BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Era globalisasi telah membawa dampak yang sangat mempengaruhi keseimbangan sistem pemerintahan di Indonesia. Semenjak adanya perubahan yang mengarah pada globalisasi, pemerintah mengharapkan adanya peningkatan pada berbagai sektor bidang untuk mewujudkan kondisi yang nyaman dan sejahtera sehingga dapat menyetarakan posisi dengan negara lain. Bidang pendidikan merupakan salah satu sektor yang ikut menjadi pertimbangan pemerintah untuk mencapai globalisasi. Pendidikan merupakan sesuatu yang penting bagi setiap negara, karena dengan pendidikan suatu negara dapat menghasilkan sumber daya manusia yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas suatu bangsa. Oleh karenanya kemajuan suatu bangsa dapat ditandai dan diukur dari kemajuan pendidikannya. Dengan adanya globalisasi, tidak menutup kemungkinan terjadi kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam hal komunikasi dan informasi sehingga setiap orang akan mendapatkan kemudahan dalam memperoleh berbagai informasi dan berita. Seseorang maupun lembaga (institusi) dapat secara mudah menjalin komunikasi ataupun bekerjasama dengan pihak lain, karena itu setiap orang memiliki kebebasan untuk belajar dan melanjutkan pendidikan di negara lain. Globalisasi telah membuat perubahan dalam paradigma pendidikan. Pertama, proses pendidikan yang semula berorientasi pada guru bergeser ke proses pendidikan yang berorientasi pada peserta didik. Kedua, adanya sumber belajar alternatif, misalnya internet, membuat peran guru bergeser dari satusatunya sumber belajar menjadi fasilitator bagi siswa. Ketiga, model pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan klasikal dan formal bergeser ke model pembelajaran yang lebih fleksibel. Keempat, mutu pendidikan suatu negara tidak hanya diukur dalam konteks standar nasional, tetapi dibandingkan dengan standar internasional.
1
2
Pemerintah
berupaya
meningkatkan
mutu
pendidikan
dengan
mengadakan perubahan kurikulum. Atas dasar pemikiran inilah, maka dalam sistem pendidikan nasional telah mengalami beberapa perubahan kurikulum, mulai dari kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang merupakan pengembangan dari kurikulum 1994 dan mulai tahun ajaran 2006/2007 diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Indonesia yang diharapkan mampu menghadapi tantangan di era globalisasi. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diharapkan dapat mewujudkan sekolah yang lebih efektif, produktif dan berprestasi. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian otonomi kepada lembaga pendidikan dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar. Selain itu, KTSP ditujukan untuk menciptakan sumber daya manusia atau lulusan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya, sehingga mampu mencapai standar nasional. Untuk menghadapi era globalisasi diperlukan sumber daya manusia atau output pendidikan yang tidak hanya memenuhi standar nasional saja tetapi juga standar internasional sehingga mampu bersaing dengan negara lain. Untuk itu pemerintah berusaha mendongkrak mutu pendidikan di Indonesia agar mampu bersaing secara internasional dengan menyelenggarakan satuan pendidikan yang bartaraf internasional. Lebih khusus upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan pemerintah dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat 3 yang menyatakan bahwa ”Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi
satuan
pendidikan
yang
bertaraf
internasional”.
Implementasi dari undang-undang tersebut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas akan mengembangkan SMA yang berpotensi untuk melaksanakan proses layanan
3
pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan lulusan yang diakui secara nasional maupun internasional setara dengan tamatan sekolah pada negara-negara Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) atau negara maju lainnya. Layanan pendidikan yang berkualitas diawali dengan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Lahirnya program RSBI tak lepas dari kondisi mutu pendidikan yang hingga kini masih memprihatinkan. Berdasarkan survei Trends in International Mathematics and Science Survey (TIMSS) tahun 2007 yang diikuti oleh 48 negara, meneliti kemampuan anak-anak usia 13 tahun dalam bidang matematika dan sains, menegaskan kenyataan bahwa siswa-siswa Indonesia menempati urutan 36 untuk matematika, dan urutan 35 untuk sains. Hasil ini dihitung berdasarkan United State average score (http://nces.ed.gov). Disamping survei TIMSS, hasil serupa juga terlihat pada studi yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment), yang obyek surveinya pelajar berusia 15 tahun. Tiga aspek yang diteliti PISA adalah kemampuan membaca, matematika, dan sains. Tahun 2006, ada 57 negara yang ikut berpartisipasi dalam PISA. Untuk sains, siswa Indonesia yang mencapai tingkatan 5 atau 6 dapat diabaikan secara statistik, sedangkan 61,6% siswa berada pada tingkatan 1 ke bawah, termasuk sekitar 20% yang bahkan tidak mencapai tingkatan 1, dimana tingkatan 1 merupakan tingkatan terendah. Pada matematika, siswa Indonesia yang mencapai tingkatan 6 kembali dapat diabaikan secara statistik, sementara 65,7% berada pada tingkatan 1 ke bawah. Laporan tersebut dimuat dalam pena Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar pada hari Senin, 8 Juni 2009 oleh Ahmad Muchlis (http://beta.pikiranrakyat.com). Fakta-fakta memprihatinkan tersebut mendorong pemerintah menggulirkan program RSBI sebagai salah satu upaya untuk menggenjot mutu pendidikan Indonesia agar setara dengan negara-negara lain, sehingga mutu lulusannya memiliki daya saing yang tinggi di kancah internasional. Dalam mewujudkan amanat UU No. 20/ 2003, maka Direktur Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Mandikdasmen) pada tahun 2007 telah merintis 100 SMP Negeri di Indonesia
4
menjadi SBI Angkatan ke-1. Dan mulai tahun pelajaran 2009/2010 telah dirintis pula untuk 25 SMP swasta se Indonesia Angkatan ke-3 sebagai RSBI Mandiri, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Nomor: 1880/C3/DS/2008, tanggal 19 November 2008. Disamping itu, menurut Dirjen Mandikdasmen sebagaimana dikutip
oleh
Erna
Martiyanti
pada
hari
Senin,
21
April
2008
(http://mandikdasmen.aptisi3.org) mengemukakan sebanyak 200 SMA dirintis menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI) dan ditargetkan sebanyak lebih dari 500 SBI akan tersebar di seluruh Indonesia. Program RSBI ditujukan pada sekolah yang sudah memenuhi seluruh SNP dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Dengan program RSBI diharapkan mampu mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas dalam kemampuan akademik tetapi juga mampu menerapkan akhlak, budi pekerti, dan etika moral dalam implementasi e-learning agar membentuk jiwa kepatriotan serta pembentukan budi pekerti yang kompetitif dalam diri siswa. Hal itu dikatakan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo pada pengarahan kepada 200 SMA di Depdiknas, Jakarta tanggal 21 April 2008. Penyelenggaraan RSBI antara daerah yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan, baik dalam hal kurikulum yang digunakan (minimal KTSP), proses penjaringan input siswa, tenaga pendidik dan kependidikan, penyediaan sarana dan prasarana, pembiayaan, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, kondisi lingkungan fisik maupun psikis, manajemen sekolah dan aspek-aspek yang lainnya sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Namun demikian, pembicaraan antara penyelenggara SBI, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan stakeholder perlu ditingkatkan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan SBI. Salah satu program yang diberlakukan dalam RSBI adalah model pembelajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran (bilingual). Pada tahap awal, hal tersebut diterapkan pada mata pelajaran yang berkategori hard science, yaitu Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Dan tidak menutup kemungkinan memberi peluang
5
pada soft science (seperti sejarah, ekonomi, geografi, dan seni) untuk melakukan hal serupa yang disesuaikan dengan kemampuan serta kesiapan sekolah. Selain proses pembelajaran yang menggunakan bilingual, kegiatan pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) antara lain menggunakan laptop, LCD, VCD, ataupun penggunaan internet. Pelaksanaan pembelajaran matematika pada jenjang sekolah menengah khususnya SMA secara garis besar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, sistematis, logis dan kreatif. Kondisi pembelajaran matematika yang masih konvensional dengan guru sebagai satusatunya sumber belajar akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran matematika di atas. Dengan adanya program RSBI, dimana yang semula pembelajaran
matematika dilakukan
secara
konvensional
bergeser pada
pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan bahasa Inggris dan berbasis TIK dalam proses pembelajarannya, diharapkan dapat membuat pembelajaran matematika semakin menarik dan menantang bagi siswa dan pendidik. Namun demikian, keberhasilan pembelajaran matematika pun tidak terlepas dari dukungan institusi sekolah sebagai lembaga yang menaungi proses pembelajaran tersebut. Kesiapan perangkat pembelajaran dari segi administrasi, fisik, sosial dan lainnya akan memberikan andil dalam pencapaian tujuan pembelajaran matematika pada program RSBI. Berdasarkan dari uraian di atas, maka peneliti mencoba mengkaji lebih dalam pelaksanaan program RSBI pada pembelajaran matematika khususnya di SMA Negeri 1 Cilacap.
