BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian Jumlah Pengrajin Sebagian penduduk di Cibaduyut bermata pencaharian sebagai pengrajin alas kaki dan tas, produksi alas kaki di sentra industri persepatuan Cibaduyut Bandung terbagi menjadi dua bagian yaitu perusahaan sepatu dan perusahaan sandal, berikut adalah rincian jumlah perusahaanya
Tabel 4.1 Rincian Jumlah Perusahaan Jenis produksi Jumlah Pengrajin Persentase% Sepatu 697 82 sandal 148 18 Jumlah 100 Sumber: Deperindag Cibaduyut Bandung 2007 Dari table diatas dapat di ketahui bahwa sebagian pengrajin memproduksi sepatu yaitu sebanyak 697 pengrajin dan sisanya yaitu 148 pengrajin memproduksi sandal. Kondisi Umum Responden Penyebaran responden pada sentra industri sepatu di sentra industri sepatu Cibaduyut berdasarkan jenis kelamin terlihat dalam table 4.2 Table 4.2 Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis kelamin F Persentase 1 Laki-laki 23 95,8 2 Perempuan 1 4,2 Jumlah 24 100 Sumber: Hasil pengolahan angket Dari tabel 4.2 dapat di lihat bahwa responden pada industri kerajinan sepatu di Cibaduyut Bandung sebanyak 23 orang atau 95,8% adalah pengusaha laki-laki
46
sedangkan 1 orang atau 4,2% adalah pengusaha perempuan. Hal ini menunjukan bahwa pengusaha laki-laki sangat mendominasi usaha kerajinan sepatu di sentra industri persepatuan Cibaduyut Bandung. Jika di lihat dari segi usia responden, sebagian besar responden sebanyak 8 orang (33,3%) berumur antara 48 sampai 53 tahun, sebanyak 6 orang (25%) berumur antara 30 sampai 35 tahun, sebanyak 4 orang berumur antara 54 sampai 59 tahun, sebanyak 2 orang (8,3%) berumur antara 60 sampai 65 tahun sedangkan sisanya 1 orang (4,2%) berumur antara 36 sampai 41 tahun untuk lebih jelasnya data mengenai penyebaran responden berdasarkan usia dapat di lihat pada table 4.3 Table 4.3 Penyebaran Responden Berdasarkan Usia No Umur F1 Persentase(%) 1 30-35 6 25 2 36-41 1 4,2 3 42-47 3 12,5 4 48-53 8 33,3 5 54-59 4 16,7 6 60-65 2 8,3 Jumlah 24 100 Sumber: Hasil pengolahan angket Peranan anggota keluarga dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga sangat penting. Dalam setiap keluarga responden, anggota keluarga umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Berdasarkan hasil penelitian dapat di ketahui bahwa jumlah anggota keluarga responden cukup bervariasi antara1sampai 6 orang untuk lebih jelasnya data mengenai penyebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada table 4.4 Table 4.4 Penyeberan responden berdasarkan jumlah anggota keluarga No Jumlah anggota F Persentase keluarga 1 1 – 3 orang 14 63,6 2 4 - 5 orang 7 31,9 3 >5 orang 3 12,5 Jumlah 24 100 Sumber: Hasil pengolahan angket 47
Dari table 4.4 dapat di lihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 14 orang (63,3%) memiliki jumlah anggota keluarga antara 1 – 3 orang, sebanyak 7 orang (31,9%) memiliki jumlah anggota keluarga antara 4 – 5 orang, sebanyak 3 orang (12,5%) memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 orang. Pengalaman dapat menunjukan penguasaan seseorang terhadap profesia atau kegiatan yang telah di tekuninya, pengalaman ini umumnya di ukur dari seberapa lama usaha tersebut di jalankan. Dalam industri kerajinan sepatu pengalaman merupakan salah satu factor penentu keberhasilan usaha. Untuk lebih jelasnya data mengenai penyebaran responden berdasarkan pengalaman pengusaha dapat di lihat pada table 4.5 Table 4.5 Penyebaran responden berdasarkan pengalaman berusaha No Lamanya F Persentase(%) berusaha 1 4 – 8 tahun 7 29,2 2 9 – 13 tahun 16 66,6 3 14 – 18 tahun 1 4,2 Jumlah 24 100 Sumber: Hasil pengolahan angket Dari table 4.5 sebagian responden menjadi pengusaha antara 9 – 13 tahun yaitu sebanyak 16 orang (66,6%) responden yang menjalani usahanya antara 4 – 8 tahun sebanyak 7 orang (29,2%) sedangkan sisanya antara 14 – 18 tahun