1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah pembelajaran di sekolah kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok. Peran guru dalam sebuah pembelajaran sangat penting sebagai pengelola kelas agar dalam pembelajaran siswa memiliki sikap baik dan hasil belajar pada pelajaran IPA mencapai KKM. Namun guru di SD Negeri Delik 2 masih menggunakan paradigma lama dalam pendidikan. Paradigma lama yang saya maksudkan adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa dianggap subjek pasif, guru sering melupakan pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dalam Anita Lie (2002:2) John Locke mengatakan bahwa “Pikiran seorang anak adalah seperti kertas kosong yang putih bersih siap menunggu coretancoretan gurunya”. Dengan kata lain guru tidak mempedulikan apakah siswa menyukai cara yang di gunakan oleh guru atau tidak, guru memandang siswa sebagai benda yang pasif. Bagi guru yang penting dalam pembelajaran siswa duduk, dengar, catat, dan hafal. Dalam sebuah pembelajaran tersebut siswa tidak dapat membangun pengetahuannya sendiri secara aktif dalam pembelajaran yang terjadi guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Cara guru mengajarkan materi sebagian besar masih dengan cara berceramah saja. Terkadang menggunakan diskusi kelompok tetapi hal itu tidak dapat berjalan efektif karena hanya sebagian beberapa siswa saja yang aktif mendominasi diskusi, siswa yang lain masih pasif bahkan enggan untuk berpendapat dalam kelompok. Pada akhirnya pembelajaran tidak menimbulkan sikap yang positif dari siswa, akibatnya rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi awal di SDN Delik 2, mendapatkan permasalahan yaitu sikap yang kurang positif dan hasil belajar juga rendah. Sikap kurang positif yang terlihat ketika guru menjelaskan materi sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa lebih asyik mengobrol dengan teman sebangku, sebagian lagi siswa menggambar tidak jelas di buku catatannya. Hasil
1
2
belajar siswa juga rendah terlihat dari hasil nilai siswa sebagian besar belum mencapai KKM yang telah di tetapkan yakni 62. Pada saat berdiskusi kelompok, hanya siswa tertentu saja yang aktif mendominasi diskusi. Kondisi di mana siswa tidak memiliki sikap positif dan hasil belajar yang rendah terhadap pelajaran IPA tak lepas dari cara pengajaran guru yang kerap menggunakan cara yang sama dalam menyampaikan materi pembelajaran, dengan kata lain kurang variatif sehingga siswa merasakan kebosanan dalam pelajaran IPA. Dalam proses pembelajaran, pembelajaran yang dimaksud adalah sesuai pendapat dari Gagne dalam Miftahul Huda (2013:3) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya (Gagne, 1977)”. guru tidak melibatkan siswa untuk bereksplorasi bersama. Jadi siswa hanya di beri materi pembelajaran melalui ceramah dari guru. Guru tidak menggunakan berbagai metode yang dapat mengakibatkan pembelajaran lebih menarik dan peran siswa lebih aktif. Terkadang guru juga menggunakan cara berdiskusi kelompok tetapi tidak berjalan efektif karena hanya beberapa siswa saja yang aktif mendominasi diskusi dalam kelompok. Maka dari itu terjadilah rasa kebosanan pada siswa mereka saat pembelajaran tidak fokus pada materi yang sedang dijelaskan hal ini mengakibatkan sikap siswa yang kurang positif dalam menerima pelajaran IPA juga berpengaruh hasil belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan sikap yang kurang positif dan hasil belajar siswa rendah di SDN Delik 02 kelas IV peneliti menggunakan cooperatif learning. Cooperatif learning ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran dalam sebuah kelompok, dan bertanggung jawab. Antar anggota kelompok saling membantu dalam belajar, siswa diajarkan untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Tipe cooperatif learning yang di gunakan oleh peneliti dalam pemecahan masalah ini adalah two stay two stray. Cooperative learning tipe two stay two stray ini dapat membuat semua siswa lebih aktif dalam berdiskusi kelompok karena setiap anggota kelompok memiliki peran tersendiri, siswa dapat berlatih mengungkapkan pendapatnya dan menumbuhkan rasa percaya diri dari siswa. Dengan menggunakan cooperative learning tipe two stay
3
two setiap anggota kelompok mendapatkan peran/tugas yang jelas sehingga tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
Dengan menggunakan
