1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap mahluk hidup di permukaan bumi baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Setiap kegiatan kehidupan tidak lepas dari kebutuhan akan air, bahkan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Manusia membutuhkan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, maupun kebutuhan domestik, termasuk air bersih. Hal ini berarti bahwa pertambahan jumlah penduduk yang terus menerus terjadi, membutuhkan usaha yang sadar dan sengaja agar sumber daya air dapat tersedia secara berkelanjutan (Cholil, 1998). Air mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Di suatu sisi, dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi, kebutuhan air semakin meningkat, sedangkan disisi lain jumlah dan kualitasnya semakin menurun (Purnama, 2010). Bagi daerah yang memiliki kandungan sumberdaya air yang melimpah, maka penggunaan air secara berlebihan tidak akan memberikan dampak negatif bagi kehidupan lain di sekitarnya. Tetapi bagi daerah yang kekurangan air, maka pemakaian air harus dihemat dan seefisien mungkin agar semua kebutuhan hidup dapat tercukupi. Oleh karena itu, dalam pemanfaatannya harus memperhatikan aspek keberlanjutan dan kelestarian air dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Ketersediaan air di bumi tidak berada secara merata, ada wilayah yang memiliki potensi ketersediaan air yang secara kuantitas mencukupi dan ada juga yang ketersediaan secara kuantitas tidak mencukupi atau kekurangan (Iswinayu, 2010). Tingginya kebutuhan akan air dan pentingnya fungsi air bagi kehidupan menyebabkan ketersediaan air dari segi kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan untuk kepentingan manusia dan kepentingan komersial lainnya (Kodoatie, 2012). Air
1
2
dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan rumahtangga, irigasi dan industri. Kebutuhan air dari waktu kewaktu akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut masyarakat selain memanfaatkan air permukaan juga memanfaatkan airtanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masalah utama yang dihadapi oleh sumberdaya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan Industri, kegiatan domestik, dan kegiatan lain dapat berdampak negatif terhadap sumberdaya air antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumberdaya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumberdaya air secara seksama (Effendi, 2003). Penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Zat pencemar tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair dari alam maupun kegiatan industri. Sementara itu aspek akibat dari zat pencemar dapat dilihat berdasarkan penurunan kualitas air sampai ketingkat tertentu. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang menggunakan Panas Bumi (Geothermal) sebagai energi penggeraknya. Pembangkit dioperasikan dengan pengeboran tanah di daerah yang memiliki potensi panas bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uap mampu menggerakkan turbin yang tersambung ke generator. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah industri yang bergerak dalam bidang pengadaan tegangan listrik. Kegiatan pengeboran panas bumi yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik berpotensi menimbulkan pencemaran
3
lingkungan hidup terutama pencemaran terhadap air. Pencemaran berasal dari unsur kimia yang terkandung pada sumber air panas yang digunakan dalam sistem produksi pembangkit listrik. Kondisi ini tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 08 Tahun 2009, menjelaskan bahwa kegiatan pembangkit listrik tenaga termal merupakan salah satu usaha kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan air limbah dari pembangkit listrik tenaga termal. Salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia terletak di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Pembangkit Listrik didirikan dari hasil kerjasama antara PT. PLN dan Pertamina, dan secara managemen operasi di bawah tanggung jawab PT. Geodipa Energi yang didirikan pada tahun 2002 oleh PT. PLN dan Pertamina. Desa Sikunang terletak di Dataran Tinggi Dieng dan secara administrasi merupakan desa di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan di wilayah perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Temanggung. Wilayah ini berada pada ketinggian antara 1.500 sampai dengan 2.095 meter di atas permukaan laut. Daerah ini berada di sekitar pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang dioperasikan oleh PT. Geodipa Energi dengan kapasitas 60 MW. Eksploitasi panas bumi untuk pembangkit listrik di Pegunungan Dieng diduga menyisakan pencemaran lingkungan terutama pencemaran air di Desa Sikunang serta desa lain yang berada di kawasan tersebut. Terdapat 10 mataair utama yang dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air domestik masyarakat diantaranya Mataair Bengkok, Mataair Jurug Tengah, Mataair Jurug Kulon, Mataair Sigogor, Mataair Lempong, Mataair Tlagasat, Mataair Lik-lik, Mataair Senila, dan Mataair Sidandang. Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan mengalirkan aliran air dari mataair dengan
4
menggunakan pipa menuju rumah tinggal penduduk. Kebutuhan air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun kebutuhan air untuk yang lain namun di sisi lain kondisi kualitas mataair di Desa Sikuang dikhawatirkan mengandung zat kimia berbahaya dengan adanya Pembangkit Listrik Tanaga Panas Bumi yang ada di sekitar permukiman masyarakat. Interaksi kehidupan masyarakat di Desa Sikunang dengan
adanya
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah pemanfaatan mataair untuk memenuhi kebutuhan air domestik masyarakat. Mataair yang ada menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan air domestik masyarakat, daerah ini merupakan daerah lereng perbukitan yang tidak bisa dibuat sumur gali dan kondisi sungai yang berada di sisi jurang dengan kualitas air yang buruk sehingga mataair menjadi sangat penting di Desa Sikunang. Pemanfaatan mataair dilakukan dengan mengalirkan air melalui pipa-pipa menuju permukiman penduduk. Jarak mataair hingga ke rumah warga yang relatif jauh menyebabkan masyarakat harus menggunakan pipa air dengan biaya dan perawatan yang mahal. Berbagai bentuk pengelolaan dalam pemanfaatan mataair yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Sikunang akan sangat berperan penting terhadap pemanfaatan mataair. Pengelolaan air yang masih kental dengan nuansa lokal dan kondisi sumber air yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan air domestik masyarakat seharihari, serta permukiman yang berada di daerah pembangkit listrik perlu dilakukan sebuah kajian untuk mengetahui kualitas dan pengelolaan mataair yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Sikunang. 1.2. Rumusan Masalah Kasus pencemaran air di Desa Sikunang berdasarkan berita harian surat kabar Pikiran Rakyat (Rabu, 01 Juli 2009), bermula ketika air dari mataair yang dikonsumsi masyarakat di Desa Sikunang berasa asin. Pemantauan kualitas air sangat penting
5
untuk dilakukan karena masyarakat mengeluhkan konsumsi air di Desa Sikunang yang berasa asin, rasa asin dari air mataair yang dikonsumsi masyarakat diduga telah mengalami pencemaran. Pencemaran diduga berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk yang mengandalkan mataair di sekitar pembangkit listrik. Kekhawatiran masyarakat terhadap kualitas air dikarenakan tidak ada sumber mataair bersih lain yang dapat dimanfaatkan selain mengkonsumsi air di daerah tersebut, oleh sebab itu pengkajian kualitas mataair penting untuk dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui kualitas mataair. Terdapat tiga sumber mataair utama dan mataair lain di daerah ini yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat dengan rasa yang asin, ketiga mataair tersebut yaitu Mataair Senila, Mataair Sigogor, dan Mataair Lempong. Ketiga sumber mataair berada di dekat kawasan pipa dan pengeboran panas bumi PT. Geo Dipa. Masyarakat mengkhawatirkan kondisi kualitas air yang dikonsumsi, dikarenakan meskipun telah dimasak air masih berasa asin, selain itu terdapat bercak seperti semen putih yang terdapat pada bak penampungan air warga (e-Wonosobo.com 15 April 2013). Masyarakat dalam memanfaatkan mataair mempunyai berbagai cara, pola dan bentuk pengelolaan mataair. Pola dan bentuk pemanfaatan mataair oleh masyarakat sangat beragam, mulai dari pemanfaatan yang sederhana yaitu hanya sebatas mengalirkan air dari mata air kerumah warga untuk pemenuhan kebutuhan air domestik, pemanfaatan untuk pertanian, serta pengelolaan yang telah dilakukan dengan kelembagaan organisasi masyarakat setingkat desa. Perbedaan pengelolaan terhadap mataair didasarkan pada tingkat kepedulian masing-masing masyarakat dalam memanfaatkan air. Salah satu bentuk pengelolaan yang telah berkembang yaitu dengan adanya pengembangan kelembagaan organisasi masyarakat untuk mengatur pemeliharaan dan pemanfaatan mataair serta bentuk kelembagaan pengelolaan mataair dalam skala kecil yaitu pengelolaan setingkat
