BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Mendapat pendidikan yang sama merupakan hak setiap individu yang menempati suatu negara tanpa terkecuali pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan dalam UU No.20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa, “Warga negara yang memiliki kelainan fisik,emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Pendidikan sendiri
merupakan usaha yang
dilakukan manusia untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan, terdapat kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya terjadi komunikasi antara guru sebagai pengajar dan anak sebagai pelajar. Anak tunarungu merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam komunikasi. Hal ini dikarenakan anak tunarungu merupakan seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak dalam kehidupan secara komplek (Haenudin, 2013: 56). Secara umum anak tunarungu dapat diartikan sebagai anak yang mengalami gangguan pendengaran dan secara fisik tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Anak tunarungu akan terlihat ketunarunguannya ketika mereka melakukan komunikasi. Gangguan mendengar yang dialami anak tunarungu mengakibatkan terhambatnya kemampuan berkomunikasi. Kesulitan dalam komunikasi mengakibatkan anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan intelektualnya. Menurut Haenudin (2013: 55) : Rendahnya prestasi belajar anak tunarungu bukan berasal dari kemampuan intelektual yang rendah, tetapi pada umumnya disebabkan oleh intelegensinya yang tidak mendapat kesempatan untuk 1
2
berkembang secara optimal. Tidak semua aspek intelegensi anak tunarungu terhambat, yang mengalami hambatan hanya yang bersifat verbal, misalnya dalam merumuskan pengertian, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian. Komunikasi sangat berhubungan erat dengan keterampilan bahasa, selain itu komunikasi berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Anak tunarungu mengalami hambatan dalam komunikasi, sehingga hal ini juga akan berdampak pada kemampuan lain. Khususnya dalam kemampuan bahasa, karena bahasa bagi manusia mempunyai peranan penting dalam menempuh kehidupannya, antara lain untuk mengembangkan diri, menyesuaikan diri, dan kontak sosial dalam proses belajarnya. Padahal pada dasarnya tingkat intelegensi anak tunarungu sama dengan anak normal, intelegensi mereka juga beragam ada yang di bawah rata-rata, rata-rata, dan di atas rata-rata. Untuk mengembangkan kemampuan intelektual seseorang haruslah memiliki kemampuan untuk memperoleh informasi yakni komunikasi yang baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI edisi 4 hlm. 721) bahwa, “Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan; kontak”. Selain itu, seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang terampil dalam komunikasi apabila memiliki penguasaan perbendaraharaan kata yang luas. Menurut Tarigan (2010: 2) bahwa, “Kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa”. Pendapat tersebut sejalan dengan Keraf (2004: 21), “Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak gagasan, atau dengan kata lain, mereka yang luas kosakatanya, dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain”. Dengan demikian, mereka yang memiliki sedikit kosakata akan mengalami hambatan dalam mengungkapkan ide atau gagasan maupun bahasa. Terbatasnya kepemilikan perbendaharaan kosakata merupakan
hambatan
3
utama anak tunarungu.