6
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memberikan perumusan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Cilacap?
2.
Apa saja kendala-kendala yang dihadapi SMA Negeri 1 Cilacap dalam pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada pembelajaran matematika?
3.
Usaha apakah yang dilakukan oleh SMA Negeri 1 Cilacap untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada pembelajaran matematika?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui dan mengkaji lebih dalam pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Cilacap.
2.
Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi SMA Negeri 1 Cilacap dalam pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada pembelajaran matematika.
3.
Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan SMA Negeri 1 Cilacap untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada pembelajaran matematika.
7
D.
Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menjawab permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun praktis. 1.
Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan tentang
proses
pembelajaran
pada
program
Rintisan
Sekolah
Bertaraf
Internasional (RSBI) di Sekolah Menengah Atas, khususnya SMA Negeri 1 Cilacap serta menambah referensi dan masukan bagi peneliti berikutnya. 2.
Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Sebagai masukan yang bermanfaat bagi sekolah, khususnya guru matematika
dan
siswa
sehingga
dapat
meningkatkan
kualitas
pembelajaran matematika. b.
Memberikan informasi kepada sekolah tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada pembelajaran matematika. BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teori 3. Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI) a.
Landasan Hukum Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional Pengembangan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (RSBI) di
Indonesia menggunakan landasan hukum sebagai berikut : 1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. 2) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
8
3) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 4) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional. 5) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan “Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional”. 6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. 7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). 8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 tahun 2007 sebagai penyempurnaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006. 9) Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional dalam Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009. a) Pemerataan dan Perluasan Akses. b) Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing. Salah satunya pembangunan sekolah bertaraf internasional untuk meningkatkan daya saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan SBI pada tingkat kabupaten/ kota melalui kerjasama yang konsisten antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia. c) Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik. 10) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 tahun 2007 tentang Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dari beberapa landasan hukum yang digunakan dalam pengembangan program RSBI ini, UU No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 merupakan landasan
9
yang kuat untuk menyelenggarakan satuan pendidikan bertaraf internasional. Setiap kabupaten atau kota harus memiliki minimal satu SD/ MI, SMP/ MTs dan SMA/ MA serta SMK yang bertaraf internasional. Hal ini disesuaikan dengan pemerintahan daerah masing-masing yang telah diberi otonomi daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai perundang-undangan. Dalam pelaksanaan program RSBI, kurikulum yang dirujuk adalah KTSP dimana KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan SKL dan standar isi, serta dalam pengembangan program RSBI satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain itu, dana untuk pelaksanaan RSBI berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah dengan pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan dan efisien dilihat dari kondisi dan kebutuhan daerah. b. Tujuan Pengembangan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional Terdapat beberapa tujuan mengapa pemerintah mengadakan program rintisan SMA bertaraf internasional. Menurut Dirjen Mandikdasmen (2008 : 5), tujuan pengembangan program rintisan SBI ini adalah sebagai berikut : 1) Tujuan Umum Pengembangan program rintisan SMA bertaraf internasional bertujuan untuk meningkatkan mutu kinerja sekolah dalam mewujudkan situasi belajar dan proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara optimal dalam mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab serta memiliki daya saing pada taraf internasional. 2) Tujuan Khusus Meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dalam menyiapkan lulusan SMA yang memiliki kompetensi seperti yang tercantum di dalam Standar
10
Kompetensi Lulusan yang memenuhi standar kompetensi lulusan berdaya saing pada taraf internasional yang mempunyai kriteria sebagai berikut : a) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta berakhlak mulia. b) Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. c) Meningkatkan mutu lulusan dengan standar yang lebih tinggi daripada standar kompetensi lulusan nasional. d) Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. e) Siswa termotivasi untuk belajar mandir, berpikir kritis dan kreatif, serta inovatif. f)
Mampu memecahkan masalah secara efektif.
g) Meningkatkan kecintaan pada persatuan dan kesatuan bangsa. h) Menguasai penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. i)
Membangun kejujuran, objektivitas dan tanggung jawab.
j)
Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan atau bahasa asing lainnya secara efektif.
k) Siswa memiliki daya saing melanjutkan pendidikan bertaraf internasional l)
Mengikuti sertifikasi internasional.
m) Meraih medali internasional. n) Dapat bekerja pada lembaga internasional. Untuk mempersiapkan lulusan sesuai kriteria di atas, sekolah melakukan proses seleksi terhadap calon siswa program rintisan SMA bertaraf internasional. Penjelasan tentang mekanisme seleksi calon siswa program rintisan SMA bertaraf internasional pada pembahasan selanjutnya. c.
Kriteria Rintisan SMA Bertaraf Internasional Sekolah Menengah Atas yang dapat mengikuti program rintisan SMA
bertaraf internasional menurut Dirjen Mandikdasmen (2008 : 7) harus memiliki kriteria minimal sebagai berikut : 1) Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri atau swasta yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan terakreditasi A.
11
2) Kepala Sekolah memenuhi Standar Nasional Pendidikan, berkompeten dalam pengelolaan manajemen mutu pendidikan, mampu mengoperasikan komputer dan dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. 3) Telah melaksanakan kurikulum KTSP sebagai kurikulum minimal sesuai Permendiknas N0. 22, 23 dan 24 tahun 2006 dan kurikulum tambahannya diadopsi dari kurikulum Cambridge. 4) Memiliki tenaga pengajar fisika, biologi, kimia, matematika dan mata pelajaran lainnya yang berkompeten dalam menggunakan ICT (Information and Communication Technology) dan pengantar bahasa Inggris. 5) Tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi standar untuk menunjang proses pembelajaran bertaraf internasional antara lain : a) Memiliki tiga laboratorium IPA (Kimia, Fisika, Biologi). b) Memiliki perpustakaan yang memadai. c) Memiliki laboratorium komputer. d) Tersedia akses internet. e) Memiliki web sekolah. f) Memiliki kultur sekolah yang kondusif (bersih, bebas asap rokok, bebas kekerasan, indah dan rindang). 6) Memiliki dana yang cukup untuk membiayai pengembangan program rintisan SMA bertaraf internasional. 7) Jumlah rombongan belajar pada satu satuan pendidikan minimal 9 (sembilan) atau setara dengan 288 siswa. 8) Memiliki lahan minimal 10.000 m2. 9) Memiliki akses jalan masuk yang mudah dilalui oleh kendaraan roda empat.