cooperative learning tipe two stay two siswa tidak hanya duduk, dengar, catat, dan hafal lagi tetapi dapat berperan aktif dalam bereksplorasi pengetahuan. Diharapkan Cooperative learning tipe two stay two ini dapat meningkatkan sikap positif dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Delik 02 mendapatkan nilai 62100. Untuk mengetahui adanya peningkatan sikap positif dan hasil belajar atau tidak maka diperlukan penelitian dengan judul “Peningkatan Sikap Positif dan Hasil Belajar IPA Melalui Cooperatif Learning Tipe Two Stay Two Stray Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Delik 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014” 1.2.Permasalahan Penelitian Berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan antara peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri Delik 02. Dibutuhkan penelitian untuk memecahkan permasalahan sikap kurang positif dan hasil belajar IPA rendah di SD Negeri Delik 2. Dikarenakan karena guru dalam pembelajaran kurang melibatkan siswa dalam bereksplorasi, dan sikap kurang positif siswa terhadap pelajaran IPA. Guru dalam pembelajaran belum menggunakan beragam media dan metode yang menarik bagi siswa, sesekali menggunakan cara berdiskusi kelompok itu pun tidak berjalan efektif. Oleh karena itu terjadi kebosanan pada siswa yang mengakibatkan sikap kurang positif siswa dalam menerima pelajaran IPA dan hasil belajar siswa sebagian besar belum mencapai KKM. 1.3.Cara Pemecahan Masalah Pemecahan
masalah
dari
permasalahan
tersebut
adalah
dengan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan sikap positif dan hasil belajar siswa. Dengan menerapkan pembelajaran yang tepat maka sikap positif, dan hasil belajar siswa akan mencapai hasil yang maksimal. Metode Pembelajaran yang dimaksud adalah cooperative learning tipe two stay two. Dengan menggunakan cooperative learning tipe two stay two. Siswa dituntut untuk berperan aktif dalam bereksplorasi. Aktivitas yang dilakukan siswa dapat
4
terlihat dari kegiatan berdiskusi menyelesaikan tugas kelompok, bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi lain, mencocokkan hasil bertamu untuk menyaring informasi mana yang salah, mana yang benar, dan berpresentasi untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya. Selain berperan aktif cooperative learning tipe two stay two ini juga mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa, berani
mengungkapkan
pendapat,
menyaring informasi
yang diperoleh,
menumbuhkan komunikasi antar siswa yang positif, menjalin kerja sama yang baik. Pembagian kelompok juga dilakukan secara heterogen. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah. Dikarenakan cooperative learning tipe two stay two membutuhkan peran siswa yang aktif jadi siswa tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengerjakan hal yang tidak perlu selama pembelajaran berlangsung. Karena siswa ikut terlibat langsung dalam kegiatan eksplorasi.
Dapat
memberikan dampak bagi siswa untuk memahami materi pelajaran IPA lebih maksimal, dan sikap siswa akan positif terhadap pelajaran IPA. 1.4.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah a. Apakah cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan sikap positif terhadap pelajaran IPA pada siswa kelas IV di SDN Delik 2 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2013/2014. b. Apakah cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di SDN Delik 02 kecamatan Tuntang kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2013/2014. c. Bagaimanakah penerapan cooperative learning tipe two stay two stray dalam meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Delik 2 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2013/2014.
5
d. Bagaimanakah penerapan cooperative learning tipe two stay two stray dalam meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada siswa kelas IV SDN Delik 2 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun ajaran 2013/2014. 1.5.Tujuan dan manfaat penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk a. Meningkatkan sikap positif terhadap pelajaran IPA melalui cooperative learning tipe Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV di SDN Delik 02 semester II tahun ajaran 2013/2014. b. Meningkatkan hasil belajar IPA melalui cooperative learning tipe Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV di SDN Delik 02 semester II tahun ajaran 2013/2014. c. Mendeskripsikan penerapan cooperative learning tipe two stay two stray dalam meningkatkan sikap siswa terhadap pelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Delik 2 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2013/2014. d. Mendeskripsikan cooperative learning tipe two stay two stray dalam meningkatkan hasil belajar siswa IPA pada siswa kelas IV SDN Delik 2 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun ajaran 2013/2014. 1.5.2. Manfaat penelitian 1.5.2.1. Manfaat Teoritis Sebagai referensi dan memperluas kajian tentang penggunaan cooperative learning tipe two stay two stray untuk meningkatkan sikap positif, dan hasil belajar khususnya pada pelajaran IPA di tingkat Sekolah dasar.
6
1.5.2.2. Manfaat Praktis Hasil yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: a. Bagi Sekolah Memberikan bahan kajian, evaluasi, dan bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijakan
mengenai
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan sikap, dan hasil belajar IPA. b. Bagi guru Diharapkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, guru memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman, mengenai cooperative learning tipe two stay two stray, sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran. c. Bagi siswa Dapat meningkatkan sikap positif, dan hasil belajar pelajaran IPA.