5 keluarga (Dulmanan, Kamarudin, Mas Gede, Amirudin, dan Abu Talib) dengan 2 suku asli (Jawa dan Bugis), dengan tempat yang menyebar dan kemudian mengalami proses penyebaran. Kampung Jawa terletak pada pusat kota Tabanan, tepatnya pada Banjar Delod Rurung, desa Delod Peken yang termasuk dalam Desa Pakraman Adat Kota Tabanan. Kampung Jawa dipimpin oleh seorang kepala kampung yang dijabat oleh M. Barlian dengan kedudukan hak dan kewajiban dari
3
kepala kampung, sejajar dengan kepala desa dan langsung di bawah pemerintahan Kecamatan Tabanan. Hingga pada tahun 1970 Kampung Jawa mengalami perubahan sistem administrasi dan membentuk sebuah Banjar Dinas oleh warga pendatang yang secara turun-temurun menetap pada wilayah tersebut dan Banjar pertama eklusif mayoritas muslim di Tabanan bernama ‘Banjar Tunggal Sari’. Sewaktu Banjar Tunggal Sari resmi terbentuk, terjadi pro dan kontra dari wilayah-wilayah sekitarnya. Pembentukan Banjar Tunggal Sari mengalami masalah karena Desa Delod Peken tidak mengijinkan Banjar Tunggal Sari masuk menjadi bagian administrasi Desa Delod Peken. Hingga pada tahun 1975 Banjar Tunggal Sari melalui proses diplomasi masuk ke Satakan Dukuh Desa Dauh Peken Tabanan sampai sekarang. Banjar Tunggal Sari berdasarkan data profil desa tahun 2013 memiliki jumlah 510 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 2.060 penduduk, keseluruhan penduduk beragama Islam. Suku yang ada pada Banjar ini antara lain suku : Jawa, Madura, Bugis, Sunda, dan Sasak. Kondisi lingkungan Banjar Tunggal Sari yang padat penduduk hingga terlihat kumuh dan banyak pemanfaatan lahan yang seharusnya digunakan untuk bangunan permukiman namun digunakan sebagai tempat berjualan atau fungsi tertentu. Sekilas ini dikarenakan mata pencaharian dan budaya etnis Jawa di Banjar Tunggal Sari yang gemar berdagang dengan etos kerja yang baik. Pengalihan fungsi-fungsi bangunan ini tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Tabanan dan berdampak negatif pada visual Kota Tabanan.
4
Apabila kondisi ini dibiarkan, maka kecendrungan perembetan yang terjadi adalah perembetan meloncat atau sporadis yang menyulitkan pemerintah dalam penataan wilayah dan penyediaan fasilitas publik seperti penyediaan air bersih, listrik dan komunikasi. Perembetan sporadis dapat merugikan dalam hal merubah fungsi lahan pertanian subur menjadi terpecah-pecah sehingga mempercepat pengalihan fungsi lahan oleh warga, seperti yang terjadi pada wilayah ekspansi warga pendatang di wilayah Kampung Kodok, Banjar Tegal Belodan, Desa Dauh Peken, Tabanan. Dari data dan fenomena yang diperoleh ‘Kampung Jawa’ sebagai permukiman muslim menarik diteliti, sebab pesatnya perkembangan wilayah permukiman muslim selama sekian tahun dari cikal bakal yang kecil sampai membentuk organisasi adat berupa satgas (satuan keamanan khusus muslim) dan instansional berupa Banjar ekslusif yaitu Banjar Tunggal Sari. Saat ini, Banjar Tunggal Sari yang sudah kelebihan populasi melakukan perluasan/ ekspansi wilayah membentuk Kampung Jawa baru yang disebut 'Kampung Kodok' yang berada pada satu desa adat yaitu Desa Adat Dauh Peken dengan penyebaran sporadis yang dapat merugikan dan pentingnya penelitian ini dapat meminimalisir penyebaran dan dapat sebagai masukan kepada pemerintah terkait arah perkembangan / trend yang dituju.
