BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan
mempunyai
peranan
yang
sangat
menentukan
bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan kebudayaan pada suatu bangsa, bergantung kepada masyarakatnya untuk dapat mengenali, menghargai dan tentunya melestarikan kebudayaan tersebut. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Dalam hal ini, pendidikan berfungsi untuk memandu, membimbing, dan mengembangkan bakat tersebut agar bisa berkembang sebagaimana mestinya. Untuk menentukan keberbakatan bukan hanya dilihat dari sisi intelegensi (kecerdasan) saja melainkan juga keaktifan dan motivasi untuk berprestasi. Pendidikan tidak selalu identik dengan hal-hal yang berkaitan dengan sains maupun pendidikan sosial saja, tetapi juga melalui pendidikan yang mengajarkan tentang kebudayaan. Dalam pendidikan yang mengajarkan kebudayaan tersebut, siswa dapat mempelajari nilai-nilai budi pekerti yang ada pada kebudayaan tersebut. Mata pelajaran yang berkaitan dengan kebudayaan yaitu mata pelajaran bahasa Jawa. Melalui mata pelajaran bahasa Jawa inilah nilai-nilai budi pekerti kebudayaan tersebut dapat diajarkan sebagai upaya pemahaman tentang kebudayaan. Maka dari itu, pemerintah wajib untuk meningkatkan mutu pelajaran bahasa Jawa sebagai upaya pelestarian kebudayaan daerah. Pelajaran bahasa Jawa masuk dalam muatan lokal yang wajib diajarkan di tingkat SD, SMP, SMA. Hal ini sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Tengah nomor 423.5/5/2010 tentang kurikulum mata pelajaran muatan lokal (bahasa Jawa)
untuk
jenjang
pendidikan
SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTs
dan
SMA/SMALB/SMK/MA baik negeri maupun swasta di Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah menyatakan pelajaran muatan lokal (bahasa Jawa) sangat perlu
1
2
diajarkan pada setiap jenjang sekolahan baik negeri maupun swasta sebagai sarana penanaman nilai-nilai budi pekerti pada siswa. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan suatu daerah. Sehingga, pemerintah daerah dalam menyelenggarakan otonomi
daerah
mempunyai
kewajiban-kewajiban,
salah
satunya
yaitu
melestarikan nilai sosial budaya. Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 pasal 22 disebutkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memerhatikan salah satu prinsip yaitu keistimewaan dan kekhususan suatu daerah. Bahasa daerah (Jawa) merupakan salah satu aset budaya yang dilindungi negara. Dengan demikian pembelajaran bahasa Jawa diharapkan dapat menjadi upaya dalam menjaga aset budaya daerah. Di sekolah-sekolah, pembelajaran bahasa daerah (Jawa) tidak termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Oleh karena itu, jumlah pertemuan pada pembelajaran tersebut juga terbatas. Pembelajaran bahasa Jawa hanya mendapatkan porsi 2 jam per minggu. Hal ini dirasa masih sangat kurang, mengingat karena banyak siswa yang menganggap pelajaran bahasa Jawa itu lebih sulit dibandingkan dengan pelajaran bahasa-bahasa yang lainnya misalnya pelajaran bahasa Indonesia atau pelajaran bahasa Inggris. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai pelajaran bahasa Jawa yang cenderung masih kurang. Pembelajaran bahasa daerah (Jawa) secara umum terdapat empat aspek keterampilan berbahasa diantaranya: (1) membaca, (2) menyimak, (3) berbicara, dan (4) menulis. Di dalam aspek keterampilan berbahasa menulis inilah terdapat kompetensi dasar menulis karangan narasi (cerkak). Selanjutnya untuk kompetensi dasar menulis narasi (cerkak) sebagian besar siswa masih merasa kesulitan sehingga hasil dari kemampuan menulis karangan narasi juga rendah (hasil wawancara dengan guru bahasa Jawa pada 28 Maret 2016).
3
Berdasarkan pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa (cerkak), untuk tingkat keaktifan siswa masih sangat kurang. Keaktifan siswa sangat kurang, baik pada saat bertanya kepada guru atau siswa lain
apabila
tidak
memahami
persoalan
yang
dihadapinya,
kemudian
melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, turut serta dalam melaksanakan tugas belajar, terlibat dalam pemecahan masalah, dan berusaha mencari informasi untuk menghadapi masalah tersebut. Hanya satu dua siswa saja yang berani bertanya, sebagian besar siswa memilih diam sehingga tidak kelihatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa (cerkak). Keadan seperti itu seringkali membuat guru menjadi bingung. Guru bingung apakah siswa diam karena mereka sudah tahu atau diam karena sebenarnya belum tahu. Berdasarkan apa yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka dapat dikatakan jika proses serta hasil belajar siswa belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini karena dalam proses pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat, yang dapat meningkatkan keaktifan siswa. Agar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) dapat meningkat, maka guru perlu menggunakan metode pembelajaran yang lebih meningkatkan keterlibatan siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dirasa tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa yaitu metode pembelajaran Jigsaw. Hamid (2011:222-223) mengatakan bahwa metode pembelajaran Jigsaw adalah metode pembelajaran yang berupaya untuk mendalami sebuah materi dengan memberikan sudut pandang yang bervariasi dari setiap siswa. Hal ini sangat menarik dan membutuhkan peran aktif ataupun pemahaman yang baik terhadap materi yang akan dibahas. Dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw siswa akan menjadi aktif, karena masing-masing siswa akan berdiskusi pada kelompok ahli untuk membahas suatu materi pelajaran, kemudian menyampaikan hasil materi yang dibahas sebelumnya kepada teman yang ada di kelompok asal. Jadi, peran dari masing-masing siswa sangat dibutuhkan oleh masing-masing kelompoknya. Hal
4
tersebutlah yang akan meningkatkan peran masing-masing siswa dalam pembelajaran. Selain rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa (cerkak), hasil kemampuan menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) siswa juga masih rendah. Dari 37 siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Kebakkramat, yang lulus sesuai KKM 75 sebanyak 13 siswa atau 35,14%. Sebaliknya untuk siswa yang masih di bawah KKM sebanyak 24 siswa atau 64,86% dan masih terdapat sebagian siswa yang mendapatkan nilai 50. Hasil rata-rata keseluruhan siswa juga masih sangat rendah yaitu sebesar 69,4 dan masih jauh dari KKM yaitu 75. Melihat permasalahan yang ada di lokasi peneliti tersebut, peneliti berupaya meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) siswa melalui metode Jigsaw sebagai upaya peningkatan pemahaman menulis narasi secara baik dan benar pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Kebakkramat. Menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) sangat perlu ditingkatkan, selain untuk pemahaman teori tentang narasi itu sendiri, juga sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas dan imajinasi siswa untuk dapat menciptakan suatu tulisan yang baik, mengembangkan kemampuan mengarang dan juga mengasah keterampilan berbahasa Jawa mereka. Kesulitan menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) pada siswa bisa disebabkan dari beberapa faktor, baik dari siswa maupun dari guru. Salah satunya adalah pemilihan metode pengajaran menulis narasi yang kurang tepat. Dalam pembelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga keaktifan siswa dan hasil kemampuan menulis narasi siswa masih rendah. Dalam hal ini dibutuhkan suatu metode pembelajaran menulis narasi yang dianggap lebih mampu untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis narasi siswa. Peneliti memilih metode Jigsaw sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil menulis narasi. Metode Jigsaw ini diterapkan dengan teknik menelaah unsur-unsur intrinsik cerkak agar lebih mudah dipahami dan lebih bisa menarik minat siswa untuk menulis narasi. Metode Jigsaw dianggap sebagai salah satu metode yang tepat diterapkan dalam pembelajaran menulis narasi, karena
5
