BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan untuk pemukiman beserta sarananya juga untuk menopang kelangsungan hidup manusia, terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai petani. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta pemusatan tempat tinggal manusia tentu saja mempengaruhi kebutuhan lahan yang pasti akan meningkat pula, sedangakan keterbatasan lahan yang tidak bertambah maupun berkurang menimbulkan ketimpangan antara luas lahan dengan kebutuhan lahan yang sangat beragam. . Pertumbuhan Penduduk Indonesia tergolong tinggi setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Meningkatnya jumlah penduduk akan mempengaruhi tingakat kebutuhan akan papan sehingga dengan bertambahnya jumlah penduduk maka akan mempengaruhi tingkat kebutuhan lahan untuk di jadikan tempat tinggal sehingga lahan pertanian di alih fungsikan menjadi pemukiman. Bagi masyarakat petani lahan sangat berperan dalam kelangsungan hidupnya, sekaligus sebagai modal utama kehidupannya, menurut N. Ddaldjoeni (1998 : 231) bahwa bagi masyarakat petani, lahan sawah mempunyai peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya, sekaligus sebagai modal utama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan penduduk tidak hanya berhenti pada pemenuhan kebutuhan beras saja tapi masih banyak kebutuhan lain yang
1
2
harus dipenuhi seperti kebutuhan akan bangunan, perindustrian dan sebagainya. Ini disebabkan oleh banyaknya lahan yang dialih fungsikan dari pertanian ke non-pertanian, akan tetapi perubahan lahan itu juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang kian lama makin meningkat, salah satu kebutuhannya itu adalah tempat tinggal, selain itu juga ada kebutuhan manusia lainnya diantaranya yaitu: bangunan, perindustrian, jalan dan sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh sumaatmadja (1980:87) bahwa: “Pertumbuhan dan pertambahan penduduk akan mendorong pertumbuhan akan kebutuhannya, kebutuhan tersebut antara lain kebutuhan perumahan dan tempat kegiatan ekonomi seperti pabrik, pertokoan, pasar, dan lain-lain dengan cara menggeser lahan pertanian, terutama dari lahan pertanian ke non pertanian”. Dengan adanya konversi lahan maka akan mengakibatkan perubahan harga lahan secara signifikan, sehingga nilai ekonomisnya pun semakin meningkat. Meningkatnya harga lahan di Kecamatan Jatinangor saat ini membuat masyarakat di daerah tersebut banyak yang menjual lahannya karena penduduk merasa diuntungkan secara finansial dengan harga lahan yang tinggi. Sebenarnya keuntungan yang di peroleh tersebut merupakan keuntungan jangka pendek saja, karena alih fungsi lahan yang tidak terkendali akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur-unsur lingkungan sehingga menjadi tercemar, berkurangnya air tanah, besarnya air limpasan permukaan yang menyebabkan banjir dan kekeringan pada musim kemarau berubahnya suhu dan lain-lain. Fenomena ini terjadi di banyak wilayah pinggiran kota termasuk di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang semula lahan pertanian dialih fungsikan ke non-pertanian, sehingga makin sedikitnya lahan garapan petani.
3
Jatinangor adalah sebuah kawasan di sebelah timur Kota Bandung, merupakan satu dari 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sebelumnya bernama Kecamatan Cikeruh namun sejak tahun 2000 berganti nama menjadi Kecamatan Jatinangor dengan alasan nama tersebut terasa lebih familiar dan lebih popular dikenal khalayak rama. Wilayah Jatinangor memiliki luas ± 26,20 Km2 dengan karakteristik wilayah perkotaan hampir 80% dari keseluruhan 12 Desa, meliputi 4 Desa kawasan agraris (Cileles, Cilayung, Jatiroke, Jatimukti), 4 Desa kawasan pendidikan (Hegarmanah, Cikeruh, Sayang, Cibeusi) dan 4 Desa kawasan industri (Cisempur, Cintamulya, Cipacing, Mekargalih). Saat ini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan Pendidikan di Jawa Barat sejak tahun 1987 yang ditetapkan oleh gubernur jawa barat nomor 593/3590/1987. Usulan Jatianangor dijadikan kawasan pendidikan karena jumlah Perguruan Tinggi yang ada di Bandung Sudah padat sehingga dialokasikan ke jatinangor yang dilakukan bertahap mulai tahun 1992. Pencitraan ini merupakan dampak langsung pembangunan kampus beberapa institusi perguruan tinggi di kecamatan ini. Perguruan tinggi yang saat ini memiliki kampus di Jatinangor yaitu : a. Universitas Padjadjaran (UNPAD) di Desa Hegarmanah dan Desa Cikeruh.
b. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Desa Cibeusi sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN). c. Institus Koperasi Indonesia (IKOPIN) di Desa Cibeusi d. Institut Teknologi Bandung (ITB) di Desa Sayang
4
e. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Al-Ma'soem di Desa Cipacing Sedangkan perusaah/industri skala besar, yaitu : a. Kahatex Industri (terletak di Desa Cintamulya dan Cisempur) b. Polypin Canggih (terletak di Desa Cipacing) c. Insan Sandang (terletak di Desa Mekargalih) d. Wiska (terletak di Desa Cipacing) Seiring dengan hadirnya bangunan kampus dan pabrik tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun tempat perbelanjaan. Salah satu yang terkenal saat ini yaitu pusat perbelanjaan Jatinangor Town Squar. Pertumbuhan penduduk alami cukup tinggi, begitupun dengan penduduk pendatang menjadi pemicu utamanya yang berasal dari luar kota. Jumlah penduduk dari tahun 2002 samapi 2011 lebih jelas lihat tabel di bawah ini.
