15
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Salilama Desa salilama merupakan desa yang memiliki penduduk Jawa Tondano yang bertransmigrasi ke Gorontalo pada tahun 1948. Penduduk desa salilama sebagian besar bermata pencaharian sebagi petani, buruh tani, pegawai Negeri, pedagang, wirausaha, buruh bangunan/tukang dan peternak. Sebagian besar sumber pendapatan penduduknya melalui sektor perkebunan dan peternakan. Lahan persawahannya merupakan sawah irigasi yang produktif. Desa salilama dulunya masih desa tabulo namun pada tanggal 17 Februari Tahun 1979 terjadi pemekaran desa tabulo menjadi desa salilama dengan jumlah penduduk 1176 jiwa. Kehidupan sosial masyarakat desa salilama tidak luput dari unsur-unsur yang mempengaruhi interaksi sosial antar masyarakat maupun interaksi antar individu, dalam hal ini yang mempengaruhi kehidupan masyarakat desa salilama dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang telah dipaparkan oleh Koentjaraningrat bahwa kebudayaan terbagi atas 7 unsur kebudayaan yakni : ‘sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, bahasa, sistem pengetahuan, kesenian, sistem mata pencaharian, sistem teknologi dan peralatan’ (Koentjaraningrat :2004 :4). 4.1.1 System Religi dan Upacara Keagamaan Masyarakat desa salilama secara keseluruhan beragama Islam dengan tempat peribadatan yang dimiliki masjid dan mushola. Sebagian besar anak-anak dan para remaja di desa salilama setiap harinya menimba ilmu agama dibawah asuhan Bpk Suriyono T. Mayang dan dibantu oleh beberapa orang takmirul masjid yang bertugas pada masjid tersebut. Salah satu fungsi dari hadrah ini untuk menarik perhatian para santri agar mau belajar berkesenian sekaligus menambah pengetahuan para santri dalam hal keagamaan. 4.1.2 Sistem Organisasi Kemasyarakatan
16
Organisasi kemasyarakatan Desa Salilama ini tidak membedakan suku dan ras, mereka saling menghargai dan menghormati antara satu sama lain. Organisasi kemasyarakatannya antara lain : Karang Taruna, kelompok arisan serta memiliki Sanggar yaitu Sanggar Al Mukarramah yang menghimpun segala kegiatan Jaton. 4.1.3 Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang digunakan oleh setiap lapisan masyarakat. Desa salilama mempunyai 2 bahasa yakni, bahasa gorontalo dan bahasa jawa tondano. Masyarakat desa salilama menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan antar suku, disebabkan masing-masing suku memiliki dialek bahasa yang telah melekat dalam masyarakatnya. Penggunaan bahasa pada pertunjukan hadrah yakni bahasa arab. 4.1.4 Kesenian Desa salilama memiliki beberapa jenis kesenian yang beragam baik kesenian yang berasal dari gorontalo maupun dari jaton itu sendiri. Masyarakat desa salilama baik masyarakat transmigran maupun masyarakat asli memiliki kesenian yang terus dilestarikan oleh masingmasing suku.
4.2 Asal Mula Kesenian Hadrah di Desa Salilama Istilah hadrah diambil dari kata “hadhoro-yudhiru-hadhron-hadhrotan ” yang artinya kehadiran. Hadrah dapat diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi terbang. Hadrah merupakan kesenian tradisional khas masyarakat jaton yang masih berkembang sampai saat ini. Hadrah merupakan cerita sekelompok umat muslim yang sedang berkumpul di suatu tempat dimana dalam perkumpulan tersebut mereka sedang merencanakan satu tujuan untuk melawan penjajah belanda. Pada saat itu, belanda melarang umat muslim untuk mengadakan perkumpulan tersebut dengan alasan mereka ingin menguasai seluruh kawasan manado. Namun salah satu diantara mereka, adalah mata-mata belanda. Mata-mata tersebut dibayar
17
