1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah. Kehadiran siaran televisi digital di Indonesia sudah merupakan sesuatu yang
tidak dapat ditolak lagi keberadaannya. Televisi digital merupakan etape akhir dari perkembangan televisi yang memungkinkan bersatunya content, computer dan communication sehingga akan menimbulkan efisiensi dan multi fungsi dari televisi yang ada untuk kepentingan penonton televisi. Dengan siaran digital, kualitas gambar dan suara yang diterima pemirsa jauh lebih baik dibanding siaran analog, dimana tidak ada lagi gambar yang berbayang atau "bersalju". Pada era digital, penonton televisi tidak hanya menonton televisi namun bisa mendapat berbagai fasilitas dan kemudahan seperti akses data, e-banking, e-ticketing, e-shopping serta berbagai kebutuhan e-office dan berbagai kebutuhan penonton lainnya. Sehingga segalanya bisa dilakukan lewat satu sistem. Inilah yang nantinya disebut sebagai konvergensi dalam dunia telekomunikasi.
ANALOG TV
DIGITAL TV
Gambar 1 : Perbandingan kualitas tv analog dan digital
Penyiaran televisi digital secara umum didefinisikan sebagai penyampaian informasi ( gambar, suara maupun data) secara digital baik pada pemprosesan sinyalnya (encoding dan multiplexing) maupun pada saat pengiriman informasi
2
tersebut (transmisi processing), demikian halnya pada saat penerimaan kembali (receiving) pada pesawat penerima baik yang bergerak (mobile) maupun yang tidak bergerak (fixed) juga dilakukan secara digital. Pada teknologi penyiaran tv digital terdapat 2 standarisasi secara umum. Bagian pertama adalah standar kompresi dan multiplexing, sedang bagian yang kedua untuk standar pengkodean koreksi kesalahan dan sistem trnsmisi. Untuk bagian pertama hampir semua negara menggunakan sistem kompresi MPEG-2 (Motion Picture Expert Group - 2). Sedangkan untuk sitem transmisi ada beberapa standar yang berkembang, misalnya DVB-T (Digital Broadcasting Terestrial) dari Eropa, ISDB-T (Integrated Digital Broadcasting terestrial) dari Jepang, ATSC (Advance Television System Committee) dari Amerika Serikat, T-DMB (Terestrial-Digital Multimedia Broadcasting) dari Korea Selatan dan DMB-T (Digital Multimedia Broadcasting-Terestrial) dari China.
Gambar 2 : Digital TV World
Sebelumnya Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.07/P/M.KOMINFO/3/2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia pada tanggal 21 Maret 2007 sudah menetapkan DVB-T (Digital Video Broadcasting - Terestrial) sebagai standar sistem penyiaran televisi digital, namun kemudian seiring dengan berkembangnya
3
teknologi DVB-T yang sudah memasuki generasi ke-2 maka melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.22/PER/M. Kominfo/11/2011 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia pada tanggal 22 Nopember 2011 berubah menjadi DVBT2.
Gambar 3 : Blok diagram Modulator dan pemancar DVB-T
Salah satu penyelenggara siaran televisi digital yang sudah mendapatkan ijin dari Pemerintah Republik Indonesia adalah PT. Mediatama Anugrah Citra (PT. MAC) dengan merk dagang Nex Media. PT. MAC mengudara menggunakan sistem DVB-T dengan 3 pemancar yang bekerja pada band VHF High dengan center frekwensi 290.5 MHz, 313.5 MHz dan 320.5 MHz Pada siaran percobaan PT.MAC menggunakan teknik pengkodean dan video enkripsi MPEG-2, dimana masing-masing pemancar hanya mampu menyiarkan 6 channel (content). Karena hanya ada 18 channel maka diperlukan perubahan agar dapat menampung lebih banyak content. Maka dipilihlah video enkripsi MPEG-4 agar dapat menambah jumlah channel pada masing-masing pemancar. Untuk itu diperlukan kajian khusus dalam menentukan jenis video enkripsi mana yang paling cocok dan menguntungkan baik disisi pengusaha maupun disisi pelanggan. Pada tugas akhir ini penulis berusaha menganalisa pada kondisi yang bagaimana kedua jenis video enkripsi tersebut diterapkan pada penyiaran TV digital.
4
1.2.
Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisa parameter yang ada pada DVB-T dan bagaimana pengaruhnya pada kinerja dari sistem tersebut. b. Untuk menganalisa bagaimana penerapan MPEG-2 dan MPEG-4 pada penyiaran televisi digital serta pengaruhnya pada penerima.
1.3.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana konsep pemancar televisi digital DVB-T pada PT. MAC ? b. Bagaimana perubahan setting parameter terhadap kualitas sinyal penerimaan di receiver? c. Berapa jumlah isi program siaran (content programe) yang bisa dipancarkan dalam 1 pemancar DVB-T jika menggunakan MPEG-2 dan MPEG-4?
1.4.
Pembatasan Masalah. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu meluas, maka penulis akan
membatasi pembahasan tugas akhir ini sebagai berikut: a. Permasalahan akan dibatasi pada berapa banyak jumlah program siaran yang bisa dipancarkan dalam sebuah DVB-T dengan menggunakan MPEG-2 dan MPEG-4 dimana setting parameter pemancar menggunakan modulasi 64QAM, code rate 3/4, guard interval 1/32 . b. Analisa berdasarkan pengukuran secara riil di pemancar dengan menggunakan alat ukur ETL TV Analyser merk Rohde & Schwarz mengacu pada standar DVB-T yang dianut.
5
1.5.
Metodologi Penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah : a. Metode Literatur : Pengumpulan informasi dan data dengan studi kepustakaan melalui buku referensi dan informasi serta media elektronik yang diperlukan guna menunjang proses analisa. b. Studi lapangan, dilakukan dengan mengadakan pengukuran di lapangan dengan mengambil beberapa parameter pengukuran sehingga diperoleh hasil yang seoptimal mungkin. c. Bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing dalam melakukan penelitian.
1.6.
Sistematika Penulisan. Supaya mudah dipahami maka penulis menyusun tugas akhir ini secara
sistematis. Untuk itu tugas akhir ini dibagi dalam lima bab yang saling berhubungan, yaitu sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah, pembatasan masalah, metodotologi penulisan, dan sistematika penulisan sebagai gambaran umum dari pembahasan secara keseluruhan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengenalan DVB-T secara umum, multiplexing (OFDM dan COFDM), modulasi digital ( QPSK, 16-QAM dan 64-QAM), sistim coding ( Reed Solomon dan Viterbi ) dan sistem kompresi (MPEG-2 dan MPEG-4). BAB III : PARAMETER DAN METODE PENGUKURAN DVB-T
6
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana sistem penyiaran tv digital DVB-T yang digunakan oleh PT. MAC dan parameter yang dipakai serta metode pengukuran pada sistem tersebut. Parameter apa saja yang diukur serta bagaimana metode pengukurannya BAB IV : DATA DAN ANALISA Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana analisa dari hasil pengukuran dan berapa jumlah siaran yang bisa ditampung jika mengunakan enkripsi MPEG-2 dan MPEG-4. Apa keuntungan dan kerugian jika menggunakan parameter tersebut. BAB V : PENUTUP Membahas kesimpulan yang didapat dari analisa yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya.