BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Televisi sebagai media massa paling populer, hadir sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat yang sarat akan informasi, dengan corak siaran nasional yang terus berlangsung hingga sekarang. Tayangan televisi menawarkan program-program yang membentuk pola pikir masyarakat ke dalam dua sisi pemikiran, positif dan negatif. Marfuah Sri Sanityastuti menegaskan bahwa televisi perlu kita baca (telaah) secara bijaksana agar lebih mengarah pada pengaruh positif, dibandingkan pengaruh negatifnya (Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia Volume 2 Nomor 1, Oktober 2007). Tatanan jurnalisme yang baik mendukung sebuah program (berita) ke arah persepsi yang positif. Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, salah satu elemen penting dalam jurnalisme adalah wartawan harus menjaga berita agar tetap proporsional dan menjadikannya komprehensif (2001: 210). Prinsip ini menjelaskan agar suatu berita tetap memenuhi proporsinya dan tidak menambahkan atau menghilangkan poin-poin penting, informasi berita berdasar atas kebenaran. Mendramatisasi suatu kejadian demi sensasi, memberikan pandangan negatif secara tidak imbang, dan nantinya akan membuat berita menjadi sumber perluasan konflik. Dewasa ini, penerapan jurnalisme damai seolah tidak lagi mendapat tempat di televisi Indonesia. Berbagai tayangan televisi, terutama berita cenderung menonjolkan sisi kekerasan. Tayangan berita yang menyuguhkan realita kekerasan dalam mayarakat tampaknya telah menjadi tontonan yang biasa. Pemberitaan yang vulgar dan sensasional cenderung lebih disukai wartawan dan redaksinya. Ditambah kebiasaan buruk mengambil angle kejadian yang menegangkan, pemakaian gaya bahasa, dan cara memilih
1
judul, dan cara menerapkan agenda setting sehingga mencemaskan khalayak. Ini justru menciptakan war journalism. Dan kini itu semua terjadi di Indonesia. Model jurnalistik yang umumnya dianut media Indonesia adalah “Bad news is good news”. Model Jurnalistik ini kehadirannya lebih dikehendaki pasar, dibandingkan peace journalism atau jurnalisme damai.1 Peace journalism rasanya masih jauh untuk bisa tercipta ketika kita melihat masih banyaknya media pers yang menyulut emosi masyarakat dalam pembuatan berita-beritanya. Padahal jurnalis seharusnya bisa membuat berita yang menyejukkan.
2
Hal inilah yang membuat jurnalisme
damai menjadi isu yang cukup penting dan juga relevan untuk dibicarakan. Pendekatan Jurnalisme damai dapat dilihat, misalnya ketika reporter dan editor membuat pilihan atas berita apa yang dilaporkan dan bagaimana melaporkan berita tersebut, mempertimbangkan dan menghargai “respon tanpa kekerasan” terhadap sebuah konflik (Lynch, Jack, Anabel Mc Goldrick, 2005: 5). Salah satu stasiun televisi yang mengedepankan jurnalisme damai adalah DAAI TV. DAAI TV memperlihatkan komitmen untuk membuat konten-konten siaran yang positif dan lebih bersifat mencerahkan daripada sekedar menjual hiburan murah dan kekerasan. DAAI TV diharapkan menjadi wadah yang mampu menjernihkan dan menyucikan hati dan pikiran manusia yang tidak menayangkan tayangan yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, maupun magis.3 Berdiri di bawah Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan mengudara sejak tahun 2006, DAAI TV menyiarkan konten-konten humanis dan mengedepankan jurnalisme damai. Ada tiga prinsip utama yang dipegang DAAI TV: kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Kebenaran 1
Arifianto, S. Konstruksi Media Terhadap Pemberitaan Pemerintah (Negara) dalam http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/aptika-ikp/files/2013/02/KONSTRUKSI-MEDIATERHADAP-PEMBERITAAN-PEMERINTAH.pdf. Tanggal akses 23 Juni 2013 2 Permatasari, Anne. Kepentingan Pemilik Modal Jauhkan Pers Dari Jurnalisme Damai. Jurnal Nasional edisi Rabu, 27 Juni 2012 dalam http://www.jurnas.com/halaman/16/2012-0627/213710. Tanggal akses 23 Juni 2013 3 Samuel Salim, Leo. 2010. Menjernihkan hati dan pikiran manusia dalam http://www.tzuchi.or.id/view_berita.php?id=1162&daerah=Medan&misi=Lingkungan tanggal akses 5 Mei 2013.