sebanyak 1 orang (4,2%) berdasarkan data tersebut maka pada umumnya pengusaha yang melakukan kemitraan umumnya merupakan pengusaha senior. Gambaran Pemasaran Pemasaran hasil produksi merupakan mata rantai paling ujung dari aktivitas produksi, maju mundurnya aktivitas kegiatan produksi, tidak dapat terlepas dari berhasil tidaknya kegiatan pemasaran yang di lakukan oleh usaha sendiri. Selain itu dengan melihat wilayah pemasaran dapat di ketahui apakah usaha industri kerajinan sepatu tersebut dapat menembus pasar luar negri atau hanya bergantung denagan pasar domesticsaja. Dari sekitar 697 pengrajin sepatu ternyata sekitar 98 persen dari usaha
48
tersebut memasarkan hasil produksinya ke pasar dalam negri, hal ini Nampak jelas bahwa usaha ini sangat bergantung pada pasar domestic, dan hanya sekitar 2% saja yang mampu menembus pasar luar negri salah satunya yaitu ke Australia. Gambaran ini menunjukan bahwa pada umumnys pemasaran industri persepatuan di sentra industri Cibaduyut memang di lingkupi dengan berbagai keterbatasan dan biasanya wilayah pemasaranya memang terbatas. Gambaran Modal Modal merupakan salah satu dari factor produksi selain tanah, bangunan, mesin dan tenaga kerja. Dengan melihat struktur modal suatu usaha industri setidaknya dapat di ketahui kondisi pengelolaan usahanya. Modal usaha pada industri kerajinan sepatu ini pada tahun 2006 menunjukan bahwa sebagian besar menggunakan modal sendiri, sedangkan yang menggunakan modal pinjaman hanya sebagian kecil saja. Dengan hanya mengandalkan modal sendiri yang tentunya juga sangat terbatas mudah di duga bahwa mereka tentu banyak mengalami kesulitan untuk menigkatkan usaha, teknologi, membangun jaringan pemasaran dan lain sebagainya. Hal ini sangant berbeda dengan industri skala besar yang mempunyai peluang lebih besar dalam akses ke lembaga perbankan, pasar modal, dan lain sebagainya sehingga mereka dapat lebih leluasa meningkatkan skala usaha, teknologi, jaringan pemasaran dan meningkatkan SDM pekerjanya. Sumber modal usaha selain dari modal sendiri dalam kegiatan industri persepatuan di sentra industri Cibaduyut adalah berasal dari pinjaman Bank, koperasi, lembaga keuangan bukan Bank, dan pinjaman dari keluarga, para pengu saha sepatu lebih mengandalkan modal sendiri karena belum mampu memanfaatkan lembaga keuangan Bank secara maksimal dengan berbagai alas an yaitu, tidak tahu prosedur pinjaman, suku bunga pinjaman yang tinggi, dank arena tidak memiliki agunan.
49
Gambaran Prospek Usaha Pandangan pengusaha dalam melihat prospek usaha kedepan dapat berpengaruh terhadap sikap pengusaha dalam melakukan pengelolaan usahanya, seperti munculnya daya imajinasi, inovasi, kreatifitas serta semangat berwira usaha atau bahkan dapat menurunkan semangat dalam berusaha. Pendapat atau opini yang terjaring dalam penelitian dari responden mereka memberikan gambaran bahwa prospek usaha setahun kedepan dengan melihat kondisi internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi pasang surutnya usaha, sebagian besar responden, hampir 69% berpendapat bahwa kondisinya akan sama saja dengan tahun yang di jalani atau tidak ada perubahan dan sebagian lainya yaitu 41% berpendapat bahwa usahanya akan berjalan menjadi lebih baik.
Gambaran Khusus Variabel Penelitian 4.2.1
Produksi Sepatu Produksi dapat di katakana sebagai suatu aktivitas dalam perusahaan industri
berupa penciptaan nilai tambah dari input menjadi output secara efektif dan efisien sehingga produk sebagai output dari proses penciptaan nilai tambah itu dapat di jual dengan harga yang kompetitif di pasar global. Hubungan fisik antara input sumber daya perusahaan dan outputnya berupa barang dan jasa perunit waktu (Richad A. Billas,1994:114) Berikut data hasil penelitian 24 responden tentang produksi sepatu di sentra industri sepatu Cibaduyut per bulan.