6
Rukun Tetangga (RT). Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan guna menghasilkan strategi pengelolaan yang mampu mendukung pemanfaatan mataair secara lestari. Untuk itu perlu dilakukan kajian kualitas mataair serta pemanfaatan mataair yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Sikunang sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi daerah yang berada di sekitar pembangkit listrik. Dari latarbelakang yang ada permasalahan dalam penelitian ini adalah; a) Bagaimana kualitas mataair di Desa Sikunang dengan adanya Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi (PLTP); b) Bagaimana pengelolaan pemanfaatan mataair yang ada di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
1.3. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai analisis kualitas air di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dilakukan untuk mengetahui kualitas mataair di daerah pembangkit listrik tenaga panas bumi di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Penelitian kualitas mataair telah dilakukan oleh peneliti terdahulu misalnya Pohan dan Hutamadi (2010) dari Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumberdaya Geologi Badan Geologi berjudul “ Penelitian Mineral Ikutan Pada Lapangan Panas Bumi Daerah Dieng Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah”. Tempat penelitian berada di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Banjarnegara, metode penelitian yang digunakan adalah metode survai. Sampel berupa batuan, barine, limbah padatan barine berupa slurry, slurry gel, lumpur kawah dan air panas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah lapangan panas bumi Dataran Tinggi Dieng terdapat kandungan unsur Cu,Pb, Zn, Ag, Cd, As, Sb,Au, Hg dan Boron. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Cengiz Koc (2006) di Basin Menderes, Anatolia Barat, Turki. Penelitian ini berjudul Efek Air Limbah Panasbumi dan
7
Pencemaran Boron pada Lingkungan dan Pertanian di Basin Menderes. Air di Basin Menderes tercemar oleh limbah pengeboran panas bumi yang mengandung unsur Boron. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dan analisis fisik dan kimia di laboratorium terhadap sampel air. Hasil penelitian menunjukka konsentrasi Boron pada air di Basin Menderes mencapai level yang sangat tinggi yaitu 24-27 mg/l. Guo,Wang and Liu (2007) melakukan penelitian mengenai pencemaran air oleh Boron (B), Arsenic (As), dan F di Lapangan Panas Bumi Yangbajing, Tibet, Cina. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dan uji sampel air di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa airpanas dari Lapangan Panas bumi Yangbajing mengandung unsur kimia B, As, dan F dengan konsentrasi yang relative tinggi yaitu kandungan unsur Boron (B) 3,82 mg/L, Arsenik (As) 0,27/L, dan F 1,85 mg/L dimana konsentrasi kandungan B, As, dan F yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah B 0,5 mg/L, As 0,01 mg/L, dan F 1,5 mg/L. Dostika dan Partners (2005) melakukan penelitian dengan judul “ Stable Isotope and Chloride, Boron Studi For Tracing Sources of Boron Contamination in Groundwater: Boron Contens in Fresh and Termal Water in Diferent Areas in Grece. Penelitian ini dilakukan di seluruh wilayah Yunani dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi zat Boron pada air irigasi dan air minum karena dapat berpengaruh terhadap pertanian dan kesehatan. Sampel penelitian diambil dari seluruh air di daerah panas bumi di Yunani. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dan analisis laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel air yang diambil telah terkontaminasi Boron dengan konsentrasi melebihi ambang batas yang dianjurkan oleh WHO, dari hasil penelitian kadar Boron bervariasi antara 0,75-3 mg/ L.