2
berarti setiap tayangan selalu berdasarkan kisah yang nyata, termasuk pada tayangan drama. Kebajikan berarti tayangannya tidak hanya mengulas dan memberitakan, tetapi juga membina dan membimbing. Sedangkan keindahan berarti selain enak ditonton, namun juga memberikan contoh yang baik bahwa dengan santun kita bisa membangun masyarakat yang baik.4 Berbeda dengan konten TV lokal lain di Jakarta seperti B-Channel, Elshinta TV, TVRI Jakarta, Jak TV, Net TV-Spacetoon Jakarta, dan Radar TV. DAAI TV menyajikan program berita dengan pilihan kata-kata dan cara bertutur yang baik, tidak berapi-api dan profokatif. Sejauh ini, DAAI TV merupakan Stasiun TV pertama di Indonesia yang mengedankan jurnalisme damai. Bagi Yayasan Budha Tzu Chi, DAAI TV merupakan salah satu pilar utama humanis yang mereka laksanakan, yaitu menjalankan peran penyiaran, selain pemberi bantuan kemanusiaan, program kesehatan dan lingkungan hidup. Penerapan jurnalisme damai seperti yang diterapkan oleh DAAI tidak lazim dilakukan oleh kebanyakan stasiun TV lokal maupun nasional. Program berita televisi pada umumnya seringkali mengekpos korban kekerasan yang penuh luka dan darah, memerlihatkan gerombolan orang bersenjata yang berlalu lalang, sampai mempertontonkan perkelahian yang brutal antar anggota kelompok masyarakat.5 Orientasi pemberitaan semacam ini dipengaruhi oleh motif profit (keuntungan), sesuatu yang biasa dipraktekkan dalam suatu industri budaya (Stokes, 2007: 113). Berdasarkan kondisi di atas, menjadi menarik untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional DAAI TV dalam mengaktualisasi jurnalisme damai pada program beritanya. Selain itu, bagaimana DAAI TV yang berada di pusaran industri televisi yang mengutamakan profit berani mengambil kebijakan yang berbeda dan bertahan hidup dengan tayangan-
4
Tedi Lianto. 2012. Memberi contoh yang baik dalam http://www.tzuchi.or.id/view_berita.php?id=3031 Tanggal akses 5 Mei 2013. 5 http://www.kpi.go.id/download/laporan_tahunan/LAT_KPI_2011_Final.pdf tanggal akses 5 Mei 2013..
3
tayangan yang bernapaskan jurnalisme damai. Bertahannya DAAI TV sebagai TV yang independen juga merupakan suatu keistimewaan tersediri. Padahal, dalam proses perkembangannya, televisi lokal sulit untuk bertahan di tengah kompetisi dengan kelompok media yang lebih besar. Bahkan pada kenyataannya, kelompok-kelompok media besar juga membeli media lokal (Nugroho, Putri, dan Laksmi, 2012:19). Penelitian ini menjadi penting ketika berangkat dari keprihatinan akan minimnya penerapan jurnalisme damai di televisi Indonesia dan problem eksistensi televisi lokal.
B.
Rumusan Masalah Bagaimana prinsip jurnalisme damai dipraktekkan oleh DAAI TV dalam produksi program berita?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah: a. Mengetahui alasan penerapan prinsip jurnalisme damai di DAAI TV dalam produksi berita. b. Mengetahui pemahaman jurnalis di DAAI TV (dalam hal ini pemimpin redaksi dan reporter) di bagian pemberitaan tentang jurnalisme damai. c. Mengetahui bagaimana jurnalis menjabarkan secara teknis prinsip jurnalisme damai dalam produksi berita. d. Mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
menjadi
pendukung
dan
penghambat dalam menerapkan jurnalisme damai di televisi.
D.
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, penulis mengharapkan adanya manfaat sebagai berikut: 1.
Akademis a. Memberikan kontribusi bagi pengembangan pengetahuan di dalam Ilmu Komunikasi, khususnya konsentrasi Media, mengenai
4
kebijakan DAAI TV dalam menerapkan jurnalisme damai di televisi Indonesia b. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam merealisasikan jurnalisme damai. c. Memberikan penjabaran secara teknis prinsip jurnalisme damai dalam program berita. d. Memberikan pemahaman atas pentingnya penerapan jurnalisme damai di televisi 2.
Praktisi Menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola stasiun televisi untuk memasukkan unsur jurnalisme damai dalam membuat konten siaran.
E.
KERANGKA PEMIKIRAN 1. Pengertian Jurnalisme damai Ada beragam definisi mengenai jurnalisme damai. Pengertian jurnalisme damai sendiri menurut Galtung adalah jurnalisme yang berdiri di atas nama kebenaran yang menolak propaganda dan kebohongan, di mana kebenaran dilihat dari beragam sisi tidak hanya dari sisi “kita” (Sefti Oktarianisa, 2009: 543). Penafsiran tersebut menjelaskan bahwa dalam berita yang mengandung konflik, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik diberi kesempatan untuk mengemukakan permasalahan dari sudut pandang mereka masing-masing, sehingga tidak ada keberpihakan dari jurnalis maupun media massa yang menampilkan permasalahan tersebut. Senada dengan Galtung, Jake Lynch dari Assosiate Professor and Director of The Center for Peace and Conflict Studies, University of Sydney, mengatakan jurnalisme damai adalah situasi ketika para editor dan reporter membuat pilihan, mengenai apa yang akan dilaporkan dan bagaimana
melaporkannya,
yang
menciptakan
kesempatan
bagi
5
masyarakat luas untuk mempertimbangkan dan menilai tanggapan non kekerasan terhadap konflik.6 Sedangkan Pecojon7 mengatakan jurnalisme damai akan terlaksana ketika jurnalis memilih memberitakan berita dengan berpatok pada kebenaran dan tanggungjawab yang membuka ruang perdamaian atas konflik Lebih singkatnya, Muhammad Ali, dalam tulisannya di Harian Suara Merdeka, menyatakan jurnalisme damai adalah jenis jurnalisme yang lebih mengarah pada penyampaian informasi yang berdampak pada perdamaian.8 Jurnalisme damai merupakan laporan jurnalistik yang tidak mengobarkan konflik lewat media massa. Hal yang jauh lebih penting adalah bagaimana memunculkan semangat bersama agar bisa membuat paradigma baru dalam penulisan berita tentang konflik.9 Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa jurnalisme damai merupakan sebuah konsep baru di bidang akademik, khususnya jurnalisme dan sektor media. Jurnalisme damai menekankan pada bagaimana berita, dikumpulkan, diolah, dan disajikan sehingga produk jurnalisme yang dihasilkan mengarahkan audien untuk memberikan tanggapan positif atas berita yang disajikan media. Penting untuk ditekankan bahwa jurnalisme damai adalah jenis baru pelaporan, pemilihan berita dan pembingkaian berita untuk profesi jurnalisme.
6
Lynch, Jake. 2008. What Is Peace Journalism? dalam http://www.internationalpeaceandconflict.org/forum/topics/article-from-jake-lynch-what tanggal akses 26 Juli 2013. 7 Lynch, Jake. 2012. Response to Peace Journalism. Sage Journal 8
9
Jurnalisme Damai, Suatu Keniscayaan. http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/14/opi4.htm. Tanggal akses 11 Juli 2001 Harian Kompas edisi Jumat, 22 Juni 2001.
6
2. Prinsip-prinsip Jurnalisme Damai Dalam alam demokrasi di Indonesia sekarang ini, sudah saatnya berkembang budaya, bahwa suatu kebenaran adalah milik bersama, tidak bisa diklaim oleh hanya satu pihak saja, tetapi harus dikonfirmasi menurut kebenaran pihak lain. Inilah mengapa penerapan jurnalisme damai menjadi sangat penting untuk menjauhkan masyarakat dari konflik yang banyak ditimbulkan dari media massa. Menurut Lynch and McGoldrick, terdapat tiga hal yang paling penting dalam Jurnalisme damai (Sefti Oktarianisa, 2009: 543 dalam Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Volume VII/No.3 September – Desember 2009): a. Menggunakan wawasan yang lebih luas dalam memandang dan menganalisa sebuah konflik dan mentransformasikannya sebagai konsep yang seimbang adil, dan akurat dalam melaporkan berita. b. Membuat sebuah cara baru dalam memetakan sebuah hubungan antara jurnalis, sumber, cerita yang mereka buat, dan konsekuensi dari bentuk jurnalisme yang dipakai di mana ada intervensi etika dalam jurnalisme. c. Membangun kesadaran atas pentingnya fokus pada anti kekerasan yang diimplementasikan pada kegiatan harian si jurnalis.
Masih menurut Jake Lyinch dan Mc Goldrick, jurnalisme tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga untuk melihat penyebab kekerasan dari berbagai sisi konflik. Seorang jurnalis dapat menghindari dampak negatif dari pemberitaan bila mereka dapat melakukan hal-hal berikut. a. Tidak menggambarkan konflik sebagai percecahan antar dua kubu. Jurnalis harus melihat konflik dari banyak kelompok-kelompok kecil yang mengambil bagian dalam konflik tersebut.
7
b. Ajukan pertanyaan yang dapat mengungkapkan kesamaan; Hindari saling menyalahkan, tetapi melihat bagaimana masalah dan isu-isu bersama yang mengarah ke arah penyelesaian masalah c. Jangan fokus hanya pada penderitaan satu kelompok dan jangan menggunakan
pilihan
kata
yang
memojokkan.
Jangan
menggunakan kata-kata seperti menyedihkan, hancur, tak berdaya, atau tragedi. Sebaliknya, melaporkan apa yang telah dilakukan oleh masyarakat, memberitakan bagaimana mereka mengatasi dan memberi solusi.10 Dalam mengolah pemberitaan yang baik, seorang jurnalis harus mampu memahami konteks masalah secara keseluruhan, mencangkup memahami sudut pandang dari semua pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
Kemudian
dari
pemahaman
tersebut,
jurnalis
dapat
menyimpulkan informasi dan pemberitaan yang positif bagi para audien. Menurut
Shinar
(2007),
data
yang
komprehensif
dapat
dikumpulkan dengan melakukan lima hal berikut ini: a. Mengeksplorasi latar belakang dan konteks dari formasi konflik, dan menyajikan berbagai macam sebab serta pilihan dari berbagai sisi sehingga menggambarkan konflik seperti aslinya. Transparan terhadap audiens. b. Memberikan suara kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik. c. Menawarkan ide kreatif untuk resolusi konflik, pengarahan kepada perdamaian, dan penjagaan perdamaian. d. Mengekspos semua kebohongan, upaya menutup-nutupi, korban serta pelaku dari semua pihak. e. Memperhatikan cerita perdamaian dan perkembangan pasca perang. 10
Kovarik, Bill. Peace Journalism/Media and the Path to Peace. Diakses dari http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/216932707/fulltextPDF/140DE9422301 9E8DCEA/2?accountid=13771. tanggal akses 17 september 2013.
8
Pada prinsipnya, jurnalisme damai lebih mementingkan empati kepada korban-korban konflik daripada liputan kontinyu tentang jalannya konflik. Jurnalisme damai memberi porsi sama kepada semua versi yang muncul dalam wacana konflik. Jurnalisme damai juga berusaha mengungkapkan ketidakbenaran di kedua belah pihak.11 Ini membuktikan
bahwa
menghindari
jurnalisme
kekerasan,
konflik,
damai dan
mengedepankan memegang
prinsip
prinsip nilai
kemanusiaan, sehingga menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beriktikad buruk. Menurut Claire H. Badaraco (2009) jurnalisme damai merupakan lawan dari jurnalisme perang. Perbedaan antara peliputan dengan cara jurnalisme damai dan jurnalisme perang adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Perbedaan jurnalisme damai dan jurnalisme perang Orientasi Pemberitaan
Orientasi Pemberitaan
Jurnalisme Damai
Jurnalisme Perang
Menelusuri unsur pada konflik, Hanya misalnya
beberapa
pihak
menyoroti
daerah-daerah
yang konflik, biasanya hanya melihat dua
terlibat, apa yang menjadi issu atau pihak yang bertikai dengan satu tujuan diperdebatkan (kemenangan).
masalah
yang
dengan
perspektif
penyelesaian.