50
Table 4.8 Produksi Sepatu Cibaduyut Per bulan Produksi Sepatu/bulan Jumlah Persentase 500 - 1000 5 21 1000 – 1500 6 25 1500 - 2000 6 25 2000 – 2500 3 12,5 2500 - 3000 3 12,5 1 4 jumlah 24 100 Sumber: Hasil pengolahan data Dari data tersbut di peroleh bahwa sebanyak 1 responden yang memproduksi sepatu perbulanya mencapai >3000 pasang, dan sebagian lainya yaitu 5 responden menghasilkan 500 – 1000 pasang perbulan, 6 responden menghasilkan 1000 – 2000 pasang perbulan, 3 responden menghasilkan sepatu 2000 – 2500 pasang perbulan dan 3 responden terakhir menghasilkan sepatu sebanyak 2500 – 3000 pasang. Dari data table tersebut dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Dari grafik dapat di lihat sebagian besar perusahaan sepatu mempunyai hasil produksi 500 – 2000 sepatu perbulan. Hal ini menunjukan bahwa produksi sepatu di sentra industri sepatu Cibaduyut masih rendah, sedangkan yang memproduksi sepatu lebih
51
besar dari 3000 pasang hanya saru responden atau sebesar 4% padahal hasil produksi sepatu yang seharusnya adalah seperti itu. Kemitraan Usaha dalam permodalan Modal terdiri dari barang-barang yang di produksi yang tahan lama dan pada giliranya dapat di gunakan sebagai input untuk produksi lebih lanjut. Beberapa barang modal mungkin dapat bertahan selama beberapa tahun, selama yang lain bias bertahan selama satu abad, tetapi kepemilikan barang modal yang penting adalah bahwa keduanya merupakan input dan output (Samueson,2003) Perusahaan atau badan usaha adalah suatu unit ekonomi yang memanfaatkan factor-faktor produksi berupa mesin, peralatan, bahan baku, teknologi, modal dan lain sebagainya untuk dip roses menjadi bentuk lain. Setiap perusahaan di sentra industri persepatuan Cibaduyut Bandung yang termasuk dalam penellitian ini memiliki kemitraan permodalan dalam bentuk mesinmesin, peralatan, pengadaan bahan baku, dan modal uang. Table di bawah ini menunjukan besarnya jumlah kemitraan dalam permodalan yang di gunakan untuk proses produksi Table 4.9 Besarnya Jumlah Kemitraan Usaha dalam permodalan yang di gunakan untuk satu kali proses produksi Jumlah Persentase No Besarnya jumlah kemitraan usaha dalam permodalan dalam Rp juta 1 100.000 – 2.000.000 15 62,5 2 2.100.000 – 4.000.000 3 12,6 3 4.100.000 – 6.000.000 2 8,3 4 6.100.000 – 8.000.000 2 8,3 5 >8.000.000 2 8,3 jumlah 24 100 Sumber: Hasil penelitia tahun 2007 Dari table tersebut dapat di lihat bahwa besarnya jumlah kemitraan usaha dalam permodalan pada kisaran Rp100.000 sampai denngan Rp2.000.000 adalah 15 responden atau 62,5% sebanyak 3 responden melakukan kemitraan usaha dalam p
52
ermodalan sebesar Rp2.100.000 sampai dengan Rp 4.000.000 atau sebesar 12,6% 2 orang responden melakukan kemitraan usaha dalam permodalan sebesar Rp 4.100.00 sampai dengan Rp6.000.000 atau sebesar 8,3% 2 orang responden melakukan kemitraan usaha permodalan sebesar Rp6.100.000 sampai dengan Rp8.000.000 atau sebesar 8,3% dan sisanya 2 orang melakukan kemitraan dalam permodalan lebih dari Rp8.000.000 atau sebesar 8,3%. Dari hasil penelitian pada sentra industri persepatuan Cibaduyut Bandung, kemitraan dalam permodalan para pengusaha sepatu Cibaduyut di lakukan tidak hanya dalam masalh pengadaan bahan baku dari kulit dan imitasi, tetapi mereka melakukan kemitraan dalam pengadaan mesin-mesin yang terdiri dari: mesin angklong, mesin sisit, mesin pon, dan mesin press. Begitu juga halnya dalam pengadaan peralatan seperti pisau sepatu, pusut kait, palu sepatu, opec longan, paku open, dan lain-lainya serta dalam bantuan uang yang di berikan kepada para pengrajin sepatu di sentra industri persepatuan Cibaduyut Bandung. Kemitraan Usaha dalam Manajemen Dalam dunia bisnis penggunaan manajemen sangat di perlukan untuk menghasilkan barang dan jasa, manajemen sering di katakana sebagi suatu seni karena adanya penerapan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan, karena di dalamnya ada penggunaan teknik manajemen maka di katakan pula manajemen sebagai science. Oleh karena itu dalam memimpin bisnis diperlukan orang yang dapat mengkombinasikan antara art dan science. JhonG. Glover dalam Bukhori Alma (2001:126) mendefinisikan manajemen sebagai kepandaian manusia menganalisa, merencanakan, memotivasi, menilai dan mengawasi penggunaan secara efektif sumber-sumber manusia dan bahan yang di gunakan untuk mencapai tujuan tertentu.
53
Setiap perusahaan di sentra industri Cibaduyut memiliki dasar tersendiri dalam mengelola perusahaanya. Table di bawah ini menunjukan kondisi kemitraan dalam manajemen yang di lakukan oleh setiap pengusaha pada penelitian ini Table 4.10 Kondisi Kemitraan dalam Manajemen Kategori Persen(%) a. Sangat tinggi 21,65 b. Tinggi 28,32 c. Cukup 31,66 d. Rendah 14,16 e. Sangat Rendah 4,17 Jumlah 100 Sumber : Hasil penelitian tahun 2007 Berdasarkan table 4.10 dapat di ketahui kondisi kemitraan dalam manajemen di tunjukan dalam kategori sangat tinggi sebesar 21,65%, tinggi 28,32%, cukup 31,66%, rendah 14,16% dan sangat rendah 4,17% dengan data tersebut maka dapat di nyatakan bahwa kemitraan usaha dalam
manajemen telah berjalan cukup lancar hal ini di
tunjukan dengan perolehan terbesar berada dalam kategori cukup yaitu 31,66%. Kemitraan Dalam Proses Produksi Secara
umum
produksi
diartikan
sebagai
kegiatan
proses
yang
menstransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran. Dalam pengertianya yang umum ini penggunaanya cukup luas sehingga mencakup keluaran (output) yang berupa barang atau jasa serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut. Dalam industri modern, produksi di definisikan sebagai suatu proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output. Gasperesz(2001: 168) menyatakan bahwa produksi adalah fungsi produk di dalam setiap organisasi yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk penciptaan nilai tambah produk yang menyatakan output dari setiap organisasi.