4. a.
Konsep Dasar Penyelenggaraan Program Rintisan SMA BI
Pengertian SMA Bertaraf Internasional Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional merupakan sekolah/
madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
12
pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum internasional. SMA bertaraf internasional perlu menjalin kerjasama dengan sekolah lain, baik di dalam maupun luar negeri, yang telah memiliki reputasi internasional sebagai bentuk kegiatan perujukan (benchmarking). Bentuk kerjasama lain dapat berupa kolaborasi dengan lembaga pendidikan tinggi sebagai pengguna lulusan. Konsep SMA bertaraf internasional dapat dirumuskan sebagai berikut : SMA Bertaraf Internasional = SNP + X SNP adalah standar minimal yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan yang terdiri atas delapan komponen utama yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian, disamping memiliki program unggulan tambahan. Menurut Mardiyana (2007 : 1) dalam makalahnya, program SBI harus melakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Merencanakan pengembangan sekolah berdasarkan delapan SNP seperti yang tertulis di dalam PP No. 19 tahun 2005 dan Permendiknas yang terkait. 2) Melaksanakan SNP secara patuh sekaligus dinamis, adaptif dan proaktif terhadap perkembangan mutakhir pendidikan nasional maupun internasional. 3) Melakukan evaluasi dan refleksi terhadap program-program SBI yang telah dilaksanakan. 4) Melakukan revisi terhadap program-program SBI yang telah dilaksanakan sesuai dengan hasil kajian dan tuntutan pengembangan pendidikan nasional dan internasional. Terkait dengan 4 hal di atas, maka program unggulan tambahan dalam hal ini sebagai faktor “X” yang dipilih dapat berupa penguatan, pengayaan, perluasaan, penambahan dan pengembangan terhadap SNP melalui adaptasi atau adopsi standar internasional baik dari dalam maupun dari luar negeri. Adaptasi, yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu standar pendidikan salah satu anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mutunya telah diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Sedangkan adopsi yaitu penambahan atau
13
pengayaan/ pendalaman/ penguatan/ perluasan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD/ negara maju lainnya.
b.
Karakteristik SMA Bertaraf Internasional
1) Karakteristik visi Dalam sebuah lembaga atau organisasi, menentukan visi sangat penting sebagai arahan dan tujuan yang akan dicapai. Tony Bush dan Merianne Coleman menjelaskan visi untuk menggambarkan masa depan organisasi yang diinginkan. Hal itu berkaitan erat dengan tujuan sekolah atau perguruan tinggi, yang diekspresikan dalam tema-tema nilai dan menjelaskan arah organisasi yang diinginkan. Tony Bush dan Merianne Coleman mengutip pendapat Block (2006 : 36-37), bahwa visi adalah masa depan yang dipilih, sebuah keadaan yang diinginkan. Kir Haryana (2007 : 43) mengemukakan bahwa “Visi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional”. Visi ini mengisyaratkan secara tidak langsung gambaran tujuan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah model SBI, yaitu mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif/ memiliki daya saing secara internasional. 2) Karakteristik Esensial Kir Haryana (2007 : 45) menjelaskan bahwa karakteristik esensial dalam indikator kunci minimal sesuai dengan SNP dan indikator kunci tambahan (X) sebagai jaminan mutu pendidikan bertaraf internasional dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Karakteristik Esensial No
Obyek Penjaminan
Indikator Kinerja
Indikator Kinerja Kunci
Mutu
Kunci Minimal
Tambahan sebagai X
(dalam SNP)
1.
Akreditasi
Terakreditasi A dari
Terakreditasi tambahan dari
14
Badan Akreditasi
badan akreditasi pada salah
Nasional (BAN)
satu lembaga akreditasi pada
Sekolah dan
salah satu negara anggota
Madrasah
OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
2.
Kurikulum (Standar
Menerapkan KTSP
Sekolah telah menerapkan
Isi) dan Standar
KTSP, sistem administrasi
Kompetensi lulusan
akademik berbasis teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dimana setiap peserta didik dapat mengakses transkipnya masing-masing. Memenuhi Standar
Muatan isi pelajaran dalam
Isi
kurikulum telah setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/ atau dari negara maju lainnya.
Memenuhi
Standar Menerapkan standar kelulusan
Kompetensi Lulusan
yang setara atau lebih tinggi dari SNP.
15
Meraih medali pada tingkat internasional dalam berbagai kompetensi bidang sains, matematika, teknologi, seni, dan olahraga.
3.
Proses Pembelajaran
Memenuhi Standar Proses
a. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah yang lainnya dengan tujuan pengembangan, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, jiwa kepemimpinan, akhlak mulia, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot dan jiwa inovator. b. Proses pembelajaran telah diperkaya dengan modelmodel proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya. c. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran. d. Pembelajaran pada mata pelajaran IPA, Matematika, dan lainnya dengan bahasa
16
Inggris, kecuali mata pelajaran bahasa Indonesia.
4.
Penilaian
Memenuhi Standar
Sistem/ model penilaian telah
Penilaian
diperkaya dengan sistem/ model penilaian dari sekolah unggul di salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/ atau negara maju lainnnya.
5.
Pendidik
Memenuhi Standar Pendidik
a. Guru mata pelajaran sains, matematika dan teknologi mampu mengajar dengan bahasa Inggris.
b. Semua guru mata pelajaran mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK. c. Minimal 20% guru berpendidikan S2/ S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A.
17
6.
Kepala Sekolah
Memenuhi Standar Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah minimal berpendidikan S2 dari perguruan tinggi yang program studinya telah terakreditasi A. b. Kepala sekolah telah menempuh pelatihan kepala sekolah yang telah diakui oleh pemerintah. c. Kepala sekolah mampu berbahasa Inggris secara aktif. d. Kepala sekolah memiliki visi internasional, mampu membangun jaringan internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta memiliki jiwa kepemimpinan dan enterprenual yang kuat.
18
7.
Sarana Prasarana
Memenuhi Standar Sarana Prasarana
a. Setiap ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK. b. Sarana perpustakaan telah dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia. c. Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang seni budaya, fasilitas olahraga, klinik dan lainnya.
8.
Pengelolaan
Memenuhi Standar Pengelolaan
a. Sekolah meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya (2001, dst) dan ISO 14000. b. Sekolah telah menjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf/ berstandar internasional di luar negeri. c. Sekolah terbebas dari rokok, narkoba, kekerasan, kriminal, pelecehan seksual dan lain-lain. d. Sekolah menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam semua aspek pengelolaan sekolah.
19
9.
Pembiayaan
Memenuhi Standar
Menerapkan model
Pembiayaan
pembiayaan yang efisien untuk mencapai target indikator kunci tambahan.
c.