Konflik
direduksi
mencari menjadi sebuah perang yang tidak mungkin mencapai titik temu.
Melihat waktu dan tempat konflik Melihat waktu dan konflik secara secara terbuka, tidak dibatasi oleh tertutup, hanya menyoroti tempatkejadian-kejadian
yang
baru tempat kejadian. Melihat sebab dan
berlangsung. Melihat sebab dan akibat hanya sebagai peristiwa, seperti akibat di berbagai tempat dan siapa yang pertama kali memulai 11
Prinsip Kerja Jurnalisme Damai dalam http://rumakom.com/2008/01/19/prinsip-kerjajurnalisme-damai/ tanggal akses 27 Juli 2013.
9
waktu serta menelusuri sejarah konflik, konflik dan lain sebagainya. Membuat
konflik
bagaimana
pihak
lain
membahasnya. bersifat Membuat konflik bersifat rahasia.
transparan. Memberi suara kepada semua pihak Membuat kerangka “kita-mereka” dan dengan empati dan pemahaman.
hanya menyuarakan kita.
Melihat konflik atau perang sebagai Melihat keberadaan mereka sebagai masalah dan melihat bentuk-bentuk masalah lain
dari
konflik
yang
tidak kemenangan
menggunakan kekerasan. Melihat
sebagai
Terutama
jika
selalu
atau
menyoroti
kekalahan
dari
mereka yang terlibat konflik.
pihak-pihak
berkonflik
dan
yang Menciptakan image tentang musuh manusia. yang biadab, terutama jika ada yang
ada
yang menggunakan senjata.
menggunakan senjata. Proaktif,
mencegah
terjadinya Reaktif, hanya membuat laporan atau
perang, kekerasan, konflik tanpa berita ketika kekerasan terjadi. harus menutupi konflik. Menyoroti akibat kekerasan yang Hanya menyoroti akibat-akibat yang tidak terlihat, seperti trauma dan terlihat dari kekerasan seperti korban demam kemenangan, kehancuran pembunuhan, struktur masyarakat dan budaya.
luka-luka,
kerusakan
bangunan dan seterusnya.
Sumber: Lynch, J., & McGolrick, A. (2005). Peace Journalism. Gloucestershire: Howthorn Press. Praktek jurnalisme damai di Indonesia memang sulit untuk dilaksanakan. Unsur ”kekerasan” dianggap masih menjadi sebuah daya tarik bagi pemberitaan. Padahal sebenarnya audience sudah mulai bosan melihat tayangan yang tidak manusiawi. Dengan melihat perbedaan antara jurnalisme damai dan jurnalisme perang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jurnalisme damai berorientasi pada perdamaian, kebenaran, masyarakat dan korban, penyelesaian dan penghentian
10
kekerasan. Sedangkan jurnalisme perang berorientasi pada perang, propaganda, elite dan pelaku kekerasan, kemenangan. Selain uraian di atas, ada beberapa nilai dalam jurnalisme damai yang sedikit berbeda dengan nilai-nilai dalam jurnalisme umum menurut Syirikit Syah (2011), diantaranya: 12 a. Dalam jurnalisme damai, nilai ketokohan atau prominence dapat diabaikan, mengingat suara rakyat (non-elit) sama pentingnya. b. Unsur magnitude atau berita berdampak besar juga kurang sesuai karena peristiwa kecilpun patut diperhitungkan. c. Unsur konflik atau pertentangan juga sedapat mungkin dihindari.
Jurnalisme damai bukan berarti tidak memberitakan konflik. Konflik tetap diberitakan karena konflik merupakan salah satu nilai berita.13 Bedanya adalah jurnalisme membingkai konflik sedemikian rupa sehinggal fokus berita bukan pada perspektif menang kalah dengan menampilkan jumlah korban atau menyudutkan salah satu pihak yang berkonflik. Agak berbeda dengan nilai berita pada umumnya, nilai berita pada jurnalisme damai menekankan kepada bagaimana berita dibuat agar mengarah ke perdamaian dan gagasan-gagasan untuk pemecahan masalah.14 Selain nilai berita, ada beberapa kaidah jurnalistik yang perlu dimodifikasi dalam penerapan jurnalisme damai. Yaitu:
12
Syah, Sirikit. 2011. Jurnalisme Damai Bukan Bodrex. Dalam http://indonesianmediawatch.wordpress.com/2011/07/11/jurnalisme-damai-bukan-bodrex/ diakses pada tanggal 3 Oktober 2013 13 News Values dalam http://vegeta.hum.utah.edu/communication/classes/news.htm. diakses tanggal 3 Oktober 2013 14 Buller, Judy (2011): A Review of Reporting Conflict: New Directions in Peace Journalism , Peace Review: A Journal of Social Justice. Dalam http://sydney.edu.au/arts/peace_conflict/docs/media/Judy_Buller_review_of_Reporting_Conflict.p df. Diakses tanggal 3 Oktober 2013
11
a. Cover both side. Cover both side dianggap tidak cukup dalam pererapan jurnalisme damai, karena fokus pada dua pihak yang bertikai, justru akan mempertajam konflik. Cover many side sangat dianjurkan. Semakin banyak sudut pandang yang digunakan, semakin dekat jurnalis dengan akar konflik, semakin terbuka pula resolusi konflik. b. Bad news is a good news. Bad news dalam pemberitaan sering digunakan beberapa jurnalis untuk menarik audien. Sedangkan, good news pada dasarnya mengandung prinsip jurnalisme damai, yaitu isi berita meliputi harapan dan optimisme, tidak hanya terfokus pada konflik yang terjadi.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, penulisan berita dengan konsep jurnalisme damai tetap menggunakan nilai-nilai berita jurnalisme pada umumnya, karena nilai berita itu sendiri merupakan syarat suatu peristiwa layak diberitakan. Namun selain memenuhi nilai berita, jurnalisme damai juga menuliskan berita secara positif, menggunakan diksi yang tepat sehingga tidak menimbulkan konflik.15 3. Sejarah dan Perkembangan Jurnalisme Damai Secara global, jurnalisme damai muncul saat dimulainya "Operasi Badai Gurun" pada perang Teluk tahun 1997, menjadi awal mula mengapa
jurnalisme
damai
lahir.
