BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah
Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik, psikologis, sekaligus rohani, dan aspek-aspek ini saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Sebagai makhluk yang berfisik, manusia memiliki kelemahankelemahan fisik adalah hal yang nyata. Sesuai dengan penelitian, sesudah orang-orang berusia 40-an maka ribuan sel otaknya mulai mati setiap harinya. Manusia harus terus berjuang untuk melawan berbagai penyakit fisik yang datang dalam hidupnya. Hal yang tidak tampak dari luar adalah kenyataan bahwa kondisi fisik manusia secara integral berkaitan dengan kondisi psikologis dan rohaninya. Manusia adalah satu kesatuan, dan apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi psikologis dan rohaninya. Penyakit fisik yang dialami seseorang tidak hanya menyerang manusia secara fisik/ biologis saja tetapi juga dapat membawa masalah-masalah bagi kondisi psikologisnya dan rohaninya. Faktor psikologis dan biologis. Kedua faktor tersebut kadangkala menyatu menjadi bentuk psikosomatis, yakni persoalan psikologis berdampak terhadap biologis dan sebaliknya (psiko = kejiwaan; soma = dinding, tubuh).
Kondisi fisik/ biologis mempunyai pengaruh langsung terhadap kesehatan emosi manusia, misalnya penyakit-penyakit tertentu sekaligus penggunaan obat-obatan tertentu untuk mengobati problema-problema fisik dapat menimbulkan depresi. Penyakitpenyakit yang dapat menyebabkan depresi antara lain penyakit- penyakit yang disebabkan
oleh
virus
(mononukleosis
dan
pneumonia),
gangguan
endokrin
(hypothyroidisme), kanker, dan multiple sklerosis. Depresi juga dapat timbul karena dampak-dampak yang ditimbulkan oleh obat-obatan, termasuk di dalamnya adalah obat penenang mayor dan minor, pil KB, obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, dan alkohol.
Gejala kecemasan yang dirasakan seseorang kadang-kadang juga berkaitan dengan kondisi fisiknya. Perasaan tegang, gemetar, atau bahkan panik misalnya dapat
1
disebabkan oleh gangguan endokrin (hyperthyroidisme), ketidaknormalan hormon (phenochromocitoma), dan berbagai macam obat-obatan yang mengandung kafein, ganja, LSD, PCP, dan amfetamine.
Misalnya, bagi seseorang yang jantungnya mudah berdebar-debar lebih cepat dan suhu tubuhnya lebih hangat dari biasanya maka berkecenderungan untuk susah tidur. Jika tertidur maka akan sensitif untuk bangun (light sleeper). Di samping itu, sejumlah penyakit fisik juga menjadi aspek pencetus gangguan insomnia, misalnya asma, rematik, maag, ginjal, dan thyroid.
Secara khusus, faktor psikologis juga memegang peran utama terhadap kecenderungan insomnia ini. Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Misalnya ketika seseorang sedang memiliki problematika pelik di lingkungan kantor, maka jika ambang psikologisnya rendah, akan menimbulkan penyakit fisik. Di sini faktor kecemasan, ketegangan, dan ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan-gangguan fisik.
Tentu saja gangguan psikosomatis akan memiliki dampak negatif dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Pertama, akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang terhadap munculnya sejumlah penyakit. Sebab, tubuh manusia diciptakan sedemikian sempurnanya – yang secara alamiah telah diatur sebuah metabolisma fisik yang akan mempengaruhi kesehatan. Fisik dan mental seseorang akan sehat jika terdapat keteraturan antara keduanya.
Kedua, gangguan psikosomatis akan berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini jika seseorang dalam lingkungan kerja, maka akan menurunkan tingkat motivasi, konsentrasi, ketelitian, kreativitas dan produktivitas kerjanya. Demikian juga terhadap aktivitas lainya akan mengalami gangguan misalnya dalam belajar mengajar, menyelesaikan tugas, dan interaksi sosial. Bahkan yang lebih buruk lagi gangguan psikomatis dapat menyebabkan potensi kecelakaan kerja menjadi tinggi.
2
Gambar 1.1 Brainmapping Latar belakang masalah
1.2. Rangkuman Masalah
• Persoalan psikologis dapat berdampak terhadap biologis dan sebaliknya (psiko = kejiwaan; soma = dinding, tubuh) atau disebut dengan psikosomatis. Salah satu dampak dari psikosomatis adalah insomnia.
