BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, artinya manusia selalu hidup berdampingan dengan manusia lainya untuk dapat saling menolong dan bahu membahu dalam menjalani kehidupan, saling memberi dan menerima informasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, sebagai manusia tentu kita harus selalu berkomunikasi dengan sesama manusia lainnya. Seperti dengan teman, kerabat, keluarga, atau orang lain yang baru kita kenal. Pentingnya berkomunikasi bukan hanya dengan sesama manusia, tetapi juga pada mahluk hidup lainnya, misalnya tumbuhan dan hewan yang tidak bisa kita hindari. Komunikasi sudah lumrah dilakukan setiap saat, setiap waktu, dan setiap keadaan yang dilakukan manusia untuk mengemukakan pendapat atau mengaspirasi kepada sesamanya.Manusia berkomunikasi melalui banyak cara, seperti melalui suara, gerakan tubuh, hal ini dapat dilakukan manusia ketika mereka saling bertatap muka, atau bertemu di tempat dan waktu yang bersamaan. Namun seiring berjalannya waktu, komunikasi yang dilakukan kini sangat beragam, tidak terbatas pada tempat dan waktu saja, tetapi manusia kini sudah dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya walaupun mereka tidak saling bertemu atau bertatap muka. Maka dari itu komunikasi
1
2
sangatlah penting bagi kehidupan manusia, bahkan aktivitas komunikasi sudah tidak mungkin dihindari oleh manusia. Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Dalam kehidupan bermasyarakat, Komunikasi berfungsi sebagai komunikasi sosial yang setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri seseorang, aktualisasi diri untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan, dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.1 Berbagai macam profesi di dunia ini pun tentu membutuhkan kegiatan komunikasi, seperti profesi seorang dokter yang berkomunikasi dengan pasiennya untuk membertitahukan penyakit apa yang di derita oleh pasiennya, seorang pimpinan perusahaan juga berkomunikasi dengan bawahannya, bahkan banyak juga profesi unik yang mengharuskan mereka berkomunikasi tidak hanya dengan sesama manusia, contohnya malainkan juga dengan hewan. Kata “animal” berasal dari bahasa latin “anima” yang berarti prinsip hidup, nafas, udara, jiwa, mahluk hidup. Jadi, secara etimologis “animal” atau binatang mempunyai esensi spiritual yang harus dihormati karena dia juga merupakan mahluk hidup cerdas yang keberadaannya bermanfaat dalam memfasilitasi pertukaran antarspesies. Binatang juga 1
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal 5.
3
mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan manusia yang bebas dan terbuka melalui “bahasa telepati”. Binatang mempunyai pikiran, perasaan dan tindakan namun dia tidak mempunyai bahasa verbal untuk mengungkapkan dirinya.2 Profesi yang berhubungan dengan hewan di dunia ini cukup banyak dan dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari atau di sekitar kita. Seperti profesi yang dilakukan oleh seorang dokter hewan atau sebuah atraksi atau sirkus yang menggunakan hewan untuk menarik perhatian penonton. Berdasarkan pengamatan, komunikasi juga bisa dilakukan oleh satwa. Menurut UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pasal 1 butir ke-5 menjelaskan satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani baik yang di darat maupun yang di laut dan di udara.3 Sebagai fakta yang memperkuat fenomena komunikasi tersebut, peneliti mengambil fenomena yang terjadi pada suatu kenyataan yang jarang disadari oleh banyak manusia bahwa komunikasi antara manusia dengan hewan pun dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuk, baik secara sadar maupun tidak sadar. Peneliti memilih topik ini karena didasari keingintahuan, melihat proses interaksi antara pelatih lumba-lumba dengan lumba-lumba yang dilatihnya. Mulai dari masa adaptasi, proses pelatihan di mana sang pelatih 2 3
Alo Liliweri. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. (Jakarta: Kencana, 2011). Hal 1004 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
4