Amerika
bersama
sekutunya
menyerang Irak yang dipimpin Saddam Husein. Salah satu jaringan televisi dunia CNN, melakukan peliputan eksklusif siaran langsung detik demi detik peristiwa yang meluluh lantahkan bangunan-bangunan di Irak serta mencabut ribuan nyawa mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Semua itu disiarkan secara terbuka dan tervisualisasi dengan vulgar 15
Putut. Kembangkan Jurnalisme Damai. Dalam http://www.uinjkt.ac.id/index.php/component/content/article/1-headline/356-pututkembangkan-jurnalisme-damai.pdf. tanggal akses 3 Oktober 2013
12
sebagai sebuah sajian “hiburan”. Hingga pada akhirnya di Amerika sendiri, terjadi protes keras dari kalangan akademisi, jurnalis, politisi dan masyarakat. Intinya menolak berbagai liputan perang tersebut yang tidak lagi mengindahkan nilai-nilai luhur jurnalisme dari sudut kemanusiaan. Dengan dipelopori oleh Johan Galtung dan para penggiat dan pakar perdamaian lainnya, mereka menggagas kembali Jurnalisme Damai pada suatu pertemuan di Taplow Court, Buckinghamshire, Inggris, pada tahun 1997, yang dihadiri oleh para wartawan, ilmuwan dan mahasiswa dari Eropa, Asia, Afrika, Timur Tengah dan Amerika. Momentum ini dimanfaatkan betul untuk merevitalisasi peran jurnalisme dalam sebuah konflik yang terjadi. Rangkaian peristiwa inilah yang menggagas kembali jurnalisme damai sebagai antitesis terhadap jurnalisme perang/kekerasan (war/violence journalism) yang telah berkobar terlebih dahulu. Jurnalisme damai menjadi populer ketika audiens mulai jenuh dan tidak suka dengan pemberitaan yang berbau konflik, kekerasan dan kurang manusiawi.16 Sejarah jurnalisme damai di Indonesia sendiri, dialami ketika banyaknya insiden kekerasan yang berbau SARA sejak 1998, mulai dari kekerasan rasial pada 13-14 Mei 1998 di Jakarta terhadap etnis Tionghoa, pembersihan etnis Madura di Sambas, Kalimantan Barat pada 1999, konflik di Maluku 2000-2001, darurat sipil di Aceh, dan konflik Muslim-Kristen yang kronis di Poso sejak Desember 1998. Namun, Jurnalisme damai di Indonesia mulai menjadi wacana saat terjadi kerusuhan di Maluku pada tahun 1999.17 Saat itu media yang menjadi andalan setiap orang dalam memperoleh informasi juga terseret dalam perpecahan. Adanya pemisahan kerja wartawan muslim dan wartawan kristen saat itu menjadi 16
http://issuu.com/tifafoundation/docs/resolusi_konflik_upload_ tanggal akses 26 Juli 2013. 17
Ibid.
13
suatu pemicu semakin terpecahnya golongan masyarakat di Maluku. Akibatnya, konflik pun semakin memanas. Ternyata media yang ada tidak menyajikan berita secara berimbang. Karena keberpihakan media itulah, pertikaian terus berlangsung. Wartawan muslim dalam Ambon Ekspres dan wartawan kristen dalam Suara Maluku masing-masing saling menyudutkan lawan. Mereka pun mengeksploitasi sebuah peristiwa secara berpihak dan vulgar. Seringkali dalam meliput berita pun mereka hanya mengandalkan beberapa narasumber yang bahkan kadang-kadang diragukan kredibilitasnya. Mulai dari situlah jurnalisme damai mulai dirasakan penting untuk digunakan dalam kegiatan jurnalistik khususnya dalam pemberitaan konflik. Tujuannya agar media yang sifatnya umum tidak dijadikan alat propaganda dan pemberitaan yang disajikan pun bersifat lebih manusiawi.18 Dari pemaparan tersebut, ini membuktikan bahwa sebenarnya pendekatan jurnalisme damai memberikan jalan baru bagi pihak-pihak yang bertikai untuk menyelesaikan konflik secara kreatif dan tidak memakai jalan kekerasan. Di sinilah posisi DAAI TV sebagai salah satu stasiun TV lokal yang memelopori Jurnalisme damai menjadi sangat berperan dalam membentuk perdamaian dalam masyarakat19. DAAI TV merupakan televisi pembawa kedamaian di tengah masyarakat. Stasiun ini tak hanya menyiarkan program-program keluarga, tapi juga berita kemanusiaan dan budaya humanis yang sangat relevan di tengah zaman yang kian kisruh. Kondisi sosial masyarakat saat ini banyak sekali terpengaruh dengan tayangan jurnalisme perlawanan. Belum adanya pelopor yang dilakukan oleh media massa nasional di Indonesia untuk menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme damai, mungkin menjadi salah satu alasan bagi media massa yang lainnya untuk terus menerapkan sistem 18 19
Ibid Susanto, Himawan. Mansur Tandiono: yang Terbaik Bagi Kehidupan. Dalam http://www.tzuchi.or.id/view_relawan.php?id=10 diakses tanggal 23 Mei 2013
14
jurnalisme perlawanan. Sudah saatnya Indonesia memiliki stasiun TV yang menerapkan pendekatan jurnalisme damai, agar masyarakat tidak mudah terporovokasi oleh pemberitaan media, dan DAAI TV menjawab masalah ini. 4. Berita dan Corak Penyajian Berita Berita dapat didefinisikan laporan terkini tentang fakta peritiwa yang sedang terjadi, memberikan informasi kepada khalayak dan penyebarannya melalui media massa. Namun, menurut Burton (2007), berita buka sekedar fakta melainkan bentuk khusus pengetahuan yang tidak lepas dari penggabungan informasi, mitos, fabel dan moralitas, atau lebih singkatnya berita merupakan sebuah operasi ideologi, dalam pandangan politik, ekonomi, sosial, atau pendek kata sebuah pandangan kekuasaan. Beberapa pengertian lain mengenai berita, diantaranya adalah dari Dean M. Lyle Spencer dalam Deddy Iskandar Muda (2005) menyatakan bahwa berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca. Sedangkan Mitchel V. Charnley dalam Deddy Iskandar Muda (2005) menyebutkan berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar maupun penonton. Berita mempunyai ciri khas atau karateristik tersendiri sesuai dengan media penyampainya. Termasuk media televisi, yang mana