Pelaksanaan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional Berdasarkan Dirjen Mendikdasmen (2008 : 13) pelaksanaan program
rintisan SMA bertaraf internasional meliputi sepuluh komponen, yaitu : 1) Akreditasi Mutu setiap sekolah bertaraf internasional dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi yang sangat baik. Akreditasi menentukan kelayakan program pendidikan dengan sertifikat predikat A dari BAN S/ M. Disamping itu ditandai dengan pencapaian hasil akreditasi yang baik dari salah satu sekolah unggul negara OECD atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. 2) Pengembangan Kurikulum (KTSP) Perangkat KTSP disusun berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. KTSP menerapkan standar kelulusan dari sekolah yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan. Perangkat KTSP minimal terdiri atas silabus, bahan ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penilaian siswa. Mengembangkan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran sekolah unggul dari salah satu negara OECD atau negara maju lainnya dalam bentuk sumber belajar, buku teks siswa, buku pegangan guru, LKS (student worksheet) dan bahan ajar elektronik dalam bentuk e–learning, video cassette, compact disc, audio cassette dan digital video disc. Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK)
serta
mengembangkan
menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS).
kesiapan
sekolah
dalam
20
3) Proses Pembelajaran Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Proses pembelajaran memberikan ruang yang cukup untuk peserta didik agar memiliki
akhlak
mulia,
budi
pekerti
luhur,
kepribadian
unggul,
kepemimpinan, jiwa entrepreneurship, jiwa patriot, jiwa inovator, prakarsa, kreativitas, kemandirian berdasarkan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikologisnya secara optimal. Proses pembelajaran diperkaya dengan model pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya (seperti penerapan standar belajar, standar mengajar : persiapan pembelajaran, pemilihan bahan ajar, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan alat peraga pembelajaran dan pemilihan sumber belajar). Proses pembelajaran diperkaya pula dengan menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran, menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika. Pengembangan berikutnya untuk mata pelajaran ekonomi pada jurusan IPS. Pembelajaran mata pelajaran lainnya kecuali bahasa asing menggunakan bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran yang kreatif, guru dan siswa merupakan dua pihak yang dituntut untuk menunjukkan kreatifitasnya. Guru kreatif dalam merancang
seluruh
kegiatan
pembelajaran
mulai
dari
perencanaan,
pelaksanaan, hingga evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran. Sedangkan siswa memiliki kreatifitas dalam menemukan fakta, konsep, referensi lain dan mampu memecahkan masalah matematika dalam bahasa Inggris. Proses
pembelajaran
pada
program
rintisan
SMA
bertaraf
internasional yang ideal dapat dicapai dengan melalui rincian tahapan sebagai berikut : a) Pendampingan Tahun I Pada tahun pertama sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SMA bertaraf internasional, antara lain :
21
(1) 20% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SMA bertaraf internasional. (2) 20% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual. (3) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK. (4) 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa. (5) Intensitas pendampingan oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali seminggu. b) Pendampingan Tahun II Pada tahun kedua sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SMA bertaraf internasional, antara lain : (1) 50% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SMA bertaraf internasional. (2) 50% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual. (3) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK. (4) 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa. (5) Intensitas pendampingan oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal sekali dalam seminggu. c) Pendampingan Tahun III Pada tahun ketiga sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SMA bertaraf internasional, antara lain : (1) 100% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SMA bertaraf internasional. (2) 100% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual. (3) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/ atau berbasis TIK.
22
(4) 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa. (5) Intensitas pendampingan oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal sekali dalam sebulan. 4) Peningkatan Mutu Penilaian Sekolah perlu mengembangkan instrumen penilaian autentik yaitu penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang mengukur tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif, termasuk penilaian portofolio. Hasil belajar siswa dapat diukur melalui ujian sekolah, ujian nasional dan ujian internasional yang diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Ujian sekolah dan ujian nasional bersifat wajib. Sementara ujian internasional bersifat pilihan, karena memerlukan dukungan dana dari orang tua atau stakeholders, namun sekolah harus memfasilitasi siswa yang ingin mengikuti ujian internasional untuk mendapatkan ijasah/ sertifikat internasional. 5) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) sekolah harus mengembangkan program peningkatan kompetensi guru melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru, minimal 30% guru berpendidikan S2/ S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A. Selain itu kompetensi guru dalam pengelolaan sistem pembelajaran ditingkatkan untuk menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran pada sekolah unggul bertaraf internasional. Untuk itu, sekolah perlu mengembangkan pula kompetensi bahasa Inggris guru dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk guru kelompok sains dan matematika. Peningkatan mutu SDM juga melalui kegiatan pelatihan dalam bentuk pemagangan, studi banding, workshop (on the job training atau off the job training) dan seminar yang dilakukan oleh masing-masing sekolah atau bekerjasama dengan lembaga pendidikan di luar sekolah yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang relevan. Tidak hanya para guru dan
23
karyawan, kepala sekolah juga harus mempunyai visi internasional, memiliki kompetensi manajerial serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneurship yang kuat untuk mengembangkan sekolah dengan keunggulan kompetitif dan komparatif bertaraf internasional. Untuk mendukung kelancaran tugas tersebut kepala sekolah harus berpendidikan minimal S2 dan mampu berbahasa Inggris secara aktif. 6) Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah secara bertahap harus memenuhi standar sarana dan prasarana yang mendukung efektivitas proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran sekolah unggul di salah satu anggota negara OECD atau negara maju lainnya, antara lain : a) Pengembangan Sumber Belajar dan Perpustakaan Perpustakaan memegang peranan penting dalam sekolah, oleh karena itu perlu dilengkapi dengan buku-buku pelajaran berbahasa Inggris, buku referensi, jurnal nasional dan internasional, koran, majalah, serta perangkat audio visual. Perpustakaan diharapkan dapat membantu siswa mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan, melahirkan kreativitas serta membantu kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Selain itu, perpustakaan dilengkapi dengan fasilitas komputer dan internet yang memungkinkan warga sekolah mendapatkan berbagai informasi yang disediakan di dunia maya, serta harus menerapkan sistem komputerisasi/ digital dalam mencari katalog buku. Ruang perpustakaan harus nyaman dan sebaiknya dilengkapi AC. b) Pengembangan Laboratorium Fisika, Kimia, dan Biologi Setiap sekolah harus memiliki minimal satu laboratorium Fisika, satu laboratorium Kimia dan satu laboratorium Biologi yang dilengkapi dengan peralatan dan bahan praktikum yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Laboratorium tersebut perlu didayagunakan secara maksimal dengan dukungan TIK serta memenuhi standar.
24
c) Pengembangan Laboratorium Bahasa Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat ketrampilan dasar yaitu mendengar
atau
menyimak,
berbicara,
membaca
dan
menulis.
Pembelajaran bahasa asing dilakukan oleh native speaker yang direkam di dalam audio cassette, CD, VCD atau media rekam lain, yang dapat disimak dengan fasilitas laboratorium bahasa. d) Pengembangan Laboratorium Multimedia Laboratorium multimedia adalah fungsional laboratorium (tempat praktikum) yang mampu memfasilitasi beberapa aktivitas praktikum sekolah dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Laboratorium multimedia berisi seperangkat komputer berikut perangkat audio visualnya yang saling terintegrasi, dilengkapi dengan program aplikasi yang sesuai untuk memberikan layanan tambahan terhadap laboratorium konvensional, dimana laboratorium multimedia dapat melayani seluruh rumpun mata pelajaran. Fungsi pokok laboratorium multimedia adalah untuk melayani kegiatan interaksi guru dan siswa, penayangan video pembelajaran, latihan mata pelajaran interaktif dan menyediakan ensiklopedi digital. e) Pengembangan Laboratorium Komputer Laboratorium komputer digunakan untuk pembelajaran Teknologi Information dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication Technology (ICT). f)
Pengembangan Laboratorium IPS Pengembangan laboratorium IPS juga perlu dilakukan terutama laboratorium geografi, workshop untuk keperluan praktek ekonomi.
g) Pengembangan TRRC (Teacher Resource and Reference Centre) TRCC merupakan pusat kegiatan untuk pengembangan diri guru secara individual dan kelompok melalui diskusi atau latihan dan workshop dalam bentuk forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Oleh karena itu TRCC juga perlu dilengkapi dengan fasilitas seperti buku
25
referensi guru, ICT, Learning Resource Centre (LRC) dan perangkat pengembangan produk inovasi pembelajaran. h) Pengembangan Sarana Lainnya Sarana lainnya seperti ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang BK, ruang OSIS, ruang UKS, ruang serbaguna yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK, ruang ibadah, WC, koperasi, kantin, ruangan kesenian, gudang, lapangan upacara, lapangan olahraga dalam jumlah memadai, berfungsi dan terawat dengan baik. 7) Pengelolaan Pengelolaan RSBI menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas. Kultur sekolah yang mendapat perhatian adalah penegakkan disiplin, budaya baca, semangat kompetitif, kejujuran, sopan santun, budaya malu, kekeluargaan, bebas asap rokok, bebas narkoba, dan anti kekerasan. Untuk mendukung itu sekolah perlu menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan kondusif dengan lebih meningkatkan kebersihan, kerapihan, keamanan, keindahan dan kerindangan. Administrasi sekolah meliputi proses pembelajaran, kurikulum, ketenagaan, kesiswaan, sarana prasarana dan keuangan harus dilakukan secara tertib, rapi, efisien dan efektif. 8) Pembiayaan Sumber pembiayaan program RSBI berasal dari orang tua siswa (Komite Sekolah), Pemerintah Kabupaten/ Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Dana dari komite sekolah, Pemerintah Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Propinsi lebih difokuskan untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu pembelajaran. Sedangkan dana dari Pemerintah Pusat lebih difokuskan untuk pemenuhan penjaminan mutu pendidikan. 9) Kesiswaan a) Penerimaan Siswa Baru Proses penerimaan siswa baru harus transparan dan dilakukan seleksi secara ketat dengan menerapkan tahapan sebagai berikut :
26
(1) Seleksi Administrasi, meliputi : (a) Nilai rapor SMP atau MTs kelas VII – kelas IX untuk mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggis minimal 7,5. (b) Penghargaan prestasi akademik. (c) Sertifikat dari lembaga kursus bahasa Inggris. (2) Achievement test, meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS dengan skor minimal 7 dalam rentang 0 – 10. (3) Tes kemampuan bahasa Inggris, meliputi reading, listening, writing, dan speaking dengan skor minimal 7 dalam rentang 0 – 10. (4) Lulus tes psikologi, meliputi minat, bakat dan kepribadian. (5) Wawancara dengan siswa dan orang tua siswa. Wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk mengetahui tingkat minat siswa untuk masuk program rintisan SMA bertaraf internasional. Wawancara dengan orang tua dimaksudkan untuk mengetahui minat dan dukungan orang tua. Dalam penerimaan siswa baru harus memberikan kesempatan kepada masyarakat golongan ekonomi lemah atau tidak mampu tetapi berprestasi minimal 10% dari jumlah siswa. b) Pembinaan Siswa Pembinaan siswa dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa secara maksimal, baik potensi akademik maupun non akademik. Pola pembinaannya dilakukan melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, tugas mandiri tidak terstruktur dan pengembangan diri melalui layanan konseling dan ekstrakurikuler. 10) Sosialisasi Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional Kegiatan sosialisasi program R-SMA-BI dilakukan agar program yang direncanakan mendapat dukungan dari pemangku kepentingan (stakeholders). Sosialisasi ini mengikutsertakan kepala sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, pejabat Dinas Pendidikan, Pemerintah Daerah, Komisi Bertaraf Internasional dan Dewan Pendidikan.
27
Materi sosialisasi meliputi rasional, tujuan, manfaat, arah pengembangan program RSBI dan peran lembaga terkait terhadap keberhasilan dan keberlanjutan program rintisan SMA bertaraf internasional.
d.
Proses Pembelajaran Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional Proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional
harus mampu menghasilkan lulusan yang berkepribadian Indonesia tetapi memiliki kemampuan bertaraf internasional. Rintisan SMA bertaraf internasional tidak boleh kehilangan jati diri sebagai sekolah nasional, sebaliknya rintisan SMA bertaraf internasional harus mampu duduk setara dengan sekolah di negara-negara maju. Permendiknas No. 23 tahun 2006 menuntut lulusan SMA mampu menunjukkan kesadaran hidup yang tinggi, bersikap dan berperilaku hidup yang positif, mampu berpikir logis, kritis, analitis dan kreatif, serta mampu memecahkan masalah secara inovatif. Untuk menghasilkan lulusan sesuai harapan, maka pengembangan proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional dapat berpedoman pada lima prinsip pembelajaran yang tertuang dalam PP No. 19 tahun 2005, yang menyebutkan bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup tinggi bagi prakarsa dan kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kelima prinsip tersebut dapat dikembangkan untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bercirikan internasional. Menurut Kir Haryana (2007 : 42), ciri-ciri proses pembelajaran, penilaian dan penyelenggaraan SBI sebagai berikut: 1) Pro-perubahan, yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of discovery. 2) Menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan; student centered; reflective learning, active learning; enjoyable dan joyful
28
learning, cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual
learning,
yang
kesemuanya
itu
telah
memiliki
standar
internasional. 3) Menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran. 4) Proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan teknologi. 5) Proses penilaian dengan menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya. Sementara menurut Dirjen Mendikdasmen (2008 : 29), proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional harus mampu membekali siswa dengan ketrampilan-ketrampilan sebagai berikut : a)
Mengorganisasi belajar, artinya peserta didik mampu mengelola waktunya dengan baik, menggunakan buku agenda, dan lain-lain.
b) Berkolaborasi dan bertanggung jawab dalam kerja kelompok. c)
Ketrampilan berkomunikasi dalam melakukan presentasi, menyajikan data.
d) Ketrampilan meneliti sehingga mampu menerapkan metode ilmiah. e)
Belajar untuk berpikir dengan sudut pandang lain.
f)
Melakukan evaluasi diri maupun kelompok terhadap kegiatan proyek atau tugas yang dilakukan. Disamping itu, proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf
internasional juga harus mampu membekali peserta didik tentang kesadaran terhadap peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota masyarakat, serta tanggap terhadap masalah pribadi, sosial dan global. Namun demikian, proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional yang ideal dapat dicapai dengan melalui program pendampingan sebelum akhirnya menjadi SMA bertaraf internasional.
e.
Kendala yang Dihadapi dalam Penyelenggaraan Program RSBI Kelemahan RSBI tidak sekadar berkutat pada sarana dan prasarana yang
membutuhkan dana yang cukup besar, namun lebih banyak pada kurangnya penyediaan SDM yang handal di masing-masing sekolah rintisan. Selain lokasi
29
sekolah yang luas dan memadai, kebutuhan sarana prasarana sekolah baik untuk perpustakaan, laboratorium, SDM memang harus benar-benar bermutu tinggi. Hal yang yang tidak boleh diabaikan menyangkut soal manajemen yang transparan, sehat dan obyektif. Menyadari pentingnya kualitas SDM merupakan kunci pokok keberhasilan SBI, maka sangat diperlukan penjaringan SDM secara ketat dan obyektif. Pengangkatan guru dan kepala sekolah harus benar-benar berdasar prestasi kerja, kemampuan dan tingkat profesionalitasnya sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan standar RSBI.