• Secara khusus penyebab utama insomnia pada umumnya adalah faktor psikologi yang menyebabkan ketegangan pada Sistem Syaraf Pusat (SSP), dimana ketegangan pada bagian SSP nantinya akan menjadi ketegangan otot yang terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti bahu kanan ,bahu kiri , pinggang, dan tengkuk beserta otot-otot leher belakang. Ketegangan pada bagian ini dapat menghambat sistem peredaran darah, menghalangi gerak otot atau menghalangi fungsi organ-organ dalam tubuh. , sehingga aliran darah dalam otot menjadi berkurang yang mengakibatkan berkurangnya glukosa dan oksigen dari darah, dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu, sisa metabolisme tidak diangkut keluar dan menumpuk di dalam otot yang berakibat otot menjadi lelah dan timbul rasa nyeri.
3
• Penderita penyakit ini pada umumnya adalah orang-orang yang memiliki jadwal padat setiap harinya sehingga tidak atau sedikit memiliki waktu untuk merelaksasikan tubuh dan psikisnya. Contohnya adalah pegawai kantoran dan mahasiswa.
• Gangguan insomnia akan memiliki dampak negatif dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Pertama, akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang terhadap munculnya sejumlah penyakit. Fisik dan mental seseorang akan sehat jika terdapat keteraturan antara terjaga dan tidur. Hal ini dikarenakan tidur juga berfungsi terhadap penataan kembali keseimbangan fisik setelah sekian lamanya terjaga dan terjadi kecapekan kerja. Sebab dengan adanya tidur maka tubuh akan memproses untuk mengurangi asam laktat yang berfungsi terakumulasinya kecapekan. Itulah kiranya jika seseorang tidurnya normal maka ketika bangun tidur akan terasa segar kembali yang disebabkan asam laktat tersebut telah terminimalisasi. Sebaliknya jika seseorang mengalami kurang tidur maka asam laktat belum juga hilang secara sempurna sehingga ketika terjaga badan masih terasa sakit.
•
Kedua, susah tidur akan berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini jika seseorang dalam lingkungan kerja, maka akan menurunkan tingkat motivasi, konsentrasi, ketelitian, kreativitas dan produktivitas kerjanya. Demikian juga terhadap aktivitas lainnya akan mengalami gangguan misalnya dalam belajar-mengajar, menyelesaikan tugas, dan interaksi sosial. Bahkan dampak insomnia ini akan memudahkan seseorang untuk menderita stres.
• Meski tidak ada angka pasti, di Jakarta ada sekitar 300 pasien dalam 6 bulan pada 1 RS (sumber: dr. Janto G. Lingga, Sp.P. Klinik Gangguan Tidur, Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta). • Gaya hidup masyarakat perkotaan dengan jadwal kerja padat sehingga kurang relaksasi/istirahat. • Tidur yang baik untuk orang dewasa 7-8 jam. • Insomnia seringkali dianggap enteng oleh penderitanya.
4
• Kecendrungan penderita mengkonsumsi obat tidur yang memiliki dampak ketagihan. • Dampak buruk insomnia bila dibiarkan. • Proses penyembuhan dapat dilakukan secara bertahap dengan terapi. • Terapi yang dilakukan adalah jenis terapi dengan menggunakan air (hydrotheraphy), dimana jenis terapi ini sangat baik dilakukan oleh seorang penderita. • Terapi dilakukan dengan menggunakan perpaduan teknik semburan air dengan pengaturan suhu.
Dalam pelaksanaan mata kuliah Tugas Akhir Desain Produk ini, maka ruang lingkup kajian yang dipilih adalah Desain dan kaitannya dengan faktor manusia dan lingkungannya. Lingkup kajian mengenai hal tersebut akan dibatasi dengan tinjauan dan pengamatan dengan menggunakan sudut pandang desain produk serta aspek-aspek kajian yang berlaku didalamnya, yang akan meliputi: •
Pencarian data yang berkaitan dengan tema
•
Analisis permasalahan
•
Pemecahan masalah
•
Pembuatan model,
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah dihasilkannya sarana penanggulangan gangguan insomnia dengan menggunakan metode pijat dengan menggunakan semburan air sebagai untuk melakukan suatu pemijatan dan penggunaan suhu air yang hangat agar dapat lebih membantu memperlancar peredaran darah.
1.4. Cara Mengumpulkan Data
Penulisan laporan ini menggunakan metode deskriptif, yaitu proses penulisannya dengan memaparkan suatu obyek penelitian berdasarkan fakta atau data yang sudah ada dan diperoleh sebagai hasil dari pengamatan di lapangan. Cara yang digunakan dalam pengumpulan bahan adalah dengan:
5
1. Studi literatur Melalui
literatur-literatur
mengenai
gangguan
insomnia,
proses
terapi
penanggulangan gangguan insomnia dengan beragam jenis dan sistemnya. Selain itu juga melalui literatur mengenai manfaat air .
6