8
Selanjutnya Noorollahi dan Sahzabi (2005) melakukan penelitian di Lapangan Panas bumi Meshkinshahr yang terletak di Iran dengan judul “Monitoring of Surface and Ground Water Quality in Geothermal Exploration Drilling of Meshkinshahr Geothermal Field, NW-Iran. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui analisis dampak lingkungan di Sungai Khayav dari pembangkit listrik tenaga panas bumi yang ada di Iran serta pemantauan kualitas mataair yang ada di tiga daerah pengeboran panas bumi. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survai dan metode spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Ca, K, Mg, TDS, pH, Fe, Cu, SO4, NO3 dan Si pada kualitas air masih berada di batas aman pemakaian oleh masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Andreas dan Partners (2010) dengan judul “Origin of Salinity in Groundwater of Neighboring Villages of the Cerro Prieto Geotermal Field”. Penelitian ini dilakukan di Sungai Colorado Meksiko. Metode penelitian menggunakan Pemodelan hidrogeologi-kimia (PHREEQCI), Scholler, dan Diagram Piper. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kation dominan di Sungai Colorado mengandung unsur yang tinggi, konsentrasi Klorida dan Natrium menyebabkan air berasa asin pada kolam penguapan, kemudian dengan peningkatan anomali kadar garam yang disebabkan pengeboran panas bumi mempengaruhi produktivitas tanah pertanian di daerah penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Iswinayu ( 2010), dengan judul “Hubungan Pola Persebaran Permukiman dengan Pencemaran Kualitas Airtanah di Daerah Aliran Sungai Bedog, Daerah Istimewa Yogyakarta bertujuan untuk menganalisis kualitas airtanah di DAS Bedog, menganalisis pola persebaran pemukiman terhadap kualitas airtanah, serta menganalisis bentuk aktivitas masyarakat dalam pengelolaan lingkungan airtanah di DAS Bedog. Metode yang digunakan adalah metode survai serta analisis laboratorium sampel airtanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel airtanah yang ada telah tercemar 10% NH3, dan 100% tercemar Coli Tinja karena pola persebaran pemukiman mengelompok. Aktivitas masyarakat dalam upaya
9
pemanfaatan dan pengelolaan kualitas airtanah dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman yang beragam. Penelitian tentang aktivitas pengelolaan air pernah dilakukan di Tunisia oleh Saidi dan Partners (2013), dengan judul “Groundwater management based on GIS techniques,
chemical
indicators
and
vulnerability
to
seawater
intrusion
modelling:application to the Mahdia–Ksour Essaf aquifer, Tunisia”. Penelitian dilakukan di Mahida dan Ksour Essaf Tunisa dengan tujuan untuk mengusulkan alternatife pengelolaan airtanah dan kebijakan pelestarian airtanah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode GALDIT, metode survai untuk menganalisis kondisi airtanah, serta parameter sosial-ekonomi masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan Akuifer sangat rentan terhadap intrusi air laut, kerentanan disebabkan oleh kandungan nitrat yang tinggi, airtanah juga terkontaminasi limbah tinja. Hasil penelitian lain menunjukkan kebijakan pengelolaan airtanah yang buruk terutama kebijakan di sektor pertanian. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menganalisis kualitas air pada mataair di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo yang berada di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang ada di Pegunungan Dieng, Jawa Tengah. Penelitian ini antara lain mengukur sifat fisika airtanah seperti Warna, bau, rasa, suhu, dan TSS, sifat kimia air yang meliputi pH, Seng (Zn), Kromium (Cr), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Nitrat (NO3-) dan Nitrit (NO2-) untuk mengetahui konsentrasi zat pencemar pada air serta mengetahui sifat biologi yaitu total coliform pada air. Selain pengukuran sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi air, penelitian dilakukan untuk mengkaji bentuk aktivitas masyarakat dalam pengelolaan pemanfaatan mataair yang ada. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode survai, uji laboratorium, angket, serta wawancara mendalam pada tokoh kunci pada masyarakat di daerah penelitian. Penelitian yang dilakukan peneliti belum pernah dilakukan oleh peneliti yang lain di daerah penelitian.
10
Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian yang Dilakukan dan Penelitian Sebelumnya Peneliti dan Tahun Noorollahi dan Sahzabi, 2005
Lokasi penelitian Meshkinshah r, Iran
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
analisis dampak survai dan metode lingkungan di Sungai spektrofotometer Khayav dari pembangkit listrik tenaga panas bumi
Hasil Penelitian Kandungan Ca, K, Mg, TDS, pH, Fe, Cu, SO4, NO3 dan Si pada kualitas air masih berada di batas aman pemakaian oleh masyarakat.
Dostika dan Panas Bumi mengetahui konsentrasi survai dan analisis Sampel air terkontaminasi Boron Partners, di Seluruh zat Boron pada air irigasi laboratorium dengan konsentrasi melebihi ambang 2005 Yunani dan air minum batas yang dianjurkan oleh WHO, dari hasil penelitian kadar Boron bervariasi antara 0,75-3 mg/ L Cengiz Koc, Basin Potensi pencemaran Survai dan analisis Konsentrasi Boron pada airtanah di 2006 Menderes, Boron pada air Laboratorium Basin Menderes mencapai level yang Anatolia sangat tinggi yaitu 24-27 mg/l. Barat Guo,Wang Lapangan Mengetahui konsentrasi Metode Survai dan Konsentrasi kimia B, As, dan F tinggi and Liu, Panas Bumi zat kimia air uji Laboratorium yaitu kandungan unsur Boron (B) 3,82 2007 Yangbajing, mg/L, Arsenik (As) 0,27/L, dan F 1,85 Tibet, Cina mg/L Pohan dan Lapangan Mengetahui mineral Survai dan analisis lapangan panas bumi Dataran Tinggi Hutamadi, Panas Bumi ikutan dalam lumpur Conto Dieng terdapat kandungan unsur Cu,Pb, 2010 Dieng kawah dan air panas Zn, Ag, Cd, As, Sb,Au, dan Hg dan Banjarnegara Boron.