54
Setiap pengusaha di sentra industri persepatuan Cibaduyut Bandung melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil produksinya dengan melakukan kemitraan dalam proses produksi. Table di bawah ini menunjukan kondisi kemitraan dalam proses produksi Table 4.11 Kondisi Kemitraan dal Proses Produksi Kategori Persen(%) a. Sanngat Tinggi 16,6 b. Tinggi 30,9 c. Cukup 32,2 d. Rendah 16,7 e.Sangat Rendah 3,6 Jumlah 100 Sumber: Hasil penelitian tahun 2007 Berdasarkan table 4.11 di atas dapat di ketahui bahwa kondisi kemitraan usaha proses produksi dalam kategori sangat tinggi 16,6%, tinggi 30,9%, cukup 32,2%, rendah 16,7%, dan sangat rendah 3,6% dengan penyajian data tersebut maka dapat di nyatakan bahwa kemitraan dalam proses produksi telah berjalan cukup lancar hal ini di tunjukan dengan perolehan terbesar pada kategori cukup sebesar 32,2%. 4.2.5 Kemitraan dalam Pemasaran Produksi dan pemasaran keduanya merupakan bagian penting dari suatu system bisnis retail yang di arahkan pada penyediaan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen. Secara bersama-sama, produksi dan pemasaran memasok lima macam utilitas ekonomis, yaitu: utilitas bentuk, tugas, waktu, tempat, dan kepemilikan yang di butuhkan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Disini utilitas diartikan sebagai kemampuan untuk memuaskan kebutuhan manusia. Setiap orang yang mendirikan perusahaan, tentu bertujuan untuk memproduksi suatu barang yang kemudian barang tersebut tidak di simpan begitusaja di dalam gudang melainkan harus di jual kepada konsumen. Pemasaran sangat penting swkali bagi perusahaan terutama dalam masa globalisasi ekonomi saat ini yang seakan-akan
55
tidak lagi mengenal batas-batas antar Negara yang menyebabkan semua kegiatan berlaku secara cepat, melalui pemasaran hasil produksi dapat di perkenalkan dan di beli oleh konsumen. Untuk meningkatkan proses pemasaran guna mencapai keuntungan yang lebih baik para pengusaha di sentra industri persepatuan Cibaduyut Bandung melakukan kemitraan dalam pemasaran, berikut adalah table yang menunjukan kondisi kemitraan usaha dalam pemasaran di sentra industri persepatuan Cibaduyut Bandung pada penelitian ini. Table 4.12 Kondisi Kemitraan dalam Pemasaran Kategori Persen(%) a. Sangat Tinggi 11,3 b. Tingi 15,4 c. Cukup 37,5 d.Rendah 33,3 e. Sangat Rendah 2,4 Jumlah 100 Sumber: Hasil penelitian tahun 2007 Berdasarkan table 4.12 diatas dapat di ketahui bahwa kondisi kemitraan dalam pemasaran dalam kategori sangat tinggi 11,3%, tinggi 15,4%, cukup 37,5%, rendah 33,3%, dan sangat rendah 2,4% dengan data tersebut maka dapat di nyatakan bahwa kemitraan dalam pemasaran pada sentra industri persepatuan Cibaduyut Bandungyang di teliti telah berjalan cukup lancar hal ini di tunjukan dengan perolehan terbesar pada kategori cukup sebesar 37,5%.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Pengolahan data yang menggunakan metode statistic di perlukan untuk mengambil keputusan penelitian tentang hipotesis. Hipotesis yang telah di rumuskan sebelumya di terima atau di tolak.
56
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat di analisis dan hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini yaitu factor modal, manajemen, proses produksi serta pemasaran mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah hasil produksi sepatu. Jelasnya hipotesis yang di ajukan adalah: H0
: factor kemitraan (permodalan, manajemen, proses produksi, dan pemasaran) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah hasil produksi sepatu.