15
mempunyai karateristik sangat berbeda dengan media massa lainnya, terutama dengan media cetak. Adapun karateristik media televisi yang kemudian mempengaruhi karateristik berita sebagai salah satu programnya, adalah sebagai berikut: a. Cepat dalam pelaporan berita daripada informasi yang lain, hampir dalam waktu bersamaan ketika peristiwa itu terjadi. b. Meliputi wilayah yang luas dalam satu waktu, bahkan seluruh dunia. c. Mudah untuk dimengerti bahkan bagi anak-anak yang belum dapat menulis dan membaca. d. Tidak mungkin di ulang atau dikonfirmasi lagi dari sisi penerima. e. Hanya
komunikasi
satu
arah
dari
pengirim
ke
penerima.20 Menurut Wibowo (1997) di dalam program berita terdapat bermacam-macam cara menyajikan berita dan corak penyajian berita. Batasan yang umum untuk jenis atau macam program siaran berita terlatak pada batasan yang didasari atas keterikatan pada waktu aktual singkat dan ketidakterikatan pada waktu aktual singkat (mempunyai waktu aktual yang panjang). Berita yang terikat waktu (time concern) disebut berita harian, sedangkan berita yang tidak terikat waktu (time less) disebut berita berkala. 1.
Berita Harian Berita harian atau berita hangat (hot news) adalah berita yang perlu segera disampaikan kepada masyarakat. Corak berita semacam ini sangat terikat waktu aktual yangt singkat.
20
JICA, News Program Production: a simple Guide for Broadcasting Journalist, Hand book Diploma I (News and Current Affairs), MMTC.
16
Berita hangat biasanya bersifat linier dan langsung (straight news). Berdasarkan sifat dan kekuatan materi beritanya straight news dapat berupa: a.
Soft News (Berita Lunak) Artinya, berita-berita yang bersangkut-paut dengan kejadian-kejadian umum yang penting di masyarakat. Berita-berita yang penting dan diperlukan, namun tidak mengandung kemungkinan gejolak dan tidak melibatkan tokoh masyarakat atau orang termasyhur. Misalnya, berita mengenai
konferensi
atau
seminar,
kegiatan
pengembangan daerah, kegiatan masyarakat, dan human interest. b. Hard News (Berita Keras) Hard news adalah berita yang mengandung konflik dan
memberi
sentuhan-sentuhan
emosional
serta
melibatkan tokoh masyarakat atau orang termasyhur. Berita-berita semacam ini biasanya termasuk di dalam kategori berita yang memiliki high political tension, very unusual, dan controversial. Ketiga syarat itu merupakan petunjuk bahwa dengan cara penulisan tertentu berita tersebut dapat memberikan sentuhan emosi kepada masyarakat. Tegangan politik tinggi, sangat istimewa dan mengandung konflik atau pertentangan, sebagai berita memiliki daya tarik yang sangat tinggi. Secara komersial, berita semacam ini biasanya memiliki rating tinggi. c. Spot News Spot news adalah berita singkat dan penting yang memberikan informasi mengenai suatu peristiwa atau kejadian, ketika redaktur atau editor merasa perlu untuk
17
segera menyajikan berita itu dan menyiarkan pada kesempatan pertama setelah editor menyelesaikan editing.
2.
Berita Berkala Berita berkala adalah berita yang bersifat time less (tidak terikat waktu) yang mempunyai kemungkinan-kemungkinan penyajian yang lebih lengkap dan mendalam. Sajiannya juga dapat diolah secara lebih artistik. Oleh karena itu, model berita berkala biasanya merupakan karya jurnalistik yang artistik. Format dari karya jurnalistik, berupa program dokumenter, feature, magazine. a. Program Dokumenter Program
yang
menyajikan
suatu
kenyataan
berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial, artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi nyata. Program dokumenter berusaha
menyajikan
sesuatu
sebagaimana
adanya,
meskipun tentu saja menyajikan sesuatu secara objektif itu hampir tidak mungkin. b. Feature Suatu program yang membahas suatu pokok bahasan, suatu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dengan berbagai format. Dalam satu feature, satu pokok
bahasan
boleh
disajikan
dengan
merangkai
beberapa format program sekaligus, misalnya, wawancara, show, vox-pop, puisi, musik, nyanyian, sandiwara pendek, fragmen. c. Magazine
18
Program
ini
mempunyai
jangka
waktu
terbit
mingguan, bulanan, dwibulanan, tergantung dari kemauan produser, program magazine mirip dengan feature. Perbedaannya, program feature satu pokok permasalah disoroti dari berbagai aspek dan disajikan lewat berbagai format. Sementara itu magazine bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan membahas satu bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan, dan musik yang ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai format.
