1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Manusia hidup disertai dengan beragam masalah di dalamnya. Masalah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, bahkan permasalahan sosial lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia rela menghabiskan pikiran, tenaga dan waktunya dengan bekerja, sehingga kejenuhan dan kebosanan hidup menjadi dampak dari tuntutan itu. Oleh karena itu, manusia berusaha untuk melakukan sesuatu yang dapat memberikan kepuasan atau kesenangan yang diharapkan dapat mengurangi permasalahan tersebut. Sebagian
orang
melakukan
kegiatan
berkesenian
untuk
mengisi
kekosongan hidup atau kejenuhan yang dialaminya. Hal ini dilakukan karena seni merupakan media yang dapat menyampaikan ide atau pikiran yang kadang tidak dapat diungkapkan secara langsung oleh pembuatnya. Lewat seni manusia bebas mengekspresikan apa yang menjadi permasalahan dalam hidupnya, bahkan sesuatu yang sangat pribadi sekalipun. Salah satu media seni yang akan dibahas berdasarkan hal di atas yaitu komik. Secara umum, komik merupakan media cerita berupa gambar yang disusun secara berurutan. Dalam salah satu bukunya, Scott McCloud (2008: 2) menjelaskan bahwa, “komik merupakan sebuah bahasa rahasia, dan untuk menguasainya kita harus menghadapi tantangan yang tidak ditemui para penulis prosa, ilustrator atau profesi kreatif manapun”. Dari pengertian ini dapat
1
2
disimpulkan bahwa dalam membuat komik tidak seperti penulis prosa yang tinggal menuangkan ide ceritanya dengan menulis saja tapi seorang kreator komik harus mampu memadukan antara gambar dengan kata-kata atau kalimat, sehingga pembaca dapat memahami isi dan jalan cerita dari komik yang kita buat tersebut. Tema yang disampaikan komik beragam, seperti tema roman, superhero, detektif, horor, aksi, dan sebagainya yang kebanyakan dari semua itu dibuat secara fiktif. Namun, sekarang ini mulai banyak bermunculan tema komik yang didasarkan dari kisah nyata kehidupan seseorang atau sejarah, salah satunya yaitu komik/novel grafis yang diteliti dalam penelitian ini yaitu
“Epileptik” karya
David B. Tema ini menjadi populer karena memang dari segi cakupan isinya yang lebih menghibur dan dapat memberikan pertautan perasaan pada pembacanya. Adapun tema yang dibuat berdasarkan sejarah suatu kejadian atau peradaban yang dapat memberikan pengetahuan sejarah bagi pembacanya, dan biasanya dikemas dengan begitu menarik tanpa keluar jauh dari fakta sebenarnya, sebagai contoh yaitu novel grafis karya Eric Shanower pada tahun 2007 “Age of Bronze 1: A Thousand Ships”, yang menceritakan tentang perang Troya yang sangat termahsyur dalam mitologi Yunani. Jenis komik dengan tema seperti ini secara tidak langsung dapat menjadi suatu metode belajar yang baik karena selain formatnya yang menarik dan mengibur, tema yang diangkat pun akan lebih mudah dipahami oleh pembacanya sehingga materi yang disampaikan akan lebih cepat terserap. Begitu pula dengan tema realita hidup seseorang, selain sebagai suatu bentuk pembelajaran tentang kehidupan, tema ini juga akan memberikan banyak pendidikan yang bermakna
3
bagi pembacanya berdasarkan pengalaman hidup orang lain tersebut. Dalam menciptakan bentuk komik/novel grafis seperti ini, seorang seniman telah melakukan suatu penelitian mendalam mengenai tema yang diangkat, bahkan sebagai contoh yaitu dari segi pemilihan latar belakang atau busana tokoh pun seorang seniman tidak asal-asalan. Banyak komik-komik yang beredar di masyarakat mempunyai kualitas penggambaran yang kurang bahkan terlihat sederhana, namun cerita yang disuguhkan dapat menarik perhatian pembaca komik, hingga penggambaran seperti itu tidak begitu diperhatikan pembaca. Atas dasar itu, kita dapat menyimpulkan bahwa gambar yang bagus bukanlah modal utama dalam pembuatan komik. Dalam membuat komik, seorang komikus harus benar-benar mempersiapkan ide cerita yang akan diangkat, dari mulai pembuatan karakter tiap tokoh, cara mengatur jalan cerita, bingkai cerita, tokoh utama yang akan mendominasi kisah, sampai hal-hal yang dapat membuat komik tersebut menjadi lebih menarik dan mempertimbangkan bagaimana mata pembaca terpandu dari panel ke panel, dan bagaimana pikiran pembaca tergerak untuk memahami yang mereka lihat. Seperti halnya komik ”Epileptik”, secara visual novel garfis ini tidak menampilkan penggambaran yang rumit, bahkan sangat sederhana. Namun dari penggambaran yang sederhana ini, David B. dapat mengkombinasikan aspek visual tersebut dengan makna isi yang disampaikannya secara kompleks dan dramatis, sehingga pembaca seolah hanyut dalam ruang waktu dan cerita yang disampaikannya.