H1
:factor kemitraan (permodalan, manajemen, proses produksi dan pemasaran) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah hasil produksi sepatu Adapun criteria pengujianya adalah:
H0 di terima dengan syarat nilai Fhitung < Ftabel atau nilai Sign > alpha (0,05) H1 di terima dengan syarat nilai Fhitung > Ftabel atau nilai Sign < alpha (0,05). Berikut merupakan hasil uji regresi atas variable-variabel yang di analisis dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows berikut pembahasanya:
Hasil Produksi Bantuan Permodalan Manajemen Proses Produksi pemasaran
Descriptive Statistics Mean Std. deviation 1763.5417 1119.17524 4671521 9118577.186 23.8527 7.72270 16.3932 5.72299 18.4984 5.88948
N 24 24 24 24 24
Rata-rata hasil produksi sepatu dengan jumlah data 24 perusahaan adalah 1763,54 ≈ 1764 unit dengan standard deviasi 1119.18 ≈ 1119 unit. Rata-rata bantuan permodalan dari 24 perusahaan yang di analisis adalah Rp 4.671.521 dengan standard deviasi sebesar Rp 9.118.577,19 rata-rata tingkat kemampuan manajemen yang dimiliki oleh 24 perusahaan yang di analisis adalah sebesar 23,85 dengan standard deviasi sebesar 7,72. sedangkan di lihat dari aspek proses produksi, rata-rata skor ke-24 perusahaan yang di analisis adalah sebesar 16,39 dengan standard deviasi sebesar 5,72.
57
sedangkan di lihat dari aspek pemasaran, rata-rata skor ke-24 perusahaan adalah sebesar 18,50 dengan standard deviasi sebesar 5,89. Correlations
Pearson Correlation Hasil Produksi Bantuan Permodalan Manajemen Proses Produksi Pemasaran Sig. (1-tailed) Hasil Produksi Bantuan Permodalan Manajemen Proses Produksi Pemasaran N Hasil Produksi Bantuan Permodalan Manajemen Proses Produksi Pemasaran
Hasil Produksi 1.000 .416 .350 .862 .475 . .022 .047 .000 .010 24 24 24 24 24
Bantuan Permodalan .416 1.000 .447 .450 .420 .022 . .014 .014 .021 24 24 24 24 24
Manajemen .350 .447 1.000 .374 .867 .047 .014 . .036 .000 24 24 24 24 24
Proses Produksi .862 .450 .374 1.000 .518 .000 .014 .036 . .055 24 24 24 24 24
Besar hubungan antara variable hasil produk sepatu dengan variable-variabel bebas adalah sebagai berikut: Bantuan permodalan
= 0,416
Manajemen
= 0,350
Proses produksi
= 0,862
Pemasaran
= 0,475
Dari korelasi di atas dapat menyimpulkan bahwa hasil produksi sepatu memiliki hubungan positif dengan keempat variable bebas (bantuan permodalan, manajemen, proses produksi, dan pemasaran). Selain itu, koefisien korelasi masing-masing variable yaitu bantuan permodalan, manajemen, proses produksi, dan pemasaran memiliki hubungan signifikan dengan jumlah hasil produksi sepatu. Hal ini terbukti signifikansi koefisien korelasi dari masing-masing variable yang berada di bawah alpha 0,05.
58
pemasaran .475 .420 .867 .518 1.000 .010 .021 .000 .005 . 24 24 24 24 24
Model 1
Variable Entered/Removedb Variables Variable Entered Removed Pemasaran, bantuan permodalan, proses produksi, manajemen.
Method
Enter
Table di atas menunjukan metode yang di pakai untuk mengolah data. Diketahui bahwa pada model 1 pengolahan data menggunakan metode enter.
a. b.
Model
R
1
.863
Model Summaryb R Square Adjusted R Square .745 .691
Std. Error of the Estimate 622.32762
Predictors: (Constant), Pemasaran, bantuan permodalan, proses produksi, manajemen Dependent Variabel: Hasil Produksi
Table diatas menunjukan nilai koefisien korelasi keempat variable bebas secara bersama-sama dengan variable terikat yakni sebesar 0,863 (kategori sangat tinggi). Berdasarkan table di atas juga, di ketahui bahwa nilai koefisien determinasi keempat variable bebas terhadap variable terikat adalah sebesar 0,691. hal ini berarti 69,1% jumlah hasil produksi (variable Y) di pengaruhi atau dapat di jelaskan oleh variable bantuan permodalan, manajemen, proses produksi, dan pemasaran. Adapun sisanya sebesar 30,9% dijelaskan/di pengaruhi oleh factor-faktor lain selain keempat variable bebas yang di analisis. Model 1
a. b.
Regression Residual Total
ANOVAb Sum of df Squares 21450182 4 7358542 19 28808724 23
Mean Square
F
Sig.
5362545.598 387291.661
13.846
.000a
Predictors: (Constant), Pemasaran, Bantuan Permodalan, Proses Produksi, Manajemen Dependent Variabel: Hasil Produksi
Dari uji ANOVA atau F test, di dapat F hitung sebesar 13,846 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat di
59
pakai untuk memprediksi hasil produksi sepatu. Dengan kata lain, bantuan permodalan, manajemen, proses produksi, serta pemasaran secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah hasil produksi sepatu. Model
1
a.
Coefficients (a) Unstandardized Standardized Coeficients Coefficients B Std.Error Beta -1028.589 531.641 3.522 1.698 .029
t
Sig.