Akibat dari terbatasnya kosakata yang dimiliki anak
tunarungu, tidak sedikit anak tunarungu menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi tanpa memahami kosakata yang dikomunikasikan. Anak tunarungu kelas V B SLB B YRTRW memiliki hambatan dalam kemampuan berkomunikasi, hal ini mengakibatkan tidak sedikit dari mereka dalam berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Pada akhirnya mereka hanya mengerti isyarat namun tidak dapat memahami kosakata yang diisyaratkan. Kasus ini sering terjadi, sehingga anak tunarungu akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan kosakata yang akan berdampak pula pada kemampuan komunikasinya. Selain itu, berdasarkan hasil observasi saat peneliti melaksanakan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di SLB B YRTRW Surakarta kelas V B diperoleh bahwa beberapa siswa kelas V B mengalami kesulitan dalam hal perbendaharaan kata. Misalnya pada saat penyampaian materi dengan tema Hewan Peliharaanku, dimana saat diperlihatkan gambar mereka dapat mengisyaratkan namun tidak tahu nama hewan tersebut. Dalam kasus seperti ini, kegiatan pembelajaran bagi anak tunarungu diharapkan menggunakan metode pembelajaran kreatif, yang dapat menarik minat belajar dan mampu meningkatkan kemampuan intelektual anak tunarungu berkembang khususnya dalam meningkatkan penguasaan kosakata. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran bagi anak tunarungu yaitu metode Mind Mapping. Menurut Buzan dalam (Caroline, 2009: 63) bahwa, “Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak dengan mencatat secara kreatif, efektif, dan sederhana”. Mind Mapping didesain sesuai dengan kerja alami otak manusia. Dengan menggunakan otak sesuai cara keja alaminya, maka belajar dan berpikir akan cepat, mudah dan menyenangkan (Windura, 2013: 30). Gambar-gambar yang bebas didesain sesuai dengan selera anak serta bentuknya yang unik akan menyeimbangkan kerja kedua otak anak, sehingga keseimbangan kerja otak inilah yang akan menyebabkan rasa menyenangkan pada anak saat mereka belajar. Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan
4
judul “Efektivitas Mind Mapping dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata pada Anak Tunarungu Kelas V B SLB B YRTRW Surakarta Tahun 2015/2016”. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengatasi permasalahan dalam penguasaan kosakata pada anak tunarungu. B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan, peneliti menemukan beberapa masalah dalam penelitian, diantaranya : 1.
Anak tunarungu di kelas V B SLB B YRTRW memiliki hambatan dalam penguasaan kosakata yang terbatas.
2.
Tidak sedikit anak tunarungu kelas V B SLB B YRTRW dalam berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat tanpa memahami kosakata yang diisyaratkan
3.
Kemampuan intelektual anak tunarungu kelas V B SLB B YRTRW yang sulit berkembang dengan optimal karena mengalami hambatan dalam penguasaan kosakata
4.
Minat dan motivasi belajar anak tunarungu kelas V B SLB B YRTRW kurang terbangun dengan baik
5.
Metode yang digunakan di sekolah pada umumnya menggunakan metode ceramah, sehingga membuat anak mudah jenuh C. Batasan Masalah Peneliti membatasi masalah yang akan diteliti mengingat tidak sedikitnya
permasalahan yang ada yaitu : 1.
Subjek pada penelitian ini adalah semua anak tunarungu kelas V B SLB B YRTRW Surakarta tahun 2015/2016
2.
Penguasaan kosakata dalam penelitian ini terbatas pada kosakata berbagai jenis hewan berdasarkan tempat hidup anak tunarungu kelas V B mengingat tidak sedikit dari mereka yang mampu mengisyaratkan namun tidak memahami kosakata yang diisyaratkan
5
3.
Penelitian dilakukan di SLB B YRTRW Surakarta
4.
Mind Mapping dalam meningkatkan penguasaan kosakata pada anak tunarungu kelas V B SLB B YRTRW Surakarta D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah, “Apakah Mind Mapping
efektif dalam meningkatkan penguasaan kosakata pada anak tunarungu kelas V B di SLB B YRTRW Surakarta tahun 2015/2016?” E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Mind Mapping dalam meningkatkan kosakata anak tunarungu kelas V B di SLB B YRTRW Surakarta tahun 2015/2016. F. Manfaat Penelitian Ada beberapa hal yang dapat diambil manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Manfaat Teoritis Memperluas pengetahuan serta wawasan baru mengenai metode pembelajaran mind mapping yang dikaitkan dengan penguasaan kosakata berbagai macam hewan berdasarkan tempat hidup pada anak tunarungu. 2. Manfaat Praktis a. Bagi anak Memberikan pengalaman belajar bagi anak tunarungu kelas V B terutama dalam penguasaan kosakata berbagai macam hewan berdasarkan tempat hidup dengan menggunakan mind mapping. b. Bagi guru Memberikan pengalaman peneliti kepada guru mengenai Mind Mapping untuk anak tunarungu kelas V B dalam mengajarkan kosakata berbagai macam hewan berdasarkan tempat hidupnya.
6
c. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman untuk meneliti penerapan mind mapping terhadap penguasaan kosakata berbagai macam hewan berdasarkan tempat hidup pada anak tunarungu kelas V B