5
1.2 Rumusan Masalah Dari pengungkapan latar belakang terkait dengan Perkembangan Morfologi pada sebuah
permukiman muslim ‘Kampung Jawa’, Tabanan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : a) Bagaimana tahapan perkembangan permukiman yang terjadi di ‘Kampung Jawa’, Tabanan ? b) Bagaimana kecendrungan tipe perkembangan keruangan yang terjadi di ‘Kampung Jawa’, Tabanan ?
1.3 Tujuan Penelitian a) Mengetahui tahapan perkembangan permukiman muslim ‘Kampung Jawa’, di Kota Tabanan. Tahapan perkembangan dapat dicapai dengan mengetahui besaran jumlah penduduk dan kecepatan perkembangan massa bangunan per periode waktu (time series), yaitu menjumlah-jumlah massa bangunan dan menghitung frekuensi besaran perkembangan melalui rekonstruksi data, wawancara dan teori hingga mencapai peta rekonstruksi tahapan perkembangan. Dalam tahapan perkembangan juga membahas tata zonasi, infrastruktur jalan dan organisasi sosial kemasyarakatan yang terkait dalam perubahan keruangan di ‘Kampung Jawa’, Tabanan. Tata zonasi berkenaan dengan perubahan dan penambahan zonasi yang terjadi secara time series. Infrastruktur jalan yang dimaksud berkenaan dengan perkembangan jalan-jalan yang ada dan kualitas jalan. Sedangkan
6
organisasi sosial kemasyarakatan yang dimaksud berkenaan dengan kepengaturan keruangan yang berpengaruh terhadap besaran ruang (spasial) kepemilikan lahan yang terjadi pada wilayah penelitian. Terkait status kepemilikan lahan dan pengalih fungsian lahan,
kepengaturan
organisasi, hubungan kekerabatan sosial yang menjadi daya tarik. b) Mengetahui kecendrungan tipe perkembangan keruangan yang terjadi di ‘Kampung Jawa’, Tabanan. Kecendrungan tipe perkembangan atau perembetan
dicapai
melalui
tahapan
perkembangan,
keberadaan
permukiman secara periode yang didialogkan dengan teori pemekaran dan pertumbuhan kota. Kecendrungan tipe perembetan yang terjadi dapat menjadi masukan dalam RTRW Kabupaten Tabanan dalam menentukan daya tarik sebagai penyeimbang pemekaran wilayah di masa mendatang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Manfaat penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini adalah untuk menambah kasanah ilmu pengetahuan bidang permukiman di Kota Tabanan terkait permukiman pendatang dan perkembangannya. Kasanah ilmu yang dimaksud adalah pengertian mengenai perkembangan keruangan wilayah terkait kecepatan perkembangan, besaran perkembangan serta permukiman pendatang di Tabanan.
7
1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis adalah untuk memberikan kontribusi kepada seluruh pihak mengenai perkembangan wilayah permukiman pendatang dan dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan perencanaan Kota, khususnya bagi Kota Tabanan di masa datang. 1.5 Batasan Penelitian Batasan penelitian di bagi menjadi tiga garis besar antara lain : batasan waktu, batasan lokasi dan batasan pembahasan. 1.5.1 Batasan Waktu Waktu penelitian yang disediakan oleh Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Udayana adalah sampai bulan April tahun 2015 atau sekitar 3 bulan. Pendalaman analisis dan hasil penelitian terbatas sesuai dengan waktu yang ditetapkan. 1.5.2 Batasan Lokasi Lokasi penelitian adalah di Desa Pakraman Adat Kota Tabanan tepatnya di Desa Dauh Peken, Banjar Tunggal Sari dengan mengumpulkan data perkembangan perperiode waktu, dan besaran ruang (spasial) dengan hasil rekonstruksi peta wilayah penelitian. 1.5.3 Batasan Pembahasan Pembahasan penelitian disesuaikan dengan rumusan masalah, waktu penelitian dan lokasi penelitian.