berusaha memahami tentang lumba-lumba yang berhubungan langsung dengan profesinya, hingga sampai melakukan sebuah atraksi pertunjukan secara kompak. Selain itu peneliti juga menyadari bahwa peristiwa interaksi antara manusia dan lumba-lumba yang ada memang langka. Karena hanya dapat ditemui dalam acara-acara sirkus ditempat wisata yang melibatkan satwa didalamnya. Dibandingkan dengan interaksi antara manusia dengan hewan lainnya seperti kucing, anjing, kuda, monyet, burung beo dan lain-lain, interaksi dengan mamalia laut seperti lumba-lumba jauh lebih menarik untuk dikaji karena interaksi ini melibatkan 2 mahluk hidup yaitu manusia dan lumba-lumba yang hidup atau tinggal dilingkungan yang berbeda, yaitu kita manusia yang hidup di darat dan lumba-lumba yang hidupnya di air. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi wisata beragam karena berbagai suku ras budaya ada di Indonesia. indoneisa juga merupakan negara yang memiliki keanekaragaman alam, baik flora maupun fauna yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Melihat potensi besar tersebut, Indonesia sangat potensial untuk mengembangkan industri pariwisata. Disamping itu juga didukung oleh mudah dan derasnya arus informasi untuk mensosialisasikan dan mempromosikan potensi Indonesia tersebut. Lumba-lumba merupakan bagian dari satwa, dalam pasal 1 butir 7 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
5
Ekosistemnya dijelaskan bahwa ikan dan ternak tidak termasuk satwa liar, tetapi termasuk dalam pengertian satwa.4 Mencermati UU ini, bisa diartikan bahwa lumba-lumba yang masih hidup di lautan bebas merupakan satwa liar, tetapi jika lumba-lumba tersebut dipelihara, diternakkan dan dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan yang ada maka lumba-lumba tersebut merupakan satwa, bukan satwa liar dan juga termasuk binatang ternak. Hal ini berarti pula tidak melanggar hukum. Berdasarkan pengamatan sehari-hari, komunikasi kita dengan hewan hanya bisa dilihat dari rutinitas sehari-hari. Seperti pada hewan peliharaan, misalnya hewan bisa berkomunikasi dengan kita menggunakan suara,
atau
lewat
perilaku
mereka,
berupa
isyarat-isyarat
atau
penggabungan dari keduanya. Ketika melakukan komunikasi dengan hewan, biasanya kita menggunakan bahasa non verbal atau verbal atau menggunakan benda atau simbol. Komunikasi antara manusia dengan hewan menggunakan komunikasi simbolik. Komunikasi simbolik tersebut merupakan jembatan penghubung
perasaan
yang
disalurkan
manusia
terhadap
hewan
didepannya. Manusia yang memberikan simbol dengan cara khasnya terhadap hewan akan direspon kembali oleh hewan tersebut, apabila terjadinya suatu hubungan maka timbulah interaksi yang disesuaikan dengan kondisi.
4
UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
6
Gerak isyarat yang dilakukan hewan adalah bentuk komunikasi terbaik yang diketahui menampilkan bagian tubuh khusus, atau pergerakan tubuh tertentu terkadang hal ini terjadi dengan kombinasi lainnya seperti suara, sehingga sebuah aksi pergerakan tertentu untuk memperlihatkan atau menekankan suatu bagian tubuh tertentu. Ekspresi wajah, isyarat wajah memainkan peran penting dalam komunikasi hewan. Selain menggunakan ekspresi wajah kebanyakan hewan berkomunikasi lewat vokalisasi atau suara. Komunikasi lewat vokalisasi seperti yang kita lihat adalah sebagai sebuah tanda, seperti menandakan adanya sebuah ancaman atau bahaya, menandakan adanya sumber makanan, menandakan untuk melakukan perkawinan bahkan untuk melakukan interaksi dengan sesamanya. Hewan hanya dapat berkomunikasi, tetapi tidak dapat berbahasa, contohnya monyet tidak dapat menipu, menyusun kata-kata mutiara, mengajari monyet lain membawa payung seperti saat dia diajari manusia (pawangnya) tidak dapat dilakukan seekor monyet, beo dapat meniru suara manusia tapi tidak dapat mengajari beo lain untuk meniru juga, hewan tidak mempunyai tata bahasa karena hanya terbatas pada komunikasi sporadis, dan hewan tidak dapat menciptakan karya seni.5 Beberapa manusia memiliki ketertarikan terhadap hewan, terlebih hewan yang lucu dan jinak. Sering kali manusia secara refleks mendekati hewan yang mereka senangi tanpa adanya pendekatan khusus (komunikasi 5
http://bahasa.kompasiana.com/2012/01/02/bahasa-ciri-pembeda-utama-hewan-dan-manusiatanggapan-atas-teori-evolusi-darwin-427276.html. Di akses pada tanggal 26 Mei 2015
7
intens manusia terhadap hewan) sehingga hewan yang didekati akan menanggapinya dalam berbagai hal, salah satunya seperti kucing yang tiba-tiba mengeong keras
dan mencakar
apabila manusia
yang
mendekatinya bukanlah majikan atau pawangnya yang mengerti keadaan kucing tersebut. Seperti halnya dalam sebuah atraksi yang diadakan oleh Pentas Lumba-Lumba dan Aneka Satwa PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI). WSI menyadari bahwa sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan
sebagai
salah
satu
sumber
pendapatan.
Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Masyarakat dapat menyaksikan atraksi dari kepintaran dan kelucuan dari lumba-lumba dan satwa lainnya. Tentunya hal ini telah melalui proses yang cukup panjang. Seorang pelatih dapat memahami apa yang harus ia lakukan untuk membuat si lumba-lumba tersebut mengerti apa yang diperintahkan oleh si pelatih. PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI) sebagai salah satu perusahaan persero memahami bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang makin pesat menyebabkan persaingan pasar semakin ketat dan menuntut adanya rancangan penjualan dan pemasaran, produk dan beserta orang-orang yang terlibat didalamnya harus bisa dipastikan kompeten dalam bidangnya.
8
PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI) sebagai perusahaan persero memiliki tujuan dan sasaran perusahaan untuk dapat memperoleh laba maksimal yang ingin dicapainya. Sumberdaya manusia memegang peranan paling penting dan potensial bagi keberhasilan suatu perusahaan mengingat sumber daya manusia merupakan penentu kegiatan perusahaan baik perencanaan, pengorganisasian, serta pengambilan keputusan. Terutama masalah perawatan, pelatihan dan pelayanan jasa hiburan di masyarakat. Secara tidak langsung juga perusahaan dituntut untuk lebih dapat menjadikan karyawannya lebih terampil dan terlatih dalam mengerjakan tugasnya. Oleh karena itu perusahaan berinisiatif untuk mengadakan progam pelatihan bagi karyawan, karena pelatihan membuat mereka lebih percaya diri sehingga menimbulkan rasa puas dalam bekerja dan lebih dihargai, serta mampu berusaha untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan bagian penjualan. Setelah program pelatihan itu dilaksanakan. Diharapkan adanya peningkatan produktivitas kerja. Program pelatihan dianggap membawa manfaat yang cukup besar bagi perusahaan seperti meningkatkan moral karyawan,
meningkatkan
efisiensi
waktu
dalam
melaksanakan
pekerjaannya. Para pelatih satwa tesebut merupakan mereka yang berkompeten, mempunyai ahli untuk menjadi pawang binatang. Seperti contoh salah satu primadona PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI), ikan lumba-lumba.
9
Tentunya profesi ini tidaklah mudah, karena profesi sebagai pelatih lumbalumba harus dilakukan dengan sabar dan penuh ke hati-hatian agar tidak membuat lumba-lumba takut pada sang pelatih. Selain itu, ini merupakan sebuah bentuk fenomena yang jarang sekali kita sadari. Banyak manusia hanya dapat menikmati hiburan dan pertunjukan yang disuguhkan, namun tidak mampu memahami bagaimana proses sebuah hiburan itu dapat bejalan dengan baik sehingga mampu memberi kesenangan atau hiburan bagi para penonton atau orang-orang yang melihatnya. Selama beberapa dekade terakhir terdapat berbagai usaha untuk mengajarkan bahasa kepada binatang, seperti kera, ikan lumba-lumba, ikan paus dan mamalia lainnya. Sebagian orang berkomentar bahwa hal itu sekedar menunjukkan penguasaan sejumlah tanda yang mengesankan. Sebagian lagi mengatakan itu merupakan perilaku simbolik yang sebenarnya.6 Efek komunikasi ini bisa hampir sama dengan efek komunikasi antar sesama manusia, walaupun keefektifan komunikasinya berbeda. Kecerdasan hewan atau kognitif hewan adalah nama yang diberikan dalam mempelajari kapasitas mental hewan. Ilmu ini telah dikembangkan dari psikologi komparatif, termasuk studi tentang pengkondisian dan pembelajaran hewan, tetapi juga telah sangat dipengaruhi oleh penelitian dalam bidang etologi, ekologi perilaku, dan psikologi evolusioner. 6
Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif Suatu pendekatan Lintasbudaya. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2008), hal 74.