5
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang No
Tahun
Jumlah penduduk
1
2001
96.321
2
2002
96.525
3
2005
96.972
4
2007
97.468
5
2008
99.382
6
2009
101.140
7
2010
107.695
8
2011
112.732
Sumber: Angka Sensus Penduduk Tahun 2007-2012
Berdasarkan data kependudukan di atas menunjukan bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk Kecamatan Jatinangor mengalami peningkatan. Tahun 2001 jumlah penduduk di Kecamatan Jatinangor 96.321 tetapi dalam kurun waktu 10 tahun jumlah penduduk Jatinangor bertambah menjadi 112.732. pertambahan penduduk selama 10 tahun di Kecamatan Jatinangor sebanyak 16.411 jiwa, apabila di rata-ratakan Kecamatan Jatinangor memiliki pertumbuhan penduduk mencapai 1,641,2 jiwa pertahunnya. Faktor tersebut memicu terjadinya konversi lahan dari pemanfaatan lahan tidak terbangun (tegalan dan tanah kering) menjadi lahan terbangun (yang didominasi oleh perumahan, perguruan tinggi, dan industri) Lahan-lahan yang awalnya lahan pertanian berubah fungsinya menjadi non pertanian. Adapun komposisi penggunaan lahan di Kecamatan jatinangor Kabupaten Sumedang berdasarkan luasnya pada tahun 2012 dapat diliahat pada tabel di bawah.
6
Tabel 1.2 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Pada Tahun 2012 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan
Ha
Luas pekarangan/pemukiman
1.122
Hutan negara
130
Hutan rakyat
273
Tegalan/kebun
563
kolam
14
Total Luas
2.102
Sumber: Monografi Kecamatan Jatinangor 2012
Di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang luas lahan pekarangan atau pemukiman lebih luas dibandingkan lahan pertanian. Perkembangan pembangunan pemukiaman mengakibatkan perubahan harga lahan secara signifikan, sehingga nilai ekonomisnya semakin meningkat. Akibat pergeseran lahan dari lahan pertanian ke non-pertanian mengakibatkan menyempitnya lapangan pekerjaan di bidang pertanian namun kondisi ini memberi peluang tersedianya lapangan kerja di bidang non pertanian terutama sektor industri, jasa dan perdagangan. Dengan perkembangan Kecamatan Jatinangor yang pesat menjadikan banyak pendatang dari luar Kecamatan Jatianangor yang datang untuk bekerja ataupun melanjutkan sekolahnya. Sehingga memeberikan peluang kepada penduduk sekitar atau pendatang untuk membuka lapangan pekerjaan. Oleh karena itu menarik saya untuk mengakaji permasalahan tersebut berkenaan adanya pengaruh perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi perumahan, perguran
7
tinggi dan industri terhadap harga lahan serta struktur mata pencaharian penduduk.
B. Rumusan Masalah Sebagai daerah yang letaknya berabatasan langsung dengan Kota Bandung dan merupakan salah satu kawasan pendidikan yang berada di Jawa Barat, maka Kecamatan Jatinangor mengalami perubahan penggunaan lahan yang cukup signifikan dari lahan pertanian ke non-pertanian maka munculah permasalahan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perkembangan nilai lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ? 2. Bagaimanakah dampak konversi lahan terhadap struktur mata pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perkembangan nilai lahan di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. 2. Mengetahui konversi lahan terhadap perubahan struktur mata pencaharian di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
8
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai sumber data bagi pemerintah setempat berkenaan konversi lahan yang telah terjadi di daerah penelitian. 2. Salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kebijakan tata ruang di Kabupaten Sumedang khususnya di daerah penelitian. 3. Dapat dijadikan bahan acuan atau pedoman bagi peneliti selanjutnya dalam hal perubahan konversi lahan dan nilai lahan terhadap struktur mata pencaharian. 4. Memberikan pengalaman, pendalaman dan pengayaan keilmuan bidang geografi bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang mengkaji permasalahan ini. 5. Membantu dalam pembelajaran geografi di sekolah, sehingga siswa bisa lebih memahami mengenai salah satu fenomena geografis, khususnya yang berhubungan dengan fenomena konversi lahan.
9
E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I
Pendahuluan Menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.
BAB II
Kajian Teori Menguraikan berbagai kajian teori yang terkait dengan permasalahan yang diambil, meliputi penomena yang terjadi di daerah penelitin.
BAB III
Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi penelitian, pengumpulan data, metode penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data dan analisis data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini membahas
pengolahan atau analisis data untuk
menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pernyataan penelitian, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan. BAB V
Kesimpulan dan Saran Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran yang diberikan dari hasil penelitian.