1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia sampai saat ini masih diupayakan oleh pemerintah melalui pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok menjadi alternatif utama yang digunakan dalam proses pembangunan karena dianggap lebih mampu memberikan dampak yang luas pada kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan untuk mendapatkan keefektifan dan keefisienan dari suatu program yang dilaksanakan, mengingat masyarakat Indonesia banyak dan bersifat komunal. Demikian juga dalam hal pembangunan perdesaan dan pertanian, pendekatan kelompok lebih efektif dan efisien untuk dilakukan. Bentuk dari pendekatan ini adalah melalui kelompok tani, dimana melalui kelompok inilah informasi dan teknologi dapat tersampaikan kepada petani. Pengembangan kelompok tani di pedesaan secara potensial mempunyai makna yang strategis dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya (Ismail, 2009). Hal ini terbukti dari semakin banyaknya jumlah kelompok tani yang ada di Indonesia, mulai dari tahun 2011 terdapat 299.759 kelompok, tahun 2012 terdapat 307.309 kelompok, dan pada tahun 2013 terdapat 318.396 kelompok (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2013). Kelompok tani dari tahun ketahun sesuai data tersebut terus mengalami kenaikan, namun sejak berdirinya hingga saat ini kelompok tani selalu mengalami pasang surut, demikian juga 1
2
seperti yang dilansir dalam Koran Tempo tanggal 11 September 2013 disebutkan bahwa krisis petani sedang melanda Negara Indonesia. Masyarakat petani yang dulu sangat kental dengan kebudayaan Indonesia, kini berangsur-angsur semakin menghilang. Hal ini terlihat dari kondisi petani yang ditandai dengan miskin motivasi dan hilangnya aktivitas-aktivitas pertanian. Krisis ini belum diketahui secara pasti penyebabnya, karena proses alamiah, atau akibat kebijakan-kebijakan yang dibuat. Sejak berdirinya hingga saat ini, kelompok tani selalu mengalami pasang surut, baik dalam struktur kelompok maupun aktivitasnya. Bahkan beberapa kelompok tani sudah mulai kehilangan motivasi, selanjutnya miskin kegiatan, dan terancam bubar. Dengan hilangnya berbagai aktivitas dalam kelompok tani maka menjadikan sebuah ancaman bagi keberlanjutan kelompok tani, secara tidak langsung akan berimbas pada sulitnya meningkatkan produktivitas pertanian dan sulit pula dalam meningkatkan pendapatan anggotanya, kalau sudah demikian kesejahteraan petani tidak akan tercapai (Anwar, 2007). Demikian, meskipun pendekatan kelompok dianggap yang paling baik, tetap saja mempunyai kekurangan. Kekurangan pendekatan kelompok khususnya yang diprakarsai oleh pemerintah menyebabkan ketergantungan suatu kelompok yang membawa agenda program pemerintah. Kelompok akan mendapat bantuan dana untuk menjalankan kegiatannya. Dana yang diberikan oleh pemerintah inilah yang sering dianggap sebagai dasar ketergantungan kelompok. Dana tersebut disediakan dan dikucurkan, hal inilah yang menyebabkan kelompok menjadi lemah dalam menggali potensi-potensi pendanaan (Thamrin, 2006).