11
Peneliti dan Tahun Andreas dan Partners, 2010
Lokasi penelitian Sungai Colorado Meksiko
Iswinayu, Fitri 2010
DAS Bedog, Daerah Istimewa Yogyakarta
Saidi dan Mahida dan Partners Ksour Essaf 2013 Tunisa
Penulis, 2014
Desa Sikunag, Kejajar, Wonosobo
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Mengetahui unsur kation pemodelan dominan hidrogeologi-kimia (PHREEQCI), Scholler, dan Diagram Piper Mengetahui kualitas Metode Survai dan airtanah, pola analisis permukiman, dan bentuk laboratorium pegelolaan lingkungan air
Hasil Penelitian Konsentrasi kation dominan di Sungai Colorado, konsentrasi Klorida dan Natrium menyebabkan air berasa asin.
Airtanah tercemar 10% NH3, dan 100% tercemar Coli Tinja pemukiman mengelompok. Aktivitas masyarakat dalam upaya pemanfaatan dan pengelolaan kualitas air dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman yang beragam. Akuifer sangat rentan terhadap intrusi air laut, kerentanan disebabkan oleh kandungan nitrat yang tinggi, airtanah juga terkontaminasi limbah septic tank. Hasil penelitian lain menunjukkan kebijakan pengelolaan air yang buruk.
Mengusulkan alternatife Metode penelitian pengelolaan airtanah dan yang digunakan kebijakan pelestarian air. adalah metode GALDIT, metode survai untuk menganalisis kondisi air, serta parameter sosialekonomi masyarakat. mengetahui kualitas survai, uji Kualitas mataair dan bentuk mataair dan mengkaji laboratorium, pengelolaan pemanfaatan mataair. pengelolaan pemanfaatan angket serta mataair wawancara mendalam .
12
1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan belakang dan perumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini adalah; a. Menganalisis kualitas mataair di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP); b. Mengetahui pengelolaan pemanfaatan mataair yang ada di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
1.5. Manfaat Penelitian Pada penelitian ini luaran manfaat yang diharapkan antara lain sebagai berikut. a) Memberikan informasi kepada masyarakat Desa Sikunang mengenai kualitas air mataair yang ada di daerah tersebut; b) Mengetahui pengelolaan pemanfaatan mataair di sekitar PLTP c) Sebagai sumber referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. d) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam pengelolaan lingkungan dan pengelolaan air yang ada di daerah panas bumi
1.6. Sasaran Penelitian Adapun sasaran dari penelitian ini antara yaitu a) Menganalisis kualitas mataair di daerah penelitian; b) Mengetahui kondisi fisik mataair meliputi Warna, bau, rasa, suhu, dan TSS.
13
c) Mengetahui kondisi kimia mataair seperti pH, Nitrit (NO2-), Nitrat (NO3-), Seng (Ze), Kromium Total (Cr), Tembaga (Cu), dan Besi (Fe), untuk mengetahui kualitas mataair. d) Mengetahui kondisi biologi mataair berupa jumlah Total coliform dalam air pada mataair. e) Mengetahui pengelolaan pemanfaatan mataair yang ada di Desa Sikunang.
1.7. Batasan Istilah Dalam penelitian ini ada beberapa batasan penelitian yang dapat diuraikan yaitu: a) Air adalah sumberdaya yang terbaharui, bersifat dinamis mengikuti siklus hidrologi yang secara alamiah berpindah-pindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat. b) Mataair adalah pemusatan pengeluaran air tanah yang muncul dipermukaan tanah sebagai arus dari aliran air. (Purnama 2010) c) Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan (UU No. 27/2003) d) PLTP adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panasbumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.
14
e) Pencemaran adalah masuk atau dimasukannya suatu zat ke lingkungan sehingga lingkungan tersebut tidak sesuai lagi peruntukannya (Notodarmojo, 2015).