dengan metode Jigsaw siswa akan lebih aktif dan merasa memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya masing-masing sehingga secara tidak langsung mereka akan sungguh-sungguh dalam belajar menulis narasi. Dengan demikian, keaktifan siswa dan kemampuan menulis narasinya akan meningkat dan nilai kemampuan menulis narasi juga akan bagus. Selain menggunakan metode Jigsaw peneliti juga menggunakan telaah unsur-unsur intrinsik cerkak. Dengan cara menelaah unsur-unsur intrinsik cerkak ini akan mempermudah siswa dalam hal memahami narasi, sehingga kemampuan menulis narasinya akan lebih baik. Pemahaman siswa terhadap unsur-unsur intrinsik cerkak, bukan sekedar memahami secara teoretis dan pengertiannya saja, namun benar-benar mampu membedakan, menganalisis, dan menerapkan hakikat unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerkak. Misalnya siswa mampu menentukan tema atau pokok cerita pada cerkak, dapat menentukan siapa saja tokoh dalam cerkak tersebut dan perwatakannya, dapat menentukan pembabagan alur, sehingga dapat menentukan alur dari cerkak tersebut, apakah termasuk ke dalam alur maju, mundur atau campuran. Siswa juga dapat menentukan latar atau setting dari cerkak yang meliputi tempat, waktu dan suasana dan dapat menentukan amanat atau pesan yang disampaikan oleh penulis pada cerkak tersebut. Dengan memahami unsur-unsur intrinsik cerkak dan menerapkan metode pembelajaran Jigsaw, peneliti berharap siswa bisa lebih konsentrasi dan belajar aktif dalam proses pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) yang akhirnya mampu meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) siswa. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan Keaktifan dan Kemampuan Menulis Narasi Bahasa Jawa Melalui Metode Pembelajaran Jigsaw pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 3 Kebakkramat Tahun Pelajaran 2015/2016”.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah melalui metode pembelajaran Jigsaw, keaktifan siswa kelas VII E SMP N 3 Kebakkramat semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dapat ditingkatkan? 2. Apakah melalui metode pembelajaran Jigsaw, kemampuan menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) pada siswa kelas VII E SMP N 3 Kebakkramat semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dapat ditingkatkan?
C. Tujuan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan keaktifan siswa kelas VII E SMP N 3 Kebakkramat semester genap tahun pelajaran 2015/2016. 2. Meningkatkan kemampuan menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) pada siswa kelas VII E SMP N 3 Kebakkramat semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis untuk banyak pihak, baik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, untuk bahan rujukan peneliti dan para guru yang akan mengadakan penelitian. 1. Manfaat Teoretis Memberi konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan berupa penerapan metode pembelajaran Jigsaw dengan cara telaah unsur-unsur intrinsik cerkak pada pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa serta dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa 1) Siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis cerkak.
7
2) Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui metode Jigsaw, karena masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan materi yang dikuasai kepada teman. 3) Siswa lebih berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan pemahamannya terhadap unsur-unsur intrinsik cerkak. b. Manfaat bagi guru 1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. 2) Meningkatkan kemampuan menulis narasi bahasa Jawa (cerkak) pada siswa. c. Manfaat bagi sekolah 1) Dengan diadaknnya penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi sekolah agar guru-guru lebih mengoptimalkan model-model pembelajaran untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa khususnya kemampuan menulis narasi bahasa Jawa (cerkak). 2) Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada sekolah untuk melakukan inovasi di dalam pembelajaran bahasa Jawa khususnya kemampuan menulis narasi bahasa Jawa (cerkak). d. Manfaat bagi peneliti 1) Menambah bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 2) Menambah wawasan bagi peneliti, bahwa dengan metode pembelajaran Jigsaw, siswa bisa lebih konsentrasi dan aktif dalam pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa (cerkak). 3) Menambah inspirasi bagi peneliti lain agar lebih rajin lagi dalam menerapkan inovasi pembelajaran yang berbeda.