10
Manusia bukan hanya satu-satunya mahluk yang mampu bekerjasama dengan sesamanya untuk mencapai tujuan bersama, namun mereka adalah satu-satunya mahluk yang berbudaya. Sebagian hewan bekerjasama dengan sesamanya dengan cara yang elementer, yang artinya dengan cara yang sederhana dan paling mendasar dalam kelompok mereka. Beberapa jenis hewan seperti singa, gajah, monyet, kuda, anjing, burung, anjing laut, lumba lumba dan ikan paus dapat bekerja sama dengan manusia untuk menampilkan atraksi yang menghibur, seperti sebuah pertunjukan sirkus, pertunjukkan keliling kuda ronggeng topeng monyet dan sebagainya.7 Menurut DeFleur, tindakan komunikatif di antara hewan yang diperoleh lewat belajar dilandasi penggunaan tanda alamiah. Esensi suatu tanda alamiah adalah stimulus baru yang mendahului stimulus lain (yang mampu membangkitkan respon) sedemikian rupa sehingga setelah serangkaian pertukaran stimulus itu terjadi, stimulus baru mampu membangkitkan respon, dengan mengabaikan stimulus semula, sehingga membentuk kebiasaan baru pada individu. Beberapa hewan berkomunikasi terutama lewat suara mereka, seperti lumba-lumba. Lumba-lumba mampu membuat suara yang berlainan untuk menyampaikan keinginan dan emosi mereka. Misalnya
7
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2007), hal 48.
11
mereka menggunakan suara ceklekan atau suitan untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan makanan, bahaya dan sebagainya.8 Sebagai manusia, berkomunikasi dengan hewan dapat dilakukan dengan menggunakan komunikasi non verbal yang berupa seperti simbol atau gerakan isyarat yang dilakukan secara terus menerus sehingga dapat dimengerti oleh hewan tersebut. Seperti halnya lumba-lumba, hewan mamalia ini dapat mengerti apa yang diperintahkan oleh sang pelatih dalam sebuah pertunjukan atraksi dikarenakan mereka selalu melakukan interaksi secara rutin dan terus menerus. Interaksi ini akan dapat di ingat oleh lumba-lumba dengan intensitas komunikasi dan interaksi yang dilakukan terus menerus. Jika kita ingin menjumpai atau melihat lumba-lumba, dapat kita temukan dalam sebuah pertunjukan di Pentas Lumba-Lumba dan Aneka Satwa PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI) di mana kita dapat melihat interaksi yang terjadi antara manusia dengan lumba-lumba dalam sebuah atraksi. Penelitian ini menjadi penting dan layak untuk diteliti karena penelitian komunikasi antara hewan dan manusia masih jarang dilakukan. Ditambah lagi ada beberapa hewan yang sangat potensial untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan manusia, salah satunya adalah lumbalumba. Peneliti sengaja memilih lumba-lumba karena binatang ini merupakan salah satu binatang yang bisa berkomunikasi dengan baik
8
Ibid., 55
12
dengan manusia dan sangat terampil. Akhirnya penulis mengangkat judul Pola Interaksi Pelatih Lumba-Lumba Di Pentas Lumba-Lumba Dan Aneka Satwa PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI). Semoga tulisan singkat ini bisa bermanfaat.
1.2
Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada interaksi pelatih lumba-lumba dengan lumba-lumba yang mencakup pola komunikasi yang dapat dilihat ketika pelatih melaksanakan tugasnya sebagai pelatih lumba-lumba di pentas lumba-lumba dan aneka satwa PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI).
1.3
Tujuan Penelitian Merujuk pada penelitian diatas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola interaksi apa yang digunakan oleh pelatih lumba-lumba untuk melaksanakan / menjalankan perannya sebagai pelatih lumba-lumba di pentas lumba-lumba dan aneka satwa PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI).
1.4
Rumusan Masalah Permasalahan yang ingin dikupas dalam penelitian ini adalah bagaimana pola interaksi yang terbentuk antara pelatih dengan lumba-lumba di dalam pentas lumba-lumba dan aneka satwa di PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI).
13
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini pada dasarnya ingin mengetahui lebih dalam apa saja yang dilakukan seorang pelatih untuk memahami lumba-lumba guna menjalankan profesinya sebagai pelatih lumba-lumba untuk kepentingan hiburan berupa atraksi di Pentas Lumba-Lumba dan Aneka Satwa PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI).
1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan komunikasi terutama dibidang broadcasting, khususnya interaksi yang terjadi antara manusia dengan hewan yang jarang dibahas. Dengan maksud para mahasiswa dapat lebih mengerti tentang metode kepelatihan hewan pertunjukan dalam memahami perilaku dan interaksi lumba-lumba dalam atraksi Pentas Lumba-Lumba dan Aneka Satwa PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI).
1.5.2
Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan bahan masukan yang berarti bagi pecinta hewan peliharaan khususnya pecinta lumba-lumba supaya dapat lebih mengerti sifat dan kebiasaan hewan mamalia air ini dan membantu para pecinta hewan agar memperhatikan hewan peliharaannya
14
dalam ranah pengetahuan komunikasi. Meskipun mamalia ini nantinya dapat menjadi hewan peliharaan atau hanya sekedar untuk hiburan semata.