5. a.
Tinjauan mengenai Pembelajaran Matematika
Pengertian Matematika Menurut Depdiknas (2003) matematika berasal dari bahasa latin
manthanaein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Dalam bahasa Belanda matematika disebut sebagai wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan penalaran. Adapun ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Sedangkan menurut Purwoto (2003 : 12-13), “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”. R. Soedjadi (2000 : 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut: 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan.
30
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logika. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran, logika, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir.
b.
Karakteristik Mata Pelajaran Matematika Menurut R. Soedjadi (2000 : 13), karakteristik matematika adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Memiliki objek kajian abstrak. Bertumpu pada kesepakatan. Berpola pikir deduktif. Memiliki symbol yang kosong dari arti. Mempertahankan semesta pembicaraan. Konsisten dalam sistemnya. Depdiknas (2002) dalam buku pedoman khusus pengembangan silabus
berbasis kemampuan dasar SMA, menyatakan bahwa karakteristik mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut : 1. 2.
3.
Menekankan penguasaan konsep dan algoritma disamping ketrampilan memecahkan masalah. Bersifat hierarkis, yaitu suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya, sehingga di dalam mempelajari matematika hendaknya berprinsip pada : a) Materi matematika disusun menurut urutan tertentu atau setiap topik matematika berdasarkan subtopik tertentu. b) Seorang siswa dapat memahami suatu topik matematika jika ia telah memahami subtopik pendukungnya/ prasyaratnya. c) Perbedaan kemampuan antar siswa dalam mempelajari atau memahami suatu topik dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh penguasaan subtopik prasyaratnya. d) Penguasaan topik baru tergantung dari penguasaan topik sebelumnya. Matematika SMA meliputi logika, aljabar, kalkulus, geometri, trigonometri dan statistika.
31
c.
Matematika Sekolah Matematika sekolah adalah unsur-unsur dari matematika yang dipilih
berdasarkan
atau
berorientasi
kepada
kepentingan
kependidikan
dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. R. Soedjadi (2000 : 37) menyatakan perbedaan-perbedaan tersebut antara lain dalam hal (1) penyajian, (2) pola pikir, (3) keterbatasan semesta, dan (4) tingkat keabstrakan.
d.
Tujuan Matematika Sekolah Menurut As’ari (2004 : 1) tujuan diajarkannya matematika sekolah
adalah sebagai berikut : 1.
2.
3. 4.
e.
Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan persamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran yang divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan kemampuan dalam hal menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, diagram dan dalam menjelaskan gagasan. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Berdasarkan KTSP Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama.
32
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Menurut Depdiknas (2002), “Standar kompetensi mata pelajaran matematika merupakan seperangkat kemampuan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dapat ditampilkan atau didemonstrasikan oleh siswa sebagai hasil belajar mata pelajaran matematika”. Sedangkan Mardiyana (2007: 2) dalam makalahnya mengemukakan bahwa : “Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Kemampuan matematika yang dipilih dalam standar kompetensi ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, serta memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini.” Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan mempertimbangkan pertimbangan komite sekolah. Di dalam mencermati KTSP, dalam makalah yang ditulis oleh Mardiyana (2007 : 2), perlu diperhatikan rambu-rambu sebagai berikut : 1.
Standar kompetensi yang disajikan merupakan acuan bagi guru di sekolah untuk menyusun silabus atau perencanaan pembelajaran.
2.
Kompetensi dasar yang dituangkan merupakan kompetensi minimal yang dapat dikembangkan oleh sekolah.
3.
Standar kompetensi dirancang untuk melayani semua kelompok.
4.
Strategi pembelajaran, metode, teknik, penilaian, penyediaan sumber belajar, organisasi kelas dan waktu yang digunakan tidak tercantum secara eksplisit
33
dalam standar kompetensi agar guru dapat mengelola dan mengembangkan kurikulum secara optimal, sesuai dengan sumber daya dan kebutuhan sekolah. 5.
Guru perlu melakukan penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu pembelajaran.
6.
Guru perlu menggunakan atau memilih media pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan efisiensi pembelajaran.
f.
Kurikulum Berdasarkan Cambridge International Examinations (CIE) Berdasarkan makalah yang ditulis Mardiyana (2007 : 4) terdapat
beberapa level di dalam Cambridge International Examinations, antara lain level IGCSE, level O, level AS, dan level A. Untuk siswa seumur lulusan SMA dan yang ingin melanjutkan studi ke universitas, maka level yang sesuai adalah level A. Kurikulum dari Cambridge International Examinations (CIE) untuk level A (advanced level) mencakup 7 unit area yaitu : 1) Pure mathematics (units P1, P2, and P3) 2) Mechanics (units M1 and M2) 3) Probability and Statistics (units S1 and S2) dengan unit-unit P2, M2, dan S2 masing-masing merupakan kelanjutan dari unitunit P1, M1, dan S1. Unit P3 juga merupakan kelanjutan dari P1. Setiap siswa yang mengambil ujian level A diberi kebebasan untuk mengambil 4 unit dari 7 unit yang disediakan, dan dari 4 unit tersebut dapat diambil sekaligus atau dapat diambil 2 unit di level AS (advanced subsidiary) dan 2 unit di level A. Isi kurikulum matematika untuk masing-masing unit disajikan dalam Tabel 2.2 sebagai berikut.
34
Tabel 2.2 Isi Kurikulum Cambridge untuk Matematika
Unit P1
Quadratics
Unit P2
Algebra
LogarithFunctions
mic and exponential functions
Unit P3
Algebra
Unit M1
Unit M2
Forces and
Motion of a
Equilibrium
projectile
Logarith-
Kinematics
mic and
of Motion in
exponential
a straight
functions
line
Coordinate
Trigono-
Trigono-
Geometry
metry
metry
Circular
Differen-
Differen-
Measure
tiation
tiation
Equilibrium for a rigid body
Newton’s
Uniform
laws of
motion in a
motion
circle
Energy, work and power
Hooke’s law Linear
Trigonometry
motion Integration
Integration
under a variable force
Vectors
Numerical
Numerical
solution of
solution of
equations
equations
Series
Vectors
Differen-
Differential
tiation
equations
Integration
Complex Numbers
Unit S1 Representation of data
Unit S2 The Poisson distribution
Permuta-
Linear
tions and
combinations
combina-
of random
tions
variables
Probability Discrete random variables
Continuous random variable Sampling and estimation
The normal
Hypothesis
distribu-
test
tion
35
B. Kerangka Pemikiran Perubahan-perubahan strategis yang terjadi di lingkungan pendidikan yang disebabkan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan kurikulum dari kurikulum 1994 sampai menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) berpengaruh pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Implikasinya berupa pelaksanaan KTSP yang kemudian dianjurkan untuk menyelenggarakan program rintisan SMA bertaraf internasional (RSBI) pada satuan pendidikan di Indonesia. Uji coba dilaksanakannya program RSBI mulai tahun 2006 di beberapa sekolah di kabupaten Cilacap dipandang sebagai suatu konsep yang menawarkan otonomi di bidang pendidikan guna meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan. Tujuan dilaksanakan program RSBI agar dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing baik di kancah nasional maupun internasional. Program RSBI merupakan langkah awal menuju SBI dimana sekolah yang menyelenggarakan program ini telah melaksanakan KTSP secara maksimal. KTSP ini digunakan sebagai pedoman kurikulum yang akan digunakan dalam program RSBI sehingga kegiatan pembelajaran mempunyai pedoman dan tujuan yang diharapkan. Keberhasilan dari kegiatan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu guru sebagai pengajar, siswa sebagai subyek yang belajar, strategi pembelajaran yang digunakan, sumber belajar, media dan fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran. Antara faktor yang satu dengan yang lain sangat berkesinambungan dalam proses pembelajaran sehingga saling melengkapi satu sama lain. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, pada program RSBI ini kegiatan proses belajar mengajar dituntut untuk menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. Oleh karena itu, antara siswa dan guru harus mempersiapkan diri untuk melaksanakan program RSBI ini agar dapat berjalan secara optimal. Dalam pelaksanaan program RSBI terkait dengan faktor keberhasilan dalam proses pembelajaran, pastinya banyak kendala yang dihadapi oleh pihak guru, siswa maupun sekolah sehingga dapat menghambat kegiatan belajar
36
mengajar. Kendala-kendala yang muncul dalam pelaksanaaan program RSBI seharusnya dapat diatasi bersama sehingga dari pihak sekolah, guru dan siswa mempunyai solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh masing-masing pihak. Diharapkan dengan adanya solusi dari masing-masing pihak maka proses pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan dalam program RSBI. Untuk keperluan penelitian perlu digambarkan skema atau kerangka pemikiran sesuai dengan Gambar 2.1
KENDALA
GURU dan STRATEGI MENGAJAR
SISWA
SUMBER BELAJAR dan FASILITAS
KTSP
PROGRAM RSBI
PROSES PEMBELAJARAN
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
SOLUSI
37
Tempat penelitian digunakan sebagai tempat untuk memperoleh data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilacap semester II tahun pelajaran 2008/2009.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : a.