4
Di Indonesia perkembangan komik sudah begitu pesat dan peminatnya pun terdiri dari berbagai kalangan. Komik yang mendominasi di Indonesia yaitu komik-komik Jepang atau manga, ada juga komik Barat yang beredar meski dalam jumlah yang lebih sedikit. Komik-komik Jepang yang beredar di masyarakat lebih cenderung bertemakan percintaan, aksi, fantasi, detektif, dan banyak pula yang telah dibuat dalam versi anime atau film-film kartun yang diputar di televisi-televisi swasta. Tema-tema komik yang dibuat, kebanyakan kurang memberikan pendidikan atau pun pelajaran hidup bagi pembacanya karena lebih bersifat karangan/fiktif yang hanya memberi efek fantasi dan imajinasi. Sebagai contoh yaitu komik Sin Chan yang justru banyak dibaca oleh anak-anak. Komik ini bagi anak justru memberikan efek negatif, karena di negara aslinya dikhususkan untuk dewasa. Komik bukan hanya sebatas cerita fiksi atau dongeng untuk anak tidur, melainkan komik juga dapat dijadikan sebagai media komunikasi visual yang dapat diterapkan sebagai alat bantu pendidikan, menjadi alat promosi bisnis, alat penyuluhan, alat kampanye, media propaganda, dan pembentuk opini dalam pers. Adapun contoh komik pendidikan yang beredar di Indonesia yaitu Komik Doraemon Pendidikan. Tema dan isinya banyak memberikan pendidikan bagi anak, baik itu dari segi teori pelajaran sekolah maupun pembelajaran moral anak. “Epileptik” merupakan komik yang lebih pada kategori novel grafis karya David B, seorang seniman komik terkemuka di Eropa. Autobiografi yang emosional ini menceritakan kehidupan bersama abangnya, penderita epilepsi. Komik ini telah diterjemahkan ke dalam versi Bahasa Indonesia sebanyak dua
5
jilid dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2008. Komik ini mendapatkan penghargaan “Angoulême International Comics Festival Prize for Scenario” pada tahun 2000. Adapun pernyataan-pernyataan tentang novel grafis Epileptik yang tertulis pada bagian cover belakang novel grafis Epileptik 1 dan 2 (2008) yaitu: "Jarang ada karya yang sejujur dan selugas ini tentang emosi-emosi manusiawi sejati. Epileptik bukan hanya berisi pengakuan, sehingga membuatnya begitu istimewa. David B. telah menghasilkan karya komik paling inovatif dekade ini. Dan mungkin juga yang paling penting." (The Comics Journal). "Menakjubkan... Amat sangat jujur... Epileptik menunjukkan betapa novel grafis bisa amat kuat di tangan seniman berbakat." (San Francisco Chronicle) "Luar biasa... Indah... Kuat, menyentuh... Memoar yang sempurna... Epileptik memiliki potensi mengubah pandangan pembaca Amerika tentang literatur grafis. Tidak boleh dilewatkan." (Time Magazine)
Epileptik ini benar-benar menggambarkan suatu keluarga dengan penderita epilepsi di dalamnya sehingga beragam masalah sosial timbul karena penyakit itu. Kata “epilepsi” berasal dari bahasa Yunani. “epi” berarti “atas”, dan “lepsia” berasal dari kata “lembenein” yang berarti “menyerang”. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pada mulanya “epilepsia” itu berarti suatu “serangan dari atas”, suatu kutukan dari surga. Penyakit ini juga dinamai Morbus Sacer, yang berarti “penyakit suci”. Utoyo Sunaryo menjelaskan bahwa penyakit “Epilepsi” adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi, namun dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala dan reversibel, yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik
neuron
kortikal
secara
berlebihan
6
(http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu%20Penyakit%20Saraf/EP ILEPSI.pdf). Walaupun penyakit ini telah lama dikenal dalam masyarakat, terbukti dengan adanya istilah-istilah bahasa daerah untuk penyakit ini seperti sawan, ayan, sekalor, dan celengan, tapi pengertian akan penyakit ini masih kurang bahkan salah sehingga penderita digolongkan dalam penyakit gila, kutukan dan turunan sehingga penderita tidak diobati atau bahkan disembunyikan. Akibatnya banyak penderita epilepsi yang tak terdiagnosis dan mendapat pengobatan yang tidak tepat sehingga menimbulkan dampak klinik dan psikososial yang merugikan baik bagi penderita maupun keluarganya. David B sendiri merupakan anggota pendiri L`Association, kelompok kartunis Prancis yang hendak merevolusi komik Eropa dengan pendekatan menggemparkan terhadap format, materi, dan gaya. Ia menerima banyak penghargaan, termasuk “French Alph Art” tahun 2000, dan terpilih sebagai “Kartunis Eropa Tahun Ini” pada 1998 oleh The Comics Journal, dan pada 2005 mendapatkan “Ignatz Award, Outstanding Artist for Epileptic”. Penulis memilih novel grafis “Epileptik” karya David B sebagai bahan penelitian didasarkan atas temanya yang sangat menarik tentang penyakit epilepsi dan serangan mental yang dialami David B, serta banyaknya penghargaan yang diperoleh oleh senimannya yaitu David B. Kisah dalam novel grafis ini juga merupakan suatu bentuk pengalaman hidup yang sangat bermanfaat bagi pembacanya. Dari segi visual pun, novel grafis ini cenderung keluar dari format komik pada umumnya yang lebih mengacu pada unsur-unsur visual komik seperti yang dijelaskan oleh Scott McCloud maupun Will Eisner.
7
B. RUMUSAN MASALAH Suatu penelitian dilakukan karena adanya masalah yang hendak dipecahkan. Dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini. Masalah yang dirumuskan penulis dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik visualisasi gambar pada komik Epileptik yang dibuat David B? 2. Bagaimana makna/isi novel grafis Epileptik melalui pendekatan psikologi?
C. PEMBATASAN MASALAH Pembatasan masalah dari rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas yaitu: 1. Karakteristik visualisasi gambar pada komik Epileptik yang akan dibahas meliputi analisis gaya gambar seperti komposisi, pengambilan adegan, ekspresi wajah, bahasa tubuh, efek visual garis, efek garis untuk latar belakang (background) dan objek. 2. Kajian makna dan isi lebih terfokus pada fenomena mental dan mimpi-mimpi yang dialami oleh David B melalui pendekatan psikoanalisis dan tafsir mimpi Sigmund Freud yang dikaji berdasarkan representasi grafis pada Epileptik.
D. DEFINISI ISTILAH Pada definisi istilah ini penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang terkait dengan judul penelitian yang akan diajukan. Definisi tersebut antara lain:
8
1. Komik Komik adalah seni visual berturutan dalam jarak yang berdekatan, bersebelahan. (McCloud, 2008: 8) 2. Epileptik Epileptik adalah mahakarya David B., seniman komik terkemuka di Eropa. Autobiografi yang emosional ini menceritakan kehidupan bersama abangnya, penderita epilepsi.
E. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah diuraikan, penulis memaparkan beberapa tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yaitu: 1. Mendeskripsikan karakteristik visualisasi gambar pada komik Epileptik yang meliputi analisis gaya gambar seperti komposisi, pengambilan adegan, ekspresi wajah, bahasa tubuh, efek visual garis, efek garis untuk latar belakang (background) dan objek, serta gaya penggambaran tokohnya. 2. Menganalisis makna/isi yang terkandung dalam komik Epileptik yang kaitannya dengan visualisasi gambar, serta hubungannya dengan kehidupan mental David B pada masa novel grafis ”Epileptik” dibuat.
F. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan suatu studi yang secara tidak langsung memberikan kontribusi bagi peneliti, seperti menambah pengetahuan peneliti dalam hal pembuatan komik dan makna/isi yang terkandung dalam sebuah komik.
9
2. Bagi objek yang diteliti Memberikan kontribusi secara tidak langsung yang sifatnya untuk lebih mensosialisasikan mengenai komik Epileptik khusunya pada masyarakat umum. 3. Bagi seniman komik Menambah pengetahuan seniman komik dalam hal pembuatan karya komik, baik itu dari segi visual atau pun makna yang terkandung di dalamnya. 4. Bagi lembaga pendidikan Lewat penelitian ini, diharapkan suatu lembaga pendidikan akan lebih meningkatkan lagi proses pembelajaran komik kepada siswanya (bagi Institusi yang sudah menerapkan materi pembuatan komik dalam kurikulumnya), sedangkan bagi institusi yang belum ada materi pembelajaran komik, diharapkan menjadi suatu masukan positif bahwa pembelajaran komik sangat penting dalam perkembangan seni dan desain. 5. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi yang baik dalam pemilihan komik. Selain itu, penelitian ini juga akan menambah wawasan tersendiri bagi masyarakat tentang komik, karena dari masyarakat awam banyak bermunculan seniman-seniman komik yang baru.