BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Saat kompetisi menciptakan pilihan yang tidak terbatas, perusahaan berusaha mencari banyak cara untuk membina hubungan emosional dengan konsumen mereka, menjadi yang tidak tergantikan, dan berusaha mencipkatan hubungan sepanjang masa dengan konsumen mereka. Brand (merek) yang kuat akan tampak dengan jelas walaupun berada di pasar yang kuat. Masyarakat akan jatuh cinta pada brand (merek) tersebut, mempercayai mereka, dan mempercayai kekuatan mereka. Bagaimana sebuah brand (merek) dengan efeknya diakui kesuksesannya, tidak peduli apakah itu sebuah brand (merek) yang sedang memulai bisnisnya, non profit brand (merek) atau sebuah produk. Brand (merek) yang hebat akan menggabungkan kepintaran dan pemahaman dengan imajinasi dan keahlian. (Alina Wheeler, 2009 : 2)
Sebuah perusahaan yang ingin meningkatkan atau menstabilkan penjualan produk atau jasa, maka harus dapat menonjolkan identitasnya agar dapat dikenal oleh masyarakat yakni brand (merek) dari perusahaan tersebut. Sebagai perusahaan yang telah eksis kurang lebih 12 tahun di industri kerajinan kulit, selama ini Tijaroh Leather hasil produk utamanya adalah pengolahan kulit mentah dari kulit kambing dan domba menjadi bahan kulit jadi siap pakai untuk kebutuhan industri garment. Awalnya pembuatan jaket kulit di perusahaan tersebut hanya sebatas pada hasil pemesanan saja. Maksudnya apabila ada konsumen yang ingin memesan dan membuat jaket kulit maka akan dibuat, jadi jaket kulit awalnya bukan produk penjualan utama dari Tijaroh Leather.
Dengan maraknya bisnis di bidang industri kulit, dan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang sejenis, Tijaroh Leather sadar bahwa
perusahaannya
menjadi
biasa
jika
disejajarkan
dengan
perusahaan-perusahaan lainnya. Strategi yang dilakukan oleh pemilik adalah mengembangkan perusahaannya dengan mengeluarkan produk jaket kulit melalui brand (merek) sendiri bukan lagi hanya terbatas pada pengolahan kulit mentah menjadi bahan kulit jadi siap pakai. Strategi itu sebenarnya sudah direncanakan sejak satu tahun belakangan ini, namun Tijaroh Leather tidak dapat mengkomunikasikan identitas sesuai dengan strategi pengembangan perusahaan tersebut. Ditambah lagi, perusahaan baru yang muncul menggunakan logo yang hampir mirip satu dengan yang lainnya. Karena kemiripan logo perusahaan satu dengan perusahaan lainnya membuat masyarakat bingung dengan perusahaan satu dengan yang lainnya. Sampai akhirnya, Tijaroh Leather juga menginginkan adanya identitas untuk menunjang sarana promosi agar masyarakat dapat mengenali Tijaroh Leather dengan produk jaket kulitnya, sehingga menimbulkan brand yang baik.
Brand yang baik dapat menjadi pembeda diantara padatnya pilihan – pilihan produk yang mewarnai jalur perlombaan bisnis yang dinilai oleh masyarakat luas. Dalam penciptaan brand agar dapat menjadi sebuah dasar yang kuat, maka brand itu harus dibangun secara internal dan eksternal serta dibutuhkan ketelitian. Kesadaran akan sebuah brand sebagai investasi yang sangat berharga. Sebuah brand yang baik bisa memotivasi dan menjadi inspirasi orang – orang yang ada dalam sebuah struktur organisasi, mulai dari pemilik perusahaan hingga bagian produksi yang pada nantinya brand itu bisa terjun dan sukses di masyarakat. Saat sebuah brand mulai berbicara pada pikiran dan hati masyarakat, brand identity berbicara dengan nyata kepada indera – indera dan mempengaruhi akal agar tetap mempertahankan brand dalam benak masyarakat. Brand identity yang baik adalah mudah diingat,
memiliki makna yang dalam, berbeda, original, fleksibel dan berharga. Brand identity bisa menjadi aset yang sangat berguna bagi sebuah perusahaan maupun individu yang perlu diatur, dipelihara dan dikembangkan. Bentuk visualisasi dari brand harus memiliki diferensiasi yang kuat, memiliki karakter yang simbolik, emosional dan berhubungan dengan brand yang dikomunikasikan.
Perusahaan yang telah eksis umumnya memiliki visualisasi yang kurang menarik karena tidak sesuai dengan perkembangan konsep dan brandingnya. Dengan visi perusahaan dan strategi yang baru maka perlu adanya perancangan brand identity sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan agar perusahaan ini dapat mempunyai identitas sendiri dan tidak sama dengan perusahaan yang lainnya di bidang sejenis.
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas maka diperoleh identifikasi masalah yaitu Tijaroh Leather ingin mengembangkan perusahaannya dengan mengeluarkan produk jaket kulit melalui brand sendiri bukan lagi hanya terbatas pada pengolahan kulit mentah menjadi bahan kulit jadi siap pakai.
1.3.
Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa fokus permasalahan yang dihadapi Tijaroh Leather adalah ingin mengembangkan perusahaannya dengan mengeluarkan produk jaket kulit melalui brand sendiri bukan lagi hanya terbatas pada pengolahan kulit mentah menjadi bahan kulit jadi siap pakai. Agar memudahkan pemecahan masalah maka permasalahan akan difokuskan kepada perancangan brand identity sesuai dengan visi, misi dan tujuan
perusahaan agar perusahaan ini dapat mempunyai identitas sendiri dan tidak sama dengan perusahaan yang lainnya di bidang sejenis.
1.4.
Pembatasan Masalah Agar permasalahan tidak melebar maka permasalahan akan difokuskan kepada perancangan brand identity yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan agar perusahaan ini dapat mempunyai identitas sendiri dan
tidak sama dengan perusahaan yang lainnya di bidang sejenis.
Target sasaran adalah para pria pekerja kantor usia 25 – 30 tahun yang mengendarai motor. Tidak tertutup kemungkinan bagi wanita maupun mahasiswa ataupun masyarakat umum yang ingin memiliki dan menggunakannya. Target utamanya adalah para pekerja kantor yang bergaya hidup modern, simple dan praktis, khususnya yang tinggal di wilayah kota Bandung dan sekitarnya.
1.5.
Manfaat dan Tujuan
1.5.1 Manfaat Untuk mengenalkan Tijaroh Leather kepada masyarakat melalui identitas perusahaan baru yang representatif yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan sehingga dapat diingat di benak masyarakat luas secara cepat dalam jangka waktu ingatan yang relatif lama. 1.5.2 Tujuan Memahami secara menyeluruh langkah-langkah dalam merancang brand identity Tijaroh Leather dan sebagai bahan studi perbandingan untuk mahasiswa lain.
1.6.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan, yaitu sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data
•
Wawancara langsung dengan narasumber, yaitu Bapak Ali Rosyad sebagai pemilik dari Tijaroh Leather untuk mendapatkan data perusahaan yang akurat.
•
Data yang diambil dari internet sebagai tambahan.
•
Studi pustaka.
2. Analisa Data Menganalisa data yang telah dikumpulkan, untuk kemudian di buat dalam skema sehingga mempermudah dalam proses berpikir dan merancang solusi dan desain yang tepat.