-1.935 .207
.068 .838
35.333 28.668
-.006 .832
-.025 5.678
.980 .000
48.796
.037
.143
.888
(Constant) Bantuan Permodalan -.897 Manajemen Proses 162.776 Produksi Pemasaran 6.955 Dependent Variabel: Hasil Produksi
Dari model regresi ini, di dapat model persamaan regresi; Y = -2039.589 + 3,522X1 – 0,897X2 +162,776 X3 + 6,955X4 Dari table di atas, di sajikan juga standard error serta uji t dari masing-masing variable, yakni uji signifikan secara parsial. Hipotesis:
H0
= koefisien regresi tidak signifikan
Hi
= koefisien regresi signifikan
Pengambilan keputusan: Jika statistic t Hitung < Statistik t Tabel, maka H0 di terima Jika Statistik t Hitung > Statistik t Tabel, maka H0 di tolak Statistika t Tabel →tingkat signifikansi (α) = 5% Df (derajat kebebasan) = n - k – 1 = 24 – 2 - 1 = 21→2,0796 Variable bantuan permodalan •
Statistic t Hitung → 0,207 0,207 < 2,0796
→ H0 di terima, koefisien regresi tidak
signifikan Variable manajemen •
Statistic t Hitung →-0,025
60
-0,025 < 2,0796 →H0 di terima, koefisien regresi tidak signifikan Variable proses produksi •
Statistika t Hitung →5,678 5,678 > 2,0796
→H1 di terima, koefisien regresi signifikan
Variable pemasaran •
Statistika t Hitung → 0,143 0,143 < 2,0796
→H0 diterima, koefisien regresi tidak
signifikan
KEMITRAAN – HASIL PRODUKSI
Hasil Produksi Kemitraan
Descriptive Statistics Mean Std. Deviation 1763.5417 1119.17524 23.1440 1.76586
N 24 24
Rata-rata hasil produksi sepatu dengan jumlah data 24 perusahaan adalah 1763,54 ≈ 1764 unit dengan standard deviasi 1119.18 ≈ 1119 unit. Rata-rata skor kemitraan 23,144 dengan standard deviasi sebesar 1,766. Correlation
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
Hasil Produksi Kemitraan Hasil Produksi Kemitraan Hasil Produksi Kemitraan
Hasil Produksi 1.000 .659 . .000 24 24
Kemitraan .659 1.000 .000 . 24 24
Besar hubungan antara variable hasil produksi sepatu dengan variable kemitraan adalah sebesar 0,659 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa hasil produksi sepatu memiliki hubungan positif dengan variable kemitraan secara signifikan karena nilai signifikansinya kurang dari alpha sebesar 0,05 (0,000 < 0,05).
61
Model 1
Variables Entered/Removedb Variables Variables Entered Removed Kemitraana .
Method Enter
Table di atas menunjukan metode yang di pakai untuk mengolah data. Diketahui bahwa pada model 1 pengolahan data menggunakan enter. Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square 1 .659a .434 .408 a. Predictors: (Constant), Kemitraan b.Dependent Variabel: Hasil Produksi
Std. Error of The Estimate 860.81537
Table di atas menunjukan nilai koefisien korelasi variable kemitraan terhadap variable hasil produksi yakni sebesar 0,659 (kategori tinggi). Berdasarkan table di atas juga, di ketahui bahwa nilai koefisien determinasi variable bebas terhadap variable terikat adalah sebesar 0,434. hal ini berarti 43,4% hasil produksi (variable Y) di pengaruhi atau dapat di jelaskan oleh variable kemitraan. Adapun sisanya sebesar 56,6% di jelaskan/di pengaruhi oleh factor-faktor lain selain keempat variable bebas yang di analisis. Model 1
a. b.
Sum of df Square Regression 12506656 1 Residual 16302068 22 Total 28808724 23 Predictors: (Constant), Kemitraan Dependent Variabel: Hasil Produksi
ANOVAb Mean Square 12506655.57 741003.109
F
Sig.
16.878
.000
Dari uji ANOVA atau F Test, di dapat F hitung sebesar 16,878 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat di pakai untuk memprediksi hasil produksi sepatu. Dengan kata lain, kemitraan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah hasil produksi sepatu.
62
1 a.