3
Kendati lembaga kelompok tani telah banyak demikian dibentuk, namun cukup sulit saat ini menemukan kelompok tani yang aktif, dimana anggotanya memanfaatkan lembaga tersebut untuk meningkatkan kinerja usaha tani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk membangun kinerja kelompok tani perlu diupayakan sebuah keberlanjutan kelompok. Keberlanjutan kelompok akan membantu mencapai tujuan dari kelompok tani dan secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan petani. Keberlanjutan kelompok disini mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok tani saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi petani yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Keberlanjutan kelompok tani akan sangat terbantu jika ada upaya penguatan kelompok yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), selain itu pendampingan dan pembinaan kelompok tani juga dapat dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan organisasi lainnya yang dipandang mampu untuk mendukung aktivitas kelompok tani (Hermanto dan Swastika, 2011). PPL sebagai kaki tangan dari pemerintah dalam hal ini sangat mendukung pertanian organik yang merupakan program dari pemerintahan Indonesia sehingga apabila ada kelompok tani atau lembaga pertanian yang mengembangkan aktivitasnya dalam dunia organik PPL akan sangat mendukung kegiatan tersebut begitu juga dengan LSM, namun tidak semua LSM bisa concern mengenai dunia organik. Keberalanjutan kelompok dalam penelitian ditunjuk kelompok tani di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Rata-rata mata pencaharian
4
penduduk Kecamatan Sawangan adalah sebagai petani dengan hasil bumi berupa padi dan sayuran. Sawangan sebagai pusat horti dan tanaman pangan yang ada di Kabupaten Magelang diharapkan mampu meningkatkan pembangunan perdesaan dan pertanian serta diharapkan dapat meningkatkan kinerja pembangunan pertanian daerah. Pembangunan pertanian daerah menurut Subejo (2013) sebisa mungkin dibangun sesuai dengan potensi dan kapasitas lokal, masing-masing daerah selalu memiliki potensi lokal yang luar biasa apabila bisa dimanfaatkan. Menurut Suseno dan Suyatna (2006) juga menyebutkan bahwa pembangunan pertanian jelas dijamin keberlanjutannya apabila berbasis kerakyatan dan pengembangannya berbasis pada sumber daya lokal. Dikatakan juga oleh Kuncoro (2010) bahwa dalam konteks Indonesia, keberadaan sumber daya alam perdesaan merupakan modal dasar yang penting dalam pengembangan wilayah mengingat sebagian besar penduduk Indonesia berada di pedesaan. Potensi yang dimiliki Kecamatan Sawangan adalah komoditas lokal Mentik Wangi, dengan asumsi bahwa Mentik Wangi sebagai modal dipastikan dapat menjamin keberlangsungan atau keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi di Kecamatan Sawangan. Jika kita melihat banyak produk-produk lokal yang sudah menasional contoh Pandan Wangi dari Cianjur, Ciherang dari Karawang, Hitam Melik dari Bantul dan salah satu komoditas lokal yang ada di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang adalah “Mentik Wangi”. Mentik Wangi merupakan komoditas unggulan daerah Sawangan, rasa enak dan aromanya diharapkan mempunyai nilai tambah dibanding padi jenis lain. Mentik Wangi tumbuh subur di daerah Sawangan, sehingga sayang apabila komoditas ini tidak dilestarikan.
5
Disebutkan oleh Tempo dalam Wastutiningsih (2013) setidaknya terdapat sekitar 9000 jenis padi lokal punah dari kurang lebih 12.000 jenis padi lokal yang dimiliki Indonesia. Kecamatan Sawangan sebagai penghasil Mentik Wangi, terdiri dari 15 Desa dan 8 diantaranya mempunyai usaha dalam bidang budidaya padi. Daerah tersebut adalah Podosoko, Tirtosari, Mangunsari, Sawangan, Butuh, Krogowanan, Jati, dan Gondowangi, karena hampir di wilayah Sawangan ditanam Mentik Wangi, maka seperti yang dikutip dari Cybernews Suara Merdeka bulan Mei 2009 Sawangan dinobatkan sebagai sentra produksi padi Mentik Wangi oleh Gubernur Jawa Tengah periode 2006 – 2011. Masing-masing
daerah
yang
menanam
Mentik
Wangi
tersebut
mempunyai kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Kelompok tani komoditas padi Mentik Wangi juga bergabung dalam sebuah Asosiasi dengan nama Tani Organik Sawangan (TOS). Asosiasi TOS diharapkan tidak hanya mewadahi petani padi, namun cita-cita yang lebih luas lagi yaitu kelompok tani hortikultura bisa turut bergabung. TOS sebagai asosiasi yang independen sangat diharapkan bisa menjadi satu wadah yang kuat bagi petani organik, sehingga petani sebagai pelaku utama dalam produksi tidak lagi bisa dipandang dengan sebelah mata sebagai pelaku yang lemah. Disebutkan dalam Internal Control System Asosiasi TOS (ICS TOS) bahwa jumlah kelompok yang bergabung di dalam Asosiasi semakin bertambah awalnya yang hanya terbentuk 15 kelompok dan terakhir pada tahun 2013 ada 29 kelompok tani yang turut bergabung dalam mengembangkan komoditas Mentik Wangi. Dilihat dari pertambahan kelompok
6
tani yang cukup signifikan mengingat Asosiasi TOS yang baru berusia 3 tahun menggambarkan bahwasanya ada prospek keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi di kecamatan Sawangan. Harapan dari suatu kelompok tani adalah tingkat keberlanjutan yang tinggi, efektif mencapai tujuan dan dapat memanfaatkan potensi lingkungannya untuk mencapai tujuan. Keberlanjutan suatu kelompok dalam penelitian ini dilihat dari terpenuhinya kebutuhan kelompok tani dari 3 aspek yaitu keberlanjutan kelompok dalam aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Keberlanjutan kelompok dalam aspek ekonomi akan berbicara mengenai aktivitas kelompok dalam peningkatan produktivitas pertanian. Keberlanjutan kelompok dalam aspek lingkungan mengenai upaya kelompok tani dalam peningkatan mutu lingkungan. Keberlanjutan kelompok dalam aspek sosial berbicara mengenai aktivitas kelompok dalam pendistribusian dan pemberian kesempatan yang sama kepada semua orang serta kebermanfaatan kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian singkat di atas mengenai kelompok tani Mentik Wangi, keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi, dan
hal-hal yang
berhubungan dengan keberlanjutan kelompok Tani Mentik Wangi, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang “Keberlanjutan Kelompok Tani Mentik Wangi di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang”.
1.2. Perumusan Masalah Suatu kelompok yang mempunyai banyak anggota, dan banyak faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kelompok maka tidak mudah bagi kelompok
7
tani untuk jalan mulus kedepan, bergerak dinamis untuk mencapai tujuan serta mempertahankan kelompok. Namun, upaya untuk terus mempertahankan kelompok tetap dilakukan untuk mencapai tujuan kelompok, baik itu dibantu secara teknis oleh PPL maupun oleh peran Asosiasi TOS dalam menunjang operasional
kelompok,
sehingga
keberlanjutan
kelompok
bisa
tercapai.
Keberlanjutan kelompok yang diharapkan adalah keberlanjutan kelompok dalam 3 aspek meliputi aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek sosial. Berikut beberapa rumusan permasalahan yang bisa disimpulkan adalah : 1)
Bagaimana tingkat keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi?
2)
Bagaimana hubungan peran PPL dan peran Asosiasi TOS dengan keberlanjutan kelompok Tani Mentik Wangi?
1.3. Tujuan Penelitian 1)
Menganalisis tingkat keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi
2)
Menganalisis hubungan peran PPL dan peran Asosiasi TOS dengan keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi
1.4. Keaslian Penelitian Disini peneliti ingin mengetahui tingkat keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi serta hubungan peran PPL dan peran Asosiasi TOS dengan keberlanjutan kelompok tani Mentik Wangi di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Berikut beberapa penelitian mengenai keberlanjutan kelompok :
8
Tabel 1.1 Hasil Penelitian Terdahulu No. 1.
2.
3.
Judul “Kajian Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Keberhasilan Kelompok Tani sebagai Unit Belajar, Kerjasama, Produksi, dan usaha”( Hariadi, S S. 2004.) Perilaku Anggota Pokmas Paronasi dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Kupang (Buraen, 2009) Peranan Kontak Tani Dalam Keberlanjutan Kelompok Tani Di UPTD Penyuluhan Caringin Kabupaten Bogor (Ismail, 2009)
4.
Dinamika kelompok tani dalam pengelolaan penguatan modal usaha sistem tunda jual (Katoto, 2004)
5.
Dinamika Kelompok Tani Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Anggota : Studi Penelitian Tentang Kelompok Tani Mendawai Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kota Waringin Barat Kalimantan Tengah (Anwar, 2007)
Aspek Kajian Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok tani sebagai unit belajar, kerjasama, produksi, dan usaha
Metode Analisis Regresi berganda, analisisi jalur (path analysis)
Perbedaan Tujuan penelitian, metode analisis, lokasi penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kelompok tani ternak
Penelitian survai, regresi
Tujuan penelitian, metode analisis, unit analisis, lokasi penelitian
- Mengetahui kontribusi kontak tani dalam keberlanjutan kelompok tani - Mengetahui potensi faktor internal dan eksternal kelompok dalam keberlanjutan - Mengetahui perilaku anggota kelompok usaha tani setelah memperoleh penguatan modal usaha kelompok sistem tunda jual - Kinerja dan dinamika kelompok tani mendawai raya dalam meningkatkan pendapatan anggotanya
Analisis deskriptif, dengan analisis regresi linear berganda
Tujuan penelitian, metode analisis, unit analisis, lokasi penelitian
Deskriptif analisis, teknis analisis data interpretative dan triangulasi
Tujuan penelitian, metode analisis, unit analisis, lokasi penelitian
Deskriptif kualitatif
Tujuan penelitian, metode analisis, lokasi penelitian