5. Manajemen Program Berita Televisi Ada berbagai pendapat mengenai pengertian dari manajemen. Stoners dalam Morissan (2011), memberikan definisi manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya, agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Seperti halnya Stoners, Wayne Mondy dalam Morissan (2011), memberikan definisi manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, mempengaruhi dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi melalui koordinasi penggunaan sumber daya manusia dan materi. Seperti yang disampaikan Morissan (2011), acara atau program merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan dan mendukung keberhasilan suatu stasiun penyiaran televisi. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran televisi. Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan
19
dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan penonton. Penyiaran berita atau acara menggunakan manajemen dalam menjalankan kegiatannya, dan setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya organisasi lainnya dengan menjalankan fungsi manajemen disebut manajer. Menurut T. Hani Handoko (1994), ada tiga alasan utama mengapa manejemen diperlukan: a. Untuk
mencapai
tujuan.
Manajemen
dibutuhkan
untuk
mencapai tujuan organisasi. b. Untuk menjaga keseimbangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihakpihak yang berkepentingan dalam organisasi. c. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda; salah satu cara yang umum yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan patokan efisiensi dan efektivitas.
6. Perencanaan Produksi Program Berita Televisi a) Perencanaan Produksi Program Televisi Perencanaan mencakup kegiatan penentuan tujuan (objectives) media penyiaran serta mempersiapkan rencana dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam perencanaan harus diputuskan “apa yang harus dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya” (Morissan, 2011: 138). Jadi perencanaan merupakan pemilihan sekumpulan kegiatan dan memutuskan apa yang harus dilakukan kapan, bagaimana dan oleh siapa. 20
Dalam pemahaman umum mengenai program televisi, selain latar belakang proses pemikiran penciptaan program, sangat diperhatikan pula apa yang di televisi dikenal dengan Standart Operational Procedure (SOP), atau cara pelaksanaan kerja yang baku atau tata laksana kerja. SOP merupakan langkah atau tahapantahapan yang secara konseptual dirancang dalam perencanaan. Adapun tahapan-tahapan tersebut menurut Fred Wibowo (2007): 1. Pra produksi (ide, perencanaan dan persiapan) 2. Produksi (pelaksanaan) 3. Pasca produksi (penyelesaian dan penayangan) Perencanaan program televisi dilakukan pada tahapan pra produksi. Adapun perencanaan produksi program televisi menurut Gerald Millerson (1993), meliputi: 1) Perencanaan Awal Pada tahapan ini dilakukan diskusi mengenai: a.
Produksi (interpretasi)
b.
Stage design berupa perancangan kasar dan sketsa
c.
Tata cahaya
d.
Make up
e.
Kostum
f.
Fasilitas Teknik
2) Perencanaan Teknis a.
Pemantapan penyajian produksi
b.
Perencanaan secara terinci dari penyajian produksi
c.
Graphic, properties, special effect
d.
Administrasi produksi
e.
Konstruksi produksi
f.
Kepustakaan film, graphic, pengambilan gambar
21
b) Perencanaan Produksi Berita Program pemberitaan memerlukan sebuah tahapan perencanaan yang matang. Perencanaan dalam menyelenggara program berita dapat dilakukan dengan berkoordinasi diantara personil, yaitu dalam rapat redaksi. Perencanaan produksi berita dalam rapat redaksi menurut Morrisan (2008), antara lain: 1) Perencanaan materi berita yang hendak diliput Merencanakan materi berita adalah hal pertama yang dilakukan produser berita sebelum dilakukan liputan di lapangan. Perencanaan materi berita didapat memalui sumber-sumber berita, seperti koran, majalah, internet, pertemuan antar wartawan, temuan di lapangan dan undangan liputan. Perencanaan materi berita adalah modal utama bagi tim liputan sebagai acuan untuk kegiatan meliput hari itu. Materi berita hanya berupa informasi mengenai topik berita, lokasi dan narasumber. 2) Perencanaan liputan apa yang akan menjadi berita utama (top stories) untuk hari itu. Pemilihan berita sesuai prioritasnya adalah penting dilakukan, untuk memberikan daya tarik atas program berita yang ditayangkan. Atas pertimbangan itu pula produser dalam rapat redaksi memilih berita yang sesuai kriteria, untuk dijadikan sebagai berita utama atau top stories. Berita utama diletakkan pada awal setiap segmen berita. Berita utama ini dikategorikan berdasarkan, nilai keaktualan, menarik dan bersifat human interest. 3) Perencanaan personil dan penugasan Perencanaan personil dan penugasan dilakukan oleh produser. Produser memberitahukan materi berita yang perlu diliput hari itu dan menugaskan siapa saja untuk
22
meliputnya. Dalam perkembangan kemudian, penugasan yang diberikan bukanlah sesuatu yang kaku, bisa saja suatu penugasan berubah, tim liputan diminta untuk meliput peristiwa lain yang dianggap lebih penting. 4) Perencanaan susunan berita (rundown) Dalam rapat, produser acara akan mengemukakan perkiraan susunan berita atau rundown, yang akan dibuat berdasarkan berita-berita yang telah diperoleh ataupun berita yang masih dalam pencarian tim liputan. Susunan berita bersifat fleksibel dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dari perkembangan berita yang terjadi hari ini. Terkadang susunan rundown awal terlihat sama dengan rundown final, namun sering terjadi bentuk rundown final sama sekali berbeda dengan rundown awal.
F.
METODOLOGI 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan akan menggunakan desain studi kasus. Riset Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti suatu kasus tertentu yang luar biasa sehingga cocok digunakan untuk meneliti keistimewaan DAAI TV dalam menerapkan jurnalisme damai. Studi kasus adalah metode yang dipergunakan dengan tujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Objek penelitian ini adalah Departemen Pemberitaan DAAI TV. Hal ini sesuai dengan peryataan Sutapa Mulya dalam bukunya yang mengatakan bahwa objek studi kasus adalah kelompok-kelompok dalam masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat, maupun individu dalam masyarakat. (Wiyarti. dan Sutapa Mulya, 2007:43)
23
Tujuan studi kasus adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat maupun karakter yang khas dari suatu kasus. Studi kasus sangat memungkinkan untuk mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa suatu kasus. Dalam hal ini penerapan jurnalisme damai di DAAI TV bisa terjadi, oleh karena itu banyak penilaian yang mengandalkan metode studi kasus. Studi kasus ini hanya fokus pada penerapan jurnalisme damai di DAAI TV. perolehan data kualitatif dalam studi kasus ini dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, seperti manager produksi berita, dewan redaksi maupun jurnalis DAAI TV baik melalui wawancara, observasi, partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari berbagai cara itu hakikatnya untuk saling melengkapi. seperti pada umumya penelitian kualitatif, hal yang perlu ditekankan adalah kedalaman subjek, bukan banyaknya subjek yang diteliti. Studi kasus sendiri, menurut Robert K.Yin (1996) dibagi kedalam tiga tipe yakni studi kasus eksplanatoris, eksploratoris dan deskriptif. Ketiga tipe ini berdasarkan kepada jenis dan tujuan dari pertanyaan penelitian. Penelitian ini akan mengunakan pendekatan deskriptif karena peneliti ingin mengetahui gambaran lengkap mengenai kebijakan DAAI TV yang menjadi pelopor jurnalisme damai.
2. Obyek Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini akan mengamati satu obyek, yaitu departemen pemberitaan DAAI TV.
3. Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah penelitian dengan metode studi kasus, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengumpulan data. Pada dasarnya data dalam sebuah penelitian studi kasus bisa didapat dari enam sumber bukti yaitu dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi
24
langsung, observasi partisipan, dan perangkat fisik. Berikut teknik yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini: a.
Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Jadi metode ini diterapkan untuk memperoleh hal-hal yang terkait dengan objek yang bersifat nyata. Datang ke lapangan diperlukan untuk menemukan secara lengkap kondisi yang ada. Peneliti akan melakukan observasi langsung ke dalam internal DAAI TV yang berkantor di Jakarta. Observasi dilakukan dengan melihat langsung bagaimana proses produksi siaran berita dilakukan, mulai dari peliputan, penulisan berita, samapi penyiaran. Sebagai pengamat, peneliti akan melihat langsung fenomena yang terjadi di dalam organisasi tanpa ikut campur tangan atau masuk ke dalam sistem yang ada. Diharapkan data yang diperoleh berupa dokumentasi visual dan tertulis. b.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan secara mendalam. Data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Pihak yang dimaksud antara lain Jurnalis DAAI TV, dewan redaksi, dan manajer produksi program berita. Untuk memperoleh informasi yang mendalam terhadap sebuah kasus, maka diperlukan informan yang tahu banyak tentang masalah yang diteliti, meskipun tidak bergelar akademik tinggi. c.
Studi pustaka
Mencari literatur sebagai data pembanding yang didapatkan dari berbagai sumber kepustakaan untuk memperoleh teori-teori dan mempelajari peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penulisan dan menunjang keabsahan data yang diperoleh di lapangan. Metode ini
25
dapat juga diartikan pengumpulan data dengan mempelajari literaturliteratur sehingga dijamin keakuratan datanya (Surakhmad 1982: 41). Data
yang
bersumber
dari
kepustakaan
memberikan
tambahan
pengetahuan dan dapat memberikan pedoman untuk mencari data-data tambahan yang berhubungan dengan jurnalisme damai dan siaran DAAI TV sendiri.
4. Teknik Analisis data Riset ini akan menggunakan teknik analisis data pembuatan eksplanasi. Menurut Yin, tujuannya pembuatan eksplanasi adalah menganalisis data studi kasus dengan cara membuat suatu eksplanasi tentang kasus yang bersangkutan (Yin, 1996:146). Tujuannya adalah menganalisis data studi kasus dengan membuat suatu ekplanasi tentang praktek jurnalisme damai dalam program berita DAAI TV. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1. Pengumpulan informasi melalui berbagai teknik pengumpulan data yang telah dijabarkan di atas untuk mendapatkan sumber data yang diharapkan. 2. Mereduksi data dengan melakukan transformasi data kasar dan memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian 3. Menyajikan data dalam bentuk teks naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian penjelasan. 4. Menarik kesimpulan atas data yang telah diperoleh sehingga pada akhirnya diperoleh suatu penjelasan yang runtut dan sistematis tentang praktek jurnalisme damai di DAAI TV.
26