Coefficienta Model Unstandardized Standardized Coefficient Coefficients B Std. Error Beta (Constant) -7901.148 2359.041 Kemitraan 417.590 101.646 .659 Dependent Variabel: Hasil Produksi
t
Sig
-3.349 4.108
.003 .000
Dari model regresi ini, didapat model persamaan regresi: Y = -7901.148 + 417,59X. Dari table di atas, disajikan juga standard error serta uji t dari variable bebas atas variable terikat, yakni uji signifikansi secara parsial. Hipotesis
H0
= koefisien regresi tidak signifikan
Hi
= koefisien regresi signifikan
Pengambilan keputusan:
Jika statistic t Hitung < Statistik t Tabel, maka H0 di terima
Jika statistic t Hitung > Statistik t Tabel, maka H0 di tolak Statistic t Tabel → tingkat signifikansi (α) = 5% df (derajat kebebasan) = n – k – 1 = 24 – 2 – 1 = 21 →2,0796 Variable kemitraan •
Statistic t Hitung →4,108
4.108 > 2,0796 →H1 diterima, koefisien regresi signifikan
63
Pembahasan 4.4.1
Pengaruh Kemitraan dalam Permodalan terhadap Hasil Produksi Berdasarkan hasil pengolahan data di ketahui bahwa nilai t hitung sebesar 0,207
sedangkan nilai t table sebesar 2,0796 karena nilai t hitung lebih kecil dari nilai t table pada derajat kepercayaan 5% sehingga hipotesis yang menyatakan kemitraan dalam permodalan mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil produksi di tolak, hal ini berarti naik turunya jumlah modal yang di berikan tidak berpengaruh terhadap hasil produksi sepatu hal ini dapat terjadi mungkin di akibatkan karena adanya penggunaan bantuan permodalan yang di berikan tidak sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya serta masih rendahnya bantuan permodalan yang di berikan sehingga menyebabkan bantuan permodalan yang di berikan tidak mempengaruhi jumlah hasil produksi. Pengaruh kemitraan permodalan terhadap hasil produksi yaitu sebesar 0, 416 atau 41,6%,
rendahnya pengaruh
kemitraan
permodalan
terhadap
hasil
produksi
menandakan bahwa tinggi rendahnya hasil produksi tidak tergantung terhadap kemitraan permodalan yang di berikan. Melalui uji parsial kemitraan permodalan tidak berpengaruh terhadap hasil produksi namun secara simultan kemitraan permodalan mempengaruhi hasil produksi sebesar 0,416 atau sebesar 41,6%.
4.4.2
Pengaruh Kemitraan dalam Manajemen terhadap Hasil Produksi Berdasarkan hasil pengolahan data di kketahui bahwa t hitung sebesar -0,025
sedangkan t table sebesar 2.0796 karena nilai t hitung lebih kecil dari nilai t table pada derajat kepercayaan 5% sehingga hipotesis yang menyatakan kemitraan dalam manajemen
mempunyai pengaruh positif terhadap hasil produksi di tolak, hal ini
berarti bahwa pengelolaan manajemen yang terjadi dalam kemitraan tersebut belum
64
sempurna atau belum diterapkan dan berjalan secara baik oleh para pengusaha sepatu sehingga kemitraan dalam manajemen tidak mempengaruhi terhadap hasil produksi seaptu, pengaruh kemitraan dalam manajemen yaitu sebesar 0,35 atau 35% ini menunjukan hasil produksi di pengaruhi oleh kemitraan dalam manajemen sebesar 35% dan sisanya di pengaruhi oleh factor lain, rendahnya pengaruh kemitraan manajemen terhadap hasil produksi dalam penelitian ini menunnjukan bahwa tinggi rendahnya hasil produksi tidak di pengaruhi oleh kemitraan dalam manajemen.
4.4.3
Pengaruh Kemitraan dalam Proses Produksi ter hadap Hasil Produksi Berdasarkan hasil pengolahan di ketahui bahwa t hitung sebesar 5,678
sedangkan nilai t table sebesar 2,0796 karena nilai t hitung lebih besar dari nilai t table pada derajat kepercayaan 5% sehingga hipotesis yang menyatakan kemitraan dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil produksi di terima, pengaruh kemitraan dalam proses produksi terhadap hasil produksi yaitu sebesar 0,862 atau 82,6% ini menunjukan bahwa 82,6% hasil produksi
dalam penelitian ini di
pengaruhi oleh kemitraan dalam proses produksi dan sisanya 13,8% di pengaruhi oleh factor lain.
4.4.4
Pengaruh Kemitraan dalam Pemasaran terhadap Hasil Produksi Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa t hitung sebesar 0,143
sedangkan nilai t table sebesar 2,0796 pada derajat kepercayaan 5% sehingga hipotesis yang menyatakan kemitraan dalam pemasaran yang mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil produksi di tolak, hal ini menjelaskan bahwa kemitraan dalam pemasaran yang di lakukan oleh para pengusaha sepatu belum baik di sebabkan karena kurang kondusipnya proses penerapan strategi pemasaran yang di lakukan oleh para pengusaha
65
yang bersifat pasif sehingga menyebabkan kemitraan pemasaran tidak mempengaruhi terhadap hasil produksi sepatu pada penelitian ini.
4.4.5
Pengaruh Kemitraan dalam Permodalan, Manajemen, Proses Produksi, dan Pemasaran terhadp Hasil Produksi Dari pengolahan data diketahui nilai koefisien korelasi ke empat variable secara
bersama-sama dengan variable terikat yakni sebesar 0,863 (kategori tinggi) dan nilai koefisien determinaasi keempat variable terhadap variable terikat adalah sebesar o,691 hal ini berarti 69,1% jumlah hasil produksi (variable Y) di pengaruhi oleh variable kemitraan dalam permodalan ,manajemen, proses produksi, dan pemasaran adapun sisanya sebesar 30,9% di pengaruhi oleh factor lain selain keempat variable yang di analisis.