Tahap Persiapan Pada
tahap
ini
penulis
melakukan
kegiatan–kegiatan seperti permohonan pembimbing, pengajuan proposal penelitian, pembuatan permohonan ijin penelitian di SMA Negeri 1 Cilacap dan pembuatan instrumen. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan selama bulan Maret - April 2009. b.
Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 25 April – 13 Mei 2009.
c.
Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan analisis data hasil penelitian, penarikan kesimpulan, penyusunan laporan hasil penelitian, dan konsultasi dengan pembimbing. Kegiatan ini dilakukan selama bulan Juni-Agustus 2009.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1.
Bentuk Penelitian
Dengan melihat permasalahan yang ada, dan berdasarkan telaah teori yang telah disusun maka bentuk penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. HB. Sutopo (2002 : 35) mengatakan bahwa “Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat”. Ini berarti realitas yang muncul menjadi bahan kajian dalam penelitian kualitatif, dengan
38
kata lain penelitian kualitatif lebih menekankan pada sifat naturalisme. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hadari Nawawi dan Mimi Martini (2005 : 174) mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif atau penelitian naturalistik adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting), dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol–simbol atau bilangan”. Menurut Ruseffendi (1994: 174), “Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian dimana kita akan mengejar lebih jauh dan dalam, tetapi kita belum bisa memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi (banyak kemungkinan)”. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (dalam Lexy J. Moleong, 2001: 3), “Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang dapat diamati”. Dalam
penelitian
ini
penulis
berusaha
menggambarkan
proses
pembelajaran pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), kendala pelaksanaan, dan usaha untuk mengatasi kendala tersebut oleh SMA tempat penelitian, sehingga tidak ada hipotesis dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif yang berupa kata–kata tertulis atau lisan. Untuk itu peneliti menggunakan bentuk penelitian kualitatif deskriptif.
2.
Strategi Penelitian
Dalam mengkaji permasalahan penelitian secara lengkap, diperlukan suatu pendekatan pemecahan permasalahan melalui pemilihan strategi penelitian yang tepat. Strategi yang dipilih peneliti dipergunakan untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan menyajikan analisis hasil penelitian, juga untuk menentukan pemilihan sampel serta instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mengolah informasi. Strategi penelitian memuat metode dan teknik yang membawa konsekuensi perbedaan pada penelitian serta dapat mempengaruhi hasil penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 160) “ Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, variasi metode
39
yang dimaksud adalah angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes, dan dokumentasi”. Untuk itu strategi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Ruseffendi (1994: 30), “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan observasi, wawancara, atau angket mengenai keadaan objek yang sedang diteliti sekarang”. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dideskripsikan atau diuraikan kembali kemudian akan dianalisis.
C. Sumber Data Menurut Lofland dalam Lexy J Moleong (2001: 157), ”Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata–kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah : a.
Narasumber Narasumber adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Menurut HB Sutopo (2006 : 57), ” Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, sebagai individu yang memiliki informasi”. Narasumber merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah :
b.
1.
Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum SMA Negeri 1 Cilacap.
2.
Guru Matematika kelas X SMA Negeri 1 Cilacap.
3.
Siswa kelas X SMA Negeri 1 Cilacap.
Tempat dan Peristiwa Tempat dan peristiwa menjadi informasi, karena dalam pengamatan harus sesuai dengan konteksnya dan setiap situasi sosial melibatkan tempat, perilaku, dan aktivitasnya. Peneliti mengambil tempat penelitian di SMA
40
Negeri 1 Cilacap yang tersedia data yang bermanfaat untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. c.
Arsip dan Dokumen Arsip dan dokumen merupakan sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif terutama apabila sasaran terarah pada latar belakang peristiwa masa lampau dan yang berkaitan dengan peristiwa masa kini yang harus dipelajari. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian meliputi segala bentuk literatur/ pustaka/ arsip dan dokumen operasional yang relevan dengan obyek penelitian.
D. Teknik Sampling Pada penelitian ini dalam menentukan subjek penelitian tidak dipilih secara acak, tetapi pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling). Tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan–perbedaan yang nantinya dikembangkan dalam generalisasi tetapi untuk memperoleh kedalaman studi dalam konteksnya. Selain itu, juga untuk menggali informasi yang menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampling) (Lexy. J. Moleong, 2001: 165). Menurut HB Sutopo (2002 : 36) ” Purposive sampling adalah sampling dimana peneliti cenderung memilih narasumber yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam”. Untuk itu peneliti melakukan sampling dengan memilih narasumber yang dianggap mengetahui masalah penelitian. Sedangkan menurut Noeng Muhadjir (2000: 167), ”Salah satu ciri purposive sampling adalah seleksi sampel menuju kejenuhan informasi, artinya apabila dengan sampel yang telah diambil masih ada informasi yang diperlukan maka diambil sampel lagi, sebaliknya jika dengan menambah sampel diperoleh informasi yang sama berarti sampel cukup karena informasinya cukup”. Sampel yang dipilih tidak mewakili populasi tetapi lebih mewakili informasi, untuk memperoleh kedalaman studi dan konteksnya, sehingga
41
pemilihan sampel lebih ditekankan pada kualitas pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk itu peneliti menyebut sampel sebagai subyek penelitian. Siswa kelas X program RSBI, guru matematika kelas X program RSBI, dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum adalah subyek dalam penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan program RSBI pada pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 1 Cilacap semester II tahun pelajaran 2008/2009.
E. Teknik Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian, data yang obyektif sangat diperlukan guna memecahkan masalah penelitian. Untuk mendapatkan data yang obyektif diperlukan teknik pengumpulan data sebagai metode atau cara untuk mengumpulkan data penelitian. Data hasil penelitian disebut data kualitatif, yang berupa kata-kata, tindakan atau tingkah laku, dokumen dan peristiwa. Menurut Ruseffendi (1994: 30), “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan observasi, wawancara, atau angket mengenai keadaan objek yang sedang diteliti”. Hal tersebut sejalan dengan ciri penelitian kualitatif yang menggunakan orang sebagai instrumen pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara atau angket. Berdasarkan pendapat tersebut maka penelitian in menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a.