oleh belanda agar memberikan informasi kepada belanda tentang apa yang sedang dilakukan oleh umat muslim. Namun hal itu telah diketahui oleh salah seorang dari umat muslim sehingga mereka mengubah rencana sebelumnya dengan cara melakukan gerakan-gerakan silat atau gerakan perlawanan dengan menggunakan cara yang islami yakni berupa nyanyian atau pujian kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam menghadapi penjajah belanda. Dengan cara seperti itulah umat muslim menghindari serangan belanda sehingga belanda tidak berhasil melakukan penyerangan terhadap umat muslim. Dalam Proses pertunjukannya, para pelaku berbaris menjadi satu barisan di bagian depan dan satu
barisan di bagian samping pelaku lainnya. Kemudian salah satu dari mereka
melantunkan syair Sallu ala Nabi Muhammad atau Salawat Kepada Nabi untuk memulai pertunjukan. Kemudian pemusik membunyikan alat musik terbang bersamaan dengan lantunan syair yang akan dibawakan. Hadrah merupakan salah satu grup kesenian yang berasal dari jawa tondano yang berada di desa salilama didirikan pada tahun 1948 oleh Bapak Sahwangi Suronoto. Pada saat itu Bapak Sahwangi adalah
satu-satunya masyarakat transmigran yang berasal dari Jawa
Tondano. Kemudian pada tahun 1956 masyarakat transmigran mulai bertambah. Namun pada saat itu hadrah masih dilakukan oleh tiga orang karena masyarakat transmigran belum banyak. Seiring dengan pekembangan zaman, pada tahun 2006 hadrah sudah mengalami perkembangan dengan di bentuknya satu sanggar yaitu Sanggar Al Mukarramah yang diketuai oleh Bapak Suriyono T. Mayang. Perkembangan grup ini mendapatkan respon dari masyarakat sekitar dan pemerintah setempat, sehingga grup ini mulai pentas lagi. Orang-orang yang tergabung dalam grup ini tidak menjadikan grup ini sebagai penopang kehidupan mereka atau dalam arti tidak menjadikan grup ini sebagai salah satu mata pencaharian mereka. Tetapi, mereka bergabung dalam grup ini untuk menjalin hubungan kekerabatan, persaudaraan atas dasar persatuan serta
18
untuk menjaga dan melestarikan salah satu seni pertunjukan rakyat yang dibawa oleh masyarakat transmigran dan telah berkembang di desa salilama. 4.3 Pelaksanaan Hadrah Hadrah adalah salah satu kesenian khas jawa tondano yang dilaksanakan pada acara-acara seperti maulid nabi, ketupat, penikahan, khitanan, arisan dan acara festival budaya. Dalam pelaksanaan hadrah ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan hadrah, yaitu :
4.3.1 Motif dan Gerak Tari 4.3.1.1 Waktu dan tempat Tempat pelaksanaan hadrah yaitu bertempat di lapangan terbuka. Waktu pelaksaannya tergantung situasi atau keadaan pada saat acara itu dilaksanakan. 4.3.1.2 Pelaksana Seluruh anggota sanggar dan seluruh masyarakat jawa tondano yang terlibat dalam kegiatan tersebut. 4.3.1.3 Gerak Tari -
Motif Pertama
Ketua kelompok 1 orang yang bertugas menyerukan salawat yang dilakukan sebelum melantunkan syair. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
19
Gambar 1: Gerakan Menyerukan Salawat (Dokumen Pribadi) “Assalatualannabi”
-
Motif Kedua
Rodat melakukan gerakan berdoa atau permohonan kepada Allah SWT agar diberi kekuatan dalam menghadapi serangan penjajah. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2: Gerakan Berdoa (Dokumen Pribadi) -
Motif Ketiga
Motif ini rodat melakukan gerakan penghomatan kepada Allah SWT untuk menunjukan bahwa kekuatan manusia tidaklah kekal. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
20
Gambar 3: Gerakan Penghormatan (Dokumen Pribadi) -
Motif Keempat
Pada motif ini rodat melakukan gerakan pukulan mata dengan menggunakan dua jari untuk melumpuhkan para penjajah. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4: Gerakan Pukulan Mata (Dokumen Pribadi) 4.3.1.4 Tata Rias dan Busana - Pengiring menggunakan kemeja putih lengan panjang bercorak batik coklat, bagian kepala menggunakan kopiah berwarna putih dengan corak warna kuning keemasan, bagian bawah menggunakan sarung berwarna kemudian dilipat setengah lutut dan menggunakan celana panjang hitam.
21
Gambar 4: Pengiring/Pemusik (Dokumen Pribadi)
- Penari menggunakan blus lengan panjang berwarna kuning dengan corak berwarna di bagian depan dan lengan, pada bagian atas menggunakan jilbab brwarna kuning dan merah muda, dililit dengan pita berwarna dan menggunakan bunga sebagai hiasan, kemudian menggunakan celana panjang berwarna biru dengan corak berwarna pada bagian kaki. Pemain juga menggunakan riasan lipstick, bedak dan eyeshadow sebagai pelengkap. 4.3.2 Instrumen dan Vokal 4.3.2.1 Genjring/terbang Daryanto (1998 : 214) Genjring dalam kamus bahasa indonesia diartikan sebagai rebana kecil. Alat musik rebana atau terbang yang dilengkapi dengan piring-piring logam kecil disekeliling alat musik tersebut. Terbang berbentuk lingkaran menyerupai sebuah mangkuk, dengan ketebalan 6 cm, berdiameter32 cm, dan pada sisi-sisinya terdapat piringan logam yang terdiri dari 3 bagian. Bagian tubuh terbang terbuat dari kayu jati yang memiliki kualitas kayu laban, dan selaput yang digunakan untuk menutupi lingkaran bagian atasnya terbuat dari kulit kambing yang telah melalui proses pengeringan dan pembersihan. Pemasangan pengencang dibagian tubuh terbang menggunakan paku payung yang kecil sebagai peggati paku payung hias, permukaan kulit mempunyai ketegangan yang dapat diatur saat akan digunakan biasanya untuk mengatur ketegangan kulit saat dipukul, digunakan tali pengencang yang umumnya terbuat dari rotan.
22
Hadrah diiringi dengan alat musik terbang dan syair-syair tertentu pada setiap gerakannya. Instrumen dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘alat-alat musik’ (Daryanto, 1998:263). Pelaksanaan pertunjukan hadrah instrumen yang digunakan tergolong pada instrumen musik membranofon. Instrumen musik membranofon sumber bunyinya berasal dari selaput membran atau kulit binatang. Membran dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai “rentangan selaput atau kulit yang dapat membangkitkan atau menangkap getaran” (Daryanto,1998:400). Instrumen yang digunakan pada pertunjukan hadrah adalah terbang. Cara memainkan yakni tangan dengan jari-jari merapat, tangan dengan jari-jari merenggang dan tangan dengan jari-jari yang dipantulkan. 4.3.2.2 Vokal Vokal yang terdapat dalam pertunjukan hadrah merupakan lantunan syair yang terdapat dalam kitab Barjanji. Setiap syair berkaitan erat dengan instrumen, antara instrumen dan syair saling berbawaan. Syair terdiri dari syair bawaan dan syair sauran, syair bawaan merupakan syair yang utama dan biasanya berisi tentang pertanyaan. Sedangkan syair sauran merupakan syair yang berisi jawaban dari pada bawaan sebelumnya. - Agna Muha Kanat yaitu : Seoran/Rodat = Ya Rabbana Ya Karim Ya Rabbana Ya Rahim Antal Jawadul Halim Wa Anta Nikmal Muhiu Bowo/Ahlul = Agna Muha Kanat Siba Angullama Sarahat Tajuwdu Laha Bidarrin Muzbidi = Warra at Minal Khairat Wahiyat Tahu Kuha Wan Nasu Fimah Liwa Waaysin Angkadi
23
= Nalat Bihi Kul Lal Masarrat Wal Hana Fahuwal Lazi Kadsa Dakulla Musawwadi - Ilahiya Karim, yaitu: Seoran/Rodat = Ila Hiyakarim Wagfir Zunu Bana Bijahil Mustapa Farij ala ila Bowo/Ahlul = Ta’lam Malimuhul Ghusnu Kawiy mu Wamin Alta Fima Maknahu Nasimu = Maliy Hullam Yahuz Basarun Hulahu Fadalla bi Annahu Basarun Kawimu = Wasiy Munfiy Mala Hatihi Hasiymu Wama Fihusnika Tulahub Kasimu 4.3.3 Tempat Pertunjukan Pertunjukan hadrah biasanya dilaksanakan pada siang hari agar terlihat lebih jelas seluruh gerakanya. Pertunjukan hadrah dilakukan di ruangan terbuka, seluruh pemain di tempatkan di tempat yang telah di sediakan. Pemain disediakan tempat dengan duduk melantai yang dialasi karpet atau tikar, duduk berbaris dengan posisi keadaan kaki yang dilipat kemudian duduk bertumpu pada kaki yang dilipat. 4.3.4 Penonton Pertunjukan memerlukan banyak penonton, semua orang yang berminat untuk menonton dan bertahan hingga pertunjukan selesai. Secara umum, sebuah pertunjukan bagi penonton tidak lain adalah untuk memberikan hiburan yang dapat menenangkan pikiran dan pesanpesan yang membangun.
24