4.5
Implikasi Pendidikan Dewasa ini perekonomian suatu Negara sudah semakin menuju kea rah integrasi
ekonomi dunia. Akibatnya, perekonomian suatu Negara tidak hanya di pengaruhi oleh kebijakan yang ada di Negara lain begitupula halnya di Indonesia sebagai bagian integral dari ekonomi dunia, situasi perekonomian Indonesia juga sangant di pengaruhi oleh situasi yang terjadi di dunia. Berbagai perubahan yang dapat di amati di antaranya peralihan modal yang begitu cepat dari suatu tempat ke tempat lain sehingga persaingan usaha akan meningkat tajam. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahaan tetapi juga antar Negara terlepas dari itu salah satu factor penentu agar mampu bersaing dalam perekonomian global adalah peningkatan efesiensi dan kemampuan kompetensi melalui pengembangan kualitas sumber daya manusia.
66
Porter (Raharjo,2001:336) mengemukakan bahwa ‘’upaya mempertahankan keunggulan berkompetensi tidak hanya mengandalkan factor murahnya tenaga kerja atau skala ekonomi sekalipun, kemampuan untuk unggul dalam kancah globalisasi saat ini hanya dapat di tempuh melalui proses inovasi dan pengembangan tidak henti’’. Oleh karena itu, Porter menegaskan bahwa pentingnya sumber daya manusia dalam jumlah yang cukup dengan penguasaan pengetahuan dan teknologi yang berkualitas sebagai salah satu pendorong untuk menjadi yang terunggul. Berkaitan dengan pengembangan SDM inilah dalam era globalisasi Indonesia masih di hadapkan pada berbagai tantangan, kualitas sumberdaya Indonesia relative tertinggal di bandingkan Negara-negara lain. Berdasarkan survey terhadapmutu pendidikan tinggi di Asia (1997) kedudukan Indonesia ternyata tertinggal dengan Malaysia. Kemampuan untuk bersaing dalam bidang ekonomi dan menghasilkan karyakarya bermutu sebagai hasil dari penguasaan pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu aspek penting yang perlu di persiapkan dalam era globalisasi, semua perubahan dalam berbagai bidang kehidupan tak terkecuali dalam bidang perindustrian di arahkan untuk merespon arus ini. Terdapat banyak bidang globalisasi yang di hadapi oleh para pengrajin baik itu globalisasi teknologi, perdagangan hasil kerajinan dan globalisasi hak paten. Dalam mengahdapi era globalisasi yang penuh dinamisasi dan ketidak pastian para pengrajin Indonesia di tuntut untuk mampu bersaing dengan pengusaha Negara lain. Menurut Wardjiman Djoyonegoro (Setiono,1997:15) salah satu kebijakan pemerintah Indonesia dalam pendidikan nasional adalah menerapkan konsep keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antar pendidikan dengan masyarakat khususnys kebutuhan pembangunan. Dalam hal ini pendidikan harus sepadan dengan
67
kebutuhan industri dan dunia usaha oleh karena itu program-program pendidikan harus selau di kaitkan dengan kebutuhan dan perkembangan sector-sektor tersebut, berkaitan dengan masal ini Djoyonegoro menekankan tiga prinsip yang harus di perhatikan, pertama, system pendidikan harus terkait dan sepadan dengan kebutuhan yang terus berkembang
dalam
berbagai
sector
kehidupan
dan
pembangunan
yang
mensejahterakan tenaga kerja yang menguasai keterampilan dan keahlian secara professional sesuai dengan perkembangan IPTEK. Kedua, system pendidikan harus terkait dan sepadan dengan nilai, sikap, perilaku dan etos kerja masyarakat yang sudah mulai mengarah pada era industri dan teknologi. Ketiga, sistempendidikan harus terkait dan sepadan dengan masa depan. Seperti kita ketahui bahwa perindustrian Indonesia pada umumnya banyak di jumpai sebagai usaha kerajina yang berskala kecil dan sifat usahanya yang turun temurun maka upaya lain yang dapt di kembangkan untuk meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan pula penghaasilanya adalah melalui jalur pelatihan. Pelatihan merupakan alat pengembangan dumber daya industri kerajinan yang dapat menunjang kesuksesan pengusaha kerajinan di kemudian hari. Dalam hal ini jenis pelatihan di sini tidak terbatas pada unsure teknnologi kerajinan melainkan juga unsure lain yang mendukung keberhasilan usaha para pengusaha industri kerajian. Seperti halnya para pengusaha kerajinan persepatuan Cibaduyut Bandung yang selalu mengikuti pelatihan-pelatihan (work shop serta seminar) dalam berbagai aspek yaitu mengenai penguasaan dalam proses produksi, manajemen, serta penguasaan dalam pemasaran yang mana hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas, mutu serta kuantitas barang yang di hasilkan yang akan menunjang pada keberhasilan para pengusaha industri persepatuan Cibaduyut Bandung.
68
Melalui pelatihan ini para pengusaha menjadi terinspirasi dan berinovasi untuk mengahsilkan barang-barang yang lebih baik dan lebih di minati oleh konsumen baik dalam negri maupun luar negri. Selain itu dapat pula memberikan banyak manfaat dan memberikan pengetahuan yang sangat menunjang terhadap keberhasilan usaha para pengusaha industri persepatuan Cibaduyut Bandung.
69