Wawancara “ Wawancara atau interview adalah percakapan antara peneliti (seseorang yang ditugasi) dengan obyek penelitian atau responden atau sumber data” (Budiyono, 2003 : 52). Sedangkan menurut Lexy J. Moleong (2003 : 135) “Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban pertanyaan”. Dari pendapat tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa wawancara adalah teknik untuk memperoleh data dari yang diwawancarai atau narasumber.
42
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber yaitu guru matematika, siswa, dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum untuk mendapatkan data mengenai permasalahan yang diteliti. Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan pertanyaan yang akan diajukan secara secara sistematis
sehingga
proses
wawancara
dapat
mengarah
ke
pokok
permasalahan. b.
Observasi “Observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra” (Suharsimi Arikunto, 2006 : 156). Sedangkan Budiyono (2003 : 53) menyatakan bahwa “Observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti (orang yang ditugasi) melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian sedemikian hingga si subjek tidak tahu bahwa dia sedang diamati”. Observasi dilakukan secara sistematis yaitu melalui struktur dan kerangka yang jelas, yang berisi semua faktor yang diperlukan dan sudah dikelompokkan dalam kategori tertentu seperti yang tertuang dalam pedoman observasi, kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan mengenai hasil yang diperoleh. Dalam melakukan observasi, peneliti tidak ikut ambil bagian ke dalam kegiatan yang dilakukan obyek yang diobservasi. Dalam penelitian ini, observasi dilaksanakan terhadap proses belajar mengajar matematika yang terjadi dalam kelas untuk melihat pelaksanaan program RSBI pada pembelajaran matematika dan untuk melihat keaktifan, partisipasi dan kemandirian siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
c.
Analisis dokumen Merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. “Metode dokumen ini untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatancatatan, transkip, buku-buku, surat kabar, notulen rapat dan sebagainya” (Suharsimi Arikunto, 2006 : 158).
43
Dalam penelitian ini diselidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, laporan-laporan, dokumen dan gejala dari obyek yang diteliti, antara lain tentang profil sekolah tempat penelitian dan laporan pelaksanaan program RSBI pada pembelajaran matematika di sekolah tempat penelitian.
F. Validasi Data Dalam penelitian kualitatif validitas atau kesahihan data dapat ditunjukkan melalui keabsahan data, sehingga keabsahan data merupakan sarana untuk menjaga kesahihan atau validitas data yang dikumpulkan serta untuk menghindari adanya bias penelitian. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data yang didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Sedangkan dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data yang dilakukan adalah dengan triangulasi. Menurut Patton dalam buku Lexy J. Moleong (2002 : 178) ditegaskan bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk mengecek atau membandingkan terhadap data atau dengan data yang satu dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda”. Lebih lanjut Patton dalam HB Sutopo (2002 : 78) mengatakan bahwa ada empat macam teknik triangulasi, yaitu : 1.
2.
3.
4.
Triangulasi data (data triangulation) atau triangulasi sumber. Yaitu dengan membandingkan data yang sejenis yang diperoleh dari sumber data yang berbeda, misalnya dari narasumber yang berbeda. Triangulasi peneliti (investigator triangulation). Yaitu triangulasi yang dilakukan dengan menguji keabsahan data hasil penelitian melalui beberapa peneliti. Triangulasi metode (methodological triangulation). Yaitu membandingkan data hasil penelitian dengan menggunakan metode atau teknik pengumpulan data yang berbeda. Triangulasi teori (theoritical triangulation). Yaitu triangulasi yang menggunakan perspektif dari beberapa teori. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data tentang
pelaksanaan program RSBI pada pembelajaran matematika, kendala pelaksanaan, dan usaha untuk mengatasi kendala tersebut. Peneliti menggunakan triangulasi metode untuk memeriksa keabsahan data tentang pelaksanaan program RSBI pada
44
pembelajaran matematika. Triangulasi metode pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan analisis dokumen. Untuk memeriksa keabsahan data tentang kendala pelaksanaan program RSBI pada pembelajaran matematika dan usaha untuk mengatasinya, peneliti menggunakan triangulasi sumber atau triangulasi data, yaitu dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber.
G. Analisis Data Patton dalam Lexy J. Moleong (2002 : 103) mengatakan bahwa “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti teknik analisis mengalir. Menurut Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman (1992: 16), “Analisis mengalir terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi data”. Dalam penelitian ini, data diambil dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini kemudian akan dianalisis. Data hasil wawancara, data hasil observasi dan data dari dokumentasi dibandingkan untuk mendapatkan data yang valid, kemudian dilakukan reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data–data kasar dari catatan–catatan di lapangan (Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, 1992: 16). Proses reduksi data bertujuan untuk menghindari penumpukan data/ informasi dari narasumber, kemudian data yang telah valid dapat disajikan.
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan serangkaian langkah–langkah secara urut dari awal hingga akhir yang dilakukan dalam penelitian. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur atau tahap-tahap penelitian sebagai berikut :
45
1.
Tahap pra lapangan Tahap pra lapangan ini dilakukan dengan kegiatan pembuatan proposal penelitian sampai dengan pencarian berkas perijinan penelitian lapangan. Adapun
caranya
dengan
mengadakan
survei
awal,
memilih
dan
memanfaatkan informasi yang bersifat informal, menyiapkan perlengkapan penelitian dan instrumen penelitian
untuk pengembangan pedoman
pengumpulan data (daftar pertanyaan wawancara dan pedoman observasi). 2.
Tahap pengumpulan data Tahap ini dilakukan untuk mengambil data yang relevan dan akurat, dengan cara turun langsung ke lokasi penelitian sesuai tujuan penelitian dengan melakukan wawancara, observasi dan pencatatan dokumen. Disamping kegiatan tersebut, pada tahap ini digunakan untuk melaksanakan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul dengan melakukan refleksi, dan juga menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang paling tepat serta menentukan fokus, pendalaman data, pemantapan data pada proses pengumpulan data berikutnya, kemudian mengatur untuk kepentingan analisa awal.
3.
Tahap analisis data Tahap ini meliputi kegiatan pengolahan data atau analisis akhir dari data yang telah dikumpulkan dari lokasi penelitian melalui kegiatan reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Bila data dirasa belum cukup untuk memecahkan masalah penelitian, maka peneliti dapat melakukan pengumpulan data kembali dan melakukan analisis awal.
4.
Tahap penulisan laporan Pada tahap ini peneliti mulai menyusun laporan awal, melaksanakan review laporan dengan orang yang cukup memahami permasalahan penelitian untuk mendiskusikan laporan yang telah disusun sementara. Dalam kegiatan ini tidak menutup kemungkinan peneliti melaksanakan perbaikan laporan. Selanjutnya kegiatan berikutnya menyusun laporan akhir penelitian dan memperbanyak laporan tersebut sesuai kebutuhan.
46
Untuk lebih memperjelas jalannya penelitian yang akan dilakukan, maka dibuat skema prosedur penelitian mulai dari pembuatan proposal hingga pembuatan laporan hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :
Tahap Pra Lapangan
Pengumpulan Data dan Analisis Awal
Analisis Akhir
Penyusunan Laporan Awal
Penulisan Hasil Laporan
Proposal
Penggandaan Laporan
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian